Anda di halaman 1dari 29

MANAJEMEN BIMBINGAN, PENYULUHAN DAN KONSELING

DI SMA NEGERI 2 PEKALONGAN

Tugas Akhir

Disusun guna memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Manajemen BKPI
Dosen Pengampu Muhamad Rifa’i Subhi, M.Pd.I.

Oleh:
Safera Febriana
3519052

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Manajemen bimbingan, penyuluhan, dan konseling adalah proses mengatur,


mengarahkan, sesuatu agar lebih efektif dan efisien. Selain itu manajamen
bimbingan, penyuluhan, dan konseling juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang diawali dari perencanaan kegiatan, pengorganisasian aktivitas dan semua
unsur pendukung bimbingan, penyuluhan, dan konseling, menggerakan sumber
daya manusia untuk melaksanakan kegiatan bimbingan, penyuluhan, dan
konseling, memotivasi sumber daya manusia agar kegiatan tersebut tercapai serta
mengevaluasi kegiatan tersebut agar mengetahui apakah semua kegiatan layanan
sudah dilaksanakan dan mengetahui bagaimana hasilnya.
Siswa adalah seorang remaja yang dituntut belajar ketika di sekolah dan
dituntut membantu orang tua ketika di rumah. Banyak tuntutan-tuntutan yang
dibebankan kepada siswa. Namun, pada dasarnya siswa adalah seorang remaja
yang secara fisik dan psikis masih belum stabil. Sehingga banyak permasalahan-
permasalahan yang dialaminya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba menyusun manajemen lebih
dalam mengenai
1. Manajemen Bimbingan Kelompok untuk Menurunkan Pergaulan Bebas di
SMA Negeri 2 Pekalongan
2. Manajemen Penyuluhan Untuk Menurunkan Hiv Aids di SMA Negeri 2
Pekalongan
3. Manajemen Konseling Kelompok Untuk Menurunkan Sikap Malas
Melalui Pendekatan Teori Belajar Sosial di SMA Negeri 2 Pekalongan
Pekalongan, 12 Juni 2021
Penyusun,
Safera Febriana
3519052

1
Manajemen BKPI I

MANAJEMEN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENTINGKATKAN


KESADARAN SISWA DI SMA NEGERI 2 PEKALONGAN

A. Rasional
Masa remaja (adolescence) adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis,
dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja adalah anak yang berusia
antara usia 12 ± 19 tahun. Untuk menjadi seorang dewasa, maka remaja akan melalui
masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (search for self -
identity), selain itu sifat remaja yang labil dan unik salah satu dapat terbawa dalam
pergaulan yang mengkhwatirkan yaitu pergaulan bebas. 1
Masa remaja menggambarkan dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosi
yang mendalam. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, masa yang penuh
dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk
pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis. Masa remaja adalah masa SMA , banyak
orang yang bilang bahwa masa SMA adalah masa yang paling indah diantara masa SMP
dan SD, karena masa SMA adalah dimana remaja sudah merasa melakukan kegiatan
apapun itu sendiri tanpa nasehat dari orang tua atau orang yang lebih dewasa dari dirinya.
Alhasil remaja SMA banyak dijumpai terjerat dalam pergaulan bebasa misalnya: narkoba,
pesta alkohol dan seks bebas.
Konseling kelompok ialah salah satu aktivitas layanan dalam tutorial serta
konseling disekolah. Dalam mendefinisikan konseling kelompok para pakar
mempunyai komentar yang berbeda- beda.
Layanan tutorial kelompok serta serta konseling kelompok bisa di ibaratkan
selaku“ anak kembar” yang lebih banyak persamaan dari pada perbedaanya.
Persamaan terletak pada seluruh faktor pokonya, dan perbedaanya terletak kepada
muatan modul yang didukungnya. 2

1
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004
2
Prayitno. 2004. Seri Layanan Konseling : Bimbingan Konseling Kelompok. Semarang: Bimbingan
Konseling Unnes.h.69

2
Tutorial serta konseling kelompok merupakan sesuatu aktivitas yang dicoba
oleh sekelompok orang dengan menggunakan dinamika kelompok. Maksudnya,
seluruh partisipan dalam aktivitas kelompok silih berhubungan, leluasa
menghasilkan komentar, menjawab, berikan anjuran serta lain- lain sebagainya,
apa yang dibicarakan itu kesemuannya berguna buat diri partisipan yang
bersangkutan sendiri serta buat seluruh partisipan. Sedangkan Amti menuturkan
kalau“ layanan konseling kelompok secara tidak langsung bisa dikatakan selaku
layanan konseling perorangan yang dilaksanakan dalam atmosfer kelompok”.
Klien, ialah anggota kelompok( yang jumlahnya sangat kurang 2 orang).
Disitu terjalin ikatan konseling yang diusahakan semacam konseling perorangan
ialah permisif, terbuka serta penuh keakraban. Sebaliknya konseling sendiri
dimaksud selaku pelayanan spesial dalam ikatan langsung tatap muka antara
konselor serta klien. Dalam hubunngan tersebut permasalahan klien diperhatikan
serta diupayakan pengentasanya, serta sedapat- dapatnya dengan kekuatan klien
sendiri konseling kelompok bisa dimaksud selaku layanan dalam tutorial serta
konseling yang membolehkan partisipan didik mendapatkan peluang buat ulasan
serta pengentasan permasalahan yang dirasakan lewat dinamika kelompok. 3

