Anda di halaman 1dari 51

HIERARKI BAHASA, UNGGAH-UNGGUH BERBAHASA DAN ETIKA SOSIAL

DALAM TAFSIR AL IBRI<Z LI MA’RIFAH TAFSIR AL QUR’A<N AL AZI<Z KARYA

KH BISRI MUSTAFA

Oleh:

Ari Nurhayati

NIM:1320511043

TESIS

Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Humaniora

Program Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi al-Qur’an dan Hadis

YOGYAKARTA

2017
MOTTO

...........................SEMUA HARUS DIUPAYAKAN

DAN HASIL AKAN MENGIKUTI................

Bila kamu menunda sebuah pekerjaan sampai kamu merasa


yakin, percayalah bahwa pekerjaan itu tak akan pernah selesai.
~Norman Vincent Peale~

vii
KATA PENGANTAR

Berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT. Penulis akhirnya dapat

menyelesaikan tesis dengan judul: HIERARKI BAHASA, UNGGAH-UNGGUH

BERBAHASA DAN ETIKA SOSIAL DALAM TAFSIR AL-IBRIZ LI MA’RIFAH

TAFSIR AL-QUR’AN AL-AZIZ KARYA KH BISRI MUSTAFA. Meskipun

demikian, semaksimal usaha manusia tentunya tidak akan lepas dari kekurangan dan

kelemahan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karenanya, saran

dan kritik membangun dari berbagai pihak senantiasa penulis harapkan.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa tesis ini dapat terselesaikan berkat

bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin mengucapkan rasa

terimakasih kepada:

1. Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A, Ph.D. Selaku Rektor UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta beserta seluruh jajarannya.

2. Prof. Noorhaidi Hasan, M.A, M.Phil., Ph.D., selaku Direktur Program

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Ro’fa, BSW, M.A, Ph.D., selaku kordinator Prodi S2 UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

4. K.H. Dr. Hilmi Muhammad, M.A., selaku pembimbing yang telah

memberi motivasi, arahan, serta bimbingan dengan penuh kesabaran

sampai tesis ini terselesaikan.

viii
5. Segenap dosen prodi Agama Filsafat konsentrasi al-Qur’an dan Hadis

yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan berguna bagi penulis

untuk tugas dan tanggung jawab selanjutnya.

6. Kedua orang tua yang tidak pernah berhenti untuk mendoakan dan

mebimbing penulis dari mulai lahir hingga saat ini.

7. Saudariku, Lilia Nur’aini Jamilah, yang memberikan warna dan motifasi

dalam kehidupan penulis.

8. Keluarga kecilku, kehidupanku, suamiku tercinta (mas pur) dan anak-

anak ku (Muhammad Kaafie Mubarrak), (Nadhira Hanum Hawadah) yang

selalu memberikan warna baru, kehidupan baru dan selalu memberi

kebahagian untuk penulis.

9. Keluarga besar PP Al-JAuhar, PP Sunan Pandanaran dan PP Nur Medina.

Terimakasih telah mengajarkan penulis banyak ilmu yang Insya Allah

barkah.

10. Teman-teman Pascasarjana kelas SQH angkatan 2013.

11. Kakak kelasku mba Siti Khumayrah, mba Ibtisam walidatul Muna, the

Annisa Syarifah dan mb Enny Kurniasari, yang telah memberikan

nasehat-nasehat, memberikan semangat, memberikan contoh yang baik

bagi penulis.

12. Teman-teman pengurus PP Al-Jauhar, yang banyak membantu penulis

dalam kebersamaan dan persaudaraan.

ix
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi adalah kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan


skripsi ini berpedoman pada surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 158 Tahun 1987
dan Nomor 0543b/U/1987

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ا‬ Tidak
alif Tidak dilambangkan
dilambangkan

‫ب‬ ba‘ b be

‫ت‬ ta' t te

‫ث‬ ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

‫ج‬ jim j je

ha (dengan titik di
‫ح‬ ḥa‘ ḥ
bawah)

‫خ‬ kha' kh ka dan ha

‫د‬ dal d de

‫ذ‬ żal ż zet (dengan titik di atas)

‫ر‬ ra‘ r er

‫ز‬ zai z zet

‫س‬ sin s es

xi
‫ش‬ syin sy es dan ye

‫ص‬ ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

de (dengan titik di
‫ض‬ ḍad ḍ
bawah)

‫ط‬ ṭā’ ṭ te (dengan titik di bawah)

zet (dengan titik di


‫ظ‬ ẓa' ẓ
bawah)

‫ع‬ ‘ain ‘ koma terbalik (di atas)

‫غ‬ gain g ge

‫ف‬ fa‘ f ef

‫ق‬ qaf q qi

‫ك‬ kaf k ka

‫ل‬ lam l el

‫و‬ mim m em

ٌ Nun n en

‫و‬ Wawu w we

‫هـ‬ ha’ h h

‫ء‬ hamzah ’ apostrof

‫ي‬ ya' y Ye

xii
II. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah ditulis Rangkap

‫يتعددة‬ ditulis muta’addidah

‫عدة‬ ditulis ‘iddah

III. Ta’ Marbutah diakhir kata

a. Bila dimatikan tulis h

‫حكًة‬
ditulis Ḥikmah

‫جزية‬ ditulis Jizyah

(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke

dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila

dikehendaki lafal aslinya)

b. Bila diikuti kata sandang ‚al‛ serta bacaan kedua itu terpisah, maka

ditulis h.

‫كراية االونياء‬
ditulis Karāmah al-auliyā’

c. Bila Ta' marbūṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau ḍammah

ditulis t.

‫زكاة انفطرة‬
ditulis Zakāt al-fiṭrah

IV. Vokal Pendek

َ fatḥah ditulis a

xiii
ࣦ kasrah ditulis I
ࣦ ḍammah ditulis u

V. Vokal Panjang

1 FATHAH + ALIF ditulis ā


‫جاههية‬
ditulis Jāhiliyah

2 FATHAH + YA’MATI ditulis ā


‫تنسى‬ ditulis Tansā
3 FATHAH + YA’MATI ditulis ī
‫كريم‬ ditulis Karīm
4 DAMMAH + WĀWU ditulis ū
MATI ditulis Furūḍ
‫فروض‬

VI. Vokal Rangkap

1 FATHAH + YA’ MATI ditulis Ai


‫بينكى‬
ditulis bainakum

2 FATHAH + WĀWU MATI ditulis Au


‫قول‬ ditulis qaul

VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof\

‫أأنتم‬ ditulis a antum


‫اعدت‬ ditulis u’iddat
‫لئن شكرتم‬ ditulis la’in syakartum

xiv
VIII. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qomariyyah maupun Syamsiyyah
ditulis dengan menggunakan "al"

ٌ‫انقرآ‬
ditulis al-Qur’ān

‫القياس‬ ditulis al-Qiyās


‫السماء‬ ditulis al-Samā'
‫الشمس‬ ditulis al-Syams

IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau
pengucapannya

‫ذوى انفروض‬
ditulis Żawī al-Furūḍ

‫اهم انسنة‬
ditulis Ahl al-Sunnah

xv
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji Hierarki bahasa, Unggah-ungguh Berbahasa dan
Etika Sosial dalam Tafsir Al-Ibri>z li Ma’rifah Tafsir Al-Qur’a>n Al-Azi>z Karya
KH Bisri Mustafa. Hierarki bahasa dalam tafsir lokal karya K.H. Bisri Mustafa
ini dapat dijadikan sebagai sebuah metode baru dalam tafsir, khususnya tafsir
Nusantara. Ada empat tingkatan hierarki bahasa dalam tafsir al-Ibri>z: (1)
tingkatan ngoko (kasar); (2) tingkatan Madya (biasa); (3) tingkatan Krama
(halus); dan (4) tingkatan krama inggil. Tingkatan ngoko, krama, dan krama
inggil digunakan saat dialog berdasarkan strata sosial, misalnya antara yang
mulia dan yang hina, antara Allah dan rasul, Fir’aun dengan nabi Musa, Allah
dengan nabi Musa , nabi Musa dengan nabi Khidir, Maryam dengan malaikat,
dan nabi Isa dengan kaumnya. Pada tingkatan madya, Bisri Mustafa menafsirkan
ayat menggunakan gaya bahasa yang biasa-biasa saja. Artinya, bahasa tersebut
memang sudah lumrah dan dipahami oleh semua kalangan masyarakat Jawa, baik
dalam bentuk penjelasan ayat atau dialog, misalnya dialog antara ahli surga
dengan ahli neraka.
Unggah-ungguh bahasa yang terkandung dalam tafsir al-Ibri>z yang
sebegitu indah dan kaya rasa, implementasi secara sungguh-sungguh dapat
dijadikan kontrol sosial yang efektif. Di zaman yang seperti ini ketika tatanan,
sopan santun terkesan diabaikan, implementasi nilai unggah-ungguh berbahasa
Jawa dan unggah-ungguh itu sendiri bisa menjadi jawaban dan memberikan
jawaban. Penggunaan unggah-ungguh berbahasa Jawa dalam kehidupan
bermasyarakat juga termasuk ikut menjaga tetap terjaganya budaya jawa yang
luhur. Penggunaan unggah-ungguh berbahasa mengandung pelajaran yang sangat
penting yaitu tata kerama, atau sopan santun. Bentuk dari sopan santun bisa
bermacam-macam seperti sifat/watak andhap asor, halus dalam bertutur kata,
berkomunikasi dengan bahasa yang komunikatif dan tidak terkesan menggurui.
Etika sosial adalah bagian dari etika yang berfungsi untuk merefleksikan
perbuatan manusia serta menilai baik buruknya perbuatan manusia. Etika sosial
yang berfungsi agar siapa yang berbicara dan diajak bicara atau berkomunikasi
benar-benar diperhatikan dalam tafsir al-Ibri>z. Bisri Mustafa yang kedudukan
beliau sebagai seorang kiai pesantren, birokrat, dan ulama, membuat karyanya
sangat layak dikaji dan ditulis lebih dalam.
Penelitian ini termasuk penelitian library research atau kepustakaan yang
menggunakan metode deskriptif-analitis-kritis. Sesuai dengan pokok bahasan
yang dikaji. Maka sumber utama dalam penelitian ini adalah buku tafsir al-Ibri>z
karya Bisri Mustafa. Sedangkan yang menjadi sumber sekundernya adalah buku-
buku yang membahasa tentang unggah-ungguh bahasa, hierarki bahasa, adat
kebiasaan orang Jawa dan buku mengenai etika sosial. Data ini diharapkan dapat
menjadi pisau analisis untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif.
Adapun hasil penelitian ini yaitu : Pertama, hierarki bahasa serta pilihan bahasa
yang digunakan dalam kitab Tafsir Al-Ibri>z li Ma’rifah Tafsir Al-Qur’a>n Al-Azi>z
Karya KH Bisri Mustafa benar–benar mencerminkan keindahan pemilihan

xvi
bahasa. Kedua, Unggah-Ungguh Berbahasa dalam kitab Tafsir Al-Ibri>z li
Ma’rifah Tafsir Al-Qur’a>n Al-Azi>z Karya KH Bisri Mustafa membangun konsep
sopan santun baru dalam berbahasa. Bisri Mustofa menggunakan kaidah-kaidah
unggah-ungguh berbahasa dengan cerdas sehingga kesan yang dibangun
dalamnya benar-benar seperti mengalir sesuai dengan tatanan masyarakat yang
berlaku. Ketiga, Etika sosial berbahasa dalam kitab Tafsir Al-Ibri>z li Ma’rifah
Tafsir Al-Qur’a>n Al-Azi>z Karya KH Bisri Mustafa menjadi bumbu yang paling
menarik dalam tafsir ini. Etika sosial dalam berbahasa dalam tafsir ini
mengajarkankan bahwa berbicara sopan saja tidak cukup bila tidak disertai
dengan proses komunikasi yang baik. Secara umum hierarki bahasa, unggah-
ungguh berbahasa dan etika sosial dalam kitab Tafsir Al-Ibri>z li Ma’rifah Tafsir
Al-Qur’a>n Al-Azi>z Karya KH Bisri Mustafa sudah mencerminkan keluhuran
budaya jawa yang adiluhung, mengedepankan endahing raos dan adining suraos.
Secara pragmatis kitab Tafsir Al-Ibri>z li Ma’rifah Tafsir Al-Qur’a>n Al-Azi>z
Karya KH Bisri Mustafa menambah dan memperkaya penafsiran yang sudah ada
dengan model baru sehingga berkontribusi dalam meningkatkan mutu
masyarakat khususnya masyarakat jawa dalam memahami Al-Qur’an.

xvii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ..........................................................ii

SURAT BEBAS PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .......................................iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ..........................................................................iv

PENGESAHAN DIREKTUR ...............................................................................v

NOTA DINAS PEMBIMBING ...........................................................................vi

MOTTO................................................................................................................vii

KATA PENGANTAR.........................................................................................viii

PEDOMAN TRANSLITERASI .........................................................................xi

ABSTRAK..........................................................................................................xvi

DAFTAR ISI .....................................................................................................xviii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 7

