Anda di halaman 1dari 18

Pengembangan

Tanaman Padi
di Lahan
Agroforestri
Oleh :
Yohanes Tri Santosa
20/466565/PPN/04592
Pendahuluan
90 81 83
79
80 75
70
60
50
NILAI

40
30
20 14,1 15,1 15,7 15,9
10 5,3 5,2 5,1 5,1
0
Luas Area Panen (juta Produktivitas (Ton/ hektar) Produksi ( juta Ton)
hektar)
VARIABEL MENURUT TAHUN
FAOSTAT,2019
2015 2016 2017 2018

Grafik Produksi (Juta Ton), Produktivitas Padi (Ton/ Hektar), Populasi Penduduk Indonesia Yang akan Mengalami
Luas Area Panen (Juta Hektar) Tanaman Padi Indonesia Tahun Peningkatan. Di tahun 2050,
2015-2018. Populasi Penduduk Indonesia Mencapai 322 Juta
Jiwa

Indonesia Masih Belum Lepas Dari Impor Beras

Dari 3 Hal diatas Menunjukkan :

Indonesia Masih Belum Berdaulat


Pangan di Sektor Perberasan Nasional
BPS,2020
Solusi
Luas Hutan Indonesia 143 Hektar
(MenLHK, 2019)

Hutan Produksi Yang dapat dikonversi Untuk Pangan


terutama Padi 12,8 Juta Hektar (BPS,2020)
• Dalam penulisan makalah ini,
Tujuan yang ingin dicapai yakni
mengetahui potensi
pengembangan padi serta
langkah-langkah manejemen
padi di lahan agroforestri.
Pembahasan
• Gambaran Umum Agroforestri Padi
• Pengaruh Faktor Genetis dan Tanah
Pada Tanaman Padi Agroforestri
• Manajemen Peningkatan Kesuburan
lahan dalam sistem Agroforestri
• Manajeman Iklim Lahan Agroforestri
• Manajemen Pengelolaan Air dalam
sistem Agroforestri
• Manajemen Pemupukan Tanaman Padi
Lahan Agroforestri
• Manajemen Hama dan Penyakit
Tanaman
Definisi

Secara umum, agroforestri merupakan sistem penggunaan


Gambaran lahan dengan mengkombinasikan tanaman kehutanan,
perkebunan, pertanian, serta ternak sehingga terbentuk

Umum interaksi serta kohesi ekologis dan ekonomis antara tanaman


tersebut dengan komponen lainnya (Huxley, 1999) 1999).

Agroforestri
Padi Nair (1993), gambaran agroforestri tentunya memiliki spesifikasi
yang komplek yakni
(1) pemanfaatan dua atau lebih spesies hewan atau tumbuhan, dan
salah satunya adalah kayu (Trees)
(2) setidaknya dua sistem produksi (misalnya, tanaman pohon,
tanaman-ternak atau pohon-ternak sistem) yang memungkinkan
interaksi ekologi dan ekonomi antara yang berbeda komponen
terjadi.
(3) Siklus sistem wanatani harus berlangsung setidaknya satu tahun;
(4) Sistem wanatani menjadi lebih kompleks, baik secara ekologis
(struktural maupun secara fungsional) dan ekonomis, daripada
sistem pertanian tunggal tradisional.
Kemanfaatan Agroforestri
Padi

Menurut Adiputranto (1995), pengembangan agroforestri berbasis


tanaman padi memiliki beberapa kemanfaatan multidimensional
yakni
(1) meningkatkan produksi pangan, pendapatan padi, kesempatan
kerja;
(2) meningkatkan kualitas gizi masyarakat sehingga tercapia
kesejahteraan masyarakat petani;
(3) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani sehingga
dapat menerapkan intensifikasi pertanian pada tanah-tanah kering
di hutan sehingga meningkatkan produktivitas lahan kehutan ;
(4) meningkatknya kesadaran masyarakat akan fungsi-fungsi hutan
yang rawan eksploitasi.
Pengaruh Faktor
Genetis dan
Tanah Pada
Tanaman Padi
Agroforestri
Data Rekomendasi Padi Anjuran
Pada Lahan Kering
Nama kultivar Produktivitas Ketahanan OPT Umur Tanaman
Situ Patenggang 3,6- 5,6 ton/ ha Tahan Penyakit Blast 110-120 HST
Situ Bagendit 3-5 ton/ ha Agak tahan Penyakit 110-120 HST
Blas
Inpago 4 4,1 to/ha Toleran terhadap 124 HST
Blast
Inpago 5 4 ton/ ha Tahan Penyakit Blast 118 HST
Inpago 6 3,9 ton/ ha Tahan penyakit Blas 117 HST
Cultivar Produktivitas Padi di 3 Jenis Tanah Agroforestri
(Ton/ Hektar)

Lithic Haplusterts Ustic Epiaquerts Vertic Haplustalfs

Ciherang 2.628 ± 0.029q 4.967 ± 0.032g 3.085 ± 0.037m


GM 2 2.487 ± 0.048s 5.630 ± 0.053e 2.971 ± 0.025n
GM 8 3.809 ± 0.100k 6.304 ± 0.028b 4.014 ± 0.011j
GM 11 3.221 ± 0.063l 5.878 ± 0.036d 4.370 ± 0.050i
GM 28 4.767 ± 0.032h 6.493 ± 0.050a 5.401 ± 0.038f
Inpago 4 2.899 ± 0.015o 2.744 ± 0.028p 3.086 ± 0.02m
Inpago 5 2.608 ± 0.008q 2.566 ± 0.025r 2.940 ± 0.035n
Inpago 6 2.105 ± 0.062t 2.078 ± 0.056u 2.535 ± 0.038r
Inpari 6 Jete 2.242 ± 0.052t 6.191 ± 0.045c 4.352 ± 0.103i

Inpari 33 2.641 ± 0.050q 6.104 ± 0.047c 4.232 ± 0.096i


IR-64 2.150 ± 0.115t 4.921 ± 0.050g 2.866 ± 0.069o
Puthu 2.078 ± 0.029u 2.619 ± 0.036q 2.485 ± 0.030s
Gunungkidul

Situ Bagendit 2.584 ± 0.135r 2.240 ± 0.040t 2.878 ± 0.059o

Situ 4.893 ± 0.052g 4.067 ± 0.026j 5.459 ± 0.032f


Patenggang
Way Apo Buru 2.478 ± 0.047s 3.116 ± 0.05m 2.918 ± 0.019o

Alfisol Mean
CV (%)
2.906 ± 0,132 4.394 ±
2.553
0,245 3.573 ± 0,144

Keterangan ; angka yang menunjukkan huruf yang sama tidak menunjukkan hasil yang
berbeda nyata pada tScott-Knott test ( p<0,05). Sumber : Suryanto et al, 2020
Perlakuan Bahan Organik &
Parit

Grafik 1. Variabel Pertumbuhan dan Hasil Tanaman


Padi yakni jumlah Anakan, Jumlah Biji per Malai,
Persentase Gabah Isi, dan Produktivitas Gabah Per
Hektar dengan Perbandingan Perlakuan Tanpa Parit +
Bahan Organik dengan Parit + kompos gulma siam
Chromolaena odorata dengan taraf 0, 5,10, 15 ton/ ha
bahan organik. Huruf yang sama menunjukan nilai
yang tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi HSD
Tukey (P<0,05). Sumber : Priyanto et al,2020
Manajeman Iklim
Lahan Agroforestri
Pengaruh Naungan Pada Berbagai Kultivar Padi
Perlakuan Variabel Hasil Tanaman Padi
Tingkat Gabah Berisi Gabah Hampa Berat 1000 Berat Gabah Per Potensi produksi
Naungan Rumpun
Cultivar
% (butir) (butir) (gram) (gram) (ton / ha)
Situpatenggang 0 159,59 ab 32,25 b 26,11b 22,41 a 5,6 a
25 129,34 a 39 b 23,29 c 19,31 c 4,83 b
50 98, 67 a 46,25 b 21,18 b 11,41 ab 2,92 a
Batu Tegi 0 279,5 c 74 c 24,83 a 22,29 a 5,57 a
25 236,75 b 78,75 c 19,39 a 14,40 a 3,55 a
50 185,42 b 97,89 c 17,87 a 9,82 a 2,46 a
Inpago-8 0 162,75 b 24,67 a 26,92 b 21,11 a 5,28 a
25 138,58 a 27,83 a 23,32 c 16,08 b 4,01 ab
50 97,47 a 33,75 a 20,38 b 11,03 ab 2,75 ab
Inpago-4 0 149,5a 149,5 a 25,14 ab 21,27 a 5,32 a
25 122,17 a 122,17a 22,95 c 15,08 ab 3,77 b
50 101,00 a 101a 20,70 b 13,08 b 3,27 b
Inpago-5 0 154,75 a 154,75a 26,08 b 21 a 5,25 a
25 129,92 a 129,92a 21,68 b 16,37 b 4,09 ab
50 94, 67 a 94,67a 20,28 b 11,41 ab 3,11 b

[Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan


nyata natar berbagai macam perlakuan. Sumber : Hafni, 2019
Manajemen Pengelolaan Air
dalam sistem Agroforestri
Perlakuan Parameter
Teknik Panen Air Erosi Aliran Permukaan
(Ton/ (Centimeter(cm)/tahun)
hektar/
tahun)
T1 (Rorak + Mulsa 0,9a 6,45 a
Vertikal)
T2 (Rorak +Gulud+ 1,11ab 5,68ab
Mulsa Vertikal)
T3 (Rorak + Gulud) 1,32 b 4,7c
Tanah Terbuka 15,55 40,22
(Control)

• Keterangan : angka yang sama pada tabel diatas


menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata pada taraf (p<0,05)
menggunakan uji DMRT. Sumber : Noeralam, 2003
Manajemen Pemupukan
Tanaman Padi Lahan
Agroforestri

Variabel
Perlakuan Gabah Kering Gabah Kering Bobot Jerami
Dosis pupuk (kg/hektar) Panen (GKP) Giling (GKG) Kering (BJK)

Nitrogen Posphor Kalium (Ton/ha) (Ton/ ha) (Ton/ha)


(N) (P) (K)
0 0 0 2,8 f 2,4e 2,4f
0 50 60 3,1 f 2,6e 2,7f
90 50 60 4,6 abc 3,9ab 4,3de
135 0 60 4,8 ab 4,0a 5,2ab
135 25 60 4,4 bcd 3,8ab 4,8bcd
135 50 0 3,6 e 3,6e 3,9e
135 50 30 4,3 cd 3,6bc 5,5a
135 50 60 4,3 cd 3,6bc 5,1abc
135 50 60 4,1 d 3,4c 4,6cd
135 50 120 4,9 a 4,2a 5,2ab
135 100 60 4,8 ab 4,2a 5abc
180 50 60 4,4 bcd 3,8ab 5,3ab
Manajemen Hama dan Penyakit Tanaman
❑ Tanaman Padi di Lahan Agroforestri menunjukkan keberagaram pertumbuhan dan hasil.
Kultivar GM28 dan Situ patenggang menunjukkan hasil panen yang terbaik dibandingkan
kultivar dan varietas lainnya pada beberapa kondisi tanah yang berbeda.

❑ Pengolahan Tanah dengan menggunakan Parit dan penambahan bahan organik berupa gulma
siam dapat meningkatkan hasil tanaman padi di lahan agroforestri.

❑ Pada aspek naungan tanaman, pengaruh naungan tidak memberikan perbedaaan nyata pada
pertumbuhan dan hasil tanaman padi.

Kesimpulan ❑ Manajemen Air dengan menggunakan Rorak, Pemulsaan, dan Biopori mampu meningkatkan
hasil tanaman padi dan mengurangi run-off air

❑ Pemupukan dengan menggunakan kombinasi Nitrogen, Phospor, dan kalium masih diperlukan
untuk meningkatkan produktivatas padi di lahan agroforestry.

❑ Pengendalian hama dan pathogen secara terpadu masih diperlukan karena mengurangi
kerusakan panen akibat organisme biotik serta mengurangi dampak pencemaran lingkungan
akibat penggunaan pestisida berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai