Anda di halaman 1dari 13

BAB II

Dampak Bencana Banjir dari Berbagai Aspek Kehidupan

A. Dampak sosial
Bencana alam khususnya banjir tidak diharapkan oleh siapapun. Namun, suka tidak
suka musibah tetap datang, baik yang bersifat lokal, regional, maupun internasional. Tidak
hanya dalam hitungan tahun, bahkan juga hitungan jam. Bencana banjir yang
menenggelamkan banyak infrastruktur, banyak menimbulkan kerusakan dan kerugian.
Bencana itu tidak hanya menghancurkan harta benda, namun juga nyawa manusia,
meninggal secara langsung maupun tidak langsung karena terkena penyakit akibat dari
sebuah bencana.
Banjir memberikan dampak pada kegiatan aktivitas masyarakat maupun pemerintah
yang terkena bencana banjir baik dari sisi sektor perdagangan, pertanian, perkantoran,
maupun pemerintahan, dalam hal ini tentunya berdampak pada kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Banjir disebabkan oleh meluapnya sungai besar yang menyebabkan setiap
tahunnya terjadi banjir. Banjir yang terjadi berdampak pada kondisi sosial dan kondisi
ekonomi masyarakat. Kondisi sosial meliputi kondisi demografis, kesehatan, pendidikan,
dan kondisi tempat tinggal. Kondisi ekonomi meliputi mata pencaharian, pendapatan,
kepemilikan barang berharga.
Dalam hal ini dampak sosial dan ekonomi memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap kelangsungan hidup masyarakat yang terkena bencana karena dipertaruhkan
pemanfaatan kawasan dan lahan hutan untuk bertani sebagai mata pencaharian utama
masyarakat di Indonesia (Hafni, 2017). Terjadinya bencana banjir pada suatu daerah dapat
mengganggu aktivitas masyarakat dan kegiatan kegiatan yang sudah biasa dilakukan
masyarakat. Kerusakan yang diakibatkan bencana alam dapat melumpuhkan aktivitas
pemerintahan dan mempengaruhi kesejahteraan masyarakatnya (Oktaviani dkk, 2017).
Lumpuhnya aktivitas masyarakat akibat bencana mengakibatkan menurunnya kesejahteraan
masyarakat dan meningkatkan tingkat kemiskinan di daerah bencana.
Dampak bencana banjir dalam aspek sosial dikaji dalam beberapa variable yakni:
kondisi demografis, kesehatan, pendidikan, dan kondisi rumah (Kurnia, 2012).
1. Kondisi demografis akibat banjir

