Anda di halaman 1dari 41

RINGKASA MATEMATIKA DASAR II

BAB 1 FUNGSI TRANSENDEN

KELOMPOK IV :
Muhammad Husein - 5009201121
Melya Yulians - 5017201017
Faqih Ulumuddin - 5017201026
Dandi Syahtia Pratama - 5017201044
Muhammad Himam Awali - 5017201081
Ester Hotmaria - 5017201062

MATEMATIKA DASAR II
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2021
BAB 1
1

FUNGSI TRANSENDEN

Fungsi Transenden adalah adalah fungsi yang tidak dapat dinyatakan sebagai sejumlah
berhingga operasi aljabar atas fungsi konstan y = k dan fungsi kesatuan y = x (Martono,
1999).
1.1 Logaritma dan Eksponen
❏ Pangkat Irrasional
Pangkat irrasional adalah pangkat yang tidak terhingga, sehingga fungsinya bersifat
kontinu. Salah satu pendekatan untuk mendefinisikan pangkat irrasional adalah
dengan mendefinisikan pangkat irrasional dari a sebagai limit pangkat rasional dari a.
Contoh : 5 π
1. menyatakan desimal dariπ ,yaitu : π=3,1415926. ..
jika kita lihat bahwasannya nilai dari desimal di atas diperoleh bilangan
rasional yang semakin mendekati nilai π.
2. Dibahas fungsinya tanpa dibuktikan bahwa prosedur limit sebelumnya
menghasilkan suatu definisi a x untuk xirrasional sehingga pernyataan berikut
benar :
● a x fungsi kontinu untuk semua a> 0,
● a x fungsi yang dapat dideferensialkan untuk semua a> 0,
● sifat-sifat dasar perpangkatan masih berlaku.
❏ Logaritma
Dalam aljabar logaritma didefinisikan sebagai pangkat. Contoh : log 10 100=2
atau 10 log 100=2
Cara baca : logaritma 10 berbasis 100 sama dengan 2
Jika didefinisikan bahwa 10 harus berpangkat 2 agar nilainya 100, sehingga ¿10 log 100
hasilnya 2. Umumnya, jika y ¿a logx, maka y merupakan pangkat untuk a yang harus
menghasilkan x, jadi x=a y. Kebalikannya, jika x=a y, maka y ¿a logx, sehingga
pernyataan :
y ¿a logx dan x=a y adalah ekivalen, dengan mensubstitusi salah satu persamaan, maka:
y ¿a log a y dan x=a a logx
Teorema 1.1.1

1 ¿ ¿a log 1=0 4 ¿ ¿a loga=1


2

2 ¿ ¿a log bc ¿a logb+¿ a log¿ c 1


5 ¿ ¿a log = −¿ a log¿c
c
3 ¿ ¿a log br =r a logb
b
6 ¿ ¿a log ¿ a logb −¿ a log¿c
c

❏ Bilangan e dan Logaritma Natural


Fungsi logaritma natural didefinisikan dengan
x
l
ln x=∫ dt , x >0
1 t

Domain dari fungsi logaritma natural adalah semua himpunan bilangan riil positif.
Notasi untuk logaritma natural adalah
lnx>0 ketika x >0
lnx<0 ketika 0< x> 1
lnx =0 ketika x=1
Sifat Dasar Fungsi Logaritma Natural
1. Domain dari fungsi logaritma natural adalah (0,∞) dan daerah hasil berada
pada (−∞,∞)
2. Fungsi logaritma natural kontinu, naik, dan fungsi satu-satu.
3. Grafik dari fungsi logaritma natural cekung ke bawah.

(Grafik 1.1.1 Fungsi Logaritma Natural)


❏ Perubahan Rumus Dasar Untuk Logaritma
3

(Gambar 1.1.2 logaritma)


b
a log x
Rumus logaritma dengan basis yang berbeda : ¿ log x= b
log a
❏ Penyelesaian Persamaan Berbentuk a log f ( x)=k
a
Persamaan dalam bentuk log f ( x)=k dapat diselesaikan dengan mengubahnya
kedalam bentuk eksponensial.
contoh : selesaikan untuk x

logx=2 ln (x+1)=5
10
logx=2 x +1=e 5
maka x=100 x=e 5−1

❏ Penyelesaian Persamaan Berbentuk a f (x)=k


Persamaan yang berbentuk a f (x)=k dapat diselesaikan dengan mengambil logaritma
dari kedua sisi-sisinya, biasanya logaritma umum atau natural yang digunakan,
contoh:

selesaikan untuk x
5 x =7

cara logaritma biasa cara logaritma natural


log 5 x =log 7 ln 5 x =ln 7
x log 5=log 7 x ln5=ln7
log 7 ln 7
x= ≈ 1,209062 x= ≈ 1,209062
log 5 ln 5
4

1.2 Fungsi Logaritmik Dan fungsi eksponensial


❏ Persamaan Logaritma Natural Dalam Kalkulus
Pada subbab ini diperlihatkan logaritma dan pangkat dari sudut pandang fungsi. Untuk
a> 0 , f (x )=a x disebut fungsi eksponensial berbasis a dan f (x)= a log x disebut
fungsi logaritma berbasis a. Dalam kasus di mana a=e ,e x disebut fungsi
eksponensial natural dan f (x)=ln ⁡(x )=e log x disebut fungsi logaritma natural

Fungsi logaritma natural mempunyai peran khusus dalam kalkulus, yang dapat
membantu penurunan dari f (x)= a log ⁡x , dengan asebagai basis dan f (x)
diasumsikan dapat diturunkan, oleh karena itu kontinu untuk x >0.