D. Kajian Pustaka .................................................................................... 7

E. Kerangka Teoritik ............................................................................... 9

F. Metode Penelitian .............................................................................. 10

G. Sistematika Pembahasan .................................................................. 12

xviii
xix

BAB II. HIERARKI BAHASA, UNGGAH-UNGGUH DAN ETIKA SOSIAL

DALAM TATANAN TRADISI JAWA

A. Pengertian Hierarki Bahasa Jawa ......................................................14

1. Hierarki Bahasa Jawa Kejawen ....................................................14

2. Hierarki Bahasa Jawa Moderen ....................................................17

B. Pengenalan Unggah-ungguh ..............................................................27

C. Pengertian Unggah-ungguh ...............................................................29

1. Unggah-ungguh dalam Beberapa Aspek ..................................33

a. Penggunaan Unggah-ungguh dalam Berbahasa ................33

b. Penggunaan Unggah-ungguh dalam Pergaulan ................35

2. Ragam Unggah-ungguh dalam Sikap dan Tindakan .................35

a. Unggah-ungguh dalam Keluarga ......................................33

b. Unggah-unggh Terhadap Orang Lain ..............................37

c. Unggah-ungguh Terhadap Dunia Lain ............................43

D. Pengertian Etika Sosial ......................................................................44

1. Etika Sosial dalam Berbahasa dan Pergaulan .........................49

a. Penggunaan Etika sosial dalam Berbahasa .....................49

b. Penggunaan Etika Sosial dalam Pergaulan ......................49

BAB III. BIOGRAFI BISRI MUSTAFA DAN TAFSIR AL-IBRI>><Z

A. Latar Belakang Bisri Mustafa ............................................................52

1. Biografi Bisri Mustafa ............................................................... 52

2. Pendidikan ....................................................................................55

xix
xx

3. Karya-karya ..................................................................................64

B. Tafsir Al-Ibri>z .....................................................................................70

1. Sejarah Penyusunan Tafsir al-Ibri>z ................................................70

2. Sistematika Tafsir al-Ibri>z .............................................................73

3. Metode dan Corak Tafsir al-Ibri>z ...................................................75

4. Referensi dan Sumber Tafsir al-Ibri>z ..............................................77

BAB IV. GAMBARAN HIERARKI BAHASA, UNGGAH-UNGGUH

BAHASA DAN ETIKA SOSIAL DALAM TAFSIR AL-IBRIZ

A. Deskripsi Hierarki Bahasa, Unggah-ungguh bahasa dan Etika Sosial

dalam Tafsir Al Ibriz ..........................................................................81

B. Analisa Hierarki Bahasa, Unggah-ungguh bahasa dan Etika Sosial

dalam Tafsir Al Ibriz ...........................................................................93

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................111

B. Saran ...........................................................................................113

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................114

LAMPIRAN ........................................................................................................118

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...........................................................................127

xx
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kitab Tafsir Al-Ibri>z li Ma’rifah Tafsir Al-Qur’a>n Al-Azi>z merupakan

salah satu maha karya K.H Bisri Mustafa. Kitab tafsir dengan entitas lokal

berbahasa Jawa. Kekayaan budaya Jawa diekspos secara mendalam dan

diimplementasikan dalam menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an. K.H Bisri Mustofa

dalam tafsir ini mampu mendekatkan kandungan ayat dengan para pembaca.

Al-Qur’a>n memiliki sifat yang shalih li kulli zamân wa makân, senantiasa

kontekstual dalam setiap zaman dan tempat.1 Al-qur’an juga merupakan sumber

tasyri’ pertama bagi umat nabi Muhammad. Kebahagian mereka bergantung pada

pemahaman maknanya, pengetahuan akan rahasia-raahasianya, dan pengamalan

atas kandungannya.2 Demi menggali makna-makna yang terkandung di

dalamnya, upaya penafsiran al-Qur’an telah berlangsung dari awal telah

diwahyukan hingga saat ini. Setiap saat pasti ada hasil kajian tafsir yang muncul

dari orang-orang yang terketuk hatinya untuk mendalami dan menggali

kandungan kitab suci al-Qur’an.3 Tafsir yang lahir lantas memiliki corak dan

pemikiran yang fariatif sesuai kodisi pengarang dan latar belakang sosial-politik

dan sosial-budaya saat itu.

1
Farid Esack, Samudera Al-Qur’an, (Yogyakarta: Diva Press, 2007),35-59.
2
Mannā‘ Khalīl al-Qatta>n, Maba>his fī ‘Ulūm al-Qur’ān, (Terj. Studi Ilmu- Ilmu Al-
Qur’an), Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2007, 455.
3
Hamdani Anwar, ‚Potret Tafsir Kontemporer Indonesia‛ dalam Sahiron Syamsuddin,
dkk., Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya, Yogyakarta: Islamika, 2003,247.

1
2

Keragaman dalam menafsirkan al-Qur’an merupakan suatu keniscayaan

yang tidak bisa dihindari. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan ilmu

yang dipandang sebagai ilmu bantu bagi Ulumul- Qur’an, seperti linguistik,

hermeneutika, sosiologi, antropologi, ilmu komunikasi, dan lainnya.4 Karena itu,

upaya di kalangan umat Islam untuk memahami dan mengungkap makna al-

Qur’an selalu muncul ke permukaan selaras dengan kebutuhan dan tantangan

yang mereka hadapi pada zaman masing-masing. Muncullah dengan demikian

berbagai bentuk tafsir yang baragam dengan metode penafsiran yang berbeda

pula sesuai orientasi dan urgensinya sehingga hal ini juga tidak pernah lepas dari

konteks kebudayaan setempat yang melingkupi lahirnya sebuah karya tafsir.5

Karena itulah, tafsir dapat dikatakan sebagai respons sosial masyarakat yang

berkembang saat itu.

Dalam perjalanannya, aktivitas menafsir al-Qur’an ini memunculkan

‚warna-warni‛ corak dan ragam yang variatif. Di sana muncul tafsir yang lebih

bernuansa fikih, maka disebut tafsir fiqhi. Ada tafsir yang filosofis, maka

dinamai tafsir falsafi. Ada yang aksentuasinya menafsirkan secara sufistik,

disebut tafsir sufi. Yang berkencenderungan menafsirkan dengan nuansa ilmiah

dinamai tafsir ilmi>. Kemudian juga yang kental dengan analisis sastrawi disebut

tafsir adâbi. Demikian variasi terus mengelompok dalam kategori-kategori.

