ABSTRACT
The research discusses tolerance education through the teaching and learning of Kema'arifan (wisdom)
at SMA (Senior High School) Ma'arif Bandung. In contrast to other studies, this research will be
more focused on discussing the process of inculcating tolerance values in schools with the background
of Nahdatul Ulama (NU). The research will describe how teachers convey tolerance values through
classroom teaching and learning. The research employed qualitative method with data collection
techniques of interview, observation, and documentary study. The results show that Kema'arifan
instruction can provide deeper knowledge about Islam, aswaja, and other groups. In the teaching and
learning process, teachers convey the values of tolerance through lecture, and question- answer methods.
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang pendidikan toleransi melalui pembelajaran mata pelajaran
Kema’arifan di SMA Ma’arif Bandung.Berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian ini akan
lebih membahas tentang suatu proses penanaman nilai toleransi di sekolah yang berlatar belakang
organisasi Nahdatul Ulama (NU). Penelitian ini akan menguraikan bagaimana cara guru dalam
menyampaikan nilai-nilai toleransi melalui suatu proses pembelajaran di kelas. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui
wawancara, observasi, dan studi dokumen. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
Kema’arifan mampu memberikan pengetahuan secara lebih mendalam tentang Islam, aswaja, serta
golongan-golongan yang lainnya.Dalam proses pembelajaran, guru menyampaikan nilai-nilai
toleransi melalui metode ceramah dan tanya jawab.
Fahmi lebih menguraikan tentang temuan di lapangan. Ali (2010, hal. 138)
konsep pendidikan Aswaja NU, mengungkapkan bahwasanya penelitian
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh kualitatif merupakan suatu pendekatan
peneliti lebih mendeskripsikan bagai- dengan melakukan riset yang berorientasi
mana implementasi pembelajaran Aswaja pada fenomena atau gejala yang bersifat
yang dilakukan di sekolah NU yakni alami.Berdasarkan uraian tersebut, maka
SMA Ma’arif Bandung serta bagaimana penelitian ini akan mendeskripsikan
cara guru dalam menyampaikan nilai- secara fakta dan alami sesuai temuan di
nilaitoleransi yang diajarkan berdasarkan lapangan terkait implementasi
paham Aswaja. pendidikan toleransi di SMA Ma’arif
Berkaitan dengan hal tersebut, Bandung.
dilakukanlah penelitian mengenai Adapun data dalam penelitian ini,
implementasi pembelajaran Aswaja di diperoleh dan dikumpulkan melalui
salah satu sekolah NU, yakni di SMA teknik wawancara, observasi, dan studi
Ma’arif Bandung. Fokus dalam penelitian dokumen. Dalam melaksanakan
ini adalah memaparkan upaya guru wawancara, peneliti menjadikan guru
dalam merancang pembelajaranserta mata pelajaran Kema’arifan sebagai
nilai-nilai toleransi yang disampaikan narasumber utama dalam penelitian ini.
guna mendidik siswa untuk menjadi Adapun pihak lain yang dijadikan peneliti
pribadi yang toleran. Penelitian ini akan sebagai narasumber yakni wakil kepala
membahas tentang perencanaan, sekolah bidang kurikulum, guru mata
pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran pelajaran PAI, serta siswa-siswi SMA
mata pelajaran Kema’arifan. Ma’arif Bandung.
Observasi dilakukan guna
METODE PENELITIAN mengamati proses pelaksanaan pem-
belajaran di kelas. Adapun yang peneliti
Penelitian ini dilakukan di SMA Ma’arif amati dalam pelaksanaan pembelajaran
Bandung yang beralamat di Jalan yakni terkait langkah-langkah pem-
Terusan Galunggung Nomor 9, Lingkar belajaran, penggunaan metode, media
Selatan, Lengkong, Kota Bandung, Jawa pembelajaran, materi ajar, serta nilai-nilai
Barat 40263, Indonesia. Alasan peneliti toleransi yang diajarkan. Kemudian
memilih lokasi ini dikarenakan SMA untuk studi dokumen, peneliti
Ma’arif Bandung merupakan sekolah mengumpulkan data berupa dokumen-
yang diasuh oleh Lembaga Pendidikan dokumen terkait implementasi pembela-
Ma’arif (LP Ma’arif) Nahdatul Ulama. jaran Kema’arifan.
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif yang
bersifat alami sesuai dengan situasi dan
RPP tersebut dibuat pada tahun 2015, berpikir dalam NU, kemudian ada juga
dan belum ada pembaharuan kembali tentang Islam rahmatan lil’alamin.
sampai saat ini.Sehingga dalam Sebagaimana Wahid (2011, hal. 155)
pelaksanaannya masih disesuaikan mengungkapkan bahwa pengkaitan NU
dengan situasi dan kondisi siswa dan terhadap proses perkembangan Islam di
sekolah, dan tidak mengacu pada Indonesia meliputi beberapa aspek
perencanaan yang tertuang dalam bentuk seperti keilmuagamaan yang dikembang-
silabus maupun RPP. kannya, pandangan kemasyarakatan yang
Melihat realitas tersebut maka dimilikinya, cara pengambilan keputusan
dapat diasumsikan bahwa perencanaan umum yang digunakan, dan proses
pendidikan toleransi melalui pembela- rekonsiliasi internal apabila terjadi
jaran mata pelajaran Kema’arifan masih perbedaan pandangan yang tajam.
terbilang kurang efektif dikarenakan Adapun tradisi keilmuagamaan yang
belum adanya perencanaan matang yang dianut NU yakni dikenal dengan sebutan
dibuat khusus dan berkesinambungan. akidah Ahlu Al-Sunnaħ wa Al-Jama’aħ
Menurut Ibrahim dan Syaodih (2003, hal. atau Aswaja.
51) program pembelajaran merupakan
suatu program bagaimana mengajarkan 2. Pelaksanaan Pembelajaran
apa-apa yang sudah dirumuskan dalam Aswaja di SMA Ma’arif
kurikulum. Maka yang menjadi acuan Bandung
utama penyusunan program pembela-
jaran adalah kurikulum. Harjanto (2010, Pendidikan toleransi melalui
hal. 22) juga menjelaskan bahwa pembelajaran Aswaja diterapkan pada
perencanaan pengajaran merupakan siswa kelas X, XI, dan XII SMA Ma’arif
suatu alat yang membantu para pengelola Bandung dengan durasi selama 2x35
pendidikan untuk lebih menjadi berdaya menit. Pada awal pembelajaran biasanya
guna dalam melaksanakan tugas dan dimulai dengan berdoa bersama,
fungsinya. Kemudian apabila suatu mengecek kehadiran, lalu dilanjutkan
perencanaan ingin menjadi alat yang dengan apersepsi. Doa yang dilakukan
berguna, maka perencanaan juga perlu oleh guru dan siswa di kelas memiliki ciri
didampingi dengan pengetahuan dan khas tersendiri yang tidak pernah
bekerja seseorang secara efektif. terlewatkan, karena mereka tidak hanya
Adapun cakupan materi dalam berdoa untuk diri sendiri, melainkan juga
pembelajaran Awaja yakni meliputi bertawasul kepada para ulama, kyai NU,
konsep awal masuknya Islam serta guru, orang tua, serta saudara-saudara
perjuangan Islam di Indonesia, kemudian mereka.
materi tentang Nahḍatu Al-’Ulamā`, baik Dalam pembelajaran Kema’arifan,
tentang sejarahnya, asal-usul, konsep siswa tidak hanya diajarkan tentang
paham ke-NU-an, akan tetapi siswa juga melakukan studi eksplorasi pemahaman
akan diberikan pengetahuan tentang dasar yang berbeda, dapat meningkatkan
berbagai golongan-golongan dalam Islam sikap toleran keagamaannya. Dalam hal
serta perbedaan-perbedaan lainnya agar ini, perbedaan yang dimaksud ialah
mereka dapat saling memahami dan perbedaan dalam keberagamaan.
menghargainya.Adapun pendekatan yang Misalnya, siswa di sekolah NU atau yang
digunakan dalam pembelajaran yakni memiliki latar belakang NU, melalukan
menggunakan pendekatan teacher center studi eksplorasi terhadap Muham-
dengan metode ceramah dan tanya madiyah, PERSIS, atau agama-agama
jawab. Sebagaimana Daradjat (2008, hal. lain diluar Islam.
307) bahwa metode tanya jawab Adapun nilai-nilai toleransi yang
merupakan salah satu teknik mengajar diberikan pada proses pembelajaran di
yang mampu membantu menutupi antaranya yakni: 1) sikap untuk saling
kekurangan-kekurangan yang terdapat menghargai dan menghormati perbe-
dalam metode ceramah. Metode tanya daan, 2) tidak menimbulkan konflik di
jawab juga dapat diterapkan oleh guru tengah-tengah perbedaan, 3) menguta-
untuk menetapkan perkiraan secara makan amar ma’rūf nahyī munkar, 4)
umum apakah siswa sudah memahami berdakwah dengan tidak memaksa dan
bahan pelajaran yang telah tidak menimbulkan kerusakan, 5) tidak
disampaikan.Permbelajaran juga selalu mudah memvonis perbedaan pada diri
diakhri dengan penyimpulan materi dan orang lain, 6) idak mudah marah dan
doa bersama. mudah memaafkan, 7) tidak mudah
Metode yang digunakan dalam memprovokasi maupun terprovokasi
pembelajaran Kema’arifan cukup dengan hal-hal yang berakibat pada
menunjang proses pembelajaran di kelas. kerusakan. Hal ini sejalan dengan
Hanya saja, peneliti melihat bahwa siswa ungkapan Fahmi (2013, hal. 173-175),
juga perlu diperkenalkan dengan bahwasanya dakwah merupakan ajakan
perbedaan secara nyata. Sebab kepada masyarakat untuk menciptakan
pendidikan toleransi juga memerlukan keadaan yang lebih baik, terutama
adanya suatu interaksi antar golongan menurut ajaran agama. Tidak mungkin
yang berbeda. Sebagaimana Saulius orang berhasil mengajak seseorang
(2013, hal. 53) menytakan bahwasanya dengan cara yang tidak mengenakkan
realisasi toleransi membutuhkan latar hati yang diajak. Oleh sebab itu,
belakang yang beragam.Berdasarkan hasil berdakwah harus dilakukan dengan cara
riset yang dilakukan Firdaus & Rahmat yang baik, bukan menghukum). Gus Dur
(2016, hal. 151) menunjukkan bahwa seorang tokoh ulama NU juga
pembelajaran melalui penugasan dimana mendalami arti perkataan Al-Syafi’i yang
siswa diberi kesempatan untuk berbunyi, “Pendapat kami benar tetapi
Indonesia (Belajar
REFERENSI Keharomonisan dan Toleransi
Umat Beragama Di Desa
Ali, M. (2010). Metodologi dan Aplikasi Cikakak, Kec. Wangon, Kab.
Riset Pendidikan. Bandung: Banyumas). Jurnal Dinamika
Pustaka Cendekia Utama. Hukum, 468-482.
Anwar, S. (2015). Tolerance Education Firdaus, E., & Rahmat, M. (2016).
Through Islamic Religious Learning Model of Religious
Education in Indonesia. The 1st Tolerance (A Study of the
UPI International Conference on Increase of Life Cohesion for
Sociology Education (UPI ICSE Students). Islamic Education Faces
2015) (pp. 438-442). Bandung: Global Challenges, 151-155.
Atlantic Press. Ghufron, F. (2016). Ekspresi
Daradjat, Z. (2008). Metodik Khusus Keberagamaan di Era Milenium.
Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Yogyakarta: IRCiSoD.
PT. Bumi Aksara. Harjanto. (2010). Perencanaan Pengajaran.
Endang, B. (n.d.). Mengembangkan Jakarta: Rineka Cipta.
Sikap Toleransi dan Ibrahim, R., & Syaodih, N. (2003).
Kebersamaan di Kalangan Siswa. Perencanaan Pengajaran. Jakarta:
Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, 89- PT. Rineka Cipta.
105. Jamrah, S. A. (2015, Juli). Toleransi
Fahmi, M. (2013, Mei). Pendidikan Antar Umat Beragama :
Aswaja NU dalam Konteks Perspektif Islam. Jurnal
Pluralisme. Jurnal Pendidikan Ushuluddin, 23, 155-200.
Agama Islam, 01 Nomor 01, 161- Khitruk, V. V., & Ulianova, O. A.
179. (2012). Inclusive Tolerance as a
Fakhruddin, A. (2014). Urgensi Basis of Professional
Pendidikan Nilai Untuk Competence of Prospective
Memecahkan Problematika Nilai Teachers. Problems of Education In
dalam Konteks Pendidikan The 21st Century, 43, 21-33.
Persekolahan. Jurnal Pendidikan Lestari, G. (2005, Februari). Bhinneka
Agama Islam -Ta’lim, 12(1), 79. Tunggal Ika: Khasanah
Fathurrohman. (2012, Juni). Aswaja NU Multikultural Indonesia di
dan Toleransi Umat Beragama. Tengah Kehidupan Sara. Jurnal
Jurnal Review Politik, 02 Nomor 01, Pendidikan Pancasila dan
34-45. Kewarganegaraan, 31-37.
Fidiyani, R. (2013, September). Masduqi, I. (2011). Berislam Secara Toleran.
Kerukunan Umat Beragama di (I. D. S., Ed.) Bandung: Mizan.