Sehingga diperoleh :

a
log ⁡( x+ h)−log ⁡x
d [a
dx
log ⁡] x=lim
h ⁡→0
[ h ]
lim 1
¿ h →0
h ( x +hx )
a
log ⁡

¿ lim
( 1h log ⁡(1+ hx ))
h→0
a

h
Misalkan v= dan v →0 untuk h → 0.
x
lim 1
¿ v →0 a
log ( 1+v )
vx
lim 1
¿ v →0 a
log ⁡( 1+ v )
vx
1
1 a v
¿ lim ⁡ log ( 1+v )
x v →0
1
¿
1a
x [
log lim ( 1+v ) v
v →0
]
1a
¿ loge
x
Jadi
d a
[ log ⁡x ]= 1 a log ⁡e , x> 0
dx x
5

1 e log ⁡e
¿
x e log a
1 1
¿
x e log a
1
¿ , x >0 (1.10)
x ln a

Dalam keadaan khusus dengan a=e, diperoleh ln a=ln e=1maka diperoleh:

d
[ ln x ] = 1 = 1 , x> 0 (1.11)
dx x ln e x

❏ Turunan dan Integral yang Berkaitan dengan ln x

Jika u(x )>0, dan fungsi u dapat didiferensialkan terhadap x, maka generalisasi (1.10)
dan (1.11) merupakan aturan berantai:

d a
[ log u ]= 1 du dan d
[ ln u ] = 1 d (1.12)
dx u ln a dx dx u dx

d
Contoh : Dapatkan [ ln ( x 3−1 ) ]
dx

Penyelesaian :

d
dx
[ ln ( x 3−1 ) ]= 31 dx
( d 3
)
[ x −1 ]
x −1

1 2 3 x2
¿ 3 x =
x 3 −1 x 3−1

1
Persamaan (1.11) menunjukkan bahwa fungsi ln |x|merupakan anti-turunan dari
x

1
untukx ≠ 0. Sedangkan, fungsi ln x merupakan anti-turunan dari untuk x >0.
x
Rumus integral terkait dengan persamaan (1.12) adalah.

1
∫ du=ln|u| ⁡+C (1.13)
u
6

−6 x 2−4 x
Contoh : Dapatkan ∫ dx
−2 x3 −2 x 2 +3

Penyelesaian :

u=−2 x 3−2 x 2+ 3 , du=(−6 x 2−4 x)dx

Sehingga :

−6 x−4 x 1
∫ dx=∫ du
3 2
−2 x −2 x +3 u

¿ ln ⁡|u|+C

¿ ln |⁡−2 x 3−2 x2 +3|+ C

❏ Diferensiasi Logaritmik
Diferensiasi logaritmik berguna untuk mendiferensialkan fungsi-fungsi yang disusun
dari perkalian, pembagian, dan pangkat.

x 2 √3 6 x +2
Contoh : Dapatkan turunan pertama dari y= .
( 1+ x2 )3

dy
Penyelesaian: sulit diperoleh secara langsung. Sehingga dalam menghitungnya agar
dx
lebih mudah diambil logaritma natural pada kedua sisinya, kemudian gunakan sifat-
sifatnya, maka dapat ditulis sebagai berikut.

1
ln y=2 ln x + ln ( 6 x +2 )−3 ln ( 1+ x 2 )
3

Lalu diferensialkan kedua sisinya terhadap x, sehingga diperoleh

1 dy 2 2 6x
= + −
y dx x 6 x +2 1+ x 2

dy
Jadi penyelesaian untuk adalah
dx

dy 2 2 6x
dx
=y +
[ −
x 6 x +2 1+ x 2 ]
7

x 2 √3 6 x +2 2 2 6x
¿
( 1+ x ) [
2 3 x
+
6 x +2

1+ x 2 ]
Karena ln x didefinisikan hanya untuk y >0, diferensial logaritmik y=f (x ) berlaku
hanya pada f (x)positif. Jadi, turunan yang diperoleh dalam contoh sebelumnya

berlaku pada selang ( −13 ,−∞), sebab fungsi yang diberikan positif untuk x >0.
1
Walaupun demikian, rumus tersebut sebenarnya berlaku pada selang −∞,− ( 3 )
. Ini

dapat dilihat dengan mengambil nilai mutlak sebelum dikerjakan dengan diferensiasi
logaritmik dengan catatan, bahwa ln | y| terdefinisi untuk y ≠ 0.

❏ Turunan Pangkan Irrasional x

Diketahui bahwa rumus turunan adalah

d r
[ x ]=r x r−1 (1.14)
dx

Rumus di atas hanya berlaku pada nilai-nilai rasional r. Dengan menggunakan


diferensiasi logaritmik, akan ditunjukkan bahwa rumus ini berlaku jika r sembarang
bilangan real (rasional atau irrasional). Dalam perhitungan, akan diasumsikan bahwa
x rdapat didiferensialkan dan aturan standar dari pangkat digunakan untuk semua
pangkat real; ini akan dibuktikan kebenarannya.

Misalkan y=x r , di mana rbilangan rasional. Maka penyelesaian dengan diferensiasi


logaritmik, diperoleh:

ln y=ln xr

d
[ ln y ] = d [ ln x r ]
dx dx

1 dy r
=
y dx x

dy r r
= y =x r =r xr −1
dx x x
8

❏ Turunan dan Integral yang Berkaitan dengan a x

Dalam mendapatkan menentukan rumus turunan dari a x ( khususnya untuk e x ). Untuk


tujuan ini, akan diasumsikan bahwa a x dapat didiferensialkan untuk semua x.