4
Sahiron Syamsuddin, ‚Ranah-Ranah Penelitian Dalam Studi Al-Qur’an dan Hadis‛,
Kata Pengantar dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, Yogyakarta:TH-Press,
2007, xi.
5
Hidayatul Fitriah, ‚Studi Kritik Karakteristik Kedaerahan Tafsir Al-Ibri>z karya Bisyri
Mustafa Rembang‛, Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Suna Kalijaga, Yogyakarta, 1999, 1.
3

Fenomena ini selanjutnya dikaji dalam disiplin ilmu yang disebut ‚Madzahib at-

Tafsir‛.6

Tata cara penyajian juga tidak kalah variatifnya. Pilihan ini adalah

wilayah kreatif mufassir. Sebanyak apa wujud kreatifitas tersebut sebanding

dengan jumlah ide kreatif di kepala para mufassir. Ada yang dikemas dalam

rubrik koran yang selalu terbit setiap hari. Ada yang menyajikannya secara

tematik, seperti gaya Quraish Shihab. Ada yang sifatnya menafsirkan utuh 30

juz, urut dari juz pertama hingga terakhir. Bentuk ini bisa terbagi menjadi dua

model. Ada yang penjelasannya global, yang disebut dengan tafsir ijmali seperti

Tafsir Jalalain, dan ada juga yang penjelasannya panjang-lebar, disebut dengan

tafsir tahli>li> seperti Tafsir al-Kassyaf. Ada juga yang menafsirkan utuh 30 juz,

tapi urutan ayat yang ditafsirkan tidak tartib mushafi (sesuai dengan sistematika

mushaf al-Qur’an), melainkan berdasarkan tartib nuzuli (urutan ayat dalam

penurunan kewahyuannya), seperti yang dilakukan oleh Abid al-Jabiri.

Di Indonesia sendiri, ragam diversitas aktifitas menafsirkan al-Qur’an

juga sangat menarik. Howard Federspiel melalui buku Kajian al-Qur’an di

Indonesia memotret upaya memahami al-Qur’an dalam bahasa Indonesia. Islah

Gusmian melanjutkan kajian ini dengan sistematisasi yang lebih detail. Salah

satu tema menarik di dalam buku Khazanah Tafsir Indonesia milik Islah adalah

saat mendiskusikan geliat penulisan tafsir al-Qur’an di Indonesia. Lebih

6
Abdul Mustaqim, Aliran-Aliran Tafsir, Madzahibut Tafsir dari Periode Klasik hingga
Kontemporer, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005). Juga dalam kajian yang lebih ekstensif dari
sudut outsider seperti Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir dari Klasik HIngga Modern, (Yogyakarta:
ElSaq, 2006)
4

khususnya pada tema ‚Bahasa Melayu-Jawi dalam Penulisan Tafsir di

Nusantara‛.7

Masalah bahasa dan pilihan aksara yang digunakan dalam menulis tafsir

menjadi hal yang unik di Indonesia ini. Hari ini kita hampir menemukan karya

tafsir selalu ditulis dalam bahasa Indonesia dan aksara roman, semisal karya

tafsir yang disusun oleh A. Hassan, Mahmud Yunus, TM. Hasbi Ash-Shiddiqiy,

Hamka, atau Moh. Quraish Shihab dengan tafsir Al-Misbah-nya.. Pada periode

awal, karya tafsir di Nusantara banyak disusun dalam bahasa Melayu-Jawi,

dengan aksara Arab pegon. Beberapa yang tergolong demikian antara lain:

Tarjuman al-Mustafid karya Abdurrauf al-Sinkili, atau Kitab Fara’id al-Qur’a>n

dan Tafsir Surah al-Kahfi.

Beberapa periode berikutnya, model kemasan tafsir ini kurang popular,

karena bahasa dan aksaranya yang terbatas pada kalangan tertentu saja. Era

penjajahan Belanda semakin menegaskan ketidak populeran tersebut dengan

mengenalkan aksara roman. Pergeseran pemilihan aksara ini mempengaruhi para

mufassir dalam menyajikan penafsirannya. Jika awalnya banyak tafsir ditulis

dalam bahasa daerah dan aksara Pegon, maka setelah pergeseran ini, bahasa

daerah masih dipakai, tapi aksara yang digunakan adalah roman, tidak lagi

pegon. Ada negosiasi sosial-budaya dalam konteks ini. Keterpengaruhan ini bisa

dilihat dalam karya Tafsir al-Qur’a>n Suci Basa Jawi atau Iklil li Ma’ani at-Tanzi>l

karya KH. Misbah Zainul Mustafa.

7
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi,(Jakarta
Selatan: Teraju, 2003),61-64.
5

Satu karya tafsir yang menarik untuk diperhatikan adalah tafsir Al-Ibri>z

yang disusun oleh KH. Bisri Mustofa.8 Uniknya terletak pada gaya penyajiannya

yang masih mempertahankan gaya lama. Bahasanya menggunakan bahasa daerah

Jawa, dengan aksara Arab Pegon dan penggunaan unggah-ungguh dalam

penyajian bahasanya. Pilihan ini tentu satu diferensiasi di tengah arus romanisasi

dan pembahasa-Indonesia-an karya-karya tafsir yang ada.

Di antara yang menjadi perhatian khusus penulis tentang tafsir Al-Ibri>z

yakni pertama,tafsir ini memiliki keunikan yang penulis rasa layak untuk

dipublikasikan kepada khalayak, di antaranya yang penulis sorot yaitu

penggunaan tingkatan bahasa tafsir al-Ibri>z. Ada semacam hirarki berbahasa

yang tingkat kehalusan dan kekasaran diksinya sangat tergantung pihak-pihak

yang berdialog. Ini kekhasan tersendiri dari bahasa jawa, yang tidak dimiliki

karya-karya tafsir lainnya. Beliau di dalam tafsirnya menggunakan tiga hirarki

bahasa jawa yaitu ngoko, madya dan kromo.9 Kedua, Unggah- ungguh bahasa

yang terkandung dalam Tafsir Ibriz yang sebegitu indah dan kaya rasa. Dan

tentunya hal tersebut tidak bisa lepas dari sosok Bisri Musthofa. Ketiga, Etika

sosial yang berfungsi agar siapa yang berbicara dan diajak bicara atau

berkomunikasi benar- benar diperhatikan dalam tafsir al- Ibri>z. Bisri Mustofa

yang kedudukan beliau sebagai seorang kiai pesantren, birokrat, dan ulama,

membuat karyanya sangat layak dikaji dan diulas lebih dalam.

8
Bisri Mustofa, Al-Ibri>z li Ma’rifati Tafsir al-Qur’a>n al-Aziz bi al-Lughah al-Jawiyah,
Kudus: Menara Kudus(Rembang: Menara Kudus, 1959), jilid 1, 1.
9
Samsul Munir Amin (2008), Karomah Para Kiai, (Yogyakarta ; Pustaka Pesantren), .42
6

Salah satu contoh yang bisa diambil dari penggunaan unggah-ungguh

dalam tafsir al-Ibriz adalah deskripsi dialog antara Allah dengan Nabi Zakaria

(S}ura>h Maryam/19: 8-9), dalam penafsiran ayat tersebut oleh Bisri Mustofa,

disajikan bahasa Jawa dengan menampilkan dua tingkatan ngoko dan krama.

