Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Pikir

Fenomena Masyarakat

Menentukan Topik dan Tema

Studi Pustaka

Survei dan Wawancara

Menentukan Model Penelitian

Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner

Pengolahan Data

Uji Hipotesis

Kesimpulan

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Pada Gambar 2.1 menunjukkan kerangka pikir pada penulisan


penelitian kami. Tahap yang pertama adalah kami melihat fenomena yang
terjadi di masyarakat Jakarta akhir-akhir ini, dan ditemukanlah aplikasi Qlue
yang cukup populer yang sedang menghadapi masalah penurunan laporan
yang terjadi pada tahun 2017 dengan 4000 - 4200 laporan setiap harinya,
dimana pada 2016 terdapat 5000 laporan per hari, sehingga peneliti ingin
mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat mengenai aplikasi Qlue,
apakah penurunan terjadi karena minat pengguna yang telah berkurang atau
pemerintah yang telah bekerja lebih baik karena ada nya aplikasi Qlue. Yang
kedua peneliti menentukan topik dan tema yang cocok dalam penelitian,
sehingga didapatlah topik mengenai evaluasi yang dilakukan pada aplikasi
Qlue, dengan tema Evaluasi Aplikasi Qlue pada PT. Qlue Performa
Indonesia. Tahap yang ketiga kami melakukan studi pustaka untuk mencari
kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan
dengan evaluasi aplikasi Qlue, serta mencari bukti atau pernyataan bahwa
masalah yang akan diteliti belum terjawab atau belum terpecahkan secara
memuaskan atau belum pernah diteliti orang lain, mencari informasi yang
relevan dengan masalah yang akan diteliti. Tahap keempat yaitu melakukan
survei dan wawancara untuk mendapatkan informasi CTO PT. Qlue Performa
Indonesia yaitu Andre Hutagalung pada tanggal 16 November 2017. Tahap
kelima peneliti menentukan dan menetapkan model penelitian dengan
menggunakan gabungan antara dua metode evaluasi TAM dan TPB dimana
kami hanya menggunakan 5 variabel sesuai dengan kebutuhan. Tahap
keenam merupakan tahap pembuatan dan penyebaran kuesioner yang
dilakukan oleh peneliti berdasarkan 5 variabel yang telah dipilih pada tahap
kelima dengan metode evaluasi TAM dan TPB. Setelah kuesioner selesai
dibuat, peneliti menyebarkannya secara online yang dilakukan menggunakan
google form, peneliti menyebarkannya dengan metode random samping yang
disebarkan ke beberapa pengguna aplikasi Qlue tanpa melihat strata atau
tingkat tertentu. Tahap ketujuh merupakan pengolahan data, pada tahap ini
data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan diolah oleh peneliti
sesuai dengan format yang seharusnya sebelum melakukan pengujian. Tahap
selanjutnya data yang telah diolah akan melewati beberapa pengujian, yaitu
uji validitas konvergen, uji validitas diskriminan (cross loading dan AVE), uji
reliabilitas, r square, uji regresi, serta uji hipotesis korelasi. Tahap terakhir
merupakan kesimpulan dan saran, setelah melakukan penelitian maka peneliti
akan memberikan kesimpulan dari apa yang telah diteliti, serta memberikan
saran yang bermanfaat bagi pihak terkait.

2.2 Teori Umum


2.2.1 Pengertian Data
Menurut Kenneth C. Laudon & Jane P. Laudon (2013:45) data
adalah aliran fakta mentah yang menunjukkan kejadian yang terjadi
dalam organisasi atau lingkungan nyata sebelum mereka diorganisir
dan disusun menjadi sebuah bentuk yang dapat mengerti dan
digunakan orang-orang.
Menurut Keri E. Pearlson dan Carol S. Saunders (2013:14)
Data adalah serangkaian spesifikasi, fakta yang objektif atau
pengamatan yang bisa berdiri sendiri tidak memiliki nilai.
Berdasarkan kedua definisi ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa data merupakan fakta mentah yang menunjukkan
kejadian yang terjadi di suatu lingkungan nyata yang belum
terorganisir dan belum bernilai.

2.2.2 Pengertian Sistem


Menurut O’Brien (2010: 26) sistem merupakan sekelompok
komponen yang saling berhubungan yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama dengan menerima input dan menghasilkan
ouput didalam proses perubahan yang terorganisir.
Menurut Ralph M.Stair dan George Reynolds (2010:8) sistem
merupakan sekumpulan elemen-elemen atau komponen-komponen
yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan kedua definisi ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa sistem merupakan sekumpulan elemen /
komponen yang bekerja sama dan saling berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan bersama dengan menerima input dan menghasilkan
output didalam proses perubahan yang terorganisir.