Untuk memperoleh turunan dari a x , tuliskan y=a xdan menggunakan diferensiasi


logaritmik:

ln y=ln a x =x ln x

1 dy
=ln a
y dx

dy
= y ln a=ax ln a
dx

Jadi

d x
[ a ]=a x ln a (1.15)
dx

Dalam kasus di mana a=e, diperoleh ln e=1, sehingga (1.15) menjadi:

d x
[ e ]=e x (1.16)
dx

Jika u fungsi x yang terdiferensial, maka (1.15) dan (1.16) selanjutnya diperoleh

d u
[ a ] =au ln a du dan
d x
[ e ]=eu du (1.17)
dx dx dx dx

d sin x
Contoh : Dapatkan [2 ]
dx

d sin x
[ 2 ]=( 2sin x ) ln 2 d [ sin x ]
dx dx

¿ ( 2sin x ) ln 2⋅ cos x

❏ Integral Fungsi Eksponensial


Rumus integral yang terkait dengan turunan-turunan (1.17) adalah :
9

u au
∫ a du= +C dan ∫ eu du=eu +C (1.18)
ln u

Contoh : Selesaikan ∫ e−2 x dx .〗

−1
Penyelesaian : Misalkan u=−2 xsehingga du=−2 dx atau dx= du, diperoleh
2

1 −1 −2
∫ e−2 x dx= ∫ eu du+C= e +C
2 2

❏ Definisi Logaritma Natural


Tujuan pertama adalah mendefinisikan fungsi ln⁡〖 x 〗 yang konsisten dengan sifat-
sifat.

d
[ ln x ] = 1 dan ln 1=0
dx x

1
ln x merupakan anti turunan dari dengan nilai 0 bila x=1. Menurut Teori
x
Fundamental Kalkulus (TFK) Kedua, fungsi

x
1
F (x)=∫ dt
1 t

Memiliki sifat berikut.

x 1
d
dx
[ F(x ) ]=
d
dx [ ]
∫ 1t dt =1/ x
1
dan F (1)=∫
1
1
t
dt=0

Sehingga diperoleh definisi ln x berikut.

Teorema 1.2.1 Fungsi logaritma natural didefinisikan oleh rumus

t
1
ln x=∫ dt , x> 0 (1.19)
1 t

❏ Interpretasi Geometrik ln x
Beberapa sifat-sifat dasar ln f 0 ( x) dapat diperoleh dengan mengerjakan integral
sebagai suatu daerah. Contoh sifat-sifat tersebut antara lain.
10

ln x >0Jika x >1

ln x <0Jika 0< x <1

ln x=0Jika x=1

Sifat-sifat di atas dapat dideduksi sebagai berikut : Jika x >1, maka integral di atas

1
menyatakan daerah di bawah kurva y= pada selang[ 1 , x ] pada sumbu-t (Gambar
t
1.2.1) dan oleh karena itu positif; jika 0< x <1, maka integral menyatakan negatif dari

1
daerah di bawah kurva y= pada [ x , 1 ] (Gambar 1.2.2) dan oleh karena itu negatif.
t
Jika x=1, maka [ 1 , x ] menyempit menjadi sebuah titik, dan di sini luas daerah di

1
bawah kurva y= pada[ 1 , x ] adalah nol.berdasarkan uraian di atas diperoleh bahwa
t

d
[ ln x ] = 1
dx x

Adalah positif untuk x >0,

Gambar 1.2.1 Gambar 1.2.2

Teorema 1.2.2 Fungsi ln x adalah naik dan oleh karena itu satu-satu pada ( 0 ,+ ∞ ) .

❏ Hampiran Numerik Untuk ln x


Terdapat tiga metode untuk hampiran integral tertentu secara numerik: pendekatan
titik ujung kiri, pendekatan titik ujung kanan, dan pendekatan titik tengah. Metode ini
dapat digunakan untuk mendapatkan pendekatan numerik dari logaritma natural.
11

Contoh : Dapatkan hampiran ln x dengan menggunakan hampiran titik tengah dengan


n=10.

Penyelesaian : Dari persamaan nilai eksak dari ln f 0 ( x)adalah

2
1
ln 2=∫ dt
1 t

¿ ¿ ¿
Dengan mengambil t di posisix dan memilih t 1 ,t 2 , ... ,t n sebagai titik tengah selang-
selang tersebut. Perhitungan sampai enam angka decimal diperlihatkan dalam Tabel
1.2.1. Untuk mendapatkan suatu akurasi penghitugan ini, sebuah kalkulator dengan
tampilan enam angka akan memberikan ln 2 ≈ 0,693147, jadi besarnya error dalam
pendekatan titik tengah dengan n=10adalah kurang lebih 0,000311. Akurasi yang
lebih baik dapat diperoleh dengan memakai n. Sebagai contoh, pendekatan titik
tengah n=100 menghasilkan ln 2 ≈ 0,693144, yang benar untuk lima angka desimal.

Tabel 1.2.1

❏ Sifat-Sifat Logaritma Natural

Teorema berikut menunjukkan bahwa ln f 0 ( x)memiliki sifat-sifat dasar logaritma.

Teorema 1.2.3 Untuk sekarang bilangan positif a , c ,dan sebarang bilangan rasional
r , berlalu:
12

(a) ln ac=ln a+ lnc


a
(b) ln =ln a−lnc
c
1
(c) ln =−ln c
c
(d) ln a r=r ln a

Bukti (a) Perhatikan fungsi f (x)=ln x. Dengan memberlakukan a sebagai konstanta


dan menurunkan terhadap x, diperoleh.

d
f ' (x)= [ ln ax ]= 1 ⋅ d [ ax ] = 1 ⋅ a= 1
dx ax dx ax x

Yang menunjukkan bahwa ln f 0 axdan ln f 0 x memiliki turunan sama pada selang


( 0 ,+ ∞ ) . Jadi, fungsi-fungsi ini dibedakan oleh sebuah konstanta pada selang ini, yaitu
terdapat sebuah konstanta k, sehingga

ln ax−ln x=k (1.20)

Teorema berikut menunjukkan nilai logaritma natural apabila nilai x menuju tak
hingga atau menuju nol beserta pembuktiannya.

Teorema 1.2.4

(a) lim ln x=+∞ (b) lim ¿


x→+∞ +¿
x→ 0 ln x=− ∞ ¿

Fungsi ln f 0 x terdefinisi untuk x dalam selang (0,+∞), dan menurut Teorema 1.2.4
bahwa jika x berubah pada selang (0,+∞) nilai ln xberubah dari −∞ sampai +∞. Jadi,
diperoleh teorema berikut.

