Anda di halaman 1dari 14

MODEL FAMILY CENTERED MATERNITY CARE SEBAGAI STRATEGI

OPTIMALISASI COMPETENT MOTHERING


(Family centered maternity care model as the strategy to optimize competent mothering)

Asmuji*, Diyan Indriyani*


* Faculty of Health Sciences Muhammadiyah University Jember, Jl. Karimata 49 Jember
Email: asmuji@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya.Untuk persoalan tersebut perlu pemecahan dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan bayi,
salah satunya dengan membangun model edukasi postnatal yang difokuskan pada ibu postpartum dengan melibatkan
keluarga sebagai dukungan sosial. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian partisipatif (kualitatif) dan
Participatory Action Research (PRA), dengan tujuan uji coba model edukasi postnatal secara komprehensif sekaligus
evaluasi dalam menyempurnakan model sehingga diperoleh model yang tepat. Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan cara survei/observasi, wawancara, FGD, wawancara mendalam pada ibu postpartum dan keluarga
sejumlah 100 responden, maupun petugas kesehatan. Hasil: Penelitian yang dilakukan telah berhasil merumuskan model
edukasi postnatal melalui pendekatan FCMC sebagai strategi optimalisasi competent mothering dalam menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Bayi. Model tersebut telah dilakukan ujicoba secara komprehensif baik terhadap ibu postpartum dan
keluarga serta terhadap petugas kesehatan dengan media modul dan booklet tentang perawatan diri ibu nifas dan perawatan
bayi baru lahir yang disesuaikan dengan tahapan masa postpartum. Terdapat pengaruh model edukasi postnatal dengan
pendekatan FCMC terhadap persepsi ibu nifas dan keluarga tentang perawatan diri pada masa immediately postpartum,
perawatan diri dan bayi baru lahir pada fase early postpartum dan fase late postpartum dengan nilai p masing-masing adalah
0,00 (α≤0,05). Selain itu juga didapatkan ada pengaruh sosialisasi model edukasi postnatal dengan pendekatan FCMC
terhadap persepsi petugas kesehatan dengan nilai p 0,00. Diskusi: Rekomendasi penelitian ini adalah model edukasi
postnatal melalui pendekatan FCMC sebagai strategi optimalisasi competent mothering dapat diterapkan sebagai salah satu
upaya dalam menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Kata Kunci: Model Edukasi Postnatal, FCMC, Competent Mothering.

ABSTRACT
Introduction: Indonesia’s rate of MMR and IMR remains high among other ASEAN countries. This issue needs to be
seriously addressed, particularly in dealing the mother-and-infant related problems, through developing the postnatal
education model which focuses on postpartum mother by involving family as the social support. Methods: This research
employed participative approach (qualitative) and Participatory Action Research (PRA), with the intention of conducting the
try-out to the postnatal education model comprehensively, as well as evaluating the perfection attempts to the model in order
to generate the fittest model. The data collection technique used in this research were survey/observation, interview, FGD,
in-depth interview for postpartum mothers and family (100 respondents), as well as healthcare extension agents. Results:
This research has successfully formulated the postnatal education model through FCMC approach as the optimization of
competent mothering strategy in lowering the infant and maternal mortality rate. This model has undergone comprehensive
trial to postpartum mothers and family as well as the healthcare extension agents by providing modules and booklet
concerning the treatment of postpartum mother and newly born infants in accordance with the postpartum stages. The
results also revealed that postnatal education model through the FCMC approach affected the perception of postpartum
mothers and their family regarding the self-care treatment during the immediately post partum period, the infant and
selfcare treatment at the early and late postpartum stages as shown by the p value of 0,00 (α≤0.05). Furthermore, there was
also an impact of the extension attempt of postnatal education model through the FCMC towards the perception of the
healthcare extension agents with the p value of 0,00. Discussion: This research recommended that the postnatal education
model through family centered maternity care (FCMC) as the optimization of competent mothering is implemented as one of
the attempts in lowering the Maternal and Infant Mortality Rates, respectively.