Gambar 2.1 kondisi demografis akibat banjir


Demografis merupakan istilah yang berasal dari dua kata Yunani, yaitu demos
yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein yang berarti adalah tulisan sebagai studi
ilmiah masalah penduduk yang berkaitan dengan jumlah, struktur, serta
pertumbuhannya terkait dengan bahaya banjir. Dampak dari yang ditimbulkan oleh
bencana banjir itu sendiri mengakibatkan banyaknya jumlah serta struktur bangunan
yang hancur Yang mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat yang
terkena musibah banjir.
2. Kondisi kesehatan akibat banjir
Bencana banjir merupakan bencana yang menimbulkan masalah kesehatan,
baik disaat terjadinya ataupun pasca terjadinya bencana tersebut. Masalah kesehatan
terjadi diberbagai tempat permukiman dan di tempat umum yang terkena genangan.
Banjir membawa kotoran seperti sampah, air got, atau septik tank. Kondisi ini
menyebabkan bibit kuman penyakit mudah berkembang biak. Banjir dapat pula
menimbulkan kondisi luar biasa(KLB) penyakit menular secara besar-besaran dan
meningkatkan potensi penularan penyakit. Risiko terjadinya KLB penyakit menular
sebanding dengan kepadatan dan kepindahan penduduk. Kondisi basah juga tidak
nyaman bagi tubuh sehingga dapat menurunkan kondisi tubuh dan daya tahan terhadap
stres karena terbatasnya akses terhadap sandang, pangan, dan papan.
Utari ningsih, (2019) mengatakan bahwa banjir berpotensi meningkatan
penyebaran penyakit menular melalui 1) water-bornediseases seperti demam typhoid,
kolera, leptospirosis dan hepatitis A; 2) vector-bornediseases seperti malaria, demam
dengue, demam berdarah dengue,yellow fever, and WestNile Fever5. Kasus penyakit
tersebut sering meningkat secara signifikan, bahkan beberapa diantaranya menjadi
kejadian luar biasa (KLB) yang tidak jarang disertai kematian. Permasalahan kesehatan
yang memburuk akibat bencana banjir adalah meningkatnya potensi kejadian penyakit
menular maupun penyakit tidak menular, seperti:
a. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Penyebab ISPA dapat berupa bakteri, virus, dan berbagai mikroba lainnya. Gejala
utama dapat berupa batuk dan demam. Jika berat, maka dapat atau mungkin disertai
sesak napas, nyeri dada, dan lain-lain. ISPA mudah menyebar di tempat yang banyak
orang, misalnya di tempat pengungsian korban banjir.
b. Diare
Penyakit diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu (personalhygiene).
Pada saat banjir, sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air
minum dari sumur dangkal, akan ikut tercemar.
c. Penyakit Kulit
Penyakit kulit dapat berupa infeksi, alergi, atau bentuk lain. Jika musim banjir
datang, maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik Seperti
juga pada ISPA, berkumpulnya banyak orang juga berperan dalam penularan infeksi
kulit.
d. Leptospirosis
Leptospirosis (demam banjir) disebabkan bakteri leptospira menginfeksi manusia
melalui kontak dengan air atau tanah masuk ke dalam tubuh melalui selaput lender
mata atau luka lecet. Bakteri Leptospira ini bisa bertahan di dalam air selama28 hari.
Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis karena ditularkan melalui hewan.
Di Indonesia, hewan penular terutama adalah tikus, melalui kotoran dan air kencing
nya yang bercampur dengan air banjir. Seseorang yang memiliki luka, kemudian
bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran atau kencing
tikus yang mengandung bakteri lepstopira, berpotensi terinfeksi dan jatuh sakit.
e. Conjungtivitis
Conjungtivitis yang diakibatkan oleh infeksi, terutama virus, sangat mudah menular
baik melalui kontak langsung maupun kontak dengan barang yang terkontaminasi.
Kondisi buruk sanitasi saat bencana banjir menyebabkan penyebaran virus semakin
cepat dan memperparah kondisi kesehatan para penyintas bencanabanjir.
f. Typhus Abdominalis
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella
typhi dengan masa tunas 6-14 hari. Gangguan saluran cerna menjadi sangat mudah
menyebar akibat saniatasi buruk saat bencana banjir mengkontaminasi makanan para
penyintas. Kuman ini masuk melalui mulut terus ke lambung lalu ke usus halus lewat
makanan. Di usus halus, bakteri ini memperbanyak diri lalu dilepaskan kedalam
darah, akibatnya terjadi panas tinggi yang sering diderita para penyintas.

Gambar 2.2 posko kesehatan dampak banjir


Gambar 2.3 pengungsi banjir
3. Dampak pendidikan akibat banjir
Sebanyak 1.358 sekolah di 13 kabupaten/kota yang terdampak banjir
mengalami kerusakan (data per 21 Januari 2021). Para tenaga pendidik dan siswa yang
ada di Kalimantan Selatan ikut menjadi korban banjir ini. Dari data LPMP Kalimantan
Selatan, per hari ini (21/1/2021), ada 13 kabupaten/kota yang terdampak. Kabupaten
Banjar Wilayah dengan sekolah yang paling banyak mengalami kerusakan terdapat 300
TK/PAUD, 300 SD, 55 SMP, 4 SMA, dan 1 SLB. Sementara itu, Kota Banjarmasin
Ada 119 TK/PAUD, 146 SD, 24 SMP, 1 SMK, dan 2 SLB. Dan Kabupaten Balangan
Ada 20 TK/PAUD, 52 SD, dan 1 SMP.
Melihat dari data bangunan sekolah yang rusak ini sangat berpengaruh sekali
terhadap terjadinya proses pembelajaran di sekolah. Dengan demikian sekolah-sekolah
yang ada di daerah terdampak banjir tidak bisa mengikuti dan mengadakan proses
pembelajaran yang mengakibatkan daerah yang terdampak akan tertinggal aspek
pendidikan dibandingkan daerah-daerah yang tidak terdampak banjir.
Gambar 2.4 sekolah yang terdampak banjir

Gambar 2.5 sekolah yang terdampak banjir


4. Kondisi rumah akibat banjir
Rumah merupakan tempat tinggal bagi masyarakat untuk beristirahat dan
berteduh serta berkumpul dengan keluarga. Ketika bencana banjir datang hal ini akan
membuat rumah warga yang terdampak akan rusak bahkan hancur dan hanyut terbawa
oleh arus banjir. Sehingga mengakibatkan tidak adanya tempat tinggal untuk menetap
bagi masyarakat yang terkena bencana banjir.
5.