Kategori ngoko bisa dilihat misalnya pada frase ora rupo opo-opo (tidak berupa

apa-apa) dan ora biso guneman karo menungso (tidak bisa bercakap-cakap

dengan manusia selama tiga malam), sedangkan kategori krama terlihat misalnya

pada frasa kados pundi sagetipun gadah anak (bagaimana saya punya anak),

Zulkarnain dengan masyarakat lemah (S}ura>h Al-Kahf/18: 93-94), dalam

penafsiran ayat tersebut oleh Bisri Mustofa, disajikan dengan bahasa Jawa pada

tinggkatan krama. Hal itu terlihat, misalnya dari penggunaan ‚saestu‛ yang

padanan katanya dalam tingkatan ngoko adalah ‚tenanan/tenan‛. Inilah unggah-

ungguh dalam bahasa Jawa, dimana orang dengan strata sosial lebih rendah mesti

menggunakan bahasa yang lebih halus ketika berbicara dengan orang yang

berasal dari strata diatasnya.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, tesis yang ditulis ini

difokusikan pada tafsir ayat-ayat tentang hierarki Bahasa, unggah-ungguh

berbahasa dan etika sosial dalam tafsir al-Ibri>z karya Bisri Mutafa. Untuk lebih

jelasnya, peneliti merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hierarki bahasa Jawa, unggah-ungguh berbahasa serta etika

sosial menjadi bagian dari kekayaan yang ada dalam tafsir al-Ibri>z?
7

2. Bagaimana implementasi hierarki bahasa, unggah-ungguh bahasa dan

etika sosial yang digunakan oleh Bisri Mustofa dalam tafsir al Ibri>z?

C. Tujuan Penelitian dan manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat

penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan hierarki bahasa Jawa, unggah-ungguh berbahasa serta etika

sosial dalam tafsir al-Ibri>z

2. Menjelaskan implementasi hierarki bahasa, unggah-ungguh bahasa dan

etika sosial yang digunakan oleh Bisri Mustofa dalam tafsir al- Ibri>z.

D. Kajian Pustaka

Islah Gusmian dalam buku Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika

hingga Ideoogi, yang memberikan klasifikasi-klasifikasi secara sistematis.

Tafsir al-Ibri>z menjadi salah satu tafsir yang juga masuk dalam penelitian buku ini

meskipun esensi dari lokalitas jawa yang menjadi identitas tafsir al-Ibriz kurang

terangkat. Hanya, porsinya sangat singkat saja, mengingat ada sekitar 23 karya

tafsir lain yang juga menjadi obyek kajian buku ini. Keberhasilan buku ini

mengungkap tema-tema yang diangkat karya tafsir Indonesia yang terkait dengan

wacana yang berkembang di Indonesia. Tema-tema, seperti teologi kebebasan

manusia, hubungan sosial antar umat beragama, kesetaraan jender, dan tasawuf
8

merupakan tema-tema dominan dalam karya tafsir di Indonesia dasawarsa 1990-

an10.

Syamsul Munir Amin dalam bukunya yang berjudul Karomah Para Kyai,

buku ini menjelaskan keunikan-keunikan para kyai indonesia, diantaranya

mengungkap sisi lain pengarang tafsir Al-Ibri>z yaitu KH.Bisri Mustafa11.

Penjelasan buku ini mengungkapkan KH. Bisri Mustofa secara personal dengan

segala kelebihannya. Tafsir al Ibriz dalam buku ini tidak nampak terlihat dengan

jelas dan hanya terbaca sekilas saja

Badiatul Rozikin DKK, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, dalam buku ini

menjelaskan pula tentang sepak terjang KH.Bisri Mustafa dan tentang sekelumit

kisah proses kreatifitas beliau dalam menghasilkan karya-karya monumental12.

Moh Said, dalam bukunya yang berjudul Etika masyarakat Indonesia,

yang diterbitkan di Jakarta oleh Pradya Pramitha, buku ini penulis ambil sebagai

salah satu rujukan referensi karena di dalamnya menjelaskan tentang etika, sikap

dan prinsip kerukunan orang Jawa13.

Frans Magnis Suseno, dalam bukunya yang berjudul Etika Jawa Sebuah

Analisa falsafi tentang kebijaksanaan hidup Jawa, buku ini juga menjadi salah

10
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi,(Jakarta
Selatan: Teraju, 2003), 61-64.
11
Samsul Munir Amin (2008), Karomah Para Kiai, (Yogyakarta ; Pustaka Pesantren), 42
12
Badiatul Rojiqin, dkk. Menelusuri Jejak, Menguak Sejarah, 101 Jejak Tokoh Islam
Indonesia, (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009), 115.
13
M.Said, Etika Msyarakat Indonesia (Jakarta:Pradya Pramita,1976),23.
9

satu rujukan penulis karena buku ini menjelaskan tentang unggah-ungguh bahasa

jawa secara komprehensif14.

Cliffrord Geertz, Abangan santri Priyayi dalam masyarakat Jawa, yang

diterbitkan di Jakarta oleh Dunia Pustaka Jaya, penulis sengaja mengambil buku

karya Cliffrord Geertz ini penulis ambil sebagai salah satu rujukan referensi

karena di dalamnya menjelaskan tentang pengertian dan tatanan unggah-ungguh

dalam tradisi jawa15.

Maryono Dwiraharjo, Bahasa Jawa Krama, yang diterbitkan di Surakarta

oleh Yayasan Pustaka cakra, didalamnya di jelaskan unggah-ungguh dalam aspek

berbahasa dan dalam aspek pergaulan, di dalmnya juga di jelaskan tentang

tingkatan bahasa yang di gunakan oleh orang jawa yaitu ; ngoko, madya, krama

dan krama inggil16.

E. Kerangka Teoritik

Tafsir al-Ibri>z merupakan salah satu jawaban atas kebutuhan akan

pemahaman kandungan al-Qur’an sesuai lokalitas berbasih bahasa daerah yaitu

bahasa Jawa17. Langkah penyusunan penafsiran ini adalah dalam rangka

mengambil langkah yang tepat agar al-Qur’an lebih mudah difahami dan

14
Frans Magnis suseno, Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan
Hidup Jawa (Jakarta: PT. Gramedia, 1985),60.
15
Clifford Geertz, Abangan Santri Priyayi dalam Masyarakat Jawa (Jakarta: PT.Dunia
Pustaka Jaya , 1983),326.
16
Maryono Dwiraharjo, Bahasa Jawa Krama (Surakarta: Yayasan Pustaka Cakra, 2001),
67.
17
Ridhoul wahidi, Hierarchical language in the interpretetation of al ibriz li ma’rifah
Tafsir Al Qur’an Al Aziz by K.H Bisri Mustofa, Shuhuf, Vol 8. No 1, Juni 2015
10

disampaikan kepada masyarakat. Secara umum, bisa disepakati bahwa mayoritas

penduduk Indonesia adalah masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa. Dari ujung

ke ujung sebagian menggunakan bahasa Jawa bahkan di luar Jawa sekalipun.

