Anda di halaman 1dari 15

RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

PELATIHAN GURU AKIDAH AKHLAK MA


Pusdiklat Keagamaan Palembang
TGL 24 S.D 29 MEI 2021

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Pelatihan Guru Akidah Akhlak Madrasah
Aliyah Pusdiklat Keagamaan Palembang

Disusun oleh :

Nama : H. ARIEF RAHMAN, M.Pd.I


NIP : 197702142007101001
Tempat Tugas : MAN Bengkulu Selatan

KEMENTRIAN AGAMA
BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN
JL. Demang Lebar Daun Macan Kumbang No.4436
PALEMBANG 2021
HALAMAN PERSETUJUAN WIDYAISWARA

RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)


PELATIHAN GURU AKIDAH AKHLAK MA
Pusdiklat Keagamaan Palembang

NAMA : H. Arief Rahman, M.Pd.I


NIP : 197702142007101001
UNIT KERJA : MAN Bengkulu Selatan

Dapat disetujui sebagai Rencana Tindak Lanjut Pelatihan Guru Akidah Akhlak
Madrasah Aliyah Pusdiklat Keagamaan Palembang
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerataan dan perluasan peningkatan mutu pendidikan perlu menjadi
prioritas demi terwujudnya pendidik dan tenaga kependidikan lebih produktif,
inovatif dan kontributif dalam membangun pendidikan nasional.
Guru sebagai Tenaga Pendidik Profesional adalah guru yang tidak hanya
merasa puas dengan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki.
Seorang guru sebagai tenaga professional hendaklah berusaha mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya sehingga layanan yang diberikan kepada
peserta didik adalah layanan yang semakin berkualitas.
Seiring dengan berkembangnya pola pendidikan modern yang selalu
disesuaikan dengan tingkat kemajuan zaman, dibutuhkan pula model
pembelajaran yang relevan dengan karakter dan tingkat kecerdasan peserta
didik. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri, sebagaimana dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1
disebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Dari Undang-undang tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan


sangatlah diperlukan dalam rangka mengembangkan potensi dan kecerdasan
setiap peserta didik sehingga perlu adanya suasana pembelajaran yang aktif
dalam rangka menumbuh-kembangkan potensi dan kecerdasan tersebut melalui
proses belajar mengajar agar nantinya dapat bermanfaat untuk dirinya,

1
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Undang-Undang Sisdiknas, (Bandung:
Fokusmedia, 2009), hlm.2.
masyarakat, bangsa, dan agama. Pendidikan yang dikemukakan oleh Hasan
Langgunung dalam kutipan Harnedi mengatakan, “Pendidikan merupakan
suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk
menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada anak-anak atau orang yang
sedang dididik.”2

Oleh karena itu untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan usaha


dan upaya dari peserta didik dan pendidik itu sendiri. Pendidik tentunya
berusaha melayani peserta didik dengan memberikan dan menyampaikan
materi pelajaran yang menarik, mudah, dan menyenangkan dan menantang
agar proses pembelajaran berjalan lancar, dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai.

B. Tujuan

Berdasarkan paparan di atas, tujuan rencana tindak lanjut (RTL) ini antara lain

adalah sebagai berikut:

1. Memahami berbagai kebijakan baru berkaitan dengan peningkatan mutu

professional guru.

2. Memahami Desain Pembelajaran Akidah Akhlak

3. Mempu membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan model,

metode dan media yang menarik.

4. Mampu melakukan evaluasi pembelajaran yang baik dan benar.

2
Harnedi, Dunia Pendidikan Islam dalam konsepsi Makkiyah dan Madaniyah,
(Palembang: Noer Fikri, 2015), hlm.1.
BAB II

A. RENCANA TINDAK LANJUT

Nama Diklat : Pelatihan Guru Akidah Akhlak MA


Nama Peserta Pelatihan : H. Arief Rahman, S.Ag, M.Pd.I
NIP : 197702142007101001
Tempat Tugas : MAN Bengkulu Selatan
Alamat Kantor : Jl. Pangeran Duayu no.3, Manna Bengkulu Selatan
No HP : 082185269188

No Kegiatan Sasaran Tujuan Target Hasil


1 Deseminasi MGMP Mampu Peserta MGMP
“Desain Akidah Akhlak memahami mampu
Pembelajaran, tingkat MA se- Desain membuat Desain
model kabupaten Pembelajaran, Pembelajaran,
Pembelajaran, Bengkulu membuat Model
Metode Selatan rancangan Pembelajaran,
Pemvbelajaran, pembelajaran Metode
Media dengan Pembelajaran,
Pembelajaran menggunakan Media
dan Penilaian model, metode Pembelajaran,
Pembelajaran” serta mampu dan Melakukan
melakukan Evaluasi
evaluasi Pembelajaran
pembelajaran
yang baik dan
benar

B. Jadwal Deseminasi
Pelaksanaan desiminasi ini akan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 31 Mei
2021, bertempat di MAN Bengkulu Selatan
Manna, 29 Mei 2020

H. Arief Rahman, M.Pd.I


NIP.197702142007101001
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan adanya rencana tindak lanjut (RTL) ini, diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan guru dalam memahami dan membuat
desain pembelajaran, model pembelajaran, media pembelajaran dan mampu
melaksanakan evaluasi pembelajaran. Selain dari itu adanya rencana tindak
lanjut ini dapat melihat sejauh mana kemampuan guru Akidah akhlak dalam
melaksanakan proses pembelajaran di Madrasah Aliyah.

B. SARAN
Tentunya dalam penyusunan rencana tindak lanjut (RTL) ini memiliki
kekurangan dan kelemahan. Untuk itu diperlukan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan rencana tindak lanjut (RTL) pelatihan Guru
Akidah Akhlak Madrasah Aliyah.
RENCANA MATERI YANG AKAN DISAMPAIKAN DALAM
DESEMINASI

A. Desain Pembelajaran
Pengertian Desain pembelajaran ( intructional design) Herbert Simon
(Dick dan Carey, 2006), mengartikan desain sebagai proses pemecahan
masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam
memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.
Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk
memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bisa melakukan
langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang
dihadapi.
Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk
membantu proses belajar siswa, dimana proses belajar itu memiliki tahapan
segera dan tahapan jangka panjang. Menurut Gagne, belajar seseorang dapat
dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau datang
dari dalam individu siswa, seperti kemampuan dasar, gaya belajar seseorang,
minat dan bakat serta kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor eksternal
adalah faktor yang datang dari luar individu, yakni berkaitan dengan
penyediaan kondisi atau lingkungan yang didesain agar siswa belajar. Desain
pembelajaran berkaitan dengan faktor eksternal ini, yakni pengaturan
lingkungan dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Menarut
Gagne, kondisi internal dapat dibangkitkan oleh pengaturan kondisi eksternal.
Gentry (1994), yang berpendapat bahwa desain pembelajaran berkenaan
dengan proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk
mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk
efektivitas pencapaian tujuan. Selanjutnya ia menguraikan, penerapan suatu
desain pembelajaran memerlukan dukungan dari lembaga yang akan
menerapkan, pengelolaan kegiatan, serta pelaksanaan yang intensif
berdasarkan analisis kebutuhan
Desain sistem pembelajaran (Intructional System Design (ISD)
merupakan prosedur yang terorganisir yang mencakup langkah-langkah (1)
menganalisis dalam mengutarakannya yang lebih sederhana, menganalisis
adalah proses mengidentifikasi apa yang dipelajari (2) mendesain, kata desain
mempunyai makna berlevel makro dan mikro dalam pengertian mengacu baik
pada pendekatan sistem maupun pada sebuah langkah dalam pendekatan
sistem. Langkah-langkah dalam setiap proses memiliki dasar yang terpisah
dalam teori maupun dalam praktek seperti halnya dalam proses Intructional
System Design (ISD) secara keseluruhan mendesain adalah proses
menspesifikasi bagaimana harus dipelajari, (3) mengembangkan, adalah proses
memandu dan menghasilkan materi pembelajaran (4) melaksanakan, adalah
menggunakan materi dan strategi dalam konteks, dan (5) mengevaluasi
pembelajaran, adalah proses menentukan kesesuaian pembelajaran.(arief:77)
Sejarah pemanfaatan bidang desain sistem pembelajaran dimulai pertama kali
pada saat perang dunia kedua oleh Amerika Serikat. Bidang ini digunakan
untuk keperluan pelatihan militer atau military training. Model desain sistem
pembelajaran yang digunakan di Michigan State University, antara tahun 1961
dan 1965, dianggap sebagai model yang pertama.

B. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran
sistematis untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa
dalam tujuan tertentu yang ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran
merupakan gambaran umum namun tetap mengerucut pada tujuan khusus. Hal
tersebut membuat model pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran
yang sudah menerapkan langkah atau pendekatan pembelajaran yang justru
lebih luas lagi cakupannya. Definisi di atas senada dengan pendapat
Suprihatiningrum (2013, hlm. 145) yang menyatakan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
pembelajaran dengan sistematis untuk mengelola pengalaman belajar siswa
agar tujuan belajar tertentu yang diinginkan bisa tercapai.
Macam-macam model pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Model
Pembelajaran Inquiry Model inquiry (inkuiri) menggunakan rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis serta
analitis kepada peserta didik agar mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan secara mandiri melalui penyelidikan
ilmiah. 2) Model Pembelajaran Kontekstual Merupakan model dengan konsep
belajar yang membuat guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas
peserta didik, peserta didik melakukan dan mengalami, tidak hanya monoton
dan mencatat. Model mengajar ini juga dapat mengembangkan kemampuan
sosial peserta didik karena dihadapkan pada situasi dunia nyata. 3)
Pembelajaran Berbasis Masalah Nama lainnya dalam bahasa inggris adalah
Problem based learning yang dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan para proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Pemecahan masalah menjadi langkah utama dalam
model ini. 4) Model Pembelajaran Project Based Learning Model pembelajaran
project based learning atau pembelajaran berbasis proyek adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan nyata sebagai inti
pembelajaran. Dalam pembelajaran project based learning peserta didik akan
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintetis, dan pengolahan
informasi lainnya untuk menghasilkan berbagai bentuk belajar yang beragam.
5) Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning) Kerangka perencanaan
dalam pembelajaran kuantum adalah TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Komponen utama pembelajaran
kuantum dapat berupa: peta konsep sebagai teknik belajar efektif; teknik
memori, adalah teknik memasukkan informasi ke dalam otak sesuai dengan
cara kerja otak; sistem pasak lokasi; teknik akrostik, teknik menghafal dengan
cara mengambil huruf depan dari materi yang ingin diingat kemudian
menggabungkannya. Intinya metode pembelajaran ini menggunakan berbagai
cara untuk membuat pembelajaran menerap dan dipahami dengan mudah oleh
peserta didik. Caranya bisa sangat interaktif dan melibatkan peserta didik
dalam kegiatan langsung untuk mendemonstrasikan materi diiringi perayaan
seperti yel motivasi. 6) Model Pembelajaran Terpadu Merupakan model yang
dapat melibatkan beberapa mata pelajaran sekaligus agar memberikan
pengalaman belajar yang lebih bermakna pada peserta didik. 7) Model
Pembelajaran Tematik Merupakan pembelajaran dengan suatu kegiatan
pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa pelajaran dalam satu
tema/topik pembahasan sesuai dengan kebutuhan lingkungan peserta didik
yang akan menjadi lahan dunia nyata bagi dirinya. Pembelajaran tematik
mempunyai beberapa prinsip dasar, yaitu: Bersifat kontekstual atau terintegrasi
dengan lingkungan; Bentuk belajar dirancang agar peserta didik menemukan
tema; Efisiensi (terdiri dari beberapa pelajaran sekaligus).

C. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah sebuah proses sistematis dan teratur yang
dilakukan oleh guru atau pendidik dalam menyampaikan materi kepada
siswanya. Pendapat lain juga mengatakan bahwa learning methods merupakan
sebuah strategi atau taktik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas yang diaplikasi tenaga pendidik agar tujuan pembelajaran yang
sudah ditetapkan bisa tercapai dengan baik. Melalui cara ini maka diharapkan
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
Dengan demikian sangat penting bagi seorang pendidik untuk
mengenal metode dalam pembelajaran supaya siswa merasa semakin
bersemangat saat mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, pemilihan
metode yang tepat, membuat siswa tidak cepat merasa bosan atau jenuh ketika
mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa macam metode tersebut yang
wajib dipahami oleh para guru. 1) Metode ceramah adalah salah satu metode
pembelajaran yang bersifat konvensional karena guru menyampaikan materi
kepada siswa secara lisan. Sejak dahulu hingga sekarang, metode satu ini
memang dianggap sebagai yang paling praktis dan ekonomis. Namun seorang
guru harus bisa menggunakan metode ceramah secara menarik agar para siswa
tidak cepat bosan. 2) Metode Diskusi Sesuai dengan namanya, metode ini
selalu mengutamakan aktivitas diskusi yang melibatkan para siswa untuk
belajar memecahkan masalah. Penerapan metode diskusi biasanya dilakukan
dengan membuat kelompok diskusi yang bertugas membahas sebuah masalah.
3) Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang dilakukan
dengan cara praktikum agar siswa bisa melihat dan mempraktikkan secara
langsung materi yang sedang dipelajari. Metode demonstrasi meman lebih
menarik serta membuat siswa lebih fokus pada materi pelajaran. Metode
Ceramah Plus Metode ini sebetulnya mirip metode ceramah pada umumnya,
tetapi untuk metode ceramah plus biasanya disertai metode lainnya saat
menyampaikan materi seperti diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan latihan.
atau feedback antara pengajar dan murid. 4) Metode resitasi biasanya
mengharuskan siswa membuat sebuah resume tentang materi yang telah
disampaikan oleh guru. Dimana resume tersebut ditulis pada kertas
menggunakan kata-kata dari siswa sendiri. 5) Metode eksperimen dilakukan
melalui kegiatan percobaan atau praktikum di laboratorium agar siswa bisa
melihat secara langsung materi pelajaran yang sedang disampaikan. Biasanya
dapat berupa ilmu pengetahuan alam (sains) dan sebagainnya. 6) Metode Karya
Wisata adalah menggunakan tempat atau lingkungan tertentu yang mempunyai
sumber belajar untuk siswa. Namun penerapan metode ini perlu memperoleh
pengawasan secara langsung dari guru. Misalnya Museum atau Alam. 7)
Metode Latihan Metode ini merupakan metode pembelajaran yang dilakukan
dengan melatih keterampilan kepada siswa dengan merangsang, memanfaatkan
atau membuat sesuatu. Biasanya setelah Penjelasan Murid akan diuji Oleh
beberapa pertanyaan. Metode Perancangan Pada metode ini, siswa akan
dirangsang agar mampu membuat sebuah proyek yang nantinya akan diteliti.
Dapat Berupa perancangan skema, data, grafik , dan lain-lain. Metode ini
banyak digunakan juga pada program khususnya kejurusan. 8) Metode Debat
Metode ini mengajak siswa untuk saling beradu argumentasi secara perorangan
atau kelompok. Tetapi debat tersebut dilakukan secara formal dan memiliki
aturan tertentu untuk membahas dan mencari penyelesaian masalah. 9) Metode
Mind Maping Metode pembelajaran ini menerapkan cara berpikir secara runtut
pada sebuah permasalahan, bagaimana terjadinya serta penyelesaiannya.
Melalui metode ini, siswa bisa meningkatkan daya analisis serta berpikir kritis
agar memahami masalah sejak awal sampai akhir.

D. Media Pembelajaran
Pengertian media pembelajaran adalah suatu alat bantu yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Ada banyak tujuan dari penggunaan
alat ini beberapa diantaranya adalah untuk membangkitkan pikiran, perhatian,
perasaan, serta meningkatkan kemampuan belajar para murid. Tokoh bernama
Brigs (1997), Beliau berpendapat bahwasanya media pembelajaran adalah
bentuk sarana fisik untuk menyampaikan berbagai informasi pembelajaran.
Menurutnya sarana yang dapat digunakan bisa melalui video, buku dan lain
lainnya. Sedangkan menurut National Education Associaton atau NEA (1969)
menyebutkan bahwasanya media pembelajaran adalah sarana untuk
komunikasi. Yang pada umumnya bisa berbentuk teknologi perangkat keras
dan penglihatan-pendengaran atau cetak.
Perlu diketahui bahwa dalam metode pembelajaran, posisi dari media
pembelajaran cukup penting yakni sebagai alat dalam proses komunikasi.
Tanpa adanya suatu media, maka komunikasi yang terjalin antara guru dan
murid tidak akan berjalan dengan baik. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan. Bahwa media pembelajaran adalah benda atau alat yang bisa
digunakan untuk membagikan suatu informasi.
Selain itu juga bisa digunakan untuk membangkitkan daya pikir,
perasaan serta keinginan para murid. Harapan dari adanya media tersebut
adalah bisa menciptakan suatu proses belajar yang baik, efisien dan efektif.
Jenis Media Pembelajaran jenis media pembelajaran Berikut beberapa jenis
dari media pembelajaran yang bisa dipraktikan dalam berbagai keadaan. 1)
Media Visual yang lebih menekankan penggunaan tampilan-tampilan yang
dapat menarik perhatian mata. Misalnya saja diagram, grafik, chart, bagan,
komik, dan poster. 2) Media Audial yang lebih menekankan pada penggunaan
pendengaran. Beberapa contohnya adalah tape recorder, laboratorium bahasa,
radio, dan jenis berbagai audio lainnya. Projected Still Media Beberapa contoh
ProjectedStill Media adalah pemakaian slide, over headprojektor (OHP), in
focus. Projected Motion Media Media project motion yaitu menyampaikan
berbagai informasi melalui gambar yang bisa bergerak. Misalnya saja televisi,
film, video (VCD, DVD, VTR), animasi, dan komputer.

E. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan dalam menentukan sejauh mana dan bagaimana
pembelajaran yang telah berjalan agar dapat membuat penilaian (judgement)
dan perbaikan yang dibutuhkan untuk memaksimalkan hasilnya. Definisi di
atas didasari oleh pendapat Mahrens & Lehmann (1978 dalam Purwnto, 2013,
hlm. 3) yang menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk
membuat alternatif-alternatif keputusan.
Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian.
Meskipun sangat berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna
evaluasi pembelajaran yang sebenarnya. Ujian atau tes hanyalah salah satu
jalan yang dapat ditempuh untuk menjalankan proses evaluasi. Beberapa Istilah
Evaluasi Pendidikan Untuk menghindari berbagai mispersepsi yang biasa
terjadi dalam evaluasi, berikut adalah pengertian istilah atau terminologi yang
biasa digunakan dalam evaluasi dan pengukuran, meliputi: tes, pengukuran
(measurement), evaluasi, dan asesmen (assesment)
Menurut Mohrens (1984 dalam Asrul dkk, 2015, hlm. 3). Tes, adalah
istilah yang paling sempit pengertiannya dari keempat istilah lainnya, yaitu
membuat dan mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab. Sebagai
hasil jawabannya diperoleh sebuah ukuran (nilai angka) dari seseorang.
Pengukuran, pengertiannya menjadi lebih luas, yakni dengan menggunakan
observasi skala rating atau alat lain yang membuat kita dapat memperoleh
informasi dalam bentuk kuantitas. Juga berarti pengukuran dengan berdasarkan
pada skor yang diperoleh. Evaluasi, adalah proses penggambaran dan
penyempurnaan informasi yang berguna untuk menetapkan alternatif. Evaluasi
bisa mencakup arti tes dan pengukuran dan bisa juga berarti di luar keduanya.
Hasil Evaluasi bisa memberi keputusan yang profesional.
Seseorang dapat mengevaluasi baik dengan data kuantitatif maupun
kualitatif. Asesmen, bisa digunakan untuk memberikan diagnosa terhadap
problema seseorang. Dalam pengertian ia adalah sinonim dengan evaluasi.
Namun yang perlu ditekankan di sini bahwa yang dapat dinilai atau dievaluasi
adalah karakter dari seseorang, termasuk kemampuan akademik, kejujuran,
kemampuan untuk mengejar, dsb. Selain suatu proses untuk melihat kinerja
pembelajaran, evaluasi juga berfungsi sebagai pembuat keputusan. Proses
evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi
digunakan untuk membuat keputusan (Cornbach dan Stufflebeam dalam
Arikunto, 2016, hlm.
Daftar Pustaka

Abdullah Sani,Ridwan, Inovasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2014


Harnedi, Dunia Pendidikan Islam dalam konsepsi Makkiyah dan Madaniyah, Palembang:
Noer Fikri, 2015
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Undang-Undang Sisdiknas, Bandung:
Fokusmedia, 2009
Juni Priansa, Donni, Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran,
Bandung: Alfabetha, 2015
http://fatkhan.web.id/pengertian-dan-langkah-langkah-model-problem-based-
learning/diakses tanggal 29/5/2021
https://www.mandandi.com/2018/11/desain-pembelajaran.html/diakses tgl
26/05/2021
https://serupa.id/model-pembelajaran-pengertian-ciri-jenis-macam-
contoh/diakses tgl 26/05/2021
https://idcloudhost.com/metode-pembelajaran-pengertian-macam-macam-
fungsi-dan-tujuannya/diakses 26/05/2021
https://serupa.id/evaluasi-pembelajaran/diakses 26/05/2021

Anda mungkin juga menyukai