Gambar 2.6 kondisi rumah akibat banjir


Gambar 2.7 kondisi rumah akibat banjir
B. Dampak Ekonomi

Banjir menimbulkan dampak ekonomi yang merugikan bagi berbagai individu dan
kegiatan. Pengurangan efek merugikan adalah tujuan dan ukuran kuantitatif utama dari
manfaat investasi pengurangan kerusakan banjir. Secara umum, efek merugikan ini, dan
dengan demikian, manfaat dari proyek pengurangan kerusakan banjir, dapat dibagi menjadi
tiga kategori yang akan dibahas lebih rinci. Ketiga kategori tersebut adalah: ekonomi
langsung, ekonomi tidak langsung, dan tidak berwujud.
1. Dampak Ekonomi Langsung
Dampak ekonomi langsung adalah dampak merugikan yang secara langsung
dikaitkan dengan terjadinya banjir. Dampak utama dan paling jelas dari banjir adalah
kerusakan properti, hilangnya pendapatan, dan biaya darurat karena kontak langsung
antara orang-orang dan properti mereka dengan air banjir. Kerusakan properti adalah
perusakan atau degradasi individu, bisnis, dan properti publik akibat kontak dengan air
banjir. Kerugian pendapatan adalah hilangnya keuntungan dan upah akibat kebanjiran
bisnis. Biaya darurat adalah biaya moneter dari tindakan darurat seperti penyelamatan,
pemadaman banjir, dan pembersihan.
Banjir memiliki dampak ekonomi langsung lainnya yang kurang terlihat.
Misalnya, jalan dan jembatan mungkin tidak dapat dilalui selama banjir, yang
meningkatkan biaya dan waktu perjalanan melalui atau dekat daerah yang terkena banjir.
Selain itu, risiko banjir yang terus menerus akan mempengaruhi persepsi dan perilaku
individu dan bisnis, sehingga membatasi penggunaan lahan mereka. Misalnya, individu
dapat menyimpan ruang bawah tanah yang belum selesai atau membatasi akumulasi aset
modal dari kehancuran. Perusahaan tidak boleh menggunakan situs web mereka sesering
di area non-banjir lainnya. Oleh karena itu, kegunaan lokasi rawan banjir bagi individu
yang masih hidup dan pendapatan usaha menurun akibat banjir. Salah satu bukti nyata
dari dampak ekonomi langsung akibat banjir yaitu pada peristiwa bencana banjir bandang
yang melanda Flores Timur provinsi Nusa Tenggara Timur. Banjir bandang yang terjadi
di Flores Timur provinsi Nusa Tenggara Timur mengakibatkan 5 jembatan putus seperti
di Desa Nelelamadike.
Tidak semua dampak ekonomi dari banjir merugikan. Setelah air banjir surut,
pengeluaran swasta untuk membangun kembali dan memperbaiki meningkat,
membutuhkan pembelian bahan, peralatan, dan tenaga kerja. Peningkatan permintaan
sementara dapat mengakibatkan kenaikan harga, upah, dan pendapatan jangka pendek
dari bisnis dan individu yang melayani upaya rekonstruksi. Selain itu, rekonstruksi sarana
dan prasarana umum dapat mengakibatkan penurunan tingkat layanan dan meningkatkan
kemampuan.
Gambar 2.8 Kondisi jembatan akibat banjir bandang di Flores Timur, Nusa Tenggara
Timur
2. Dampak Ekonomi Tidak Langsung
Tidak semua dampak ekonomi dari banjir dapat dikaitkan langsung dengan tempat
tinggal yang terkena banjir, bisnis, bangunan umum, fasilitas transportasi, dan utilitas.
Dalam perekonomian yang saling terkait, banjir dapat berdampak negatif pada kegiatan
yang tidak secara langsung menyebabkan kerusakan. Bisnis yang berlokasi di lokasi
rawan banjir, tetapi membeli input dari atau menjual output ke bisnis yang terkena
dampak langsung, dapat menimbulkan biaya ekonomi. Produksi dan pekerjaan dapat
berkurang sebagai tanggapan atas kekurangan bahan atau penumpukan persediaan. Selain
itu, penurunan pendapatan dapat dialihkan ke sektor ekonomi lain karena perorangan dan
bisnis mengurangi pengeluaran mereka. Kondisi ini dapat berlanjut hingga banjir surut
dan bisnis serta individu yang terkena dampak langsung kembali ke aktivitas sebelum
banjir.
Rekonstruksi setelah banjir juga dapat mendorong keluaran dan pendapatan
tambahan melalui efek berganda. Ini berasal dari hubungan ekonomi antara bisnis dan
individu yang memasok bahan dan tenaga kerja untuk rekonstruksi dan bagian ekonomi
lainnya.

