Anda di halaman 1dari 18

Nama: Septika Faulia

NIM: 2019012206
Kelas: PSIK 4B
Matkul: Maternitas 2

SOP IVA TEST

1. Pengertian - Iva (Inspeksi Visual dengan Asam asetat) : merupakan


metode sederhana untuk deteksi dini kanker leher rahim
dengan menggunakan asam asetat.
- Deteksi Dini kanker payudara adalah pemeriksaan
payudara untuk mengidentifikasi kelainan payudara yang
dapat mengarah ke arah keganasan (kanker) sehingga
dapat segera mendapat pengobatan dengan harapan
pengobatan dapat lebih tuntas dan angka kesembuhan
lebih tinggi.
2. Tujuan 1. deteksi dini menggunakan metode IVA bertujuan
mengidentifikasi mereka yang mengalami lesi pra kanker
sehingga dapat memperoleh terapy segera untuk
memutus perjalanan hidup lesi pra kanker sebelum
menjadi kanker
2. deteksi dini kanker payudara bertujuan
-untuk memngidentifikasi masalah pada payudara sebelum
ibu merasakan gejala dan memberi kesempatan untuk
pengobatan atau pencegahan sejak dini.
-Memberikan pengetahuan pada perempuan di masyarakat
sehingga dapat lebih peduli dengan adanya kemungkinan
terhadap kanker,dan membekali mereka dengan
pengetahuan pemeriksaan dengan metode SADARI,agar
mereka dapat melakukan pemeriksaan payudaranya
sendiri.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.19/PKM.NMD/I/2015 Tentang Jenis-Jenis
Pelayanan di Puskesmas Narmada
4. Referensi Buku acuan Pencegahan Kanker Payudara dan Kanker Leher
Rahim diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan Repubil
Indonesia,Direktorat Jenderal PP & PL,Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular tahun 2010.
5. Prosedur/langkah- PENILAIAN KLIEN:
langkah 1. Menyapa ibu dengan sopan dan ramah
2. Memastikan bahwa ibu sudah memahami mengapa
dianjurkan menjalani pemeriksaan payudara dan tes IVA
dan memastikan bahwa ibu sudah mengerti prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan.
3. Memastikan bahwa ibu sudah memahami kemungkinan
temuan seperti apa yang dihasilkan dan tindak lanjut atau
pengobatan apa yang mungkin perlu
dilakukan.
PERSIAPAN:
1. Memeriksa apakah peralatan dan bahan sudah tersedia:
- Inspekulo
- Lidi kapas
- Asam asetat
- Aquades
- Kom steril dari plastik.
- Handscoen.
2. Memeriksa lampu yang tersedia dan siap digunakan.
3. Menanyakan apakah ibu sudah BAK dan membersihkan
serta membilas daerah genitalnya bila perlu.
4. Meminta ibu untuk melepas pakaian dalam baik bra
maupun celana dan meminta ibu menggunakan kain.
5. Mencuci tangan kemudian menggunakan sarung tangan.
PEMERIKSAAN PAYUDARA
1. Pada saat melakuka pemeriksaan harus diingat untuk selalu
mengajarkan cara melakukan SADARI.
2. Melihat payudara dan memperhatikan apakah ada
perubahan :
- Bentuk
- Ukuran
- Puting atau kulit yang berlipat
- Kulit cekung
Memeriksa apakah terjadi pembengkakan,suhu tubuh
yang meningkat atau rasa nyeri pada salah satu atau
kedua payudara.
3. Melihat puting payudara dan perhatikan ukuran,bentuk dan
arahnya. Memeriksa apakah ada ruam atau luka dan keluar
cairan dari puting payudara.
4. Meminta ibu mengangkat kedua lengannya keatas kepala
dan lihat kedua payudaaranya. Memperhatikan apakah ada
perbedaan. Melihat ibu untuk meletakkan kedua tangan di
pinggang dan memperhatikan kembali payudaranya.
5. Meminta ibu/klien membungkuk untuk melihat apakah
kedua payudaranya menggantung secara seimbang.
6. Meminta ibu/klien berbaring di meja periksa.
7. Meletakkan bantal di bawah pundak kiri ibu/klien.
Meletakkan lengan kiri ibu di atas kepalanya.
8. Melihat payudara sebelah kiri dan memeriksa apakah ada
perbedaan dengan payudara sebelah kanan. Memeriksa
apakah terdapat kerutan atau lekukan pada kulit
payudara.