Bukti (a). Akan ditunjukkan bahwa untuk sebarang nilangan bulat positif N nilai dari
lim ln x=+∞ .
ln x akhirnya melebihi N untuk x→+∞. Kemudian diikuti denga x→+∞

1
ln 2> (1.21)
2

Diperoleh grafik seperti pada Gambar 1.2.3


13

Gambar 1.2.3
Karena ln x adalah sebuah fungsi naik, bahwa untuk x >2N maka diperoleh

1 N
ln x >ln 2 N =N ln 2> N ( )=
2 2

lim ln x=+∞ , karena N dapat dibuat sebarang besarnya dengan memilih


Untuk itu, x→+∞
2
N yang sesuai.

1
Bukti (b). Jika v= , maka v→+∞ untuk x→0, sehingga dari Teorema 1.2.3 (b)
x
diperoleh.

lim ¿
+¿
x→ 0 ln x= lim ¿¿
+¿ 1
v →0 ln = lim ¿¿
v v →0 +¿ ( −lnv )= − lim ¿¿
v → 0+¿ ln v=−∞ ¿

Gambar 1.2.4
14

Fungsi ln x terdefinisi untuk x dalam selang( 0 ,+ ∞ ) , menurut Teorema 1.2.4 bahwa


jika x berubah pada selang ( 0 ,+ ∞ ) nilai ln x berubah−∞ sampai + ∞, sehingga
diperoleh persamaan berikut.

Teorema 1.2.5

(a) Domain dari ln x adalah ( 0 ,+ ∞ )

(b) Range dari ln x adalah (−∞ ,+∞ )

❏ Definisi Untuk e x
Karena ln f 0 x adalah fungsi naik dan kontinu pada selang ( 0 ,+ ∞ ) , dan karena
nilainya berubah dari −∞ sampai + ∞ untuk x yang berubah pada selang ( 0 ,+ ∞ ) ,
maka kurva y=ln x memotong setiap garis mendatar tepat sekali dan perpotongan itu
terjadi pada selang ( 0 ,+ ∞ ) . Ini berakibat terdapat sebuah bilangan real positif x
tunggal sehingga ln x=1.

ln e=1 (1.22)

Definisi 1.2.6 Invers dari fungsi logaritma natural ln f 0 x dinyatakan dengan e x dan
disebut sebagai fungsi eksponensial natural.

Oleh karena itu ln f 0 x dan e x adalah dua fungsi yang saling invers, maka hubungan
antara keduanya dirumuskan oleh teorema berikut.

Teorema 1.2.7

(a) Domain dari e x =¿Range dari ln x=(−∞ ,+ ∞ )

(b) Range dari e x =¿ Domain dari ln x=( 0.+ ∞ )

(c) ln e x =x, untuk−∞< x <+∞

(d) e ln x =x , untuk x >0

❏ Definisi Untuk a x

Menurut Teorema 1.2.3 (d), Jika a adalah bilangan real positif dan r adalah bilangan
rasional, maka
15

ln a r=r ln a

Sehingga

e ln a =e r ln a

Teorema 1.2.7 (d) dapat ditulis sebagai berikut

b r=e r lnb (1.23)

Definisi 1.2.8 Jika x adalah bilangan real dan a adalah bilangan real positif, maka
fungsia x didefinisikan oleh rumus

a x =e xln a

Dan disebut fungsi eksponensial berbasis a.

❏ Hukum Untuk Eksponen Real

Teorema berikut menunjukkan bagian (d) Teorema 1.2.3 adalah valid untuk semua
eksponen real.

Teorema 1.2.9 Untuk sebarang bilangan bulat positif a dan sebarang bilangan real
xln ax =x ln a

Bukti, Dari definisi 1.2.8 diperoleh

a x =e xln a

Jadi dari Teorema 1.2.7 (c)

ln a x =ln e x ln a=x ln a

Teorema berikut menunjukkan bahwa hukum-hukum perpangkatan yang berkembang


dalam aljabar untuk eksponen rasional dipenuhi untuk semua eksponen real.

Teorema 1.2.10 Jika a dan b adalah bilangan real positif, maka untuk semua bilangan
real k dan l hukum-hukum perpangkatan berikut dipenuhi.
16

0 ak k−l
(a) a =1 (e) l =a
a

(b) a 1=a (f) a k ⋅b k =( ab )k

ak
(c) a k ⋅a l=a k+l (g) =¿ ¿
bk

−1 1 l
(d) a = (h) ( a k ) =akl
a

Bukti, akan dibuktikan (c). Untuk bukti yang lainnya sama dan akan diabaikan. Dapat
dituliskan.

ln ( ak ⋅ al )=ln ak + ln a l=k ln a+ l lna=( k +l ) ln a=ln a k+l

Jadi, diperoleh a k ⋅a l=a k+l karena dua ruas memiliki logaritma natural sama.

❏ Diferensiabilitas e x , a x ,dan x r
Teorema berikut menetapkan diferensiabilitas dari e x dan a x .

Teorema 1.2.11

(a) Fungsi e x terdiferensial pada (−∞ ,+∞ ), dan turunannya adalah

d x
[ e ]=e x
dx

(b) Fungsi a x terdiferensial pada (−∞ ,+∞ ), dan turunannya adalah

d x
[ a ]=a x ln a
dx

Bukti (a). Karena ln f 0 x terdiferensial, dengan turunannya

d 1
[ ln x ] =
dx x

Adalah tak nol pada ( 0 ,+ ∞ ) , hal ini sesuai Teorema 1.2.7 denganf (x)−ln x dan
f −1 ( x)=e x bahwa e x adalah terdiferensial pada(−∞ ,+∞ ), dan turunannya adalah
17

Teorema 1.2.12 Untuk sebarang bilangan real r fungsi x r terdiferensial pada ( 0 ,+ ∞ ) ,


dan turunannya adalah

d r
[ x ]=r x r−1
dx

Bukti . Fungsi x r=er ln x adalah komposisi dari e r dan r ln x. Fungsi r ln xterdiferensial


pada ( 0 ,+ ∞ ) , dan turunannya adalah

d r d r ln x
[ x ]= [ e ]=e r ln x ⋅ r =x r r =r x r−1
dx dx x x

❏ Logaritma Umum
Definisi 1.2.13 Untuk a> 0 dan a ≠ 1, fungsi logaritma basis a didefinisikan oleh
rumus

a ln x
log x= , x >0 (1.24)
ln a

Dalam kasus di mana a=e, diperoleh

a
log x=ln x

Jadi, fungsi logaritma natural adalah sama seperti fungsi logaritma basis e.

