Daftar isi
1Etimologi
2Zaman prasejarah
3Jaman Hindu-Buddha
4Jaman Awal Kedatangan Agama Islam
5Jaman Awal Kedatangan Bangsa Eropa
6Jaman Awal Kerajaan Islam
7Jaman VOC
8Jaman Penjajahan Inggris
9Jaman Hindia Belanda
10Jaman Jepang
11Jaman NICA dan Federalisme
12Jaman modern
13Kerajaan yang pernah ada
14Lihat pula
15Referensi
16Pranala luar
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Pertama sekali, Pulau Kalimantan memperolehi namanya daripada kata Sanskrit Kalamanthana,
yang bererti "pulau bercuaca terbakar" yakni pulau yang panas suhunya untuk menerangkan iklim
tropikalnya yang panas dan basahnya. Iyanya mengandungi dua patah kata: kal[a] ("masa, musim,
waktu") dan manthan[a] ("mendidih, memusing, membakar").[2] Sehinggakan, nama eksonim suku
Dayak Bidayuh dahulunya dikenali sebagai Klemantan.[3] Keduanya, Pulau Kalimantan ini juga
dikenal di seluruh dunia dengan nama Borneo yaitu sejak abad ke-15 M. Nama Borneo itu berasal
dari nama pohon Borneol (bahasa Latin: Dryobalanops camphora)yang mengandung (C10H17.OH)
terpetin, bahan untuk antiseptik atau dipergunakan untuk minyak wangi dan kamper, kayu kamper
yang banyak tumbuh di Kalimantan,[4][5] jadinya kemudian disebut oleh para pedagang dari Eropa
sebagai pulau Borneo atau pulau penghasil borneol[6]. Kerajaan Brunei yang ketika datangnya
bangsa Eropa ke wilayah Nusantara ini dikenali namanya sebagai Barunah mengdagangkan banyak
kampur di pelabuhannya di Muara lalu jadinya nama Pulau ini pun diidentikkan dengan nama
Kerajaan Brunei[7] saat itu (Yaitu oleh para pedagang Arab, Eropa serta China) karena Kerajaan
Brunei pada masa itu (selepas abad ke-14) merupakan antara kerajaan lewat yang terbesar di pulau
ini. Nama Kalimantan dipakai di Kesultanan Banjar kemudian oleh pemerintah Republik Indonesia
dipakai sebagai nama Provinsi Kalimantan.
107,000 SM, 65,000 SM dan 40,000 SM : penempatan awak manusia kuno di Gua Niah[8][9] [10]
30000 SM - Kebudayaan Lahad Datu muncul di Sabah.
10000 SM - Kebudayaan Sangkulirang muncul di Kalimantan Timur. Zaman Es (Kala
Pleistosen) berakhir. Zaman Modern (Kala Holosen) pun dimulai. Benua Sunda lenyap akibat
kenaikan permukaan laut, dan berubah menjadi sebagian dari kepulauan yang kini dikenal
sebagai Nusantara.
8000 SM : Migrasi manusia pertama memasuki daratan Kalimantan, kelompok ini
meneruskan migrasinya ke Papua.
5630 SM : Pemukiman kuno yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito yang pernah
ditemukan oleh Balai Arkeologi Kalimantan Selatan terletak di halaman Masjid Banua Halat
berasal dari tahun 5630 SM.[11]
2500 SM : Migrasi penutur bahasa Austronesia (Formosa/Taiwan) ke Kalimantan membawa
tradisi ngayau. Kebudayaan Nanga Balang muncul di Kapuas Hulu. Kebudayaan maju di
Sarawak meluas hingga ke Sambas. [12]
1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Kalimantan
242 SM - Peradaban Nan Sarunai muncul di Amuntai, didirikan oleh suku Dayak Maanyan.
001 SM : Migrasi orang Melayu dari Semenanjung Malaya ke Kalimantan Selatan kemudian
berkawin mawin dengan suku Dayak Maanyan membentuk proto Suku Banjar.
242-226 SM : Candi Agung di kota Amuntai didirikan oleh leluhur suku Banjar, menjadi situs
kerajaan pertama. Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang
Candi Agung yang menghasilkan angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan
Widianto, 1998:19-20).
200 : Penduduk Nusa Kencana migrasi ke pulau Bawean selanjutnya ke pulau Jawa,
sebagian melanjutkan perjalanan ke pulau Pawinian (Karimun Jawa) menuju Sumatra.
400 : Pendatang India meng-hindu-kan raja dari Kerajaan Kutai sehingga
terbentuklah kerajaan Hindu pertama di Nusantara. Prasasti Yupa dan Lesong
Batu oleh Raja Mulawarman menandai zaman sejarah.
525 : Suku Melayu yang sudah mendapat pengaruh India memperkenalkan
sistem kerajaan kepada bangsa Austronesia di lembah sungai Tabalong yaitu suku
Maanyan dan suku Bukit sehingga berdirinya Kerajaan Tanjungpuri/Kerajaan Nan
Sarunai berpusat di Tanjung.
700 : Pengaruh Kerajaan Melayu dan Sriwijaya ditandai penemuan patung Buddha
Dīpankara dan batu bertulis aksara Pallawa "siddha" dari abad ke-7 di sungai Amas dekat Candi
Laras, Tapin, Kalimantan Selatan.
1747: Tanggal 26 Juni 1747, Sanca Nata Tua, raja Landak menyerahkan daratan sungai
Batu Layang kepada habib Husin Alkadri sebagai hadiah setelah ia berhasil membasmi wabah
penyakit di kawasan Jeruju sebuah kawasan tambang intan yang dihuni orang-orang
Dharmasraya dan Siak.
1756 : Pada 20 Oktober 1756 Sultan Banjar Tamjidullah I membuat perjanjian dengan VOC
berisi larangan berdagang lada dengan orang Tiongkok, Inggris dan Prancis selanjutnya VOC
akan membantu menaklukkan kembali daerah yang memisahkan diri seperti : Berau, Kutai,
Paser, Sanggau, Sintang dan Lawai. Benteng Tatas dibangun di Pulau Tatas, Banjarmasin.
1756 : Kesultanan Banjar menaklukan negeri Sanggau, Sintang dan Tayan-Meliau.[51]
1759 : Muhammad Aliuddin Aminullah menjadi Sultan Banjar XIII sampai tahun 1761.
1761 : Susuhunan Nata Alam adalah Sultan Banjar XIV sampai tahun 1801, sebelumnya
sebagai wali Putra Mahkota yang masih kecil.
1762 : Umar Akamuddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1793. Di Brunei, Omar Ali
Saifuddin I menjadi Sultan Brunei sampai tahun 1795.
1762 : Datu TaliwangGusti Amin menobatkan Dewa Pangeran (Gusti Mesir) dari
Banjarmasin sebagai Sultan Sumbawa dengan gelar Dewa Mas Muhammad Jalaludddin II.[52]
1765 : Amiril Pengiran Maharajadinda menjabat Raja Tidung sampai tahun 1782.
1766 : Sultan Ibrahim Alam Syah menjadi Sultan Pasir III sampai tahun 1786.
1768 : Bertepatan tahun 1182 H, Syarif Abdurrachman Alkadrie menikah dengan Ratu
Syahranum, puteri dari raja kerajaan Banjar. Sebagai seorang menantu raja, Abdurrachman
kemudian diberi gelar Pangeran Syarif Abdurrachman Nur Alam.[53]
23 Oktober 1771 : Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie (adik
ipar Sultan Banjar Sunan Nata Alam) yang kemudian pada tahun 1778 direstui VOC-Belanda
sebagai Sultan Pontianak I berkuasa sampai tahun 1808. Pendirian kerajaan baru di
muara sungai Landak ini semula diprotes oleh Kerajaan Landak.
1772 : Sayyid Idrus Alaydrus (menantu Sultan Palembang Mahmud Badaruddin I) diangkat
VOC-Belanda menjadi Tuan Besar Kerajaan Kubu yang pertama, memerintah sampai
tahun 1795.
1773 : Inggris menempati Balambangan.[54]
1775 : La Pangewa, dilantik sebagai kapitan orang Bugis Pagatan diberi gelar Kapitan Laut
Pulo oleh Sultan Tahmidullah II, setelah menggempur Pangeran Amir (Raja Kusan I) yang
menyingkir hingga ke Kuala Biaju.
1777 : Republik Lanfang sebuah negara Hakka di Kalimantan Barat didirikan oleh Low Fang
Pak sampai akhirnya dihancurkan oleh VOC-Belanda pada tahun 1884.
1778 : Menurut akta tanggal 26 Maret 1778 Landak dan Sukadana diserahkan kepada
Kompeni Belanda oleh Sultan Banten. Inilah wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC-
Belanda di Kalimantan.
1778 : Aji Muhammad Aliyeddin menjadi Sultan Kutai Kartanegara XIV sampai tahun 1780.
1780 : Aji Muhammad Muslihuddin menjadi Sultan Kutai Kartanegara XV sampai
tahun 1816.
1780 : Populasi Kesultanan Banjarmasin mendekati 9.000 jiwa.[55]
1782 : Amiril Pengiran Maharajalila III menjadi Raja Tidung sampai tahun 1817.
28 September 1782 : Pemindahkan ibu kota Kesultanan Kutai
Kartanegara dari Pemarangan ke Tepian Pandan.
1785 : Pangeran Amir dibantu Arung Tarawe menyerang Tabaneo dengan pasukan 3000
orang Bugis-Paser berkekuatan 60 buah perahu untuk menuntut tahta Kesultanan
Banjar dari Tahmidullah II.[56]
1786 : Ratu Agung menjadi Sultan Pasir II sampai tahun 1788.
14 Mei 1787 : Pangeran Amir ditangkap Kompeni Belanda, kemudian diasingkan
ke Srilangka.
13 Agustus 1787 : Sultan Tahmidullah II menyerahkan kedaulatan Kesultanan
Banjar kepada VOC menjadi daerah protektorat dengan Akta Penyerahan di depan Residen
Walbeck, setelah VOC-Belanda berhasil menyingkirkan Pangeran Amir, rivalnya dalam
perebutan tahta. Sebagian besar Kalimantan diserahkan menjadi properti perusahaan VOC.
1788 : Sultan Dipati Anom Alamsyah menjadi Sultan Pasir III sampai tahun 1799. Sultan ini
menikahi Ratu Intan I yaitu Ratu dari Tjangtoeng dan Batoe Litjin.
1789 : Sultan Pontianak dengan dukungan Belanda melakukan serangan terhadap
Panembahan Mempawah dengan tujuan merebut wilayah Panembahan Mempawah. Kongsi
Lan Fong kemudian juga mengirimkan pasukannya membantu pasukan Sultan Pontianak.
Panembahan Mempawah kalah kemudian Raja Panembahan Mempawah mengundurkan
dirinya ke daerah Karangan dan kemudian menetap di sana.
1790 : Abubakar Tajuddin I menjadi Sultan Sambas sampai tahun 1814.
1795 : Muhammad Tajuddin menjadi Sultan Brunei IX sampai tahun 1807. Memerintahkan
Khatib Haji Abdul Latif menuliskan Silsilah Raja-Raja Brunei serta memerintahkan supaya
membuat rumah wakaf untuk jamaah haji Brunei di Mekkah.
1795 : Kerajaan Panembahan Simpang Matan didirikan di atas sisa-sisa Kerajaan
Sukadana[57]
1797 : Kedaulatan atas daerah Paser dan Pulau Laut diserahkan VOC kembali kepada
Sultan Banjar, Tahmidullah II.
1799 : Sultan Sulaiman II Alamsyah menjadi Sultan Pasir IV sampai tahun 1811.
Dewan Dayak Besar dibentuk tanggal 7 Desember 1946, dan selanjutnya tanggal 8 Januari 1947
dibentuk Dewan Pagatan, Dewan Pulau Laut dan Dewan Cantung Sampanahan yang bergabung
menjadi Federasi Kalimantan Tenggara. Kemudian tanggal 18 Februari 1947 dibentuk Dewan
Pasir dan Federasi Kalimantan Timur, yang akhirnya pada tanggal 26 Agustus 1947 bergabung
menjadi Dewan Kalimantan Timur. Selanjutnya Daerah Kalimantan Timur menjadi Daerah Istimewa
Kalimantan Timur dengan Kepala Daerah, Sultan Aji Muhammad Parikesit dari Kesultanan
Kutai dengan pangkat Kolonel. Daerah Banjar yang sudah terjepit daerah federal akhirnya
dibentuk Dewan Banjar tanggal 14 Januari 1948. Pembentukan Negara Kalimantan digagalkan
rakyat Banjarmasin dengan melakukan gerilya di pedalaman di bawah pimpinan Bapak Gerilya
Kalimantan Hasan Basry.
Gubernur Kalimantan dalam pemerintahan Pemerintah RI di Yogyakarta, yaitu Pangeran
Muhammad Noor, mengirim Cilik Riwut dan Hasan Basry dalam misi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan untuk menghadapi kekuatan NICA. Pada tanggal 17 Mei 1949, Letkol Hasan
Basry selaku Gubernur Tentara ALRI Wilayah IV Pertahanan Kalimantan memproklamirkan
sebuah Proklamasi Kalimantan yang isinya bahwa "Kalimantan" tetap sebagai bagian tak
terpisahkan dari Negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
Pemerintah Gubernur Militer ini merupakan upaya tandingan terhadap terbentuknya Dewan
Banjar yang didirikan Belanda.
Di masa Republik Indonesia Serikat, Kalimantan menjadi beberapa satuan-kenegaraan yaitu :
Gubernur Borneo
Kalimantan Barat
Kerajaan Wijayapura
Kerajaan Sambas
Kerajaan Batu Laras
Kerajaan Tanjungpura
Kerajaan Kendawangan
Kerajaan Landak
Panembahan Sukadana
Panembahan Sambas
Kesultanan Sukadana
Kesultanan Sambas
Kerajaan Sintang
Kesultanan Sanggau
Panembahan Mempawah
Panembahan Matan
Kerajaan Sekadau
Kerajaan Tayan
Kerajaan Meliau
Kesultanan Pontianak
Kerajaan Kubu
Kerajaan Simpang
Kerajaan Silat
Kerajaan Ambawang
Kerajaan Bunut
Kerajaan Piasak
Kerajaan Jongkong
Kerajaan Selimbau
Kerajaan Suhaid
Kerajaan Silawang
Kerajaan Kerta Moelia