DEWAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PUBLIK TERCATAT DI INDONESIA:
TERHADAP SUARA IMPLEMENTASI TATA KELOLA PERUSAHAAN 1. Pendahuluan Berdasarkan pengertian menurut La Porta dkk (2000), tata kelola perusaahan merupakan sebuah alat untuk melindungi asset investor dari eksploitasi oleh pihak dalam perusahaan. Konsep tata kelola perusahaan sangat erat dengan pengawasan manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan pernyataan Syakhroza (2004), kepemimpian terdiri atas dewan komisaris dan dewan direksi. Dewan komisaris bertugas mengawasi perusahaan sedangkan dewan direksi bertanggung jawab atas kegiatan operasional perusahaan. Informasi yang tidak simetris seringkali menimbulkan konflik anatar kedua pihak tersebut.
Keterkaitan antara karakteristik dewan komisaris mempengaruhi efektivitas tata
kelola perusahaan. Karakteristik dewan diukur dari independensi dewan komisaris, ukuran dewan, kepemilikan manajerial, dan komposisi dewan dan komite audit. Karakteristik tersebut kemudian diukur dengan ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), dan PER (Price Earning Ratio). Penelitian ini bertujuan untuk memperkuat peran komisaris dalam penerapan tata kelola perusahaan. 4. Kesimpulan Keterkaitan anatara karakteristik dewan tata kelola pada perusahaan publik non keuangan di Indonesia dengan tata kelola perusahaan, terlihat dari komisaris independen yang mempunyai pernanan penting terkait dengan kinerja keuangan diukur dengan ROA dan ROE. Namun peraturan UUPT No. 40/Tahun 2007 mengenai peran komisaris dalam mengawasi dan memberikan nasihat memiliki perician yang tidak cukup. Hal ini berakibat pada perusahaan yang tidak mempunyai motivasi untuk memiliki komisaris independen atau komite audit.
Penelitian menyarankan bahwa diperlukan juga studi lanjutan dengan menggunakan
karakteristik dewan tata kelola pada perusahaan publik keuangan. Tujuan studi lanjutan tersebut adalah sebagai perbandingan dan mengetahui apakah peran komisaris dalam perusahaan publik keuangan juga mendukung penerapan tata kelola perusahaan.