Keywords: Postnatal Education Model, FCMC, Competent Mothering


____________________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN peristiwa yang fisiologis, sehingga prinsip


keperawatannya berorentasi pada kemandirian
Periode masa nifas yang dijalani ibu ibu. Peran sebagai orang tua tidak terlepas
postpartum masih memiliki berbagai kendala
dari partisipasi atau kerja sama antara ibu dan
17
salah satunya persepsi yang belum sinergis
keluarga (suami) serta anggota keluarga yang
dengan anjuran kesehatan. Paradigma
perawatan post lain (Sulistyawati 2009).
Hambatan yang masih
partum yang baru menekankan bahwa ibu post
ditemukan dalam perawatan ibu
postpartum
patum adalah ibu sehat dan merupakan
adalah adanya anggapan masyarakat bahwa ibu periode perinatal yang salah satunya adalah
post partum merupakan ibu yang sakit, masa nifas, termasuk bayi yang menjadi
mobilisasinya dihambat, jenis makanannya tanggungjawab ibu dalam berperan sebagai
dibatasi, pemberian ASI colostrum dihambat orangtua.
sehingga kebutuhan ibu post partum Berkaitan dengan permasalahan
diprioritaskan untuk istirahat penuh. tersebut di atas telah dipecahkan, salah satunya
Keterlibatan keluarga besar dalam perawatan dengan membangun Model Edukasi Postnatal
bayi sejauh ini disalah artikan, dimana yang difokuskan pada ibu postpartum dengan
perawatan bayi diserahkan pada anggota melibatkan keluarga sebagai sosial support.
keluarga yang lain. Kondisi ini membuat ibu
Model ini memiliki keunggulan bahwa dalam
nifas cenderung merasa belum siap dalam
melakukan perkembangan dan tugas-tugas mengoptimalkan pemahaman ibu tentang peran
perawatan bagi diri serta bayinya. Oleh karena dan fungsinya dalam beradaptasi secara
itu pentingnya adanya pembelajaran pada maternal dan perawatan bayi baru lahir,
periode postnatal yang memiliki tujuan untuk keluarga ikut terlibat aktif dalam upaya
mengadaptasikan ibu dan keluarga tersebut. Dampak dari peningkatan pemahaman
berpartisipasi dalam perawatan ibu nifas dan ibu postpartum tersebut ibu akan memiliki
bayi baru lahir melalui pendidikan postnatal. kemampuan competent mothering secara
Salah satu jembatan untuk optimal. Hal ini tentunya berkontribusi
mengoptimalkan upaya edukasi postnatal terhadap optimalisasi status kesehatan ibu
adalah melalui keterlibatan keluarga. Ibu maupun bayi yang dilahirkan, sehingga dapat
dengan dukungan keluarga melalui pendekatan berdampak untuk menekan angka kematian ibu
FCMC diharapkan memiliki kemampuan yang dan bayi.
optimal dalam beradaptasi secara maternal Masalah yang diteliti ini berkaitan dengan 1)
pada masa nifas, juga kemampuan dalam peran petugas kesehatan dan institusi kesehatan
mengasuh bayi. Berbagai persepsi yang kurang dalam optimalisasi competent mothering ibu
tepat dalam dua kondisi ini akan sangat postpartum dalam upaya menurunkan Angka
berisiko terhadap kesehatan baik ibu maupun Kematian Ibu dan Bayi; 2) peran keluarga
bayi. dengan pendekatan FCMC dalam optimalisasi
Pemerintah memerlukan upaya yang competent mothering ibu postpartum dalam
sinergis dan terpadu untuk mempercepat upaya menurunkan angka kematian ibu dan
penurunan AKI dan AKB di Indonesia bayi.
khususnya dalam mencapai target Millenium
Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. BAHAN DAN METODE
Tentunya hal ini merupakan tantangan yang
cukup berat bagi Pemerintah Indonesia (RI Penelitian ini diawali dengan tahap
2007) Target RPJMN Tahun 2010-2014 penggalian data faktual persepsi tentang
mengamanatkan agar AKI dapat diturunkan adaptasi maternal fisiologis dan psikologis,
menjadi 118 /100.000 kelahiran hidup pada perawatan diri dan perawatan bayi baru lahir
tahun 2014. Berbagai upaya pemerintah telah (BBL) masa nifas dan status kesehatan pada
dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB ibu nifas dan keluarga. Selain itu juga
ini. Bila diidentifikasi terkait faktor-faktor penggalian data peran (Dinas Kesehatan,
yang berkontribusi terhadap AKI dan AKB pelayanan kesehatan, dan petugas kesehatan).
sangatlah kompleks (Saifuddin 2004) Kondisi Selanjutnya pada tahap 2 dilakukan
penyebab kematian ibu tersebut ternyata penyusunan rancangan model dengan cara
memang bisa ditemukan pada periode telaah hasil analisis data dan selanjutnya
postnatal. Untuk itu perlu perhatian dalam mengadakan diskusi untuk menetapkan model.
mengidentifikasi masalah kesehatan ibu selama Pada tahap 3 dilakukan uji coba model secara
komprehensif yang dilakukan dengan: a)
18
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

melakukan pendidikan kesehatan tentang late postpartum meliputi kontrasepsi,


adaptasi maternal fisiologis dan psikologis, seksualitas, imunisasi bayi, mengenal perilaku
perawatan diri masa nifas, keluarga sebagai bayi, tumbuh kembang bayi dan keamanan
social support, perawatan bayi baru lahir, dan bayi.
FGD tentang kesiapan penerimaan peran Penelitian ini melibatkan ibu nifas
menjadi orangtua; b) melakukan koordinasi dan keluarga di Ruang Dahlia RSD dr.
dengan institusi kesehatan terkait penyusunan Soebandi Jember dan wilayah Kecamatan
kebijakan pelaksanaan edukasi postnatal bagi Kaliwates Kabupaten Jember dengan
ibu nifas dan keluarga; dan c) melakukan pendekatan penelitian partisipatif
pelatihan terhadap petugas kesehatan tentang (kualitatif) dan Participatory Action
strategi edukasi postnatal dengan pendekatan Research (PRA). Tehnik pengumpulan
FCMC serta pelatihan tentang optimalisasi data dilakukan dengan cara
competent mothering ibu nifas. Survei/observasi, Wawancara, FGD,
Model edukasi postnatal dengan indept interview. Penentuan sampel
pendekatan FCMC memiliki beberapa dilakukan dengan tehnik purposive
ketetapan seperti pada gambar 1. Ketetapan sampling. Jumlah sampel diambil 50 orang
tersebut antara lain: 1) pemberian edukasi sampel di RSD dr. Soebandi Jember dan
postnatal dilakukan dengan menyediakan 50 sampel ibu postpartum di Wilayah
format discharge planning; 2) melibatkan Kecamatan Kaliwates, sehingga jumlah
keluarga terdekat bagi ibu nifas (misal: suami, keseluruhan adalah 100 responden.
ibu maupun mertua) sebagai social support; 3) Data yang telah dikumpulkan pada
memperhatikan tahapan masa nifas yang terdiri penelitian ini meliputi data 1) persepsi ibu
dari fase immediately postpartum (0-24 jam nifas dan keluarga tentang adaptasi
pertama), early postpartum (>24 jam-1 minggu maternal fisiologis dan psikologis; 2)
pertama) dan late postpartum (> 1 minggu- 6/8 persepsi ibu nifas dan keluarga tentang
minggu); 4) memperhatikan karakterisktik ibu perawatan diri masa nifas; 3) persepsi ibu
nifas dan keluarga, termasuk budaya yang nifas dan keluarga tentang perawatan bayi
digunakan oleh mereka; 5) topik edukasi baru lahir; 4) persepsi petugas kesehatan
disesuaikan dengan kebutuhan ibu terkait tentang edukasi postnatal dengan
tahapan masa nifas. Adapun topik pada fase pendekatan FCMC; 5) pengaruh edukasi
immediately postpartum meliputi adaptasi postnatal terhadap persepsi ibu nifas dan
nyeri dan mobilisasi dini. Topik pada fase keluarga tentang perawatan diri masa nifas
early postpartum meliputi perawatan payudara, dan bayi baru lahir. Pengolahan data yang
pijat oksitosin, tehnik menyusui yang benar, diperoleh baik secara teoritis maupun
nutrisi masa menyusui, perawatan perineum, lapangan dianalisis secara kuantitatif baik
personal hygiene, kebutuhan istirahat, senam secara deskriptif maupun menggunakan uji
nifas, ASI ekslusif, perawatan bayi baru lahir dependent t-tes.
(memandikan, perawatan tali pusat, dan
mengganti popok). Sedangkan topik pada fase