9. Menggunakan telapak jari-jari telunjuk tengah dan manis,
mempalpasi seluruh payudara, dimulai dari sisi atas paling
luar dari payudara, menggunakan teknik spiral. Perhatikan
apakah terdapat benjolan atau rasa nyeri.
10. Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk menekan
putting payudara. Perhatikan apakah keluar cairan bening,
keruh atau berdarah dari putting.
11. Ulangi langkah-langkah tersebut di atas untuk payudara di
sebelah kanan. Jika perlu, ulangi tindakan ini dengan posisi
ibu duduk dan kedua lengan berada di samping tubuh.
12. Meminta ibu/klien untuk duduk dan mengangkat kedua
lengan setinggi bahu. Mempalpasi pangkal payudara
dengan menekan sepanjang sisi luar otot pectoral kiri
sambil secara bertahap menggerakkan jari-jari kearah
axial. Memeriksa apakah terjadi pembesaran kelenjar
getah bening (lymph nodes) atau rasa nyeri.
13. Ulangi langkah tersebut untuk payudara sebelah kanan.
14. Setelah selesai persilahkan ibu mengenakan kembali
pakaiannya sambil periksa mencuci tangan dengan aur
dan sabun dan mengeringkannya.
MEMERIKSA ABDOMEN DAN LIPAT PAHA
1. Meminta ibu untuk berbaring di meja periksa dengan
kedua lengan di samping.
2. Memapar seluruh abdomen.
3. Perhatikan apakah ada benjolan pada abdomen.
Perhatikan letak dan bentuk pusar.
4. Memeriksa abdomen untuk melihat apakah terdapat
warna
yang tak biasa, parut, guratan atau ruam dan lesi.
5. Menekan dengan ringan menggunakan permukaan jari-jari
tanagn, mempalpasi semua area abdomen.
Mengidentifikasi adanya masa, daerah yang nyeri atau
resistensi otot. Mencatat temuan.
6. Denagn menekan lebih dalam, tentukan ukuran, bentuk,
konsistensi, rasa nyeri, mobilitas dan pergerakan massa.
Mencatat massa dan area nyeri yang ditemukan.
7. Mengidentifikasi area yang terasa nyeri. Jika terdapat
nyeri, periksa apakah terjadi nyeri lepas.
8. Jika ada luka terbuka pada abdomen bagian bawah
atau
lipat paha, memakai sarung sepasang sarung tangan
periksa yang baru atau sarung tangan bedh yang telah di-
DTT sebelum memeriksa daerah tersebut. Mempalpasi
kedua area abdomen bawah apakah terdapppat benjolan,
atau bisul.
MEMERIKSA GENETALIA LUAR
1. Meminta ibu untuk menaruh kedua tumit pada dudukan.
Jika tidak ada dudukan, membantu ibu menaruh kesua
kakinya di tepi luar ujung meja. Tutupi ibu dengan selimut
atau kain.
2. Mencuci tangan dengan air sabun sampai bersih dan
dikeringkan denagn kain bersih dan kering, atau
dianginkan.
3. Menyalakan lampu/senter dan mengarahkan ke daerah
genetalia.
4. Memakai sepasang sarung tangan periksa yang baru atau
telah di-DTT.
5. Menyentuh pshs sebelah dalam sebelum menyentuh
daerah
genital ibu.
6. Memperhatikan labia, klitoris dan perineum
apakah terdapat parut, lesi, inflamasi atau retakan kulit.
7. Denagn memisahkan labia mayora dengan dua jari,
memeriksa labia mayora, klitoris, mulut uretra dan mulut
vagina.
8. Mempalpasi labia minora. Lihat apakah terdapat benjolan,
cairan, ulkus dan fistula. Rasakan apakah ada
ketidakberaturan atau benjolan dan apakah ada bagian
yang terasa nyeri.
9. Memeriksa kelenjar skene untuk melihat adanya keputihan
dan nyeri. Dengan telapak tangan menghadap ke atas,
masukkan jari telunjuk ke dalam vagina lalu dengan
lembut mendorong ke atas mengenai uretra dan menekan
kelenjar pada kedua sisi kemudian langsung ke uretra.
10. Memeriksa kelenjar bartholin untuk melihat apakah ada
cairan dan nyeri. Masukkan jari telinjuk ke dalam vagina di
sisi bwah mulut vagina dan meraba dasar masing-masing
labia mayora. Ddengan menggunakan jari dan ibu jari,
mempalpasi setiap sisi untuk mencari apakah ada benjolan
atau nyeri.
11. Meminta ibu untuk mengejan ketika menahan labia dalam
posisi terbuka. Periksa apakah terdapat benjolan pada
dinding anterior atau posterior vagina.
PEMERIKSAAN VISUAL MENGGUNAKAN ASAM ASETAT
(INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT/IVA)
1. Memasang speculum dan menyesuaikannya sehingga
seluruh leher rahim dapat terlihat.
2. Memasang cocor bebek speculum dalam posisi terbuka
sehingga speculum tetap berada di tempatnya agar leher
rahim dapat terliht.
3. Memindahkan lampu / senter sehingga dapat melihat
leher
rahim denagn jelas.
4. Memeriksa leher rahim apakah curiga kanker serviks atau
terdapat servisistis, ektopion, tumor, ovula naboti atau
luka. Bila curiga kanker serviks ppemeriksaan diakhiri,
langsung ke langkah 12 dan seterusnya tanpa melakukan
langkah ke 13.
5. Menggunakan swab kapas yang bersih untuk
menghilangkan cairan, darah, atau mukosa dari leher
rahim. membuang swab kapas yang telah dipakai ke
dalam wadah tahan bocor atau kantung plastic.
6. Mengidentifikasi ostium uteri, SSK (sambungan skuamo
koloumnar) dan zona transformasi. Bila SSK tidak bisa
ditampakkan, lanjutkan dengan prosedur pemeriksaan
test Pap. Bila tes Pap tidak memungkinkan untuk
dilakukan, lanjutkan ke langkah 12, dan seterusnya.
7. Mencelupkan swab bersih ke dalam cairan asam asetat lalu
mengoleskan pada leher rahim. membuang swab kapas ke
dalam kantung lastik.
8. Menunggu minimal 1 menit agar asam asetat terserap dan
tampak perubahan warna putih yang disebut dengan lesi
putih.
9. Memastikan SSK dengan teliti:
 Memeriksa apakah leher rahim mudah berdarah.
 Mencari apakah terdapat plak putih yang tebal dan
meninggi atau lesi putih.
10. Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap leher
rahim dengan swab bersih untuk menghilagkan mukosa,
darah atau debris. Membuang swab ke dalam kantung
plastic.
11. Bila pemeriksaan visual telah selesai, gunakan swab baru
untuk menghilangkan sisa cairan asam asetat dai leher
rahim dan vagina. Membuang swab ke dalam kantung
plastic.
12. Melepaskan speculum dan melakukan dekontaminasi
dengan meletakkan speculum dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
13. Melakukan pemeriksaan bimanual.
TUGAS / LANGKAH PASCA TES IVA
1. Meminta ibu untuk duduk, turuun dari meja periksa dan
berpakaian.
2. Membersihkan lampu / senter dan alas tempat duduk
paisen berturut-turut dengan larutan klorin 0,5% cairan
deterjen dan air bersih.
3. Merendam sarung tangan dalam keadaan dipakai ke dalam
larutan klorin 0,5%. Melepas sarung tangan dengan
membalik sisi dalam keluar.
 Jika sarung tangan akan dibuang, buang ke dalam
kantung plastik.
 Jika sarung tangan akan dipakai ulang, dekontaminasi
dengan merendam sarung tangan dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
4. Mencuci tangan dengan air dan sabun sampai benar-
benar
bersih lalu dikeringkan dengan kain kering dan bersih atau
dianginkan.
5. Mencatat hasil tes IVA dan temuan lain ke dalam catatan
medis ibu.
 Jika didapatkan lesi putih, menggambar peta leher
rahim dan daerah lesi putih pada catatan medis ibu.
6. Membahas hasil pemeriksaan payudara dan tes IVA
bersama ibu dan menjawab pertanyaan.
 Jika hasil pemeriksaan payudara dan tes IVA negative,
sebutkan waktu kunjungan berikutnya untuk
menjalani kembali pemeriksaan payudara dan tes IVA.
 Jika hasil pemeriksaan payudara atau tes IVA positif
atau dicurigai terdapat kanker, membahas langkah-
langkah selanjutnya.
 Setelah member konseling, memberikan pengobatan
atau merujuk.
6. Distribusi 1. Bidan Puskesmas
2. Dokter Puskesmas
7. Dokumen terkait 1. Lembar balik penyuluhan
2. Daftar tilik
3. Form pemeriksaan
4. Informed consent
Standar Operasional Prosedur Kemoterapi

A. Umum (General)
Seluruh petugas kesehatan harus memiliki pengetahuan tentang prosedur penanganan agent
kemoterapeutik secara aman. hal ini penting bagi seluruh petugas kesehatan untuk memahami
potensial karsinogenik dan bahaya yang ditimbulkan dari obat tersebut. Individu yang beresiko
tinggi (mis. Penderita Immunodefisiensi atau wanita hamil) harus secara khusus di
pertimbangkan kemungkinan konsekuensi dari penanganan (penyiapan hingga pemberian)
agen kemoterapeutik dan pilihan untuk menghindari paparan.

B. Kebijakan (Policy)
1) Agent (obat ) kemoterapi, diberikan hanya oleh perawat yang memiliki keahlian
pemberian kemoterapi yang tersertifikasi.
2) Semua instruksi kemoterapi harus di tandatangani dokter
3) Seluruh intruksi kemoterapi harus diperiksa secara mandiri oleh dua orang perawat
dengan metode Double Check.
4) Sampah kemoterapi harus di buang ke tempat sampah khusus yang di gunakan untuk
membuang sampah kemoterapi

C. Desain Area Kerja (Designated Work Area)


Desain tempat seharusnya seperti di lab sehingga pengelolaan obat (dari mulai
penyiapan hingga pemberian) dapat ditangani dengan baik. Seluruh persiapan obat harus
dilakukan didalam ruang khusus seperti fume hood atau biosafety cabinet. Penggunaan
plastic-backed absorbent sekali pakai yang dimasukan kedalam pakaian digunakan untuk
melindungi permukaaan tubuh pekerja dari kontaminasi obat. Antara fume hood dan biosafety
cabinet harus memiliki tanda seperti setiker yang menunjukan alat tersebut telah
sertifikasi dalam 12 bulan terakhir (layak pakai).
Fume hood
Biosafety cabinet

D. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)


1) Selalu menggunakan sarung tangan nitrile rangkap (double), atau sarung tangan yang
khusus di disain untuk kemoterapi, ketika menangani (menyiapkan atau memberikan) agent
kemoterapeutik. Sarung tangan tebal, panjang yang menutup bagian lengan gaun, di
rekomendasikan. Pastikan sarung tangan tidak tertusuk, terobek atau terpotong. Sarung tangan
harus harus dibuang setiap kali penggunaan, ketika penyiapan agent kemoterapeutik atau
kontaminasi dengan produk (agent kemoterapeutik).