B. Deskripsi Kebutuhan Bimbingan


Pergaulan bebas merupakan gejala patologis social pada remaja yang disebabkan
oleh satu bentuk pengabaian social, akibatnya mengembangkan perilaku yang
menyimpang.4
Pergaulan bebas merupakan suatu proses interaksi mahluk dengan mahluk lainnya,
hubungan seseorang dengan yang lainnya. Dalam proses ini seseorang akan memainkan
peran sesuai dengan jenis kelaminnya. Dalam proses ini pulalah seseorang mulai tertarik
dengan lawan jenisnya. Sisi negatif yang muncul dari adanya hubungan heteroseksual
antara lain adalah munculnya perilaku eksesif, yaitu suatu bentuk perilaku yang sangat
berlebihan dalam satu hal. 5

3
Sukardi, Dewa Ketut dan Kusmawati, Nila. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: RinekaCipta.h.49

4
Kartini Kartono, Ilmu Sosiologi, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal.34

5
Lihat Ika Untari Wibawati, “Bimbingan Konseling dalam Menangani Masalah Pergaulan

3
Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang melewati
batas dari kewajiban, tuntutan, aturan, syarat, dan perasaan malu. Atau pergaulan bebas
dapat diartikan sebagai perilaku menyimpang yang melanggar norma agama maupun
norma kesusilaan. Pengertian pergaulan bebas diambil karena arti dari pergaulan dan
bebas. Pergaulan merupakan proses interaksi antar individu atau individu dengan
kelompok. Sedangkan bebas adalah terlepas dari kewajiban, aturan, tuntutan, norma
agama dan norma kesusilaan. Pergaulan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian
seorang individu baik pergaulan positif atau negatif. 6

C. Tujuan Bimbingan
1. Tujuan Umum
Bimbingan ini bertujuan untuk menurunkan tingkat pergaulan bebas siswa
sekolah menengah atas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam bimbingan ini yaitu:
a. Untuk mengedukasi siswa akan bahaya pergaulan bebas sehingga siswa
bisa mencegah terjadinya pergaulan bebas.
b. Untuk siswa bisa membedakan mana yang buruk dan mana yang baik,
sehingga siswa bisa lebih memahami untuk tidak terjebak dalam pergaulan
bebas.
D. Sasaran Bimbingan
Sasaran dalam bimbingan adalah siswa SMA Negeri 2 Pekalongan. Dalam
pembagian siswa di SMA Negeri 2 Pekalongan sesuai dengan nilai, namun hal
tersebut terkadang tidak sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya.
E. Kualifikasi Pembimbing
1. Mempunyai pengetahuan yang luas, baik secara teori mapupun praktek
2. Mampu menjalin hubungan yang baik dengan siswa
3. Mampu menjelaskan cara menurunkan tingkat pergaulan bebas pada
siswa

Bebas di SMA X",Tesis, h. 18.

6
6. Lihat Simanjuntak, Latar Pergaulan Bebas (Bandung: Alumni, 1997), h. 23

4
F. Tahapan dan Sesi Bimbingan
Tabel 1
Contoh Kegiatan, Tahapan, Sesi dan Pertemuan Bimbingan

Kegiatan Tahapan Sesi Pertemuan

Pengenalan
Tahapan Dasar Pertemuan 1
Pendahuluan
Pengenalan
Pergaulan Bebas

Memahami ciri
pergaulan bebas
Tahapan Kegiatan Pertemuan 2
Mengenali diri

Tahapan Kegiatan Memahami faktor Pertemuan 3


II pergaulan bebas
Inti
Berbagi cerita
Tahapan Kegiatan
antar sesama
III
anggota
Pertemuan 4
Cara penanganan
pergaulan bebas
setiap individu
dalam kelompok

Penutupan Tahapan Akhir Evaluasi Pertemuan 5

G. Strategi dan Teknik Bimbingan


Bimbingan dilakukan agar siswa bisa menurunkan tingkat pergaulan bebas.
Oleh karena itu, bimbingan dengan cara yang menyenangkan sehingga spergaulan
bebas dapat ditangani dengan baik bukan malah sebaliknya bimbingan membuat

5
beban para siswa sehingga menimbulkan pergaulan bebas yang baru. Cara yang
menyenangkan contohnya yaitu bercerita.
Bimbingan dilakukan dengan kelompok sesuai dengan faktor yang melatar
belakangi terjadinya pergaulan bebas. Hal ini dilakukan karena jumlah siswa yang
lebih banyak dibanding jumlah pembimbing, maka dari itu dilakukan bimbingan
kelompok agar mengefesiensikan waktu. Teknik dalam bimbingan ini adalah tutor
sebaya yaitu dengan siswa saling bercerita tentang pergaulan bebas yang dialami
dan cara penanganan yang biasa dilakukan. Disini pembimbing sebagai fasilitator
bagi siswa dan mengarahkan siswa agar penanganan stress dengan cara yang
positif.
H. Indikator Keberhasilan Bimbingan
1. Menurunkan tingkat pergaulan bebas siswa sekolah menengah atas.
2. Siswa bisa mencegah pergaulan bebas dalam dirinya.
3. Siswa bisa membentengi dirinya dari pergaulan bebas.