19
FCMC

Immediately postpartum Topics: early mobilization, pain


(first 0-24 hours) adaptation

Topics: breast care, oxytocin


Postpartum massage, breastfeeding
mothers technique, nutrition, perineum
F care, personal hygiene, the F
Postnatal
C education
Education on Early postpartum need of rest, gymnastic C
postpartum (>24 hours - 1 week) parturition, exclusive
by health
M workers
period breastfeeding, neonatal care M
C Family as
(bathing, umbilical cord care, C
changing diapers)
social
support
Topics: contraception,
sexuality, baby immunization,
Late postpartum
infant’s behavior, infant’s
(week 2 – 6/8 weeks)
savety

FCMC

Gambar 1. Model edukasi postnatal dengan pendekatan Family Centered Maternity Care

20
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

HASIL
Tabel 1 Distribusi Persepsi Tentang Perawatan Diri Pada Masa Immadiately Postpartum dan Early
Postpartum pada Ibu Nifas dan Keluarga
Immadiately Postpartum Early Postpartum
Nilai Pretest (n=50) Posttest (n=50) Pretest (n=50) Posttest (n=50)
Mean 44.20 70.00 47.80 71.20
Median 45.00 70.00 50.00 70.00
Mode 40 70 50 70
Std. Deviation 14.441 9.476 12.171 7.990
Minimum 10 50 10 50
Maximum 70 90 70 90

Tabel 2 Distribusi Persepsi Ibu Nifas Dan Keluarga Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir pada Masa
Early Postpartum
Early Postpartum (n=50)
Nilai
Pretest Posttest
Mean 47.80 70.00
Median 50.00 70.00
Mode 50 70
Std. Deviation 11.301 7.559
Minimum 20 50
Maximum 70 90
Tabel 3 Distribusi Persepsi Petugas Kesehatan Tentang Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC
Persepsi Tentang MEP (n=17)
Nilai pretest posttest
Mean 52.53 77.82
Median 56.00 77.00
Mode 56 70
Std. Deviation 11.495 7.376
Minimum 28 70
Maximum 70 91

Tabel 4 Pengaruh Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan Family FCMC terhadap Persepsi Perawatan
Diri pada Ibu Nifas dan Keluarga
Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value
Persepsi Fase Immadiately Postpartum (n=50)

pretest 44.20 14.441 2.042 0,00

posttest 70.00 9.476 1.340


Persepsi Fase Early Postpartum (n=50)

12.171 pretest 47.80 1.721 0,00


7.990 posttest 71.20 1.130

Tabel 5 Pengaruh Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC Terhadap Persepsi Ibu Nifas dan
Keluarga Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir pada 1 Minggu Pertama
Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value

21
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

Persepsi Perawatan BBL 1 Minggu Pertama (n=10)

11.301 pretest 47.80 1.598 0,00


7.559 posttest 70.00 1.069
Tabel 6 Pengaruh Sosialisasi Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC terhadap Persepsi
Petugas Kesehatan
Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value
Persepsi Petugas Tentang MEP dengan Pendekatan FCMC (n=17)

11.495 pretest 52.53 2.788 0,00


7.376 posttest 77.82 1.789

Tabel 7 Distribusi Persepsi Tentang Perawatan Diri pada Ibu Nifas dan Keluarga
Immadiately Postpartum (n=50) Early Postpartum (n=50) Late Postpartum (n=50)
Nilai Pretest Posttest pretest posttest Pretest Posttest
Mean 49.00 69.20 47.40 66.60 50.40 70.00
Median 50.00 70.00 50.00 70.00 50.00 70.00
Mode 50 70 50 60a 50 70
Std. Deviation 9.530 6.652 13.219 12.715 6.987 6.999
Minimum 30 50 10 40 40 60
Maximum 70 80 70 90 60 80

Tabel 8 Distribusi Persepsi Ibu Nifas Dan Keluarga tentang Perawatan Bayi Baru Lahir
Early Postpartum (n=50) Late Postpartum (n=50)
Nilai
Pretest Posttest Pretest Posttest
Mean 50.40 70.00 41.80 65.80
Median 50.00 70.00 40.00 70.00
Mode 50 70 40 70
Std. Deviation 6.987 6.999 12.728 11.445
Minimum 40 60 10 10
Maximum 60 80 60 90
Tabel 9 Distribusi Persepsi Petugas Kesehatan tentang Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC
Persepsi Tentang Model Edukasi Postnatal (n=11)
Nilai pretest posttest
Mean 52.91 77.00
Median 49.00 77.00
Mode 42a 70a
Std. Deviation 10.454 7.000
Minimum 42 70
Maximum 70 91

Tabel 10 Pengaruh Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC Terhadap Persepsi Perawatan Diri
pada Ibu Nifas dan Keluarga
Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value
Persepsi Fase Immadiately Postpartum

pretest 49.00 9.530 1.348 0,00


posttest 69.20 6.652 .941

22
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

Persepsi Fase Early Postpartum

pretest 47.40 13.219 1.869 0,00

posttest 66.60 12.715 1.798


Persepsi Fase Late Postpartum

12.469 Pretest 44.20 1.763 0,00


8.657 Posttest 68.40 1.224

Tabel 11 Pengaruh Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC Terhadap Persepsi Ibu Nifas dan
Keluarga Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir
Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value
Persepsi Perawatan BBL 1 Minggu Pertama (n=50)

pretest 50.40 6.987 .988 0,00

posttest 70.00 6.999 .990


Persepsi Perawatan BBL 2-6 Minggu Pertama (n=50)
Pretest 41.80 12.728 1.800
Postest 65.80 11.445 1.619 0,00

Tabel 12 Pengaruh Sosialisasi Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC Terhadap Persepsi
Petugas Kesehatan
Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value
Persepsi Petugas Tentang MEP dengan Pendekatan FCMC (n=11)

10.454 pretest 52.91 3.152 0,00


7.000 posttest 77.00 2.111

PEMBAHASAN hubungan yang diikat denga norma-norma


tertentu (Friedman, M.M. 2003). Keluarga ini
Berdasarkan uji coba model yang telah adalah kumpulan masyarakat terkecil yang ada
dilakukan di RSD dr. Soebandi Jember dan di
di dalam sebuah komunitas. Adanya hubungan
Puskesmas Kaliwates Jember didapatkan hasil
yang erat antar sesama anggota keluarga
bahwa edukasi postnatal dengan pendekatan
merupakan dasar bahwa keluarga merupakan
FCMC efektif diterapkan untuk menguatkan
individu yang saling mendukung satu sama
persepsi bagi ibu nifas dan keluarga yang lain.
Sama halnya pada ibu nifas, dimana tahap
menjalani perawatan di rumah sakit maupun di
perkembangan keluarga yang dijalani yaitu
rumah. Peneliti berpendapat bahwa pemberian keluarga dengan childbearing. Keluarga edukasi
bagi ibu nifas akan optimal jika dengan childbearing adalah tahap kedua dalam diberikan sesuai
tahapan masa nifas yang perkembangan keluarga yang dimulai sejak
meliputi tiga fase yaitu
immediately kelahiran anak pertama
sampai bayi berusia 30
postpartum, early postpartum, dan late bulan
(Friedman, M.M. 2003) Namun

23
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

postpartum. Topik yang diberikan jika


menurut Calgary tahap ini merupakan tahap
disesuaikan dengan fase yang sedang dijalani
ketiga dimana terjadi transisi dari peran
oleh ibu nifas akan lebih optimal karena sesuai
individu menjadi orang tua
dan mulai
dengan kebutuhan yang sedang dijalani.
membentuk sistem yang permanen. Masa
Topik edukasi pada fase immediately transisi dalam tahap ini menjadi faktor
postpartum (0-24 jam pertama) meliputi
pencetus stres dan ketidakseimbangan dalam
adaptasi nyeri dan mobilisasi dini. Topik
keluarga. Setiap tahap dalam keluarga
edukasi pada fase early postpartum (>24
jammemiliki tugas yang harus dipenuhi, yang
1 minggu pertama)
meliputi: perawatan berkaitan
dengan tanggung jawab yang harus
payudara, pijat oksitosin, tehnik menyusui
dicapai oleh keluarga sehingga keluarga dapat
yang benar, kebutuhan istirahat, senam nifas,
memenuhi kebutuhan keluarga, yang disebut
ASI ekslusif, perawatan perineum, personal
tugas perkembangan keluarga. tugas perawat
hygiene, dan perawatan BBL (memandikan,
pada fase nifas ini adalah memfasilitasi
perawatan tali pusat, nutrisi masa menyusui,
keluarga khususnya ibu agar mempunyai
mengganti popok). Sedangkan topik edukasi
kompetensi yang maksimal untuk melakukan
pada fase late postpartum
(> 1 minggu- 6/8
perawatan diri dan
bayinya.
minggu) meliputi: kontrasepsi, seksualitas,
Melalui edukasi postnatal dengan
imunisasi bayi, mengenal perilaku bayi,
pendekatan FCMC keluarga menjadi optimal
tumbang bayi dan keamanan bayi.
dalam memenuhi tugas perkembangan
Proses pemberian edukasi tersebut keluarga dengan ibu nifas baik dalam
dengan melibatkan keluarga sebagai social
melakukan perawatan diri maupun perawatan
support. Keluarga merupakan sekumpulan
bayinya. Melalui ujicoba pada ibu nifas dan
individu yang menyatu dalam sebuah
keluarga yang dirawat di Ruang Dahlia RSD
dr. Soebandi Jember dan di wilayah postpartum (024 jam pertama) meliputi
Puskesmas Kaliwates Jember pada kebutuhan adaptasi nyeri dan mobilisasi dini. Topik
informasi tentang perawatan diri pada masa tersebut penting disampaikan pada ibu dan
Immadiately Postpartum diperoleh nilai p (p keluarga karena adaptasi nyeri dan mobilisasi
value 0,00). Berdasarkan hasil tersebut dapat dini merupakan kebutuhan utama ibu pada 0-
dinyatakan bahwa etopik dukasi pada fase 24 jam pertama pasca melahirkan. Ketika
tersebut efektif diberikan pada ibu nifas. melahirkan terdapat beberapa perubahan
Topik edukasi pada fase immediately fisiologis pada anatomi reproduksi ibu
24
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