Sarung tangan Nitrile

2) Alat pelindung lain seperti kaca mata pelindung (protective eye goggles), penggunaan gaun
panjang (long-sleeved smock) sekali pakai, harus digunakan untuk memaksimal keamanan
(maximum safety). Hanya menggunakan spuit dengan jarun yang dapat ditarik kembali
(retractable needles)
Kaca mata Pelindung

Gaun panjang

3) Ketika terjadi percikan, semburan, atau semprotan bertekanan tinggi (aerosol), facesheilds
(pelindung wajah) digunakan untuk mencegah kontak dengan
mata, mulut, dan hidung.

Pelindung wajah
E. Keamanan Peraktek kerja (Safe Work Practices)
1) Pelaksanaan pemberian dan penyiapan obat harus dan wajib di area yang telah di diasin
khusus untuk pelaksanaan kemoterapi. Pastikan telah memperhatikan label obat, nama dan
kandungan serta label peringatan khusus seperti “Toxic, Special Handling Required” (“racun, di
butuhkan penanganan khusus”)
2) Hanya menggunakan suntikan dengan jarum yang dapat ditarik kembali dan letakan pada
bak injeksi.
3) Kehati-hatian dibutuhkan pada saat obat dalam bentuk ampul dengan bahan obat kering
harus secara perlahan diketuk terlebih dahulu ke bawah.

F. Pembuangan (Disposal)
Sampah kemoterpeutik meliputi vial kosong, labu cairan, selang kateter IV, jarum, alat suntik,
sarung tangan, dan barang-barang lain yang mengandung residu (sisa) obat. Dan semuanya di
buang ketempat sampah khusus untuk kemoterapi.

G. Terpapar Obat (Spills/Accidental Exposure)


1. Laporkan semua kecelakaan pada petugas khusus rumah sakit. Berikan perhatian
khusus pada setiap kecelakaan akibat kontak dengan obat di bagian mata, terhirup
(ingestion), atau termakan (inhalation).
2. accidental spill ”kecelakaan akibat terkena tumpahan obat kemoterapi”harus
ditangani secara tepat dan hati-hati. Buang baju yang terkontaminasi tumpahan obat.
Jika kulit yang terkontaminasi tumpahan obat, cuci secara menyeruluh dengan sabun
dan air. Jika mata terkena percikan obat bilas mata terus menerus selam 15 menit dan
hubungi petugas khusus rumah sakit yang menangani kecelakaan kerja.
H. Membersihkan Tumpahan Obat
1) Membersihkan tumpahan obat yang volumenya < dari 5 ml :
a) jika cair (Liquids) harus dibersihkan menggunakan kasa penyerap kering. Jika bentuknya
padat (solids) harus diusap menggunakan kasa penyerap yang basah. Lalu dekontaminasi area
menggunakan cairan khusus obat kemoterapeutik misalnya sodium carbonate selama 30 menit
atau methanolic potassium hydroxide (30% 1N KOH and 70% methanol) selama 5 menit.

b) Perhatian : KOH bersifat korosif sehingga pelindung mata dan sarung tangan yang resisten
terhadapbahan kimia
c) Anggap barang atau material yang telah terkontaminasi obat/ kasa yang digunakan tadi
sebagai material berbahaya karena telah kontak dengan obat kemoterapi.
d) Area yang terkena percikan atau tumpahan harus dibersihkan sebanyak tiga kali
menggunakan cairan diterjen.
e) Setiap pecahan gelas (bila vial obat pecah) harus diambil menggunakan skop kecil jangan
menggunakan tangan dan buang di tempat khusus untuk obat kemoterapi.
2) Membersihkan tumpahan obat yang volumenya > 5 ml
a) Ketika tumpahan luas atau yang banyak terjadi area harus diisolasi dan percikan harus
dihindari.
b) Semua anggota yang bertanggung jawab menumpahkan obat harus menggunakan gaun
sekali pakai (disposable gowns), sarung tangan nitrile rangkap dua (double nitrile gloves), alat
bantu nafas bila obat dalam kondisi bubuk dan untuk mencegah inhalasi.
c) Hubungi bagian khusus rumah sakit, untuk penanganan dan pembersihan tumpahan obat
dengan alat khusus
d) Tutup area tumpahan dengan kasa penyerap khusus, jika obat dalam kondisi serbuk tutup
menggunakan kasa basah.
e) Jika jumlah obat yang tumpah banyak (1 vial tumpah seluruhnya) masukkkan barang atau
material yang terkontaminasi ke dalam biosafety cabinet atau fume hood dan bagian seluruh
ruangan perlu di dekontaminasi.