2.2.3 Pengertian Informasi


Menurut Ralph M. Stair dan George Reynolds (2010:5)
informasi merupakan sekumpulan fakta yang telah terorganisir
melalui sebuah cara sehingga memiliki tambahan nilai yang melebihi
nilai individual dari fakta tersebut.
Menurut Pearlson dan Carol (2010:14) informasi merupakan
data yang dilengkapi dengan keterkaitan dan tujuan yang diatur ke
dalam sebuah unit analisa dan mediasi dari pengguna.
Menurut Kenneth C. Laudon & Jane P. Laudon (2013:45)
Informasi adalah data yang sudah dibentuk menjadi bentuk yang
memiliki arti dan berguna bagi manusia.
Berdasarkan ketiga definisi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa informasi merupakan sekumpulan data yang diolah dan
dilengkapi dengan keterkaitan dan tujuan sehingga memiliki nilai
tambah bagi pengguna yang menggunakan.

2.2.4 Pengertian Sistem Informasi


Menurut Kenneth C. Laudon & Jane P. Laudon (2013:45)
sebuah sistem informasi secara teknis bisa didefinisikan sebagai
sekumpulan komponen yang saling berkaitan yang mengumpulkan,
memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk
mendukung kontrol dan pembuatan keputusan dalam organisasi.
Selain mendukung pembuatan keputusan, koordinasi dan kontrol,
sistem informasi juga berkemungkinan membantu para manajer dan
pekerja menganalisa masalah, menvisualisasi subjek yang kompleks,
serta membuat produk baru. Sistem informasi berisi informasi tentang
orang, tempat dan sesuatu yang signifikan dalam organisasi tersebut
atau di lingkungan sekitarnya.
3 kegiatan dalam sebuah sistem informasi menghasilkan
informasi yang dibutuhkan organisasi untuk membuat keputusan,
mengontrol operasional, menganalisa masalah dan membuat suatu
produk atau layanan baru. Kegiatan tersebut terdiri dari input, proses,
dan ouput.
- Input mengambil atau mengumpulkan data mentah dari dalam
organisasi atau dari lingkungan eksternalnya.
- Proses menkonversi inputan mentah menjadi bentuk yang bernilai.
- Output mengirimkan informasi yang sudah diproses kepada orang
atau kegiatan yang akan menggunakannya data tersebut.
Sistem informasi juga membutuhkan feedback, dimana output
yang dikembalikan untuk anggota organisasi tersebut untuk
membantu mereka mengevaluasi atau memperbaiki tahap input.
Menurut Richard T. Watson (2007:24), sistem informasi
didefinisikan sebagai sebuah sistem sosio-teknikal yang terdiri dari 2
sub-sistem: sebuah teknikal sub-sistem dan sebuah sosio sub-sistem.
Teknikal sub-sistem meliputi komponen teknologi dan proses,
sedangkan sosio sub-sistem meliputi komponen orang dan struktur.
Komponen people dalam sistem informasi meliputi individu-individu
yang secara langsung terlibat dalam sistem. People tersebut termasuk
para manajer yang menetapkan tujuan dari sistem, dan para pengguna.
Komponen structure (struktur organisasi) dalam sistem informasi
mengarah pada hubungan antar individu dalam komponen orang. Jadi,
itu meliputi struktur hierarkis dan pelaporan, dan sistem imbalan.
Menurut James A. O’Brien (2010:4). Sistem informasi adalah
sebuah kombinasi teratur dari orang, hardware, software, jaringan
komunikasi, sumber daya data serta kebijakan dan prosedur yang
menyimpan, menampilkan, mengubah, dan menyebarkan informasi
dalam sebuah organisasi.
Menurut Rainer, Turban & Potter (2007:6), sebuah sistem bisa
disebut sebagai sistem informasi bila memiliki beberapa komponen
dasar seperti berikut:
- Hardware: Sebuah perangkat keras seperti processor, monitor,
keyboard dan printer yang digunakan untuk menerima, mengolah
dan menampilkan informasi.
- Software: Serangkaian program yang mendukung hardware dalam
melakukan proses data.
- Database: Serangkaian file / table yang berisi data-data.
- Network: Sebuah sistem yang berguna untuk membangun sebuah
hubungan antara komponen sehingga bisa melakukan pertukaran
informasi.
- Procedures: Serangkaian perintah tentang bagaimana
mengkombinasikan semua komponen diatas agar bisa digunakan
untuk mengolah data dan menghasilkan output yang diharapkan.
- People: Orang yang akan menggunakan software dan hardware,
berinteraksi dengan software dan hardware dan juga
menggunakan output yang dihasilkan.
Berdasar keempat definisi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa sistem informasi adalah kombinasi dari orang, hardware,
software, jaringan komunikasi, prosedur dan sumber daya data secara
teratur yang melakukan kegiatan input, process, output untuk
memenuhi tujuan organisasi.