sehingga menimbulkan nyeri. Rasa nyeri yang Fase selanjutnya yang dilalui ibu nifas
dialami ibu karena perubahan serviks dan adalah early postpartum. Topik edukasi pada
iskemia uterus pada persalinan kala I fase early postpartum (>24 jam-1 minggu
(Wiknjosastro 2005). Kala I fase laten lebih pertama) meliputi: perawatan payudara, pijat
banyak penipisan di serviks sedangkan oksitosin, tehnik menyusui yang benar,
pembukaan serviks dan penurunan daerah kebutuhan istirahat, senam nifas, ASI ekslusif,
terendah janin terjadi pada fase aktif dan perawatan perineum, personal hygiene, dan
transisi. Rasa nyeri ini perlu diadaptasikan perawatan BBL (memandikan, perawatan tali
oleh perawat melalui edukasi yang tepat pusat, nutrisi masa menyusui, mengganti
dengan memanfaatkan dukungan yang ada popok). Berdasarkan hasil uji coba pada ibu
yaitu keluarga. hal ini sesuai dengan teori nifas dan keluarga di Ruang Dahlia RSD dr.
yang disampaikan Pillitery (Pillittery 2003) Soebandi Jember dan di wilayah Puskesmas
bahwa dukungan dari pasangan, keluarga Kaliwates Jember terkait perawatan diri pada
maupun pendamping persalinan dapat fase early postpartum didapatkan p value 0,00.
membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin Hasil tersebut menunjukkan bahwa topik
juga membantu mengatasi rasa nyeri. edukasi yang diberika pada fase ini efektif
Topik lain pada fase immadiately dapat diberikan pada ibu nifas dan keluarga.
postpartum adalah mobilisasi dini. Beberapa pentingnya kompetensi ibu dalam merawat diri
penelitian telah banyak membuktikan bahwa dan bayinya adalah salah satu faktor penting
mobilisisasi dini memberikan manfaat yang untuk menurunkan angka kematian ibu dan
besar bagi ibu nifas. Penelitian mahdiyah bayi. Fase early postpartum adalah periode di
(Mahdiyah 2013) membuktikan bahwa mana ibu seharusnya telah mampu untuk
terdapat hubungan yang signifikan antara merawat diri dan bayinya. Melalui dukungan
mobilisasi dini dengan penurunan tinggi keluarga tentunya kompetensi ini akan lebih
fundus uteri pada ibu postpartum. Mobilisasi mudah dimiliki oleh ibu nifas. Perawatan diri
dini juga memberikan manfaat pada pada ibu nifas meliputi perawatan payudara,
penyembuhan luka perineum bagi ibu yang pijat oksitosin, tehnik menyusui yang benar,
melahirkan normal dan luka post operasi kebutuhan istirahat, senam nifas, ASI ekslusif,
sectio caesarea. Hal ini telah dibuktikan perawatan perineum, dan personal hygiene.
bahwa terdapat hubungan antara mobilisasi Perawatan diri yang sedikit dilakukan adalah
dini dengan penyembuhan luka perineum pada senam nifas, istirahat dan tidur, asupan energi
ibu postpartum (Dewi, Ratnawati 2011). dan protein, dan memiliki pantangan makan
Penelitian dari mustakim telah membuktikan sehingga direkomendasikan untuk memberikan
bahwa moblisasi dini dinyakatan efektif dalam edukasi secara optimal bagi ibu nifas dan
mencegah terjadinya infeksi luka pada ibu keluarga terkait topik edukasi tersebut.
postpartum dengan sectio caesarea (Mustakim Topik pertama yang perlu
2009). Mobilisasi dini penting untuk disampaikan oleh petugas kesehatan adalah
disampaikan oleh petugas kesehatan perawatan payudara pada ibu nifas. Perawatan
disamping karena manfaatnya yang positif payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan
bagi ibu nifas, juga karena keberagaman secara sadar dan teratur untuk memelihara
budaya yang terjadi di Indonesia. Beberapa kesehatan payudara dengan tujuan untuk
masyarakat terkadang masih menganut
mempersiapkan laktasi pada waktu post partum
budaya tertentu dan berkembang dalam
(Bobak, LM., Lowdermilk, D.L., & Jensen
keluarga seperti keyakinan bahwa ibu nifas
tidak diperbolehkan bergerak karena akan 2005). Tindakan ini dilakukan dengan tujuan
membuat luka penyembuhannya menjadi untuk 1) Memelihara kebesihan payudara; 2)
lama, akan menambah rasa sakit pada ibu, dan Melenturkan dan menguatkan puting susu; 3)
masih banyak lagi kepercayaan masyarakat Mengeluarkan puting susu yang masuk
yang salah terkait mobilisasi dini. Perawat kedalam atau daftar; 4) Mempersiapkan
perlu meluruskan anggapan tersebut dengan produksi ASI; 5) Mencengah pembendungan
pendekatan melalui keluarga sebagai sumber ASI; 6) Meningkatkn hygiene payudara; 7)
dukungan utama ibu nifas. Edukasi yang Meningkatkan produksi ASI; 8) Melenturkan
diberikan akan efektif jika keluarga saling dan menguatkan puting payudara. Hal tersebut
mendukung dan memahami pentingnya telah dilakukan penelitian oleh Astari &
melakukan perawatan pada ibu nifas salah Djuminah (2008) yang membuktikan bahwa
satunya mobilisasi dini khususnya pada fase ada hubungan antara perawatan payudara masa
024 jam pertama melahirkan. antenatal dengan kecepatan sekresi ASI
25
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

(Djuminah 2008). Hasil uji korelasi dapat melakukan pijat oksitosin pada ibu
menunjukkan perawatan payudara akan sambil mengajarkan pada ibu dan keluarga cara
menyebabkan sekresi ASI pada ibu postpartum dan titik yang harus dilakukan pemijatan
cenderung lebih cepat atau kurang dari 24 jam sehingga keluarga sebagai pendamping utama
dengan peluang 11 kali lebih cepat bagi ibu nifas dapat memberikan tindakan
dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan pemijatan baik ketika di rumah sakit maupun
perawatan payudara. Hal ini juga didukung saat di rumah agar produksi ASI lancar dan
oleh penelitian Masnila (Masnila 2013) yang proses menyusui dapat berjalan dengan
optimal.
membuktikan bahwa ada hubungan perawatan
Proses menyusui akan berjalan optimal
payudara dengan produksi ASI pada ibu
jika kondisi fisik dan psikologis ibu dalam
postpartum. Selain itu pentingnya perawatan keadaan baik. Selain itu produksi ASI juga
payudara ini ternyata mampu meningkatkan merupakan faktor penting keberhasilan proses
kualitas kolostrum. Hal tersebut telah menyusui. Namun produksi ASI yang banyak
dibuktikan bahwa terdapat perbedaan yang jika tidak dilakukan dengan teknik menyusui
signifikan antara kandungan protein dalam yang benar juga akan menghambat proses
kolostrum sebelum dan sesudah perawatan menyusui. Teknik menyusui yang benar adalah
payudara (Machmudah, Khayati 2013). Melalui cara memberikan ASI kepada bayi dengan
dukungan keluarga, kegiatan perawatan perlekatan sehingga proses menyusui optimal
payudara pada ibu nifas mampu dilakukan karena posisi ibu dan bayi ketika menyusui
dengan baik karena edukasi yang diberikan dapat memberikan rangsangan pengeluaran
akan langsung dipraktikkan oleh ibu dengan ASI dan bayi dapat menghisap puting dengan
didukung oleh keluarga khususnya suami benar. Mengajari ibu bagaimana teknik
dalam pelaksanaannya sehingga ibu mampu menyusui yang benar adalah tugas dari petugas
melakukan perawatan payudara dengan benar kesehatan dengan mengoptimalkan dukungan
dan rutin sehingga memberikan manfaat yang keluarga sebagai social support utama bagi ibu
baik bagi produksi ASI ibu nifas. nifas. Posisi menyusui yang salah dapat
Pijat oksitosin merupakan topik menimbulkan masalah pada ibu dan bayi
edukasi selanjutnya yang perlu disampaikan seperti puting menjadi lecet karena perlekatan
pada ibu nifas dan keluarga. Pijat oksitosin tidak sempurna sehingga membuat ibu enggan
adalah pemijatan pada sepanjang tulang menyusui, produksi ASI tidak lancar yang
belakang (vertebrae) sampai tulang costae menyebabkan proses menyusui terhambat, dan
kelima-keenam dan merupakan usaha untuk bayi sering menangis karena tidak merasa
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin kenyang setelah disusui. Hal tersebut dapat
setelah melahirkan (Bobak, LM., Lowdermilk, menjadi masalah ketidakberhasilan ibu dalam
D.L., & Jensen 2005). Kegagalan dalam proses menyusui sehingga edukasi yang optimal
menyusui sering disebabkan karena timbulnya diperlukan agar ibu mampu dan kompeten
masalah, baik pada ibu maupun pada bayinya, dalam menyusui bayi. Dukungan keluarga
salah satunya yaitu produksi ASI yang kurang. sangat penting di sini karena petugas kesehatan
Untuk memperlancar produksi ASI dapat tidak selalu berada di samping ibu untuk
dilakukan dengan merangsang reflek oksitosin mengamati apakah posisi menyusui sudah
yaitu dengan pijat oksitosin. Penelitian Suryani benar. Keluarga adalah individu yang selalu
& Astuti (2013) membuktikan bahwa pijat berada di samping ibu sehingga bisa
oksitosin efektif meningkatkan produksi ASI diberdayakan untuk mengingatkan dan
pada ibu nifas. Hal ini sesuai dengan pedoman membantu ibu melakukan teknik menyusui
Depkes (Departemen Kesehatan Republik yang benar.
Indonesia 2007) bahwa pijat stimulasi oksitosin Masa nifas adalah masa yang cukup
untuk ibu menyusui berfungsi untuk melelahkan bagi ibu dan keluarga karena
merangsang hormon oksitosin agar dapat adanya anggota keluarga baru yaitu bayi.
memperlancar ASI dan meningkatan Tahap perkembangan keluarga dengan anak
kenyamanan ibu, mengurangi bengkak kecil menurut Calgary adalah tahap ketiga.
(engorgement), mengurangi sumbatan ASI, dan Pada tahap ini orang dewasa menjadi pengasuh
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan untuk bayinya. Pengalaman keluarga dapat
bayi sakit. Mengingat gerakan dalam mempengaruhi pembentukan keluarga baru.
melakukan pijat oksitosin ini adalah di Tahap ini merupakan tahap terjadinya transisi
vertebrae (tulang belakang) maka lebih optimal dari peran individu menjadi orang tua dan
jika dibantu oleh orang lain. Petugas kesehatan mulai membentuk sistem yang permanen.