Dalam kajian tafsir, pada awalnya pesantren-pesantren di Jawa lebih

banyak menggunakan tafsir berbahasa Arab seperti tafsir Jalalaiin, tafsir al- Muni>r

dan tafsir-tafsir yang lain. Pada perkembangannya, kajian tafsir berkembang dan

bergeser sedikit demi sedikit. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya tafsir lokal

seperti tafsir al-Ibri>z yang dikaji secara luas didalam pesantren-pesantren dan

majlis-majlis pengajian umum.

Terdapat beberapa alasan yang membuat tafsir al- ibri>z ini menarik untuk

dikaji. Pertama, tafsir ini memiliki karekater yang unik menyangkut penafsiran yang

menggunakan bahasa jawa dan hierarki bahasanya. Kedua, unggah-ungguh bahasa

yang termuat dalam hierarki bahasa menjadikan perpaduan antara keindahan

bahasa dan rasa bahasa yang terkandung didalamnya. Ketiga, secara etika sosial

mendudukkan dan kedudukan setiap personal yang berkomunikasi secara sosial

menjadikan komunikasi yang dilaukan tetap bicara dan komunikatif. Ketiga hal

tersebut menjadi semakin menarik untuk dikaji, dianalisis sesuai penempatannya

masing- masing.

F. Metode Penelitian

Aspek metodologis menjadi bagian yang sangat penting dalam setiap penelitian

ilmiah. Maka dari itu sebuah penelitian dituntut untung menggunakan metode yang
11

jelas dan sisitematis. Dengan perangkat metodologis, penelitian dapat fokus dan

mengaraahaakaan kepada hasil penelitian yang baik. Adapun yang dimaksud dengan

metode di sini adalah cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran

penelitian yang bersangkutan.18

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian library research atau kepustakaan yang

menggunakan metode deskriptif-analitis-kritis. Dalam proses pengumpulan data,

peneliti mendapatkan data dari penelusuran kepustakaan berupa buku, jurnal

ilmiah, dan tulisan-tulisan yang terkait dengan tema pembahasan. Baik yang

berasal dari sumber utama (primary sources) maupun sumber pendukung

(secondary sources).

Sesuai dengan pokok bahasan yang dikaji. Maka sumber utama dalam

penelitian ini adalah buku tafsir al-Ibri>z karya Bisri Mustafa. Sedangkan yang

menjadi sumber sekundernya adalah buku-buku yang membahasa tentang

unggah-ungguh bahasa, hierarki bahasa, adat kebiasaan orang Jawa dan buku

mengenai etika sosial. Data ini diharapkan dapat menjadi pisau analisis untuk

mendapatkan pemahaman yang komprehensif.

2. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data diambil dari dua sumber, data primer dan data sekunder. Data primer

yakni tafsir al-Ibri>z. Data sekunder, yaitu data penunjang yang bisa digali

18
Koentjaraningrat, metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta:Gramedia, 1997), 7.
12

datanya untuk membantu peneliti dalam proses penelitian. Penulis menggunakan

karya-karya baik itu berupa buku, jurnal maupun artikel, literature yang

berhubungan dengan unggah-ungguh , hierarki bahasa dan etika sosial dalam

tafsir al-ibri>z

3. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara menyeleksi data primer dan data

sekunder kemudian mengklasifikasikan berdasarkan bahasan pokok maupun

sub-bahasan. Selnjutnya. Hasil klasifikasi tersebut dianalisis dengan teknik

penulisan deskriptif dan memberikan penafsiran serta kesimpulan terhadap

hasil analisis.

G. Sistematika Pembahasan

Secara keseluruhan, penulisan ini terdiri dari lima bab dengan sistematika

sebagai berikut.

Bab I adalah pendahuluan yang secara umum mendeskripsikan latar

belakang penulisan dan pembatasan dalam penulisan ini, meliputi: latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, kajian pustaka,

kerangka teori, metode penulisan dan sistematika pembahasan.

Bab II menjelaskan tentang pengertian hierarki bahasa, unggah-ungguh

dan etika sosial dalam tatanan tradisi jawa, adapun cakupan dalam bab ini

meliputi : pengertian hierarki bahasa Jawa, pengenalan unggah-ungguh,


13

pengertian unggah-ungguh, ragam unggah-ungguh dalam beberapa aspek,

pengertian etika sosial, penggunaan etika sosial dalam berbahasa dan pergaulan.

Bab III menjelaskan terlebih dahulu biografi dari pengarang tafsir al-

Ibri>z yakni Bisri Mustafa dan tafsir al-Ibri>z, adapun sub bab yang terdapat dalam

bab ini diantaranya mencakup : Biografi Mustafa Bisri, Pendidikan, Karya-karya

Mustafa Bisri, seputar tafsir al-Ibri>z , sejarah penyusunan tafsir al-Ibri>z,

sistematika tafsir al-Ibri>z, metode dan corak tafsir al-Ibri>z, dan referensi sumber

tafsir al-Ibri>z.

Bab IV jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam rumusan

masalah dibab pertama: pembahasan mengenai: gambaran hierarki bahasa,

unggah- ungguh berbahasa dan etika sosial dalam tafsir al-Ibri>z‛ dan analisa

hierarki bahasa, unggah-ungguh berbahasa dan etika sosial yang uraiannya

langsung penulis tujukan pada ayat-ayat yang di dalamnya terdapat unggah-

ungguh.

Bab V adalah penutup yang merupakan bab terakhir dalam tesis ini.

kesimpulan dan saran yang direkomendasikan penulis untuk meneliti selanjutnya

dijelaskan pada bab ini.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tafsir Al-Ibrīz li Ma‘rifah Tafsīr Al-Qur’ān al-Azīz karya K. H. Bisri

Musthofa merupakan tafsir lokal berbahasa Jawa. Setiap tafsir lokal memiliki

karakteristik yang berbeda satu dari lainnya. Salah satu karakter khas yang

dimunculkan dalam tafsir ini adalah hierarki bahasa, suatu kekhasan yang dapat

dijadikan sebagai metode baru dalam sebuah tafsir. Ada empat tingkatan hierarki

bahasa dalam tafsir ini: ngoko, madya, krama, dan krama inggil. Penggunaan ting-

katan bahasa yang berbeda dalam tafsir Al-Ibrīz sebagai metode baru dalam

penafsiran Al-Qur’an dapat digunakan sebagai cara yang memudahkan pembaca

untuk memahami dan mengungkap maksud ayat.

Hierarki bahasa tersebut digunakan dan disesuaikan saat menafsirkan

suatu ayat Al-Qur’an. Contoh-contoh sebagaimana tersebut (dialog antara yang

mulia dan yang hina, antara Allah dengan rasul, Firaun dengan Nabi Musa, Allah

dengan Nabi Musa, Nabi Musa dengan Nabi Khidir, Maryam dengan Malaikat,

Nabi Isa de-ngan kaumnya) hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak contoh

bagaimana K. H. Bisri Musthofa mampu mendekatkan kandungan ayat dengan

para pembacanya.

Dengan menggunakan unggah-ungguh bagi masyarakat Jawa dalam

berbahasa akan banyak sekali segi positifnya, seperti: dengan menggunakan

ajaran-ajaran dari unggah-ungguh, hierarki bahasa dan etika sosial dapat

menumbuhkan rasa saling menghormati, saling mengasihi, dan saling menghargai

111
112

satu dan lainnya. Sehingga hilanglah berbagai konflik yang terjadi didalam

bermasyarakat, menciptakan perdamaian dan ketentraman.

Pembahasan diatas merupakan sebagian dari ajaran yang diajarkan dalam

penerapan unggah-ungguh, hierarki bahasa, dan etika sosial dalam tafsir al-Ibri>z

karya Bisri Mustafa menjaga kerukunan dan ketenraman.

Terdapat 3 hal menarik dari hasil penelitian ini yaitu : Pertama, hierarki

bahasa serta pilihan bahasa yang digunakan dalam Tafsir Al-Ibri>z li Ma’rifah

Tafsir Al-Qur’a>n Al-Azi>z Karya KH Bisri Mustafa benar – benar mencerminkan

keindahan pemilihan bahasa. Kedua, Unggah-Ungguh Berbahasa dalam Tafsir

Al-Ibri>z li Ma’rifah Tafsir Al-Qur’a>n Al-Azi>z Karya KH Bisri Mustafa

membangun konsep sopan santun baru dalam berbahasa. Bisri Mustofa

menggunakan kaidah-kaidah unggah-ungguh berbahasa dengan cerdas sehingga

kesan yang dibangun dalamnya benar-benar seperti mengalir sesuai dengan

tatanan masyarakat yang berlaku. Ketiga, Etika sosial berbahasa dalam Tafsir

Al-Ibri>z li Ma’rifah Tafsir Al-Qur’a>n Al-Azi>z Karya KH Bisri Mustafa menjadi

bumbu yang paling menarik dalam tafsir ini. Etika sosial dalam berbahasa dalam

tafsir ini mengajarkankan bahwa berbicara sopan saja tidak cukup bila tidak

disertai dengan proses komunikasi yang baik. Secara umum hierarki bahasa,

unggah-ungguh berbahasa dan etika sosial dalam Tafsir Al-Ibri>z li Ma’rifah

Tafsir Al-Qur’a>n Al-Azi>z Karya KH Bisri Mustafa sudah mencerminkan

keluhuran budaya jawa yang adiluhung, mengedepankan endahing raos dan

adining suraos. Secara pragmatis Tafsir Al-Ibri>z li Ma’rifah Tafsir Al-Qur’a>n Al-

Azi>z Karya KH Bisri Mustafa menambah dan memperkaya penafsiran yang


113

sudah ada dengan model baru sehingga kontribusinya dalam meningkatkan mutu

masyarakat khususnya masyarakat jawa dalam memahami Al-Qur’an

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penyususnan tesis ini masih jauh dari kata

sempurna. Masih banyak kekurangan yang sekiranya dapat dilengkapi dan

disempurnakan oleh peneliti selanjutnya yang berkompeten serta mempunyai

minat mengkaji tafsir al-Ibri>z. Hal ini disebabkan keterbatasan penulis baik

secara kemampuan maupun referensi buku. Mengingat tafsir al-Ibri>z masih

menjadi sumber yang masih jarang digunakan dalam pembahasan, padahal

didalamnya masih banyak lagi ajaran-ajaran yang perlu dibahas dan dipraktekan

dalam kehidupan sehari-hari.

Kajian terhadap unggah-ungguh tafsir al-Ibri>z khususnya di Indonesia

dirasa masih minim. Dengan demikian, penulis berharap kepada para peneliti

selanjutnya untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mengkaji tafsir ini. menurut

penulis dalam tafsir ini masih terdapat beberapa hal menarik untuk bisa dijadikan

bahan penelitian. Dibagian-bagian tertentu dalam tafsir ini masing menggunakan

tingkatan bahasa dan pemilihan bahasa yang belum pas dan tentunya ini menarik.

Untuk itu semoga ke depan detail- detail yang belum sesuai bisa diteliti sehingga

jelas latar belakang pemilihan kata yang digunakan dalam tafsir ini. Semoga

karya ini bermanfaat bagi para pembacanya.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Khulli, Amin. Manahij tajdid an-nahwi wa al-balaghah wa at-tafsir wa al-adab,

Mesir: Darul Ma’rifah, 1961.

Al-farmawi, Abdul Hayy. Metode Tafsir Maudhu’i. Bandung: Pustaka setia 2002.

Amin, Ahmad. Etika (ilmu Akhlak). terj. Farid Ma’ruf, Jakrta: Bulan Bintang,

1975.

Anwar, Hamdani. Potret Tafsir Kontemporer Indonesia. dalam Sahiron

Syamsuddin. dkk. Hermenutika Al-Qur’an Madzhab Yogya. Yogyakarta:

Islamika, 2003.

Amir, Mafri dan Lilik Umi Klatsum. Literatur Tafsir Indonesia. Jakarta: lembaga

penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakrta cet.1,

Amin Abdullah, M. ‛Arkoun dan Kritik Nalar Islam‛, dalam Johan Hendrik

Meuleman (peny.), Tradisi Kemodernan dan Metamordenisme:

Memperbincangkan Pemikiran Muhammad Arkoun. Yogyakarta: LkiS, 1996.

Bibit Suprapto,M. Ensiklopedia Ulama Nusantara. Jakarta: Gelagar Ulama

Nusantara, 2009.

Bakry,Hasbullah. Sistematika Filsafat. Jakarta: Wijaya, 1978.

Bertens, K. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Dwiharjo, Maryono. Bahasa Jawa Krama. Surakarta:Yayasan Pustaka Cakra, 2001.

Esack, Farid. Samudra al-Qur’an. Yogyakarta: Diva Press,2007.

Fitria, Hidayatul. Studi Kritik Karakteristik Kedaerahan Tafsir al-Ibri>z karya Bisri

Mustafa Rembang. Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga.

Yogyakarta, 1999.