Teorema 1.2.14 Untuk a> 0 dan a ≠ 1, fungsi a x dan a log x saling invers.

Contoh;

Domain a x =¿ Range a log x=(−∞ ,+∞ )

Range a x =¿ Domain a log x=( 0.+∞ )

Sehingga a x dan a log x memenuhi domain dan range untuk fungsi-fungsi invers.
Perhatikan
18

a x ln a x x ln a
log a = = =x
ln a ln a

ln x
a ⋅ lna
log x (a log x ) ln a
a =e =e ln a
=e ln x =x

Karena a x dan a log x fungsi invers, grafiknya berupa pencerminan satu sama lain
terhadap garis y=x.

Gambar 1.2.5

❏ Beberapa Limit Dasar

Dibuktikan untuk bagian (a), sedangkan bagian (b) dan (c) dapat dibuktikan dengan
melakukan substitusi pada bagian (a).

Bukti (a). Bukti dibentuk pada diferensiabilitas , dan lebih spesifik pada turunan dari
ln xdi titik x=1

d
[ ln x ] ∨¿x=1 ¿= 1 ¿x=1=1
dx x

Jika hubungan ini dinyatakan dengan menggunakan definisi sebuah turunan,


diperoleh.

1 ( 1+ h )
h→ 0
(
lim ln ( 1+h )−ln )
=lim ln
h h →0 h

1
h
¿ lim (1+ h )
h→0
19

Jadi

1
lim ln ( 1+h ) h
e=e h →0

Di mana dari kekontinuan itu e x dapat ditulis sebagai

1 1
ln ( 1+h ) h h
e=lim e =lim (1+ h )
h →0 h→ 0

1. 3 Grafik yang melibatkan fungsi eksponensial dan logaritma


❏ Beberapa Sifat e x dan ln f 0 x
e x danln xmempunyai sifat-sifat yang tertera pada Tabel 1.3.1 berikut ini.
Tabel 1.3.1

Gambar 1.3.1

Akan diperiksa bahwa e x naik dan grafiknya cekung ke atas dari turunan pertama dan
kedua. Untuk semua x pada (−∞ ,+∞ ), diperoleh

d x
[ e ]=e x > 0
dx
20

yang berakibat e x naik pada (-∞,+∞) dan

d2 [ x ] d [ x ]
e = e >0
d x2 dx

sehingga grafik e x cekung ke atas pada (−∞ ,+∞ ). Dengan cara yang sama, dapat
dibuktikan bahwa ln f 0 x naik dan cekung ke bawah dari turunan pertama dan
keduanya. Untuk semua x pada ( 0 ,+ ∞ ) , diperoleh

d
[ ln x ] = 1 > 0
dx x

yang mengakibatkan ln x naik pada (0,+∞), dan

d2
2
[ ln x ] = d 1 = 12
dx dx x x

sehingga ln x cekung ke bawah pada ( 0 ,+ ∞ ) .

❏ Limit Fungsi dari ln x dan e x


Limit berikut yang konsisten dengan gambar 1.3.1.

lim e x =+ ∞
(a) x→+∞ dan lim e x =0 (1.25)
x→−∞

lim ln x=+∞
(b) x→+∞ dan lim ln x=−∞ (1.26)
x→−∞

Grafik y=ln x naik secara lambat, sehingga Gambar 1.3.1 tidak cukup memadai
untuk menunjukkan bahwa

lim ln x=+∞
x→+∞

Karena grafik e x merupakan pencerminan dari grafik ln⁡x pada garis y=x, kenaikan
yang lambat dari ln x berkorespondensi dengan kenaikan yang cepat dari e x . Tabel
1.3.2 yang dihasilkan dari kalkulator, mengilustrasikan kenaikan yang lambat dari
ln x dan kenaikan yang cepat dari e x .

Tabel 1.3.2
21

❏ Pertumbuhan Eksponensial dan Logaritmik


Pangkat-pangkat dari x digunakan untuk menggambarkan kecepatan pertumbuhan
suatu fungsi. Sebagai contoh, jika n sebarang bilangan bulat, maka

lim e x lim ln x
=+ ∞ dan (1.27)
x →+∞ x →+∞
=0
xn
xn

Persamaan (1.27) menunjukkan bahwa e x naik begitu cepat, yang tidak


mempersoalkan besarnya nilai n, pembagian x n tidak menghalangi menuju + ∞. Lalu
persamaan (1.27) juga menunjukkan kenaikan ln f 0 x begitu lambat, pembagian
dengan x n menghalangi kenaikan menuju + ∞ dan hasil limitnya sama dengan nol.