26
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

Peran tersebut pada mulanya sulit karena ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan
perasaan ketidakadekuatan menjadi orangtua produksi air susu, yang sangat dibutuhkan
baru, kurangnya bantuan dari keluarga dan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian
teman-teman, dan para profesional perawatan ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan
kesehatan yang bersifat membantu dan sering meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta
terbangun tengah malam oleh bayi yang kebiasaan makan yang memuaskan.
berlangsung 3 hingga 4 minggu. Ibu merasa Topik penting lainnya adalah ASI
letih secara psikologis dan fisiologis. Ia sering eksklusif yang perlu disampikan pada ibu dan
merasakan beban tugas sebagai ibu rumah keluarga. keberhasilan ASI eksklusif ini sangat
tangga dan mungkin juga bekerja selain bergantung pada sikap ibu dan dukungan
merawat bayi. Ketika periode tersebut ibu keluarga. Berdasarkan Penelitian didapatkan
membutuhkan istirahat yang cukup agar bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan
terhindar dari stress fisik maupun psikologis. pemberian ASI eksklusif (Wenas. W, Malonda,
Petugas kesehatan penting menyampaikan N.S, Bolang. A, Kapantow 2010). Hasil
kebutuhan istirahat dan tidur selama fase early penelitian menyatakan bahwa dukungan
postpartum karena kebutuhan ini adalah keluarga berhubungan dengan keberhasilan
kebutuhan utama bagi ibu. Kegunaan atau pemberian ASI eksklusif (Rahmawati, Bahar,
fungsi dari tidur yang cukup bagi ibu nifas B, & Salam 2013). ASI Eksklusif adalah air
yaitu regenerasi sel-sel tubuh yang rusak susu ibu yang diberikan untuk bayi sejak baru
menjadi baru, memperlancar produksi hormon lahir sampai 6 bulan tanpa makanan
pertumbuhan tubuh, mengistirahatkan tubuh pendamping dan minuman lainnya seperti air,
yang letih akibat aktivitas seharian, air gula, teh, dan sebagainya. Makanan terbaik
meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan bagi bayi adalah ASI sampai usia 6 bulan. Hal
penyakit, menambah konsentrasi dan ini penting disampaikan oleh petugas kesehatan
kemampuan fisik. Dengan kondisi fisik dan pada ibu dan keluarga. terkadang masih banyak
psikologis yang baik, ASI akan diproduksi kepercayaan di masyarakat bahwa bayi harus
dengan baik sehingga proses menyusui akan diberikan makanan tambahan seperti pisang,
berjalan dengan lancar. minuman manis, dan makanan tambahan agar
Produksi ASI dapat dipengaruhi oleh gizinya baik. Padahal pencernaan bayi masih
beberapa faktor selain pijat oksitosin, belum mampu bekerja optimal sehingga tidak
perawatan payudara, teknik menyusui yang jarang ditemukan kejadian penyakit pencernaan
benar, cukup istirahat. Faktor lain yang juga yang dialami bayi karena perilaku ibu dan
mempengaruhi produksi ASI yaitu nutrisi yang keluarga yang salah dalam memberikan
baik dan benar untuk ibu menyusui. Hal ini makanan pada bayi. Pentingnya ASI eksklusif
penting disampaikan karena ternyata bagi bayi adalah untuk meningkatkan status
pengetahuan ibu terkait nutrisi masa menyusui kesehatan bayi karena ASI adalah makanan
masih tergolong kurang. Berdasarkan paling aman dan paling baik bagi bayi,
penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu memberikan banyak manfaat bagi bayi juga
menyusui tentang asupan nutrisi cukup, hal ini bagi ibu.
disebabkan masih kurangnya informasi dan Perawatan diri bagi ibu yang juga
penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang penting disampaikan yaitu senam nifas. Senam
asupan nutrisi yang baik (Maisyarah 2011). nifas merupakan latihan gerak yang dilakukan
Disarankan kepada petugas kesehatan agar secepat mungkin setelah melahirkan supaya
memberikan pemahaman tentang pentingnya otot-otot yang mengalami peregangan selama
memberikan informasi mengenai asupan nutrisi kehamilan dan persalinan dapat kembali
yang baik. Hal tersebut juga disebabkan masih kepada kondisi normal seperti semula. Senam
banyaknya budaya pantang makan bagi ibu nifas dapat di mulai 6 jam setelah melahirkan
nifas yang berkembang di masyarakat sehingga dan dalam pelaksanaanya harus dilakukan
kebutuhan nutrisi kadang belum tercukupi. secara bertahap, sistematis dan kontinue.
Petugas kesehatan penting untuk Senam nifas ini telah terbukti memberikan
menyampaikan nutrisi bagi ibu nifas karena banyak manfaat bagi ibu nifas. Hasil Penelitian
menjadi salah satu faktor kelancaran produksi menyatakan bahwa senam nifas efektif
ASI dan meningkatkan kesehatan ibu nifas menurunkan involusi uterus pada ibu nifas
serta bayinya. Dukungan keluarga sangat (Puspitaningrum 2012). Penurunan involusi
dominan di sini karena keluarga yang biasanya uterus yang berlangsung cepat akan mencegah
menyiapkan makanan bagi ibu nifas yang risiko perdarahan akibat bendungan uterus
tinggal di tengah-tengah keluarga. Gizi pada pasca melahirkan. Senam nifas membantu

27
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul melakukan perawatan bayi akan lebih optimal
yang mengalami trauma serta mempercepat dengan adanya pendampingan keluarga sebagai
kembalinya bagian-bagian tersebut kebentuk pendukung. Hasil penelitian menyatakan
normal; membantu menormalkan sendi-sendi bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
yang menjadi longgar diakibatkan kehamilan; pengetahuan dan keterampilan ibu dalam
menghasilkan manfaat psikologis, dan perawatan bayi adalah dukungan keluarga
menambah kemampuan menghadapi stress dan (Rohani 2013). Menurut Friedman (2003)
bersantai sehingga mengurangi depresi pasca keluarga merupakan social support utama bagi
persalinan (Bobak, LM., Lowdermilk, D.L., & ibu ketika menjalani masa nifas khususnya
Jensen 2005). dalam melakukan perawatan bayi baru lahir.
Selain senam nifas, perawatan diri ibu Keluarga yang saling mendukung akan
nifas yang lainnya yaitu perawatan perineum mengurangi stressor ibu ketika belum terampil
dan personal hygiene. Luka di perineum pasti melakukan perawatan bayi sehingga ibu akan
akan dialami oleh ibu pasca melahirkan. Jika tetap termotivasi untuk belajar dan menjadi
tidak dijaga dengan baik akan menimbulkan terampil dalam melakukan perawatan bayi.
infeksi yang saat ini menjadi penyebab Setelah melewati fase early
kematian nomer 1 di dunia. Untuk mengatasi postpartum maka tahap selanjutnya adalah late
masalah infeksi pada masa nifas, ibu penting postpartum (> 1 minggu- 6/8 minggu). Melalui
diajari bagaimana merawat perineum dan ujicoba model tentang perawatan bayi pada
melakukan perawatan diri dengan benar. fase early postpartum dan fase late postpartum
Perawatan perineum adalah pemenuhan diperoleh p value 0,00. Hal ini berarti topik
kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara
edukasi pada fase ini bisa disampaikan pada ibu
paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu
yang dalam masa antara kelahiran placenta dan keluarga untuk mengoptimalkan
sampai dengan kembalinya organ genetik kompetensi ibu dalam melakukan perawatan
seperti pada waktu sebelum hamil. Tujuan diri dan bayinya selama fase ini. Topik edukasi
perawatan perineum adalah mencegah meliputi kontrasepsi, seksualitas, imunisasi
terjadinya infeksi sehubungan dengan bayi, mengenal perilaku bayi, tumbang bayi
penyembuhan jaringan (Hamilton 2000). dan keamanan bayi. Proses pemberian edukasi
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi tersebut dengan melibatkan keluarga sebagai
sumber infeksi dan meningkatkan perasaan social support. Melalui pelibatan keluarga
nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga diharapkan ibu mempunyai kompetensi yang
kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur optimal dalam fase ini. Berdasarkan penelitian
minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan didapatkan bahwa pengetahuan ibu
alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam
tinggal, ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. perawatan bayi seperti imunisasi, tumbuh
Merawat perineum dengan baik dengan kembang bayi, dan mengenai kemanan bayi
menggunakan antiseptik dan selalu diingat (Nuraprilyanti & Indah 2009) . Pengetahuan
bahwa membersihkan perineum dari arah ibu yang optimal melalui edukasi, akan
depan ke belakang. semakin kuat jika didukung oleh keluarga. Fase
Selain topik mengenai perawatan diri
1-8 minggu pasca melahirkan adalah tahapan
ibu nifas, topik edukasi mengenai perawatan
dimana ibu dan keuarga telah siap untuk
bayi baru lahir juga penting disampaikan pada
fase early postpartum. Melalui uji coba model menjadi sebuah keluarga baru dengan kelahiran
pada ibu nifas dan keluarga di Ruang Dahlia bayi. Kesiapan secara fisik dan psikologis harus
RSD dr. Soebandi Jember dan di wilayah sudah dimiliki oleh ibu dan keluarga sehingga
Puskesmas Kaliwates Jember terkait persepsi mampu dalam melakukan perawatan diri
ibu nifas dan keluarga tentang perawatan bayi maupun bayi selama tahap ini. Friedman (2003)
baru lahir pada fase early postpartum menjelaskan bahwa keluarga yang kokoh dan
didapatkan p value 0,00. Perawatan BBL terdiri saling mendukung satu sama lain akan
dari memandikan, mengganti popok, dan menghasilkan sebuah hubungan yang harmonis
perawatan tali pusat. Peneliti berpendapat dan timbul rasa kasih sayang antar anggota
bahwa perawatan bayi adalah tanggungjawab keluarga.
dari seorang ibu. Perawatan bayi yang Melalui edukasi postnatal yang disesuaikan
dilakukan oleh ibu akan menimbulkan dengan tahapan masa nifas maka ibu dan
kedekatan antara ibu dan bayi baik secara fisik keluarga akan mempunyai kompetensi yang
maupun psikologis. Kompetensi ibu dalam baik dalam melakukan perawatan diri dan