114
115

Geertz, Clifford. Abangan Santri Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:

PT.Dunia Pustaka Jaya, 1983.

Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga Ideologi.

Jakarata: Teraju,2003.

Husaini, Adian dan Abdurrahman al-Baghdadi. Hermeneutika dan Tafsir Al-

Qur’an. Jakarta: Gema Insani, 2007

Harja Wiyana, Haryana, Marsudi. Unggah-ungguh basa jawa. Jogjakarta: PT

Kanisius, 2001.

Harusatoto, Budiono. Simbolisme Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita Graha

Widya, 1987.

Hasyim, Muhammad. Biografi Ulama Nusantara. Tuban: kakilangit book, 2009.

Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: PT, Tirtamas, 1986.

Huda Zainal, Ahmad. Mutiara Pesantren: Perjalanan Khidmah Bisri Mustafa 56.

Yogyakarta: LkiS, 2005

Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur, 2011.

Ismawati, Budaya dan Kepercayaan Jawa Pra-Islam, dalam Hm. Darori Amin, (ed),

Islam Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media,2000.

Koentjaraningrat, metode-metode Penelitian Msyarakat. Jakarta: Gramedia 1997.

Khali>l al-Qatta>n, Manna>. Maba>his fi ‘ulu>m al-Qura>n, Terj. Studi Ilmu-Ilmu al-

Qur’an. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2007.

Kamus Jawa Kuna-Indonesia. P.S Zoetmulder, Bagian 2 P.Y. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1995

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim Penyusun Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Munir Amin, Samsul. karomah para kiyai. Yogyakarta: pustaka pesantren, 2008.

115
116

Ma’sum, Saifullah. Menapaki Jejak Mengenal Watak sekilas Biografi 26 Tokoh

Nahdatul Ulama. Jakrata: yayasan Saifuddin Zuhri 1994.

Mustaqim, Abdul. Aliran-aliran Tafsir, Madzahibut Tafsir dari Priode Klasik

hingga Kontemporer. Yogyakarta: kreasi wacana, 2005.

Mujib, A, dk. Intelektualisme Pesantren Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di

Keemasan Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka, 2006.

Mustafa, Bisri. Al-Iri>z li MA’rifati Tafsir Al-qur’an al-Azi>z bi al-Lughah al-

Jawi>yah. Rembang: Menara Kudus, 1959.

Mata air Syandicate, para Perjuangan dari Rembang. Rembang: mata air pree,

2006.

Maria A. Sardjono, Paham Jawa. Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 1992.

Ma’sum, Saifullah. Menapaki Jejak Mengenal Watak Sekilas Biografi 26 Tokoh

Nahdatul ‘Ulama. Penerbit: Yayasan Syaefuddin Zuhri, 1994.

Prawiroatmodjo, S. Bausastra Jawa-Indonesia. Jilid 11 jakarta: CV. Haji

Masagung, 1989.

Ramli Hs, M. Corak Pemikiran Alam Bisri Mustafa. Disertasi S3 Program

Pascajana UIN syarif Hidayatullah Jakarta,2005.

Rokhmad, Abu. Hermeneutika Tafsir al-Ibri>z, Studi Pemikiran KH Bisri Mustafa

dalam Tafsir al-Ibri>z. Semarang: pusat penelitian IAIN walisongo, 2004

Rajiqin, Badiatul, dkk. Menelusuri Jejak, Menguak Sejarah, 101 Jejak Tokoh Islam

Indonesia. Yogyakarta: e-Nusantara 2009.

Reksodiharjo, Soegeng. dkk., Tata Kelakuan di Lingkungan Keluarga dan

Masyarakat Daerah Jawa Tengah. Yogyakarta:Depdikbut,1990.

Salam, Burhanuddin. Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta:

Rineka Cipta, 1997.

116
117

Soeratman, Darsiti. Dunia Kraton Surakarta 1830-1939. Yogyakarta: Yayasan

Taman Siswa, 1989.

Sarmada, Donatus. Etika Sosial; Nilai dan Institusi dalam Pederopangan

Psikonalisa ‚dalam Andre Ata Ujian, dkk, (ed) Moralitas, Lentera Peradaban

Dunia‛.Yogyakarta: Kanisius, 2011.

Suseno, Frans Magniz. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan

Hidup Jawa. Jakarta: PT,Gramedia 1985.

Syamsuddin, Sahiron, dkk. Hermeneutika al-Qur’an Mazhab Yogya. Yogyakarta;

Islamika, 2003.

Said, M. Etika Msyarakat Indonesia. Jakarta:Pradya Pramita, 1976.

Shoim Haris, Misbah. Spritualitas Sosial untuk Masyarakat Beradab. Yogyakarta:

Barokah Offisert, 1999.

Syamsuddin, Sahiron. Ranah-Ranah Penelitian Dalam Studi al-Qur’an dan Hadis,

Kata Pengantar dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis.

Yogyakarta:TH-Press, 2007.

Suwadji, Ngoko Krama. Yogyakarta: Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, 2013.

S.A. Mangunsuwito, Kamus Lengkap Bahasa Jawa. Bandung: CV Yrama Widya,

2002

Soemiati Satjipto, S. Sikap Kita dalam Pergaulan1. Jakarta: Balai Pustaka, 1975.

Wahidi, Ridhoul. Hierarchical language in the interpretetaion of al ibri>z li ma’rifah

aAl-Qur’an Al-Azi>z by K.H Bisri Mustafa, vol 8. No 1, juni 2015.

117
LAMPIRAN

118
119
120
121
122
123
124
125
126
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Ari Nurhayati S.Th.I

Tempat Tanggal Lahir : Kubu, 16 Mei 1992

No. Telpon : 085750906380

Email : arinurhayati1605@gmail.com

Alamat Rumah : Tlepok, Semin, Semin Gunung Kidul Yogyakarta

PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN 05, Rasau Jaya 1997-2003

2. MTS Khulafaurrasyidin, Pontianak 2003-2006

3. MA Sunan Pandanaran, Yogyakarta 2006-2009

4. UIN Syarif Hidayatullah Jurusan Tafsir Hadis Fak Ushuluddin Jakarta 2009-

2013

5. Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Konsentrasi Studi al-Qur’an dan Hadisn

2013-2017

PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Pondok Pesantren Khulafaurrasyidin 2003-2006

2. Pondok Pesantren Sunan Pandanaran 2006-2009

3. Asrama Putri UIN Syarif Hidayatullah 2009-2010

4. Pondok Pesantren Mahasiswa Nur Medina 2010-2013

127
128

PENGALAMAN BEKERJA

1. Pengajar di TPA Pondok Pesantren Nur Medina 2010-1013

2. Pengajar Ilmu Tafsir MA AL Jauhar Semin Gunung Kidul 2016 sampai

sekarang.

128

Anda mungkin juga menyukai