Berikut bentuk alternatif dari persamaan (1.27).

lim x n lim x n
x →+∞
=0 dan x →+∞
=+∞ (1.28)
x
e ln x

Lebih lanjut persamaan (1.27) juga bisa ditulis sebagai berikut

lim x n ln x=0 (1.29)


x→+∞

❏ Mendapatkan Grafik dengan Menggunakan Sifat-Sifat Eksponen dan Logaritmik


Grafik dari persamaan eksponen dan logaritma kadang-kadang dapat diperoleh
dengan membuat pencerminan dan pergeseran dari grafik-grafik yang diketahui.
22

1
Contoh : y=
ex

Penyelesaian. Persamaan yang diberikan dapat ditulis sebagai

y=e−x

Yang merupakan persamaan hasil dari pergantian x dengan −x dalam y=e x. Jadi,

1
grafik-grafik dari y= x
x dan y=e merupakan permainan dari satu dengan lainnya
e
terhadap sumbu y (Gambar 1.3.2)

Gambar 1.3.2
Penggantian x dengan −x dalam persamaan y=a x, diperoleh
x
1 1
y=a =
−x

a x ()
=
a
Fungsi eksponen dengan basis kebalikan akan memiliki grafik dari pencerminan satu
dengan yang lain terhadap sumbu y.
lim 1 lim 1
=0 dan
−x x→+∞ −x x →−∞
lim e = x
lim e = x
=+∞
x→+∞ e x→−∞ e

1.4 Fungsi Invers


Memberikan dasar definisi yang tepat tentang logaritma, dengan pembahasan yang lebih
mengarah kepada penyelidikan yang sangat mendasar untuk penyelesaian permasalahan
termasuk pada pembuktian sifat-sifat eksponensial dan logaritma

❏ Fungsi Invers
23

Salah satu ide penyelesaian persamaan y=f (x ) adalah mengubah x sebagai fungsi dari y,
yaitu x=g( y). Penyelesaian persamaan seperti itu merupakan proses yang sederhana.
y=5 x +1

Namun, penyelesaian suatu persamaan y=f (x ) untuk x yang dinyatakan dalam ytidak
menghasilkan ekspresi tunggal dari x sebagai fungsi y
y=x 2

Masing-masing penyelesaian sebelumnya dapat diperoleh dari yang lainnya dengan aljabar,
dengan cara menerapkan persamaan-persamaan berikut
f (g( y ))=( g( y )) 3 +1=¿

❏ Domain dan Range Fungsi Invers

Hubungan antara domain dan range dapat dibilang cukup sederhana. Analogi dari pernyataan
sebelumnya akan dipaparkan sebagai berikut.

Range dari f −1= domain dari f dan domain dari f −1= range dari f

❏ Penyelesaian y=f (x ) Untuk xSebagai Fungsi Dari y

Jika fungsi f mempunyai invers, maka dapat dikatakan bahwa y=f (x ) dapat diselesaikan
untuk x sebagai fungsi dari y dan x=f −1 ( y) disebut penyelesaian dari y=f (x ) untuk x
sebagai fungsi dari y

F −1 ( y )=f −1 (f (x))=x

❏ Eksistensi Dari Fungsi Invers

Karena grafik f dan f −1 merupakan pencerminan satu dengan lainnya pada garis y=x, secara
intuitif jelas sekali bahwa grafik f −1 tidak bersudut, maka grafik f −1 juga demikian. akan
tetapi, karena pada suatu pencerminan pada y=x mengubah garis datar menjadi vertikal.

❏ Mendapatkan rumus f −1

Rumus f −1 dapat ditemukan dengan mengikuti prosedur berikut. Antara lain, Penukaran x
dan y dalam persamaan y=f (x ) supaya didapatkan nilai x=f ( y ). Kemudian, selesaikan
24

persamaan x=f ( y ) untuk y sebagai fungsi dari x.Persamaan hasil dalam langkah pertama
menjadi y=f −1 (x), dimana sisi kanannya merupakan rumus untuk f −1( x ).

semisal jika kita menukar x dan y dari persamaan y= √ 3 x−2 kemudian akan diperoleh hasil

−1 1 2
akhir f ( x )= (x +2)
3

❏ Grafik Dari Fungsi Invers

Dibawah ini tertera bentuk dari grafik fungsi dari invers.

Gambar 1.4.1

❏ Fungsi Naik Dan Turun Yang Mempunyai Invers

Grafik dari fungsi naik atau turun dipotong paling banyak satu kali oleh sebuah garis
sembarang
25

Gambar 1.4.2

❏ Diferensiabilitas Fungsi Invers

Grafik f dan f −1 merupakan pencerminan satu dengan lainnya pada garis y=x, terlihat jelas
bahwa jika grafik f −1 tidak mempunyai sudut, maka grafik f −1 juga demikian. Tetapi, akibat
dari pencerminan y=x membuat perubahan pada garis horizontal menjadi vertikal atau
malah sebaliknya. Hubungan ini bila dinyatakan dalam turun-turunan, akan diperoleh

1
( f −1) '( x 0)=
f ' ( y ❑0)

Jika rumus eksplisit untuk invers dari suatu fungsi dapat diperoleh maka diferensiabilitas dan
turunan dari invers secara umum dapat disimpulkan memakai rumus sebelumnya.

1.5 Fungsi Invers Trigonometrik


Karena enam fungsi trigonometrik dasar adalah periodik, maka masing-masing nilainya
berulang tak terhingga kali. Akibatnya, tak satupun fungsi ini bersifat satu-satu dan
karenanya tidak satupun mempunyai invers.

❏ Inverse Sinus

Gambar 1.5.1 menunjukan grafik dari y=sin xdengan segmen dari grafik pada selang
[−π /2, π / 2]yang digambarkan dengan garis tebal. Bagian yang ditebalkan ini adalah bagian
dari grafik fungsi f yang mempunyai nilai sama dengan fungsi sin x, tetapi dengan domain
26

[−π /2, π / 2]. Karena tidak ada garis datar yang memotong grafik f lebih dari satu kali. Hasil
ini akan mengarah pada definisi sebagai berikut.