2.2.5 Pengertian Teknologi Informasi


Menurut Richard T. Watson (2007:25), teknologi informasi
diartikan dengan meliputi hardware, software dan peralatan
telekomunikasi yang digunakan untuk menangkap, memproses,
menyimpan dan mendistribusikan informasi. Hardware adalah
peralatan fisik – seperti komputer (PC), laptop, perangkat komputer
portable, dan telepon modern lainnya – yang digunakan untuk
memproses informasi. Software adalah sekumpulan instruksi kode
(program) yang berhubungan langsung ke hardware untuk
menjalankan suatu tugas yang dibutuhkan. Sebuah proses adalah
sekumpulan langkah-langkah yang dikerjakan untuk menjalankan
kegiatan bisnis atau organisasi tertentu. Dengan kata lain, sebuah
proses memetakan sekumpulan tindakan dimana individu, grup atau
organisasi harus memberlakukannya untuk menyelesaikan suatu
kegiatan.
Berdasar definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
teknologi informasi merupakan penggunaan hardware, software, dan
peralatan telekomunikasi dalam menangkap, memproses, menyimpan,
dan mendistribusikan informasi.

2.3 Teori Khusus


2.3.1 Pengertian Evaluasi
Menurut Wirawan (2010:7) evaluasi adalah riset untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi, yang
bermanfaat mengenai objek evaluasi, menilainya dengan
membandingkan dengan indikator evaluasi, dan hasilnya
dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi.
Menurut S. Eko Putro Widoyoko (2012:6) evaluasi adalah
proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan,
mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan informasi
tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat
keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program
selanjutnya.
Berdasarkan kedua definisi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa evaluasi adalah proses mengumpulkan, menganalisa,
menyajikan informasi secara sistematis dan berkelanjutan mengenai
suatu objek untuk dapat digunakan dalam pengambilan keputusan
pada penyusunan program selanjutnya.

2.3.2 Pengertian Electronic Government


Menurut Fengyi Lin, Seedy S. Fofanah, Deron Liang (2010:1)
Pemerintahan elektronik (E-Government) menggunakan teknologi
informatika (IT), seperti jaringan luas, internet, dan komputasi mobile
untuk mengubah operasi pemerintah dan menyediakan warga dan
organisasi akses informasi serta layanan pemerintah yang lebih mudah
(Campeau & Higgins, 1995). Dari sebuah perspektif teknikal, e-
Government merupakan sebuah pemerintahan teknologi baru untuk
membantu dalam menyederhanakan dan mengotomatisasi transaksi
diantara itu sendiri, dan konstituennya, pelaku bisnis, atau pemerintah
lainnya (Jaeger, 2003); Sayangnya, proses difusi dalam negara
berkembang tetap lambat. Kesenjangan difusi IT antara
pengembangan dan negara berkembang bisa disebabkan oleh
perbedaan pada sosio-ekonomi yang menghambat akses terhadap IT.
Secara bergantian, kesenjangan ini bisa disebabkan oleh perbedaan
tingkat literasi atau sebuah ketidakmampuan untuk menggunakan IT
secara efektif. E-government merupakan elemen dasar dalam
modernisasi pemerintah manapun, yang berfungsi sebagai sarana
untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan tata pemerintahan
yang baik; membuat pemerintah lebih berorientasi pada hasil, efisien,
dan berpusat pada warga; dan memungkinkan warga dan pelaku bisnis
untuk mengakses layanan dan informasi se-efisien dan se-efektif
mungkin melalui penggunaan internet dan saluran komunikasi lainnya
(Aggelidid & Chatzoglou, 2008).
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa e-
government merupakan modernisasi pemerintahan dengan
menggunakan teknologi informasi dalam mengubah operasi
pemerintah dan mempermudah akses masyarakat menjadi lebih efektif
dan efisien.

2.3.3 Pengertian Smart City


Menurut Jennifer Belissent (2010:3) smart city merupakan
sebuah “kota” yang menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi untuk membangun komponen infrastruktur dan servis
yang penting untuk sebuah kota – administrasi, edukasi, kesehatan,
keamanan publik, perumahan, transportasi dan utilitas – lebih hati-
hati, interaktif dan efisien.
Menurut Zaheer Khan, Saad Liaquat Kiani (2012:316) smart
city adalah sebuah kota yang berinvestasi dalam tata kelola dan proses
partisipatif yang disempurnakan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) untuk menentukan investasi layanan masyarakat dan
transportasi yang sesuai, yang dapat menjamin pembangunan
sosioekonomi berkelanjutan, peningkatan kualitas hidup dan
pengelolaan sumber daya alam yang cerdas.
Berdasarkan kedua definisi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa smart city merupakan sebuah kota yang menerapkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk menentukan dan membangun
layanan bagi masyarakat yang sesuai.
2.3.4 Metode Penelitian
2.3.4.1 Technology Acceptance Model

Gambar 2.2 Metode Technology Acceptance Model (TAM)

Menurut Fatmasari, Muhammad Ariandi (2012:6),


Technology Acceptance Model (TAM) merupakan metode
yang dikembangkan untuk menjelaskan perilaku pengguna
sistem informasi atau teknologi. Metode ini menempatkan
faktor sikap dan tiap-tiap perilaku pemakai dengan konstruk
yaitu persepsi kegunaan (Perceived Usefulness), kemudahan
penggunaan (Perceived Ease of Use) dan kondisi nyata
pengguna sistem (Actual System Usage).
Kegunaan dari Technology Acceptance Model
didasarkan pada individu yang memiliki kontrol atas apakah
mereka menggunakan sistem atau tidak (Pearlson & Saunders,
2006). Faktor pada model dinamakan persepsi kegunaan
(Perceived Usefulness), persepsi kemudahan penggunaan
(Perceived Ease of Use), sikap penggunaan (Attitude Toward
Using), mewakili atribut atau karakteristik dari sistem, seperti
desain keseluruhan dan fitur dari sistem, kemampuan
pengguna, keyakinan pengguna, dan sikap penggunaan
terhadap sistem (Davis, 1989; Gao, 2005; Ma & Liu, 2005;
McKinnon & Igonor, 2008). Perilaku atau minat untuk
menggunakan (Behavioral Intention Use) adalah faktor
penting dalam menentukan apakah pengguna akan
menggunakan atau memanfaatkan sistem. (Shroff, Deneen, &
Ng, 2011)
Technology Acceptance Model berpendapat bahwa
persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Ease of Use) dan
persepsi kegunaan (Perceived Usefulness) dapat memprediksi
sikap penggunaan (Attitude Toward Using) terhadap teknologi
yang kemudian dapat memprediksi penggunaan teknologi
sesungguhnya (Actual System Usage) (Lederer, Maupin, Sena,
& Zhuang, 2000), ditunjukkan pada Gambar 2.1

2.3.4.2 Theory of Planned Behavior

Gambar 2.3 Metode Theory of Planned Behavior (TPB)

Menurut Ayman Alarabiat, Delfina Sa Soares, Elsa


Estevez (2017:2858) Theory of Planned Behavior (TPB)
merupakan sebuah teori sosio-psikologis yang berusaha untuk
memprediksi dan mengerti kenapa seseorang mungkin
melakukan kebiasaan tertentu. Teori tersebut menyarankan
bahwa niat seseorang untuk melakukan sebuah kebiasaan (BI)
bisa menjadi prediktor dari kebiasaannya yang sebenarnya
(AB). BI bisa dimengerti sebagai tingkat bahwa seseorang
berniat untuk mencoba atau menjalankan kebiasaan tertentu,
dan ditentukan oleh 3 faktor penentu independen secara
konseptual yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 :
- Attitude towards Act or Behavior (ATT)
ATT mengacu pada sejauh mana seseorang
memiliki evaluasi atau penilaian atas menguntungkan atau
tidaknya perilaku yang bersangkutan, yang dapat ditelusuri
kembali ke kepercayaan perilaku individu. Keyakinan
perilaku mencerminkan harapan dan evaluasi individu
pada hasil dari perilaku.
- Subjective Norms (SN)
SN menyajikan faktor sosial dalam teori, yang
mengacu pada tingkat tekanan sosial yang dirasakan untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku tersebut
(misalnya, persepsi orang bahwa orang lain yang penting
baginya dan masyarakat berpikir bahwa dia harus (atau
tidak) melakukan kebiasaan yang dimaksud).