Gambar 2.9 Kondisi bisnis green garden yang berlokasi


3. Dampak Tidak Berwujud
Efek banjir yang tidak berwujud adalah nyata tetapi sulit untuk ditetapkan nilai
moneternya. Kategori ini biasanya mencakup semua efek kesehatan dan keselamatan
manusia seperti cedera atau kematian, yang secara langsung disebabkan oleh banjir, serta
efek kesehatan yang merugikan karena sanitasi yang menurun. Salah satu efek kesehatan
yang terkenal adalah trauma emosional yang mungkin terjadi. Dalam beberapa kasus, ini
mungkin terbukti melalui gangguan tidur atau kecemasan emosional.

Gambar 2.10 Trauma emosional yang terjadi akibat banjir


Banjir yang terjadi di beberapa wilayah Jabodetabek sejak 1 Januari 2020 hingga
sekarang juga berdampak besar bagi perekonomian. Kerugian ekonomi akibat bencana
banjir mencapai Rp 10 triliun lebih. Dampak ekonomi banjir yang kedua adalah
diperkirakan akan meningkatkan inflasi volatile foods, sehingga inflasi dapat meningkat
tinggi dan meleset dari target APBN Tahun 2020 sebesar 3,1%. Jika banjir tidak dapat
diatasi dengan cepat akan berdampak signifikan pada inflasi, khususnya pengaruh negatif
terhadap inflasi Januari 2020 ((Ginting, 2020)).
Selain itu, pasokan bahan baku, bahan makanan, dan produk jadi menjadi tidak
lancar. Sektor perdagangan besar hingga ritel juga terganggu karena jalur distribusi yang
tersendat. Pedagang di pasar tradisional juga kebingungan mendapatkan pasokan barang,
khususnya sayuran segar dan komoditas pangan lainnya seperti ikan laut. Pasokan yang
tersendat tersebut adalah dampak dari banjir yang menimbulkan naiknya harga barang di
pasar secara signifikan.
Dampak ekonomi lainnya adalah kerugian yang dialami oleh pedagang ritel.
Kerugian akibat banjir ada dua jenis, yaitu potential loss dan fix loss. Kerugian potential loss
dihitung dari kerugian berdasarkan jumlah toko yang tutup akibat banjir dengan jumlah
penduduk yang terdampak banjir, serta dengan memperhitungkan rata-rata pengeluaran
masyarakat pada akhir tahun 2019.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/01/22/103357671/kemendikbud-1358-sekolah-rusak-
akibat-banjir-di-kalimantan-selatan.

Hafni, Roswita. 2017. Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Kondisi Sosial Ekonom
Petani Di Desa Suka Meriah Kecamatan Payung Kabupaten Karo. Fakultas Ekonomi UMSU.
Medan.

Oktaviani, Jusmalia. 2017. Analisis Pemetaan Kerentanan Masyarakat Terhadap Bencana


Gempa: Studi Kasus Gempa di Haiti Tahun 2010. Jurnal Sosial Politik. 3 (1) : 42-57
Imas Kurnia,2012. Dampak bencana banjir lahar dingin terhadap kondisi sosial ekonomi
penduduk di Desa Jumoyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang Tahun 2010-
2011.http://eprints.uny.ac.id/13921/. Diakses tanggal 07 april 2021, jam 13.24 WIB.

Wheny Utariningsih, Agung Adiputra, ANALISISKERENTANAN KESEHATAN


PENDUDUKPRA-BENCANABANJIR DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA, Jurnal Averrous
Vol.5 No.2 November 2019

Ginting, A. M. (2020). Dampak Ekonomi dan Kebijakan Mitigasi Risiko Banjir di DKI Jakarta
dan Sekitarnya. Jurnal Pusat Penelitian Badan Kealihan DPR RI, Vol. 12 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai