Anda di halaman 1dari 16

KEGAWATDARURATAN

TRAUMA KEPALA
(CEDERA KEPALA) ..
SLIDESMANIA
Definisi cedera kepala

Cedera kepala merupakan kasus trauma yang paling sering terjadi


setiap harinya.Bahkan paling sering dijumpai di unit gawat darurat
di setiap rumah sakit. Cedera kepala didefinisikan sebagai penyakit
non degeneratif dan non kongenital yang disebabkan oleh massa
mekanik dari luar tubuh yang melibatkan scalp atau kulit kepala,
tulang tengkorak, dan tulang-tulang yang membentuk wajah atau
otak.(Fiddiyanti, Trimurtini, & Tri Ghana, 2020)
SLIDESMANIA
A
TRAUMA CEDERA KEPALA
● Trauma tajam
Trauma oleh benda tajam : menyebabkan cedera setempat&menimbulkan cedera lokal.
Kerusakan local meliputi Contusio serebral, hematoma serebral, kerusakan otak sekunder
yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
● Trauma tumpul
Trauma oleh benda tumpul&menyebabkan cedera menyeluruh (difusi): Kerusakannya
menyebar secara luas&terjadi dalam 4 bentuk: cedera akson, keruskan otak hipoksia,
pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi karena
cedera kepala menyebar pada hemisfer cerebral, batang otak atau keduaduanya.
SLIDESMANIA
B.Klasifikasi Cidera kepala
● Cedera Kepala Terbuka
Cedera kepala terbuka adalah Luka kepala terbuka akibat cedera
kepala dengan pecahnya tengkorak atau luka penetrasi,
besarnya cedera kepala pada tipe ini ditentukan oleh massa dan
bentuk dari benturan, kerusakan otak juga dapat terjadi jika
tulang tengkorak menusuk dan masuk ke dalam jaringan otak
dan melukai durameter saraf otak, jaringan sel otak akibat
benda tajam/ tembakan, cedera kepala terbuka memungkinkan
kuman pathogen memiliki abses langsung ke otak.
● Cedera kepala tertutup
Benturan kranial pada jaringan otak di dalam tengkorak adalah
goncangan yang mendadak. Dampaknya mirip dengan sesuatu
yang bergerak cepat, kemudian serentak berhenti dan bila ada
cairan akan tumpah
SLIDESMANIA
C.Cedera kepala tertutup meliputi: kombusio gagar
otak, kontusio memar, dan laserasi.
Berdasarkan keparahan cedera :

a.Cedera kepala ringan (CKR)


● Tidak ada fraktur tengkorak
● Tidak ada kontusio serebri,hematoma
● GCS 13 -15
● apat terjadi kehilangan kesadaran tapi< 30 menit
b.Cedera kepala sedang (CKS)
● Kehilangan kesadaran (amnesia) > 30 menit tapi< 24 jam
● Muntah
● GCS 9 – 12
● Dapat mengalami fraktur tengkorak,
● Disorentasi ringan
● Bingung
c.Cedera kepala berat (CKB)
● GCS 3 – 8
● Hilang kesadaran> 24 jam
● Adanya kontosio serebri, laserasi/ hematoma intracranial
● Menurut Jenis Cedera
● Cedera Kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur pada tulang
tengkorak dan jaringan otak.
● Cedera Kepala tertutup dapat disamakan dengan Keluhan geger otak

SLIDESMANIA.C
ringan dan odema serebral yang luas.
D.Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan okungen dan gluko
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam selsel sarat hampu
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempumai cadangan
oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebunihan
oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari
20 mg karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak
25% din seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar
glukesa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala
permulaan disfungsi cerebral.(Musliha, 2010)

SLIDESMANIA.C
Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua:

1.Cedera kepala primer


Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi-decelen rotası) yang
menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
Gegar kepala ringan
Memar otak
Laserasi
2.Cedera kepala sekunder
Pada cedera kepala sekunder
Hipotensi sistemik
Hipoksia
Hiperkapnea
Udema otak
Komplikasi pernapasan .
Infeksi/komplikasi pada organ tubuh yang lain. (Musliha, 2010)
SLIDESMANIA
Perdarahan Yang Sering Ditemukan

1 2 3
Epiderul Hematoma Subarachnoid
Subdural Hematoma

SLIDESMANIA.C
Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif padip
sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala
tergantung bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya
komplikan pada o lainnya. Data yang perlu didapati
adalah sebagai berikut
1.Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
3. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan Penujang

SLIDESMANIA.C
Pemeriksaan Penujang Tujun Kriteria Hasil Rencana Tindakan

1. Mempertahankan pola napas yang efektif Penggunaan otot bantu napas tidak ada, a. Hitung pernapasan pasien dalam satu
melalui ventilator. sianosis tidak ada atautanda hipoksia tidak ada menit. pernapasan yang cepat dari
dan gas darah dalam batas-batas normal. pasien dapat menimbulkan alkalosis
respiratori dan pernapasan lambat
meningkatkan tekanan Pa Co2 dan
menyebabkan asidosisrespiratorik.
b. Cek pemasangan tube, untuk
memberikan ventilasi yang adekuat
dalam pemberian tidal volume.
c. Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi
pada fase ekspirasi biasanya2 x lebih
panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih

Thank
panjang sebagai kompensasi
terperangkapnya udara terhadap
gangguan pertukaran gas.
d. Perhatikan kelembaban dan suhu
pasien keadaan dehidrasi dapat

you!
mengeringkan sekresi / cairan paru
sehingga menjadi kental
danmeningkatkan resiko infeksi.
e. Cek selang ventilator setiap waktu (15
menit), adanya obstruks dapat
menimbulkan tidak adekuatnya
pengaliran volume dan menimbulkan
penyebaran udara yang tidak adekuat.
f. Siapkan ambu bag tetap berada di
dekat pasien, membantu membarikan
SLIDESMANIA

ventilasi yang adekuat bila ada


gangguan padaventilator.
2.Tidakefektifnya kebersihan Mempertahankan jalan napas Suara napas bersih, tidak Kaji dengan ketat (tiap 15
jalan napas sehubungan dan mencegah aspirasi terdapat suara sekret pada menit) kelancaran jalan
dengan penumpukan sputum. selang dan bunyialarm karena napasObstruksi dapat
peninggian suara mesin, disebabkan pengumpulan
sianosis tidak ada. sputum,
perdarahan,bronchospasme
atau masalah terhadap tube.
Evaluasi pergerakan dada dan
auskultasi dada (tiap 1 jam)
Pergerakan yang simetris dan
suara napas yang bersih
indikasi pemasangan tube yang
tepat dan tidak adanya
penumpukansputum.
Lakukan pengisapan lendir
dengan waktu kurang dari 15
detik bila sputum banyak.
Pengisapan lendir tidak selalu
rutin dan waktu harus dibatasi
untuk mencegah hipoksia.
Lakukan fisioterapi dada setiap
2 jam. Meningkatkan ventilasi
untuk semua bagian paru dan
memberikan kelancaran aliran
serta pelepasan sputum.
SLIDESMANIA
3.Gangguan perfusi jaringan Mempertahankan dan Tanda-tanda vital stabil, tidak Monitor dan catat status
otak sehubungan dengan memperbaiki tingkat ada peningkatan intrakranial. neurologis dengan
udem otak kesadaran fungsi motorik. menggunakan metode GCS.
Monitor tanda-tanda vital tiap
30 menit.
Penahankan posisi kepala
yang sejajar dan tidak
menekan.
Hindari batuk yang berlebihan,
muntah, mengedan,
pertahankanpengukuran urin
dan hindari konstipasi yang
berkepanjangan.
Observasi kejang dan lindungi
pasien dari cedera akibat
kejang.
Berikan oksigen sesuai
dengan kondisi pasien.
Berikan obat-obatan yang
diindikasikan dengan tepat
dan benar (kolaborasi).
SLIDESMANIA
4. Keterbatasan aktifitas Kebutuhan dasar pasien Kebersihan terjaga, a.Berikan penjelasan tiap
sehubungan dengan dapat terpenuhi secara kebersihan lingkungan kali melakukan tindakan
penurunan kesadaran adekuat. terjaga, nutrisi terpenuhi pada pasien.
dengan (soporos-coma sesuai dengan kebutuhan, b.Beri bantuan untuk
oksigen adekuat. memenuhi kebersihan diri.
c.Berikan bantuan untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi dan cairan.
d.Jelaskan pada keluarga
tindakan yang dapat
dilakukan untuk menjaga
lingkungan yang aman
dan bersih.
e/Berikan bantuan untuk
memenuhi kebersihan dan
keamanan lingkungan.
SLIDESMANIA
5. Resiko tinggi gangguan integritas Gangguan integritas kulit tidak Tidak ada iritasi pada kulit a. Kaji fungsi motorik dan
kulit sehubungan immobilisasi, tidak terjadi sensorik pasien dan sirkulasi
adekuatnya sirkulasi perifer. perifer untuk menetapkan
kemungkinan terjadinya lecet
pada kulit.
b. Kaji kulit pasien setiap 8 jam:
palpasi pada daerah yang
tertekan.
c. Berikan posisi dalam sikap
anatomi dan gunakan tempat
kaki untuk daerah yang
menonjol.
d. Ganti posisi pasien setiap 2 jam
e. Pertahankan kebersihan dan
kekeringan pasien: keadaan
lembab akan memudahkan
terjadinya kerusakan kulit.
f. Massage dengan lembut di atas
daerah yang menonjol setiap 2
jamsekali.
g. Pertahankan alat-alat tenun
tetap bersih dan tegang.
SLIDESMANIA

h. Kaji daerah kulit yang lecet


untuk adanya eritema, keluar
cairan setiap8 jam.
Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.Fokus implementasi, mempertahan daya
tahan tubuh, menemukan perubahan system tubuh, danmencegah komplikasi.
Evaluasi
Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemapuan klien mencapai tujuan yang diinginkan
dengan kriteria hasil pada perencanaan. Format yang dipakai adalah format
SOAP :
● S : Data Subjektif Pekembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
● O : Data Objektif Perkembangannya bias diamati dan diukur oleh perawat atau
tim kesehatan.
● A : Analisis Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun Objektif)
apakah berkembang kearah kebaikan atau kemunduran.
● P : Perencanaan Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis
diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi.
 
SLIDESMANIA
● .
.

Thaks
SLIDESMANIA

Anda mungkin juga menyukai