- Perceived Behavioral Control (PBC)


PBC menangkap sejauh mana seseorang memiliki
kendali atas keterlibatan dalam perilaku tersebut, dan
mengacu pada kemudahan atau kesulitan dalam melakukan
perilaku tersebut (misalnya, persepsi orang bahwa dia
memiliki keterampilan, sumber daya, dan peluang untuk
berhasil melakukan kebiasaan tersebut).

2.3.5 Metode Analisis


2.3.5.1 Structural Equation Model
Menurut Fatmasari, Muhammad Ariandi (2012:6),
Structural Equation Modelling (SEM) merupakan alat untuk
mengukur dimensi-dimensi yang mempengaruhi kesuksesan
penerapan sistem informasi akademik dengan mengadopsi
model tertentu.
Menurut Randall E. Schumacker, Richard G. Lomax
(2016:1,6) Structural Equation Modelling menggambarkan
hubungan antara variabel yang diamati dan laten dalam
berbagai jenis model teoritis, yang memberikan uji kuantitatif
terhadap hipotesis oleh peneliti.
Ada 4 alasan utama mengapa Structural Equation
Modelling populer digunakan, diantara:
- Peneliti menjadi lebih sadar akan kebutuhan untuk
menggunakan beberapa variabel yang teramati untuk
menyelidiki cakupan penyelidikan penelitiannya, tidak
hanya sejumlah variabel independen dan dependen
- Kognisi yang lebih besar telah diberikan pada validitas dan
reliabilitas skor yang diamati dari alat pengukuran.
- Structural Equation Modelling telah matang selama 40
tahun terakhir, terutama program perangkat lunak dan
kemampuan untuk menganalisis model teoritis Structural
Equation Modelling yang lebih maju.
- Program perangkat lunak Structural Equation Modelling
telah menjadi semakin nyaman digunakan atau user-
friendly.
SEM memberikan kemampuan untuk melakukan
analisis jalur (path) dengan variabel laten bagi para peneliti
ilmu sosial. SEM.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa
Structural Equation Modelling merupakan alat atau metode
untuk mengukur hubungan antar variabel yang mempengaruhi
kesuksesan penerapan suatu sistem.

2.3.5.2 Partial Least Square


Berdasarkan buku Structural Equation Modelling oleh
Prof. H. Imam Ghozali (2014:7), menurut Wold (1985),
Partial Least Square merupakan metode analisis yang
powerful oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi. Data
tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan
skala kategori, ordinal, interval sampai rasio dapat digunakan
pada model yang sama), sample tidak harus besar. Partial
Least Square (PLS) pertama kali dikembangkan oleh Wold
sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang
menggunakan konstruk laten dengan multiple indikator.
2.3.6 Teknik Pengumpulan Data
2.3.6.1 Wawancara
Menurut Bill Gillham (2003:1), wawancara merupakan
sebuah percakapan, biasanya antara dua orang. Tetapi itu
merupakan percakapan dimana salah seorangnya –
pewawancara mencari respon / jawaban untuk tujuan tertentu
dari orang yang satunya lagi.
Menurut Jonathan Skinner (2012:6), wawancara
merupakan sebuah pertemuan percakapan setidaknya dengan
satu orang lain – orang yang diwawancarai.
Berdasarkan kedua definisi diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa wawancara merupakan percakapan antara
seorang pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk
mencari jawaban dari pertanyaan tertentu.

2.3.6.2 Kuesioner
Menurut Ian Brace (2008:2) kuesioner ditulis dengan
cara-cara yang berbeda, untuk digunakan dalam situasi yang
berbeda dan dengan media pengumpulan data yang berbeda-
beda. Sepanjang buku ini penelitian pasar umum
menggunakan kuesioner yang mencakup penyelesaian sendiri
dan survei yang diberikan pewawancara dipatuhi.
Pewawancara bisa berfungsi untuk menanyakan
pertanyaan antar muka dengan responden atau subjek;
wawancara bisa dilakukan melalui telepon; kuesioner bisa
dibawa subjek untuk diselesaikan sendiri; kuesioner bisa
dikirimkan kepada subjek; kuesioner bisa diakses oleh subjek
melalui internet. Mungkin seperti itu, dalam waktu tidak lama,
kuesioner bisa diakses responden melalui televisi mereka.
Setiap media memiliki kesempatan dan masalah masing-
masing, tapi prinsip umum dari konstruksi kuesioner dan
penulisan menerapkan di mereka semua.
Namun, kita harus menyadari bahwa data yang kita
kumpulkan melalui wawancara tidak selalu benar-benar
akurat. Kita menggunakan responden relawan dimana mereka
setuju untuk memberikan waktu mereka, sering kali tanpa
bayaran. Kita meminta mereka untuk mengingat kejadian yang
bagi mereka sering kali sepele. Kita sering meminta mereka
menganalisa dan melaporkan emosi dan perasaan mereka
tentang isu yang tidak pernah mereka pertimbangkan secara
sadar. Wawancaranya mungkin bisa berlangsung didepan
pintu, atau melalui telepon.
Sebagai peneliti, kami harus menyadari bahwa kami
tidak dapat berharap untuk diberikan informasi yang sangat
akurat oleh responden. Kita harus menyusun dan
menggunakan kuesioner untuk membantu responden
memberikan informasi terbaik sebisa mereka kepada peneliti.
Dan tidak hanya kemampuan dan keiniginan responden untuk
memberikan jawaban yang akurat yang harus kita
pertimbangkan. Instrumen kita sering kurang sopan dan tidak
dapat menilai apakah yang benar atau akurat, terutama dalam
kaitannya dengan sikap dan pendapat. Ini dibuktikan dengan
cara dimana survey yang berbeda bisa menghasilkan penilaian
sikap dan pendapat yang tampak berbeda. Kadang terjadi
karena perbedaan tujuan tetapi bisa juga karena perbedaan
dalam instrumen survey itu sendiri.
Kuesioner merupakan media komunikasi antara
peneliti dan subjek tertentu, walaupun terkadang dikelola atas
nama peneliti oleh seorang pewawancara. Dalam kuesioner,
peneliti menjelaskan pertanyaan dimana dia ingin tahu
jawabannya, dan lewat kuesioner, jawaban subjek
disampaikan kembali kepada peneliti. Kuesioner dapat
digambarkan sebagai media percakapan antara dua orang,
walaupun mereka jauh satu sama lain dan tidak pernah
berkomunikasi langsung.
2.3.6.3 Self-Completion Survey
Metode self-completion, mau lembaran kertas ataupun
elektronik, bisa menguntungkan dari absen lengkap sebuah
interview dari proses tersebut. Ini menghapuskan sumber
utama potensi bias dalam respon, dan membuatnya lebih
mudah bagi responden untuk jujur terhadap subjek tertentu.
Namun, pembelajaran self-completion juga dapat
menyusahkan oleh tidak adanya pewawancara untuk ditanyai
ketika seorang responden tidak mengerti atau salah paham,
atau meminta klarifikasi dimana ada inkonsistensi, atau untuk
menyelidiki jawaban yang lebih lengkap. Dari aspek desain
survey tersebut, kuesioner self-completion seringkali jauh lebih
murah untuk dikelola per wawancara daripada yang dikelola
pewawancara.

2.3.6.4 Web-Based Self-Completion Survey


Ada beberapa cara yang berbeda dalam membawakan
survey menggunakan internet. Kuesioner bisa dikirimin
melalui email atau diakses lewat sebuah halaman web.
Pendekatan utama yang dirangkum oleh Bradley (1999) antara
lain:
- Open web – sebuah website yang terbuka untuk siapa saja
yang berkunjung.
- Closed web – responden diundang ke sebuah website untuk
mengisi kuesioner.
- Hidden web – kuesioner muncul hanya pada pengunjung
yang digerakkan oleh beberapa mekanisme (contoh
tanggal, jumlah pengunjung, minat pada suatu page).
Termasuk survey pop-up.
- E-mail URL embedded – responden diundang ke situs
survey lewat email, dan email tersebut mengandung URL
atau alamat web jika di-klik.
- E-mail sederhana – sebuah email yang tercantum beberapa
pertanyaan.
- E-mail attachment – kuesioner dikirim dalam bentuk
lampiran lewat email.
E-mail sederhana dan E-mail attachment, jarang
digunakan dalam penelitian komersial dengan berbagai alasan.
Lampiran kuesioner harus diunduh oleh responden,
diselesaikan dan dikirimkan kembali. Ini membutuhkan
banyak kerjasama dan telah terbukti menyebabkan respon
yang rendah. Kuesioner yang disematkan dalam email bisa
membuat layoutnya berubah, bergantung pada software email
yang digunakan. Ini menyebabkan kuesioner tidak dipahami si
penerima. Kedua rute juga tidak mampu dimasukkan rute yang
kompleks.
Sebagian besar praktisi sekarang menggunakan
kuesioner yang di-host pada suatu website dimana responden
diundang atau diarahkan dengan cara tertentu.
Seperti yang tertulis diatas, undangan ke website atau
kuesioner bisa terkirim dengan beberapa cara:
- Dapat dikirimkan lewat email ke orang-orang pada panel
atau ke list pengiriman yang berisi pelanggan atau orang
yang mungkin memenuhi syarat survey
- Pop-up dapat digunakan pada responden langsung ke
kuesioner sementara mereka mengunjungi situs lain. (Akan
sangat berguna jika tujuan survey berhubungan dengan
situs yang dikunjungi, seperti evaluasi situs tersebut)
- Undangan bisa di-post dalam bentuk spanduk iklan pada
situs lainnya (contoh halaman utama ISP)
- Responden bisa langsung ke situs disertai dengan
wawancara perekrutan melalui telepon / antarmuka.
Ada banyak cara untuk mendapatkan sampel secara
online. Ada juga banyak isu mengenai bagaimana perwakilan
seperti sampel dari suatu populasi yang berisi orang-orang
selain mereka yang mengakses internet. Isu tersebut diluar
cakupan buku ini.
Kuesioner berbasis web memiliki kelebihan yang sama
seperti kuesioner paper self-completion, setidaknya dalam
teori, responden dapat menyelesaikan kuesioner sesuai waktu
yang mereka miliki, menjauh ketika mereka merasa terganggu,
atau kembali lagi nanti. Dalam percobaan, ada bukti bahwa
responden meninggalkan kuesioner sementara mereka
memikirkannya dan kembali lagi nanti.
Dalam aturan pengumpulan data, perbedaan utama
antara survey online dan formulir pengumpulan data lainnya
sama antara postal self-completion dan survey yang dikelola
pewawancara. Keuntungan apapun itu berasal dari teknologi
yang digunakan (Ilieva, Baron, and Healey, 2002)

2.3.6.5 Simple Random Sampling


William Mendenhall, S.E Ahmed, Robert J Beaver,
dan Barbara M Breaver (2013:258) Simple random sampling,
atau random sampling without replacement, adalah sebuah
design pengambilan sampel dimana unit n yang berbeda
terpilih dari unit N dalam populasi dengan cara dimana setiap
kombinasi unit n yang memiliki kemungkinan mungkin sama
dengan sampel yang terpilih. Sampel didapatkan melalui
pemilihan n dimana langkah setiap unit dalam populasi belum
terpilih memiliki kesempatan terpilih yang sama. Dengan
setara, salah satu boleh membuat urutan pemilihan yang
independen dari seluruh populasi, setiap unit memiliki
probabilitas terpilih yang sama disetiap langkah, tidak ada
pemilihan yang berulang dan berlanjut hingga unit n yang
berbeda terpilih.
Cara sebuah sampel dipilih disebut dengan sampling
plan atau experimental design dan menetapkan kuantitas
informasi dalam sampel. Mengetahui bahwa sampling plan
digunakan dalam situasi tertentu akan sering mengizinkan
anda mengukur / menilai reliabilitas atau nilai baik
kesimpulanmu.
Simple Random Sampling merupakan sampling plan
yang biasanya digunakan dimana setiap sampel dengan ukuran
n memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Contoh,
seharusnya anda ingin memilih sebuah sampel ukuran n = 2
dari sebuah populasi yang memuat objek N = 4. Jika 4 objek
teridentifikasi oleh simbol x1, x2, x3 dan x4, maka ada 6
pasang yang berbeda yang berkemungkinan dipilih, seperti
daftar pada tabel dibawah ini. Jika observasi sampel n = 2
terpilih maka keenam sampel memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih, diberikan 1/6, lalu hasil dari sampel disebut
simple random sample, hanya random sample.

Tabel 2.1 Tabel Observasi Simple Random Sampling

Observations
Sample in Sample
1 x1, x2
2 x1, x3
3 x1, x4
4 x2, x3

Random sampling yang sempurna sangat susah dicapai


dalam percobaan. Jika ukuran populasi N masi kecil, anda bisa
saja menulis masing-masing nomor N pada chip poker,
mencampur chip-nya, dan memiliki sampel dari chip n. Nomor
yang anda pilih sesuai dengan pengukuran n yang muncul
dalam sampel. Karena metode ini tidak selalu praktis,
sederhana dan dapat lebih dipercaya metode menggunakan
angka acak - digit yang di-generate sehingga nilai 0 sampai 9
muncul secara acak dan dengan frekuensi yang sama. Angka
tersebut bisa di-generate oleh komputer atau mungkin terdapat
dalam kalkulator sains anda.

2.3.6.6 Skala Likert


Menurut sugiyono (2013) dan riduwan (2010) dalam
buku (Sistematika Penulisan Karya Ilmiah, 2015) skala likert
merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu gejala atau
fenomena tertentu. Instrument penelitian yang menggunakan
skala likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun
pilihan ganda.

2.3.7 Penelitian Kuantitatif


Wayne K. Hoy, Curt M. Adams (2016:7) Penelitian
Kuantitatif merupakan penyelidikan ilmiah yang mencakup
eksperimen dan metode sistematis lainnya yang menekankan kontrol
dan tingkat kinerja yang terhitung. Peneliti Kuantitatif berfokus pada
pengembangan dan pengujian hipotesis dan generasi model dan teori
yang menjelaskan kebiasaan.

2.3.8 Penelitian Kualitatif


Wayne K. Hoy, Curt M. Adams (2016:7) Penelitian Kualitatif
adalah penelitian yang berfokus pada pemahaman terhadap sosial dan
perilaku manusia secara mendalam dan alasan dibelakang setiap
tindakan / perilaku. Penelitian kualitatif mengarah pada pemahaman,
eksplorisasi ide baru dan menemukan pola kebiasaan dalam konteks
tertentu.

2.3.9 Populasi dan Sampel


2.3.9.1 Populasi
Muhammad Nisfiannoor (2009:6) Populasi adalah
keseluruhan dari jumlah yang akan diamati atau diteliti.
Populasi bukan hanya orang(manusia), tetapi juga bisa
makhluk hidup lain ataupun benda-benda alam lain.
2.3.9.2 Sampel
Muhammad Nisfiannoor (2009:6) Sampel adalah
sebagian yang diambil dari suatu populasi yang ingin diteliti.
2.3.10 Korelasi
Pada buku The Text Book of Correlations & Regression
(2005), menurut Croxton & Cowden bila hubungannya bersifat
kuantitatif, alat statistik yang tepat untuk menemukan dan mengukur
hubungan dan mengekspresikannya dalam self formula dikenal
sebagai korelasi.
Menurut Ya Lun Chou, analisa korelasi bertujuan untuk
menentukan tingkat dari hubungan antar variabel.
Menurut Simpson & Kafka, analisa korelasi terlibat dengan
asosiasi antara dua variabel atau lebih.
Dari ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa korelasi
merupakan hubungan antara variabel-variabel.
2.3.11 SmartPLS
Menurut Ken Kwong-Kay Wong (2013) SmartPLS adalah satu
satu aplikasi perangkat lunak yang terkemuka untuk Partial Least
Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM).
Menurut G. David Garson (2016) SmartPLS, gratis, perangkat
pemodelan mudah digunakan untuk Partial Least Squares Analysis.
Berdasarkan teori-teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
SmartPLS merupakan aplikasi atau perangkat lunak untuk melakukan
Partial Least Squares Analysis menggunakan Structural Equation
Modelling.

2.3.12 Indikator Reflektif


Menurut Bollen (1989) dalam buku Structural Equation
Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS)
Pemilihan konstruk berdasarkan model refreksif atau model formatif
bergantung dari prioritas hubungan kausalitas antara indikator dan
variabel laten.
Prof. H. Imam Ghozali (2014:16) Model indikator refleksif
dikembangkan berdasarkan pada classical test theory yang
mengasumsikan bahwa variasi skor pengukuran konstruk merupakan
fungsi dari true score ditambah error. Model reflektif sering disebut
juga principal factor model dimana convariance pengukuran indikator
dipengaruhi oleh konstruk laten atau mencerminkan variasi dari
konstruk laten.

2.3.13 Variabel Intervening


Raymond Mark (1996:176) Variabel intervening merupakan
faktor uji yang menjadi penengah antara variabel independen dan
variabel dependen. Untuk variabel intervening, variabel independen
mempengaruhi variabel dependen dengan mempengaruhi variabel
intervening-nya, yang nantinya akan mempengaruhi variabel
dependen.

Anda mungkin juga menyukai