Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN ANAK

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KASUS ISPA


Kelompok 3:
Rizal Firdaus Pratama ( 2019012204 )
Santi Wahyu Ningtiyas ( 2019012205 )
Septika Faulia ( 2019012206 )
Shafia Dwi Wulandari ( 2019012207 )
Sinta Elya Nur Arifah ( 2019012208 )
PSIK 4B
A. Definisi
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan
di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau
berurutan. Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing
dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafasdan akan menyebabkan
retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan.

B. Etiologi
Kebanyakan, infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikoplasma, kecuali epiglotitis akut.
Organisme streotokokus dan difteria merupakan agen bakteri utama yang mampu menyebabkan penyakit
faring primer, bahkan pada kasus tonsilofaringitis akut, sebagian besar penyakit berasal dari non bakteri.
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus
streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya
antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus. Bakteri dan
virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus
influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung
C. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
A. Hidung
B. Faring
C. Laring (Tenggorokan)
D. Epiglotis
E. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
F. Trakhea
G. Bronkus
H. Paru
2. Fisiologi
A. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi, di antaranya adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru. Semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. 
b. Disfusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2 kapiler dengan
alveoli
c. Transportasi gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke
kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin
D. Fatosiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis
penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi
virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa karena nya tubuh menjadi lemah apalagi bila
keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit
dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.   
Tahap lanjut penyaklit dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia
E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal
dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertaimalaise,
mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak. Tanda-tanda laboratoris
hypoxemia,hypercapnia dan acydosis (metabolik dan atau respiratorik) Tanda-tanda bahaya pada
anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun,
stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:
kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing.
F. Penatalaksanaan
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2. Immunisasi.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4.  Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

Prinsip perawatan ISPA antara lain :


5. Meningkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
6. Meningkatkan makanan bergizi
7.  Bila demam beri kompres dan banyak minum
8.  Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih.
9.  Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
10. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menyusui
G. Pemeriksaan Diagnostik 

1.Kultur
tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang menyebabkan faringitis.
2. Biopsi
Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan tubuh, dilakukan untuk
memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring, dan rongga hidung.
3. Pemeriksaan pencitraan
Termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan, pemeriksaan dengan zat kontras
dan MRI (pencitraan resonansi magnetik). Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian
integral dari pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi pada sinusitis atau
pertumbuhan tumor dalam kasus tumor.
H. Komplikasi
SPA (saluran pernafasan akut ) sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh
sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjaidi infasi kuman lain, tetapi penyakit ispa yang tidak
mendapatkan pengibatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti :
sinusitis paranosal, penutupan tuba eustachii, laryngitis, tracheitis, bronchitis, dan
brhoncopneumonia dan berlanjut pada kematian karna adanya sepsis yang meluas.
Riwayat Kesehatan:
1.Riwayat penyakit sekarang
biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan
menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
2.Riwayat penyakit dahulu
biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
3. Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
4. Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya.

Diagnosa Keperawatan
● Peningkatan suhu tubuh b/d proses inspeksi
● Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia
● Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
● Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b/d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan
imun)
Intervensi

No  Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Peningkatan suhu tubuh bd Suhu tubuh normal 1.      Observasi tanda – tanda 1.      Pemantauan tanda vital
proses inspeksi berkisar antara 36 – 37, vital yang teratur dapat
5‘C 2.      Anjurkan pada menentukan perkembangan
klien/keluarga umtuk perawatan selanjutnya.
melakukan kompres dingin ( air 2.      Dengan menberikan
biasa) pada kepala / axial. kompres maka aakan terjadi
proses konduksi /
perpindahan panas dengan
bahan perantara.
KESIMPULAN
Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang
bermacam-macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik)
dan pengelolaannya. Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus.
Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara
rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan
antimikroba yang tepat sesuai dengan kuma penyebab. Untuk dapat
melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA dapatdideteksi terlebih dahulu
dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat, kemudian dilakukan
pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan antimikroba yang
sesuai.

Anda mungkin juga menyukai