I. Evaluasi Keterlaksanaan Program dan Hasil


a. Evaluasi proses
Model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif. Dalam evaluasi ini dapat
menyediakan informasi agar pembimbing maupun siswa mengetahui hal apa saja
yang perlu diperbaiki.
b. Evaluasi hasil
Model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi sumatif. Dalam evaluasi ini dapat
mengetahui keberhasilan tingkat penurunan pergaulan bebas pada siswa.

Daftar Lampiran Manajemen Bimbingan


I. Rencana Pengembangan Layanan Bimbingan
1. Pertemuan pertama

6
 Tema : introduce my self
 Tujuannya : Untuk siswa saling mengenal dan memahami
pengertian dari pergaulan bebas.
 Pertemuan pertama membutuhkan alokasi waktu 60 menit
 Langkah-Langkah Operasional
i. Siswa saling memperkenalkan diri
ii. Menjelaskan pengertian dari pergaulan bebas
iii. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya
2. Pertemuan kedua
 Tema : pemahaman bahaya pergaulan bebas
 Tujuannya :Untuk siswa mengenali diri sendiri dan menyadari
dirinya bahwa siswa tersebut pernah mengalami pergaulan bebas atau
tidak.
 Pertemuan kedua membutuhkan alokasi waktu 90 menit
 Strategi yang digunakan yaitu strategi kelompok.
 Media yang digunakan yaitu power point.
 Langkah-Langkah Operasional
i. Menjelaskan ciri-ciri orang yang mengalami pergaulan
bebas
ii. Siswa diminta intropeksi diri untuk mengetahui pernah atau
tidak mengalami pergaulan bebas pada siswa
iii. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya
3. Pertemuan ketiga
 Tema : pemahamahan tentang faktor terjadinya pergaulan bebas
 Tujuannya :Untuk siswa mengetahui faktor terjadinya pergaulan
bebas yang dialaminya
 Pertemuan ketiga membutuhkan alokasi waktu 90 menit
 Strategi yang digunakan yaitu strategi kelompok.
 Media yang digunakan yaitu power point.

 Langkah-Langkah Operasional

7
i. Menjelaskan faktor-faktor yang bisa
menyebabkan pergaulan bebas
ii. Siswa diminta untuk membuat kelompok berdasarkan
permasamaan faktor yang menyebabkan pergaulan bebas
iii. Menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan selanjutnya
4. Pertemuan keempat
 Tema : penanganan pergaulan bebas pada setiap individu
 Tujuannya :Untuk siswa mengetahui cara penanganan pergaulan
bebas yang benar
 Pertemuan keempat membutuhkan alokasi waktu 120 menit
 Strategi yang digunakan yaitu strategi kelompok.
 Media yang digunakan yaitu power point.
 Langkah-Langkah Operasional
i. Siswa saling bercerita kepada anggota kelompok hal yang
menyebabkan pergaulan bebas
ii. Siswa saling berbagi cara untuk mencegah pergaulan bebas
iii. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya.
5. Pertemuan kelima
 Tema : evaluasi pada setiap kelompok.
 Tujuannya :Untuk mengetahui tingkat penurunan pergaulan
bebas siswa
 Pertemuan kelima membutuhkan alokasi waktu 60 menit.
 Strategi yang digunakan yaitu strategi kelompok.
 Media yang digunakan yaitu power point.
 Evaluasi yang digunakan adalah observasi
 Langkah-Langkah Operasional
i. Siswa saling berbagi kesan terhadap saran yang diberikan
untuk mencegah pergaulan bebas
ii. Siswa saling mengingatkan akan bahaya pergaualan bebas

8
II. Materi Layanan Bimbingan
a. Topik/Materi Layanan Pertama
Topik / materi pada layanan pertama pada pertemuan pertama :
pengenalan siswa terhadap bahaya pergaulan bebas sehingga siswa
lebih memahami apa yang dimaksud pergaualan bebas.

Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang


melewati batas dari kewajiban, tuntutan, aturan, syarat, dan perasaan
malu. Atau pergaulan bebas dapat diartikan sebagai perilaku
menyimpang yang melanggar norma agama maupun norma
kesusilaan.

b. Topik/Materi Layanan Kedua


Topik / materi pada layanan pertama pada pertemuan kedua :
pemahaman siswa terhadap ciri-ciri pergaulan bebaas. Siswa akan
diberikan materi dari ciri-ciri pergaulan bebas kemudian siswa akan
lebih bisa mengenal dirinya sendiri termasuk dalam orang yang
disebutkan dalam ciri-ciri.

Ciri-Ciri pergaulan bebas yang dialami oleh remaja :


1. Kecenderungan dalam pergaulan dan kelakuan dalam gerakan
sebagai akibat dari perkembangan fisik yang menyebabkan
timbulnya perasaan rendah diri.
2. Ketidakseimbangan secara keseluruhan terutama kadar emosi
yang labil.
3. Perubahan pandangan dan petunjuk hidup yang diperoleh pada
masa sebelumnya.
4. Menimbulkan perasaan kosong dalam dirinya.
5. Bersikap menentang orang tua maupun orang dewasa lainnya.
6. Pertentangan dalam diri remaja sendiri menjadi sebab
c. Topik/meteri
pertentanganlayanan
denganketiga
orang tua dan anggota keluarga lainnya

9
Topik/meteri layanan ketiga pada pertemuan ketiga: pemberian materi
tentang faktor-faktor apa saja yang memyebabkan pergaulan bebas.
d. Topik/materi layanan keempat
Topik/materi layanan keempat pada pertemuan keempat: bimbingan
kelompok dengan tutor sebaya.
e. Topik/materi layanan kelima
Topik/materi layanan kelima pada pertemuan kelima: evaluasi dari
setiap pertemuan sebelumnya untuk mengetahui tingkat keberhasilan.

III. Instrumen Evaluasi


a. Instrumen Evaluasi Proses BPKI
1. Observasi
Evaluasi proses BPKI dimana dengan pengamatan cara kerja
konselor, layanan yang disediakan, respon yang diberikan siswa
pada saat diberikan bimbingan. Apabila proses berjalan dengan
sebagaimana mestinya maka layanan dianggap berhasil.

No. Aspek yang dinilai Baik cukup kurang Deskripsi


Pendahuluan
1 Apakah siswa merasa
antusias dengan layanan?
2 Apakah siswa merasa
tertarik dengan layanan?
Inti
3 Apakah media yang
digunakan efektif?
4 Apakah alokasi waktu
sudah cukup?
5 Apakah materi yang
diberikan menarik?
6 Apakah strategi layanan
berhasil?

b. Instrumen Evaluasi Hasil BPKI

10
1. Observasi
Evaluasi hasil BPKI berupa pengamatan tingkah laku siswa
setelah mendapatkan layanan bimbingan. Apabila tingkah laku
yang ditunjukan oleh siswa adalah memenuhi tujuan dari
layanan bimbingan ini yakni untuk mengurangi tingkat
pergaulan bebas, maka layanan bimbingan dianggap berhasil.
No. Aspek yang dinilai Baik cukup kurang Deskripsi
1 Apakah tingkat pergaulan
bebas siswa menurun?
2 Apakah siswa semangat
belajar?
3 Apakah siswa dapat
mengatasi pergaulan bebas
yang terjadi di lingkungan
sekolah?

11
Manajemen BKPI II

MANAJEMEN PENYULUHAN INDIVIDU UNTUK MENURUNKAN


PENULARAN HIV AIDS PASA MASYARKAT
DI DESA PONCOL

A. Rasional
AIDS merupakan suatu penyakit yang belum ada obatnya dan belum ada
vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini merupakan
salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang
maupun di waktu yang akan datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan
penderitaan baik dari segi fisik maupun segi mental. Meningkatnya kasus HIV/
AIDS di indonesia semakin meluas dan hampir tak bisa dicegah. Jawa Tengah
merupakan provinsi di Indonesia yang menempati urutan ke- 5 terbanyak dalam
kasus HIV/ AIDS yaitu dengan jumlah 18.038 (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2017). Dan Kebumen merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang
menempati urutan pertama terbanyak kasus HIV/AIDS yaitu dengan jumlah 132
kasus(Ahmad,2017). Semakin mengerucut Desa Selokerto merupakan salah satu
desa dengan kasus HIV/ AIDS terbanyak di Kebumen. Dewasa ini masyarakat
belum mengetahui apa itu sebenarnya AIDS, gejala-gejala AIDS, cara
penularannya, dan cara mencegahnya. Sehingga sampai sekarang penderita AIDS
semakin meningkat. Selain itu masyarakat juga harus mengetahui siapa saja yang
kemungkinan besar tertular AIDS, dan bagaimana keadaan AIDS sejauh ini di
Indonesia. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini
adalah dalam bentuk penyuluhan kepada masyarakat tentang pencegahan
penularan dan akibat dari HIV/ AIDS dan pendekatan partisipatif artinya para
peserta dituntut aktif dalam mengikuti kegiatan. Kompetensi yang akan dibentuk
ditanda dengan indikator peningkatan pengetahuan peserta tentang pencegahan
penularan dan akibat dari HIV/ AIDS.
Secara komulatif dapat disimpulkan bahwa kegiatan penyuluhan HIV/
AIDS untuk meningkatkan pengetahuan terhadap pencegahan penularan dan

12
akibatnya, telah menunjukkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman di
kalangan masyarakat yang ikut berpartsipasi.
B. Deskripsi Kebutuhan Klien
HIV menyebabkan AIDS dan mengganggu kemampuan tubuh melawan
infeksi. Virus ini dapat ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi,
air mani, atau cairan vagina. Dalam beberapa minggu infeksi HIV, gejala seperti
flu seperti demam, sakit tenggorokan, dan kelelahan dapat terjadi. Kemudian
penyakit ini biasanya tanpa gejala sampai berkembang menjadi AIDS. Gejala
AIDS termasuk penurunan berat badan, demam atau berkeringat saat malam,
kelelahan, dan infeksi berulang.
Dari permasalahan tersebut dapat ditarik rumusan kebutuhan sebagai berikut:
a. Masyarakat agar memiliki pengetahuan tentang penularan hiv aids
b. Mastarakat agar lebih serius dalam menanggani penularan hiv aids.
C. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Untuk menurunkan penularan hiv aids di desa poncol pekalongan
Tujuan Khusus
a. Untuk masyarakat lebih antusias dalam menangani penularan hiv aids
b. Untuk masrakat tahu penangganan hiv aids
D. Sasaran Penyuluhan
Sasaran dalam penyuluhan adalah sebagian masyarakat di desa poncol
pekalongan
Kualifikasi Penyuluh
1. Mengetahui definisi hiv aids
2. Memiliki public speeking yang bagus
E. Tahapan dan Sesi Penyuluhan
Tabel 1
Contoh Kegiatan, Tahapan, Sesi dan Pertemuan Penyuluhan

Kegiatan Tahapan Sesi Pertemuan

13
Pendahuluan Tahapan dasar Pengenalan Pertemuan 1

Pengertian hiv
aids
Tahapan kegiatan
Pertemuan 2
I Pentingnya
pencegahan hiv
aids dalam islam
Inti
Cara mencegah
hiv aids dalam
Tahapan Kegiatan
islam Pertemuan 3
II
Intropeksi diri

Pekerjaan rumah
Penutupan Tahapan Akhir Pertemuan 4
Follow up

F. Strategi dan Teknik Penyuluhan


Strategi yang dilakukan dalam penyuluhan adalah kegiatan dilakukan
dengan semenyenangkan mungkin, yaitu dengan penyuluhan klasikal. Karena
agar bisa menjangkau para masyarakat lebih besar maka menggunakan strategi
klasikal, dan jumlah masyarakat lebih banyak dibanding dengan jumlah penyuluh.
Maka digunakan penyuluhan klasikal.
G. Indikator Keberhasilan Penyuluhan
1. Masyarakat memiliki sikap waspada terhadap penularan hiv aids
2. Masyarakat antusias terhadap pencegahan hiv aids.
H. Evaluasi Keterlaksanaan Program dan Hasil
a. Evaluasi proses
Model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif. Dalam evaluasi
ini dapat menyediakan informasi agar pembimbing maupun siswa
mengetahui hal apa saja yang perlu diperbaiki.
b. Evaluasi hasil

14
Model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi sumatif. Dalam evaluasi
ini dapat mengetahui keberhasilan tingkat peningkatan motivasi pada siswa.

15
Daftar Lampiran Manajemen Penyuluhan

I. Rencana Pengembangan Layanan Penyuluhan


1. Pertemuan pertama
 Tema : introduce my self
 Tujuannya : Untuk masyarakat saling mengenal dan memahami
motivasi
 Pertemuan pertama membutuhkan alokasi waktu 60 menit
 Langkah-Langkah Operasional
i. Masyarakat saling memperkenalkan diri
ii. Menjelaskan gambaran tentang hiv aids
iii. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya
2. Pertemuan kedua
 Tema : motivasi itu penting
 Tujuannya :Untuk masyarakat memahami pentingnya pencegahan
penularan dalam setiap tindakan
 Pertemuan kedua membutuhkan alokasi waktu 120 menit
 Strategi yang digunakan yaitu strategi kelompok.
 Media yang digunakan yaitu power point
 Langkah-Langkah Operasional
i. Menjelaskan pengertian hiv
ii. Menjelaskan pentingnya aids
iii. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
selanjutnya
3. Pertemuan ketiga
 Tema : meningkatkan motivasi
 Tujuannya :Untuk masyarakat mengetahui cara mencegah
penularan hiv aids
 Pertemuan ketiga membutuhkan alokasi waktu 90 menit
 Strategi yang digunakan yaitu strategi kelompok.
 Media yang digunakan yaitu power point.