28
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

bayinya. Adanya dukungan dari keluarga M.., 2005. Alih Bahasa * Wijayarini,
menjadikan komiten yang kuat dalam sebuah M.A). Buku Ajar Keperawatn Maternitas
keluarga yang baru melewati masa melahirkan 4th ed., jakarta: EGC.
dan siap menyongsong tahapan baru yaitu Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
mempunyai bayi sehingga tugas perkembangan 2007. Pedoman Pelayanan Kebidanan
keluarga akan terpenuhi diantaranya Dasar, Jakarta: Depkes.
mempersiapkan menjadi orang tua, membentuk Dewi, Ratnawati, & B., 2011. Hubungan
keluarga muda sebagai sebuah unit yang Mobilisasi Dini dengan Kecepatan
mantap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam Kesembuhan Luka Perineum pada Ibu
keluarga), memberikan ASI sebagai kebutuhan Post Partum di Seluruh Wilayah Kerja
dasar bayi, memberikan berbagai kebutuhan Puskesmas Singosari Kabupaten Malang.
anak, pasangan kembali melakukan adaptasi
FK Universitas Brawijaya Malang.
karena kehadiran anggota keluarga baru dan
menyesuaikan dengan kebutuhan anggota Djuminah, A.&, 2008. Hubungan Perawatan
keluarga, mempertahankan hubungan Payudara Masa Antenatal dengan
perkawinan yang memuaskan, dan memperluas Kecepatan Sekresi ASI Post Partum
persahabatan dengan keluarga besar dengan Primipara. FK Brawijaya.
menambahkan peran orang tua dan kakek Friedman, M.M., B.& J., 2003. Family
nenek (L.M & Maureen 2009). Dengan nursing: Research, Theory, and Practice
demikian selain tugas perkembangan keluarga 5th ed., Connecticut: Appleton & Lange.
terpenuhi, keterampilan ibu dalam melakukan Hamilton, P.., 2000. Dasar-Dasar
perawatan diri dan bayi akan berkontribusi Keperawatan Maternitas 7. Alih Ba.,
besar dalam menurunkan angka kematian ibu Jakarta: EGC.
dan bayi di masa mendatang. L.M, W. & Maureen, L., 2009. Nurses And
Families : A Guide To Family Assesment
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan And Intervention 5th ed., Philadelphia:
FA Davis Company.
Model Edukasi Postnatal dengan pendekatan Machmudah, Khayati, & I., 2013. Peningkatan
Family Centered Maternity Care efektif Kualitas Kolostrum pada Ibu Postpartum
digunakan sebagai strategi optimalisasi Yang Dilakukan Pijat Payudara dengan
competent mothering bagi ibu nifas dengan Metode Oketani. Universitas
melibatkan keluarga secara langsung. Namun
Muhammadiyah Semarang.
sampai dengan akhir penelitian masih perlu
Mahdiyah, D., 2013. Hubungan Mobilisasi
melakukan penyempurnaan modul dan booklet
sebagai medianya. Dini dengan Penurunan Tinggi Fundus
Uteri pada Ibu Postpartum di BLUD RS
H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
Saran Jurnal Akademi Kebidanan Sari Mulia
Model edukasi postnatal dengan pendekatan Banjarmasin, 11(11).
FCMC dapat dipalikasikan oleh petugas Maisyarah, S., 2011. Pengetahuan Ibu
kesehatan untuk meningkatkan persepsi ibu Menyusui Tentang Asupan Nutrisi di
nifas dan keluarga dalam mengoptimalkan Klinik Nurhasanah Medan. Fakultas
perannya dalam merawat diri dan merawat bayi Keperawatan Universitas Sumatera
yang dilahirkan. Keluarga sebagai social Utara.
support utama bagi ibu nifas disarankan untuk Masnila, 2013. Hubungan Perawatan Payudara
terlibat aktif dalam proses edukasi postnatal terhadap Produksi ASI pada Ibu Post
maupun dalam proses perawatan ibu dan Partum di Rumah Bersalin Tutun Sehati
bayinya selama periode postpartum. Tanjung Morawa 2013. Jurnal Ilmiah
Diperlukan kebijakan pada system pelayanan PANNMED, 9(1).
kesehatan untuk implementasi model ini terkait Mustakim, 2009. Pengaruh Mobilisasi Dini
dengan jumlah sumber daya manusia, serta Terhadap Kejadian Infeksi Luka pada
sarana dan prasarana untuk edukasi.
Ibu Post Partum dengan Sectio Caesaria.
Universitas Muhammadiyah Jember.
KEPUSTAKAAN Nuraprilyanti & Indah, 2009. Faktor-Faktor
Bobak, LM., Lowdermilk, D.L., & Jensen, yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu
dalam Pemberian Imunisasi Campak

29
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

Pada Bayi di Kec Pancoran Mas Depok. Keterampilan Ibu dalam Perawatan Bayi
FKM UI. di Ruang Nifas RSUD Lanto DG
Pillittery, A., 2003. Maternal and Child Health Pasewang Kab. Janeponto. Jurnal Stikes
Nursing, Care Of The Nani Hasanuddin Makassar., 3(5).
Childbearing And Chieldbearing Family Saifuddin, A.., 2004. Buku panduan Praktis
Fourth Edi., Philadelphia: Lippincott pelayanan Komplikasi perinatal dan
Williams & Wilkins. Neonatal., Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Puspitaningrum, N., 2012. Hubungan Antara sarwono Prawirohardjo.
Tingkat Pengetahuan dan Pelaksanaan Sulistyawati, A., 2009. Asuhan Kebidanan
Senam Nifas dengan Kecepatan Proses Pada Ibu Nifas., Jakarta: Salemba
Involusi Uterus. Medika.
Rahmawati, Bahar, B, & Salam, A., 2013. Wenas. W, Malonda, N.S, Bolang. A,
Hubungan Antara Karakteristik Ibu, Kapantow, N.., 2010. Hubungan Antara
Peran Petugas Kesehatan dan Dukungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui
Keluarga dengan Pemberian ASI dengan Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Bonto Cani Kabupaten Bone. FKM Tompaso Kecamatan Tompaso. Fakultas
Universitas Hasanuddin Makassa. Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi.
RI, D., 2007. Rencana Strategis Nasional
Wiknjosastro, H., 2005. Ilmu Kebidanan,
Making Pregnancy Safer (MS) di
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Indonesia, Jakarta: Depkes.
Prawirohardjo.
Rohani, S., 2013. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengetahuan dan

30

Anda mungkin juga menyukai