I. PROSEDUR
Aksi Point yang ditekankan
Tindakan awal pada pemberian kemoterapi
Intruksi pemberian obat meliputi
rute pemberian obat, dosis,
kecepatan tetes infus, durasi
Cek kembali intruksi pemberian obat pemberian obat.
Verifikasi kembali tinggi badan klien,
berat badan, dan perhitungan dosis,
Pemberian obat kemoterapi harus
di verifikasi oleh dua orang perawat
Penjelasan kepada keluarga:
Rasional tindakan kemoterapi
Efek samping yang mungkin muncul
Tindakan untuk mencegah atau
mengurangi komplikasi
Jadwal pemberian
Monitoring hasil lab yang penting yang
Laporkan hasil lab yang tidak normal
berhubungan atau sesuai dengan jenis
kepada dokter atau perawat utama.
pemberian obat kemoterapi
Atur atau siapkan peralatan suction,
Obat-obatan emergensi harus tersedia
oksigen dengan flowmeter, dan nasal kanul
di laci emergensi untuk jaga-jaga
di ruang pasien
Obat-obatan pre-kemoterapi diberikan
Berikan obat-obatan pre-kemoterapi sesuai
awal untuk mengurangi efek samping
indikasi dokter
dari
kemoterapi atau efek yang tidak diinginkan
Pastikan pasien telah menerima hidrasi Beberapa obat kemoterapi
Intravena yang sesuai, jika diindikasikan membutuhkan pemberian cairan dahulu
dokter sebelum
pemberian
Cek label pada alat suntik, botol obat
Perawat harus mencek kembali
kemoterapi sesuai yg diresepkan
(di samping tempat tidur):
dokter
Nama pasien
Obat kemoterapi
Dosis
Rute
Cairan Intra Vena
Kecepatan infuse
Tanggal pemasangan infus
Kadaluarsa obat
PERSIAPAN KEMOTERAPI
Cuci tangan
Gunakan APD (sarung tangan nitrile
rangkap 2, google (kacamata), gaun
panjang khusus, masker, pelindung
wajah, dll) sebelum membuka obat
kemoterapi Seluruh persiapan obat harus
dilakukan didalam ruang khusus seperti
fume
hood atau biosafety cabinet.
B. PEMBERIAN KEMOTERAPI
Aksi Point yang ditekankan
Cuci tangan
Sarung tangan nitrile telah di tes aman
digunakan saat melakukan tindakan
Gunakan sarung Tangan nitrile rangkap pemberian obataantineoplastik
dua. Buang Alat Pelindung Diri sekali pakai di
tempat pembuangan sampah yang
dirancang khusus untuk kemoterapi
Verifikasi kembali rute pemberian obat
kemoterapi (apakah melalui Central
line atau peripheral line)
setiap obat kemoterapi yang diberikan
Pasang obat, dan gantungkan obat, lalu atur harus melalui jalur infus yang berbeda
tetes obat sesuai intruksi dokter. untuk masing-masing obat, kecuali jika di
intruksikan dokter.

Monitoring efek samping kemnoterapi,


Observasi kondisi klien sesuai intruksi
keefektifan obat pre kemoterapi,
dokter
hidrasi pasien,dan keamanan pasien.
Bila pemberian obat telah selesai buang
kantong/botol obat, selang infuse ke
tempat
sampah khusus kemoterapi.
Beritahukan segera kepada dokter jika
klien mengalami:
Kegelisahan
Nafas pendek
Nyeri dada
Mati rasa
Dan efek samping pontesial yang mungkin
muncul dari pemberian obat kemoterapi.

Anda mungkin juga menyukai