16
 Langkah-Langkah Operasional
i. Menjelaskan faktor-faktor yang bisa menyebabkan
penularan hiv aids
ii. Masyarakat diminta untuk membuat kelompok
berdasarkan permasamaan faktor yang
menyebabkan penularan.
iii. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
selanjutnya
4. Pertemuan keempat
 Tema : evaluasi pada setiap kelompok.
 Tujuannya :Untuk mengetahui tingkat peenurunan
penularan
 Pertemuan kelima membutuhkan alokasi waktu 60 menit.
 Strategi yang digunakan yaitu strategi kelompok.
 Media yang digunakan yaitu power point.
 Evaluasi yang digunakan adalah observasi
 Langkah-Langkah Operasional
i. Masyarakat memberikan kesan
setelah mengikuti layanan
ii. Masyarakat saling memberikan
semangat satu sama lain .

II. Materi Layanan Penyuluhan


a. Topik/Materi Layanan Pertama
Topik / materi pada pertemuan pertama : pengenalan masyarakat
terhadap penyuluh dan gambaran sedikit tentang hiv aids.
b. Topik/Materi Layanan Kedua
Topik / materi pada pertemuan kedua : pengenalan masyarakat tentang
pengertian hiv aids.
Materi :

17
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau disingkat AIDS merupakan
sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau Human
Immunodeficiency Virus . Virus AIDS menyerang sel darah putih khusus
yang disebut dengan T-lymphocytes.
c. Topik/Materi Layanan Ketiga
Topik / materi pada pertemuan ketiga : pemahaman masyarakat
bagaimana cara untuk mencegah penularan hiv aids.
Materi :
 Jujur terhadap pasangan
 Melakukan hubungan seksual dengan aman
 Memberi tahu dokter
 Hindari obat-obatan terlarang.
d. Topik/Materi Layanan Keempat
Topik / materi pada pertemuan kelima : evaluasi dari setiap pertemuan
sebelumnya untuk mengetahui tingkat keberhasilan

III. Instrumen Evaluasi


a. Instrumen Evaluasi Proses BPKI
1. Observasi
Evaluasi proses BPKI dimana dengan pengamatan cara kerja penyuluh,
layanan yang disediakan, respon yang diberikan siswa pada saat
diberikan penyuluhan. Apabila proses berjalan dengan sebagaimana
mestinya maka layanan dianggap berhasil.

No. Aspek yang dinilai Baik cukup kurang Deskripsi


Pendahuluan
1 Apakah masyarakat merasa
antusias dengan layanan?
2 Apakah masyarakat merasa
tertarik dengan layanan?
Inti
3 Apakah media yang

18
digunakan efektif?
4 Apakah alokasi waktu sudah
cukup?
5 Apakah materi yang
diberikan menarik?
6 Apakah strategi layanan
berhasil?

b. Instrumen Evaluasi Hasil BPKI


1. Observasi
Evaluasi hasil BPKI berupa pengamatan tingkah laku masyarakat
setelah mendapatkan layanan penyuluhan. Apabila tinglah laku yang
ditunjukan oleh masyarakat adalah memenuhi tujuan dari layanan
penyuluhan ini yakni untuk menurunkan penularan maka layanan
penyuluhan dianggap berhasil.

No. Aspek yang dinilai Baik cukup kurang Deskripsi


1 Apakah tingkat penularan
meningkat?
2 Apakah masyarakat
semangat mencegah
penularan?
3 Apakah mastarakat
menemukan solusi yang
tepat untuk pencegahan?

19
Manajemen BKPI III

MANAJEMEN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN


SIKAP DISIPLIN SISWA
DI SMA NEGERI 2 PEKALONGAN

A. Rasional
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian
dari lingkungan tertentu. Di lingkungan manapun individu berada, ia akan
berhadapan dengan harapan dan tuntutan tertentu dari lingkungan yang harus
dipenuhi. Disamping itu individu juga memiliki kebutuhan dan harapan dan
tuntutan di dalam dirinya yang harus diselaraskan dengan tuntutan lingkungan.
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya
kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak
mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya
dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan
dan dalam masyarakat pada umumnya.7
Mayoritas siswa SMA Negeri 1 Pekalongan adalah siswa dari daerah
kabupaten pekalongan. Hal tersebut menjadikan siswa yang bukan dari
kotapekalongan mengalami kesulitan dalam penyesuaian waktu dalam
bembelajaran. Kedisiplinan dalam pertemanan juga sangat berpengaruh dalam
belajar, siswa yang menjadi kaum minoritas akan merasakan cemas, tertekan,
tidak percaya diri dan lain sebagainya.8 Salah satu alternatif bantuan yang
diberikan untuk meningkatkan penyesuain diri di sekolah adalah dengan
menggunakan konseling kelompok Adlerian. Konseling Adlerian merupakan
suatu model konseling yang berorientasi pada keutuhan dan keunikan individual
untuk mengarahkan dirinya sendiri.9

7
Windaniati, Meningkatkan Kemampuan Penyesuain Diri Siswa Melalui Teknik Cognitive
Restructuring Pada Kelas X TKR SMK Negeri 7 Semarang. 2015. Jurnal Penenlitian Pendidikan

8
Observasi
9
Risky Wulan Amelia, penerapan konseling kelompok pendekatan Adlerian untuk meningkatkan
penyesuain diri siswa di lingkungan sekolah kelas X MIPA 2 di SMAN 1 Sooko Mojokerto. Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya.

20
B. Deskripsi Kebutuhan Konseli
Kedisiplinan diri sebagai bentuk adaptasi pada umumnya lebih mengarah
pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis atau biologis. Kedisiplinan diri
sebagai konformitas terhadap norma memaknai penyesuaian diri individu sebagai
usaha konformitas yang menyiratkan bahwa individu seakan-akan mendapat
tekanan kuat untuk selalu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik
secara moral, sosial, maupun emosional. Penyesuaian diri sebagai usaha
penguasaan (mastery) yaitu kemampuan untuk merencanakan dan
mengorganisasikan respon dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik,
kesulitan dan frustasi tidak terjadi.
Dari permasalahan tersebut dapat ditarik rumusan kebutuhan sebagai
berikut:
1. Siswa mampu meningkatkan kemampuan kedisiplinan diri
2. Siswa mampu menunjukkan keunikan yang dimiliki
C. Tujuan Konseling
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kedisiplinan diri pada siswa SMA N 2 Pekalongan
Tujuan Khusus
Para anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memecahkan
masalah dalam waktu yang bersamaan agar dapat mengopti malkan keunikan
dan keutuhan individu mengarahkan dirinya sendiri menjadi individu
D. Sasaran Konseling
Sasaran dalam kegiatan konseling adalah siswa kelas, yang terdiri dari 36
siswa.
E. Kualifikasi Konselor
1. Mampu mennyesuaikan kedisiplinan diri dengan siswa
2. Mampu membangun rasa percaya dengan konseli
F. Tahapan dan Sesi Konseling
Tabel 1
Contoh Kegiatan, Tahapan, Sesi dan Pertemuan Konseling

Kegiatan Adler Sesi Pertemuan

21
Pendahuluan Tahapan Dasar Pengenalan Pertemuan 1

Mengeksplorasi
Analisis dan dinamika
Pertemuan 2
Penilaian -dinamika dalam
diri individu

Mengko
munikasikan
Tahap Wawasan suatu Pertemuan 3
Inti pernahaman diri
kepada individu
Membu ka
altematif-
Tahap Orientasi altematif dan Pertemuan 4
Kembali pilihan - pilihan
baru.

Pekerjaan rumah
Penutupan Tahapan Akhir Pertemuan 5
Follow up

G. Strategi dan Teknik Konseling


Konseling dilakukan agar siswa bisa meningkatkan kedisiplinan diri. Oleh
karena itu, konseling dengan cara yang menyenangkan sehingga siswa
merasa nyaman.
Konseling dilakukan dengan kelompok, hal ini dilakukan karena jumlah
siswa yang lebih banyak dibanding jumlah pembimbing, maka dari itu
dilakukan bimbingan kelompok agar mengefesiensikan waktu.
Indikator Keberhasilan Konseling
1. Kemampuan penyesuain kedisiplinan diri siswa meningkat
2. Siswa mampu menunjukkan keunikan individu
H. Evaluasi Keterlaksanaan Program dan Hasil
1. Evaluasi proses

22
Model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif. Dalam
evaluasi ini dapat menyediakan informasi agar konselor maupun siswa
mengetahui hal apa saja yang perlu ditingkankan.
2. Evaluasi hasil
Model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif. Dalam
evaluasi ini dapat menyediakan informasi agar konselor maupun siswa
bisa melakukan perbaikan.

23
Daftar Lampiran Manajemen Konseling

I. Rencana Pengembangan Layanan Konseling


1. Pertemuan pertama
 Tema : introduce my self
 Tujuannya : Untuk siswa saling mengenal dan memahami
pengertian kedisiplinan diri.
 Pertemuan pertama membutuhkan alokasi waktu 60 menit
 Langkah-Langkah Operasional
i. Siswa saling memperkenalkan diri
ii. Menjelaskan pengertian kedisiplinan diri
iii. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya
2. Pertemuan kedua
 Tema : menilai diri
 Tujuannya :Untuk siswa memahami gaya hidup konseli dan
mengamati bagaimana gaya hidup itu mempen garuhi perilaku
konseli
 Strategi yang digunakan yaitu strategi kelompok.
 Media yang digunakan yaitu power point.
 Pertemuan kedua membutuhkan alokasi waktu 120 menit
 Langkah-Langkah Operasional
i. Anggota kelo mpok dapat melaku kan kontrak for mal
atau informal untuk bekerja pada wilayah yang
memiliki makna personal
ii. menjajaki bagai mana para anggota ber fungsi dalam
pekerjaannya
iii. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya
3. Pertemuan ketiga
 Tema : Kembali ke masa lalu
 Tujuannya :

24
 Untuk membantu anggota kelompok memahami alasan mereka
membuat pilihan-pilihan di masa lalu
 Strategi yang digunakan yaitu strategi kelompok.
 Media yang digunakan yaitu power point.
 Pertemuan ketiga membutuhkan alokasi waktu 120 menit
 Langkah-Langkah Operasional
i. Menjelaskan alasan keputusan yang diambil dalam
permasalahan dimasa lalu.
ii. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya
4. Pertemuan keempat
 Tema : terima kasih masa lalu
 Tujuannya :
 Untuk anggota -anggo ta kelo mpok konseling ber tindak dan
lebih rnenerima kehidupan
 Strategi yang digunakan yaitu strategi kelompok.
 Media yang digunakan yaitu power point.
 Langkah-Langkah Operasional
i. para siswa menyusun tugas-tugas untuk mer eka sendiri
ii. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya.
5. Pertemuan kelima
 Tema : evaluasi pada setiap kelompok.
 Tujuannya :
 Untuk mengetahui tingkat peningkatan kemampuan penyesuaian
diri
 Strategi yang digunakan yaitu strategi kelompok.
 Evaluasi yang digunakan adalah observasi
 Pertemuan kelima membutuhkan alokasi waktu 60 menit.
 Langkah-Langkah Operasional
i. Siswa saling berbagi kesan terhadap konseling yang
diberikan
ii. Siswa saling mendukung dan menguatkan.

25
II. Materi Layanan Konseling
a. Topik/Materi Layanan Pertama
Topik / materi pada layanan pertama pada pertemuan pertama :
pengenalan siswa terhadap penyesuaian kedisiplinan diri sehingga
siswa lebih memahami apa yang dimaksud stress, serta siswa
menyesuaian diri dengan anggota kelompoknya.
b. Topik/Materi Layanan Kedua
Pada tahapan ini rnencakup eksplorasi tentang konstelasi-konstelasi
keluarga, rekoleksi- rekoleksi awal, dan kesalahan -kesalahan dasar.
Setelah analisis-analisis ini, anggota kelompok mulai bergerak
kearah wawasan dan tahapan reorientasi kelompok
c. Topik/Materi Layanan ketiga
Pada tahapan ini identik dengan suatu pemahaman dan wawasan
meliputi cara membantu anggota kelo mpo k memahami alasan
mereka membuat pilihan-pilihan dimasa lalu. Tahapan ini
dirangkaikan melalui penggunaan tafsiran konselor. Tafsiran
dilakukan sebagai hipotesis tentatif dalam kelompok.
d. Topik/Materi Layanan keempat
Pada tahap anggota -anggota kelompok konseling dianjurkan untuk
ber tindak dan lebih rnenerima kehidupan mereka yang terkontrol .
Setiap prosedur dalam tahap ini berar ti penerirnaan risiko,
bertindak "seolah -olah/ tafsiran" saat rnereka sebagai pribadi yang
bijak dan mengoreksi pola-pola mereka yang tidak efektif di masa
lalu. Apabila para konseli mengharapkan suatu perubahan, mer
eka harus bersedia menyusun tugas-tugas un tuk mer eka sendiri .
Ko mitmen ini diperlukan juga untu k menerj emahkan
wawasan konseli menjadi perbuatannya yang nyata.
e. Topik/Materi Layanan kelima
Topik/materi layanan kelima pada pertemuan kelima: evaluasi dari
setiap pertemuan sebelumnya untuk mengetahui tingkat keberhasilan.

26
III. Instrumen Evaluasi
a. Instrumen Evaluasi Proses BPKI
1. Observasi
Evaluasi proses BPKI dimana dengan pengamatan cara kerja konselor,
layanan yang disediakan, respon yang diberikan siswa pada saat
diberikan konseling. Apabila proses berjalan dengan sebagaimana
mestinya maka layanan dianggap berhasil.

No. Aspek yang dinilai Baik cukup kurang Deskripsi


Pendahuluan
1 Apakah siswa merasa
antusias dengan layanan?
2 Apakah siswa merasa
tertarik dengan layanan?
Inti
3 Apakah media yang
digunakan efektif?
4 Apakah alokasi waktu sudah
cukup?
5 Apakah materi yang
diberikan menarik?
6 Apakah strategi layanan
berhasil?

b. Instrumen Evaluasi Hasil BPKI


1. Observasi
Evaluasi hasil BPKI berupa pengamatan tingkah laku siswa setelah
mendapatkan layanan bimbingan. Apabila tinglah laku yang ditunjukan
oleh siswa adalah memenuhi tujuan dari layanan konseling ini yakni
untuk meningkatkan penyesuain diri siswa, maka layanan konseling
dianggap berhasil.

No. Aspek yang dinilai Baik cukup kurang Deskripsi


1 Apakah tingkat diri siswa

27
meningkat?
2 Apakah siswa mampu
menunjukkan keunikan
individu?

28

Anda mungkin juga menyukai