Gambar 1.5.1

Definisi 1.5.1 fungsi invers sinus, yang ditulis dengan sin−1, didefinisikan sebagai invers dari
fungsi sin x ,−π /2≤ x ≤ π /2.

karena sin x ,−π /2≤ x ≤ π /2 ,mempunyai domain [−π /2, π /2]dan range [−1,1], maka
diperoleh bahwa
domain untuk sin−1 x=[−1,1]
range untuk sin−1 x=[−π /2, π /2], dan
−π π
sin−1 (sin)x=x jika ≤ x≤
2 2
sin( si n−1 )x=x jika −1 ≤ x ≤ 1
selanjutnya grafik y=si n−1 x dapat diperoleh dengan mencerminkan grafik y=sin x ,-π/2

π
≤ x≤ terhadap garis y=x . si n−1 xadalah fungsi kontinu karena merupakan invers dari suatu
2
fungsi kontinu.

Gambar 1.5.2
sin y=x

−π
dengan −1 ≤ x ≤ 1 dan ≤ y ≤. jika diambil sin−1pada kedua ruas persamaan ini dan
2
menggunakan rumus sebelumnya dengan ydiganti x ,diperoleh
y=si n−1 x
Teorema 1.5.2
27

−π π
y=si n−1 x ekuivalen dengan sin y =x jika {−1 ≤ x ≤ 1 dan ≤ y≤ }
2 2

❏ Interpretasi Geometrik Dari sin−1 x

jika y dipandang sebagai sudut dalam ukuran radian, maka syarat aljabar dalam teorema

−π π
1.5.2 agar y terletak pada selang [ , ]memunculkan syarat geometrik bahwa sin−1 x
2 2
merupakan sudut yang berada pada kuadran pertama atau ke-empat atau pada suatu sumbu
yang berdampingan dengan kuadran kuadran tersebut. Jadi, dari sudut pandang geometrik
sin−1 x adalah suatu sudut yang sinusnya adalah x dan berada pada kuadran pertama atau ke-
empat (atau pada sumbu yang berdampingan).

Contoh 1.5.1 Dapatkan

(a) sin−1 (1/2) (b) sin


−1
(−1
√2 )
(c) sin−1 (−1)

Penyelesaian (a). misalkan y=si n−1 (1/2). dari teorema 1.5.2 persamaan ini ekuivalen

1 −π π
dengan sin y= , ≤ y≤
2 2 2
Dengan memandang y sebagai sudut radian, tampak bahwa y terletak dalam kuadran pertama
karena sin y >0.Jadi, dicari suatu sudut di kuadran pertama yang memenuhi sinus ½. sudut

π −1 1 π
yang dimaksud adalah y=
6
, sehingga sin ()=
2 6

Penyelesaian (b). misalkan y=si n


−1
( −1
√2 )
.persamaan ini ekuivalen dengan siny=-1/√2

−π π
≤ y≤
2 2
Dengan memandang y sebagai sudut radian, tampak bahwa y terletak dalam kuadran ke-
empat karena sin y <0.Jadi, dicari suatu sudut yang berada pada kuadran ke-empat yang

−1 π −1 −1 π
memiliki sinus
√2
sudut yang diinginkan adalah y= , sehingga sin
4 ( )=
√2 4
28

Penyelesaian (c). misalkan y=si n−1 (−1).persamaan ini ekuivalen dengan sin y=−1dan

−π −1 −π
diperoleh bahwa y=¿ . jadi sin (−1)=
2 2

❏ Invers Cosinus, Tangen, dan Secan

Sebagaimana definisi dari sin−1 x ,invers-invers dari fungsi-fungsi trigonometrik selebihnya


dapat didefinisikan dengan menempatkan batasan yang tepat pada domain fungsi-fungsi
tersebut. karena invers cotangen dan cosecan kurang begitu penting.

Gambar 1.5.3

perhatikan bahwa pada ketiga kasus tersebut fungsi-fungsi yang dibatasi suatu selang tertentu
disebut memenuhi uji garis datar, dan oleh karena itu mempunyai invers.

Definisi 1.5.3

(a) Fungsi invers cosinus, ditulis co s−1 ,didefinisikan sebagai invers dari fungsi cos x ,
0≤ x≤π .
(b) Fungsi invers tangen, ditulis ta n−1 ,didefinisikan sebagai invers dari fungsi tan x ,

−π π
<x< .
2 2
29

(c) Fungsi invers secan, ditulis se c−1 ,didefinisikan sebagai invers dari fungsi sec x ,

π 3π
0 ≤ x ≤ atau π ≤ x ≤ .
2 2

grafik-grafik untuk co s−1 x ,ta n−1 x ,dan se c−1yang merupakan pencerminan terhadap garis
y=xdari grafik-grafik yang digambarkan tabel dalam gambar 1.5.4

Gambar 1.5.4

Hasil dalam tabel 1.5.1 merupakan akibat langsung dari definisi 1.5.3. Semua domain dan
rangenya bersesuaian dengan gambar 1.5.4.

Tabel 1.5.1

Teorema berikut ini analog dengan teorema 1.5.2

Teorema 1.5.4
30

jika y dipandang sebagai sudut radian, maka syarat aljabar dalam bagian pertama teorema
1.5.4 agar yterletak pada interval [0,π] menentukan syarat geometri bahwa y adalah sudut
yang terletak pada kuadran pertama atau ke-2 atau pada suatu sumbu yang berdampingan
dengan kuadran-kuadran tersebut. Jadi, dari sudut pandang geometrik, co s−1 x suatu sudut
yang mempunyai cosinusx yang berada pada kuadran pertama atau ke-2 atau pada suatu
sumbu yang berdampingan. Demikian pula ta n−1 x sudutnya x dan berada pada kuadran
pertama atau ke-empat atau pada sumbu x positif, dan se c−1adalah sudut yang mempunyai
secan x dan terletak di kuadran pertama atau ke-tiga atau pada sumbu x.

Contoh 1.5.2 Dapatkan co s


−1
(−2√3 )
Penyelesaian. Misalkan y=co s
−1
( −2√ 3 )ini ekuivalen dengan cos y =−2√3
Dengan memandang y sebagai sudut radian, dapat diperoleh bahwa y berada pada kuadran
ke-dua karena cos y < 0.Jadi dicari sudut yang berada pada kuadran ke-dua yang memiliki

−√ 3 5π
cosinus sudut yang diinginkan adalah y= ,sehingga
2 6

co s−1 (−2√3 )= 56π


π
pada gambar 1.5.4, grafik dari y=ta n−1 x merupakan dua asimtot horisontal: y= untuk x
2

−π
mendekati +∞ dan y= untuk x mendekati -∞.
2
−π
lim x →−∞ ta n−1=
2
31

dan
π
lim x →+∞ ta n−1 =
2

❏ Inverse Cotangen dan Cosecan

Inverse fungsi cotangen dan cosecan kurang begitu penting, karena itu hanya akan diringkas
beberapa sifatnya dalam tabel 1.5.2

Tabael 1.5.2

Ganbar 1.5.5 Gambar 1.5.6

❏ Persamaan yang Melibatkan Fungsi-Fungsi Invers Trigonometrik

Dalam definisi dari enam fungsi invers trigonometrik, batasan pada domain dibentuk tidak
hanya untuk menghasilkan fungsi satu-satu, tetapi juga untuk menjamin bahwa kesamaan
“natural” tertentu dipenuhi untuk fungsi-fungsi invers trigonometrik. Sebagai contoh, α dan β
sudut-sudut lancip komplementer, maka dari trigonometri dasar, sin α dan cos β adalah sama.
Dimisalkan x=sin α =cos βmaka
α =si n−1 x dan β=co s−1 x
Karenaα+β=π /2, dapat diperoleh kesamaan
π
sin−1 x +co s−1 x=
2
32

Gambar 1.5.7
karena α dan β diasumsikan sebagai sudut lancip yang tak negatif, penurunan ini hanya valid
untuk 0 ≤ x ≤ 1penurunan yang berlaku untuk semua x dalam[-1,0]. dengan cara serupa dapat
diperoleh kesamaan
π
ta n−1 x +co t −1 x=
2
dan
π
se c−1 x+ cs c−1 x=
2

❏ Penyederhanaan Ekspresi yang Memuat Fungsi Invers Trigonometrik

Dalam subbab ini dijumpai fungsi yang merupakan campuran antara fungsi trigonometri dan
fungsi invers trigonometri.

Contoh 1.5.3 Sederhanakan fungsi cos (si n−1 x).

Penyelesaiaan. Gagasan penyelesaiannya adalah menyatakan cosinus dalam suku-suku sinus


agar diperoleh kemudahan dalam penyederhanaan cos (si n−1 x)jadi diawali dengan kesamaan
co s2 y=1−si n2 y
dan substitusikan y=si n−1 xuntuk memperoleh
co s2 ¿
dan dengan mengambil akar kuadratnya didapat
¿ cos (si n−1 x)∨¿ √ 1−x 2
Karena - π /2≤ sin−1 x ≤ π /2maka cos (si n−1 x)talk negatif, jadi tanda nilai mutlak dapat
dihilangkan dan ditulis
cos (si n−1 x)=√ 1−x2
33

Penyelesaiaan alternatif. Dalam kasus 0 ≤ x ≤ 1,ada kemungkinan alternatif penyelesaiaan


secara geometri. Misalkan
y=si n−1 x
dan buatlah segitiga siku-siku dengan sudut y seperti ditunjukan dalam gambar 1.5.8.
Berdasarkan definisi y bahwa sin y = x, sehingga diasumsikan bahwa sisi didepan sudut y
mempunyai panjang x dan sisi miringnya mempunyai panjang 1, karena nilai-nilai tersebut
menghasilkan
sin y=x / 1=1
Dari teorema pythagoras, sisi yang terdekat sudut y mempunyai panjang √ 1−x 2sehingga
cos y =sisi alas/sisi miring=√ 1−x 2 /1=√ 1−x2
atau
cos (si n−1 x)=√ 1−x2

Gambar 1.5.8 Gambar 1.5.9

Contoh 1.5.4 Gunakan metode segitiga untuk menyederhanakan sec (tan−1 x)

Penyelesaian. Dalam kasus x ≥ 0, dapat dimisalkan y=tan−1 x , dan buatlah segitiga siku-siku
dengan sudut y seperti gambar 1.5.9. Berdasarkan definisi dari y tampak bahwa tan y = x,
sehingga dapat diasumsikan bahwa sisi depan sudut y mempunyai panjang x dan sisi alas
mempunyai panjang 1 karena nilai-nilai tersebut menghasilkan

tan y =sisi tegak/ sisi alas=x /1=x

Dengan Teorema Pythagoras sisi miring itu mempunyai panjang √ 1+ x 2sehingga berdasarkan
sifat segitiga

sec (tan−1 x)=sec y=sisi miring /sisi alas=√ 1+ x 2 / 1=√ 1+ x 2


34

Meskipun hubungan ini diturunkan dengan batasan x ≥ 0, tetapi ini juga berlaku untuk x < 0.

1.6 Turunan dan integral fungsi invers trigonometri

Rumus-rumus Turunan

d −1 1 du d −1 −1 du
a) dx [ sin u]= b) dx [co s u]=
√1−u2 dx √1−u2 dx
d 1 du d −1 du
c) [ta n−1 u ]= d) [co t −1 u]=
dx 1+u2 dx dx 1+u2 dx
d −1 1 du d −1 du
e) dx [ sec ❑ u]= f) [csc❑−1 u]=
u √ u −1 dx dx u √ u2−1 dx
2

Sebagai pembuktian: Contoh:

y=si n−1 x ≡ x=sin ⁡y y=si n−1 x3


d d
[ x ]= [sin y ] misal :u=x 3
dx dx
dy du
1=cos y . =3 x 2
dx dx
dy
=co s−1 y y=si n−1 u
dx
dy 1
subtitusi =
du √1−u2
dy 1 dy 1
= = .3 x 2
dx cos( si n−1 y ) dx √1−u 2

dy
=
1 dy 3 x2
=
dx √1−x 2 dx √ 1−x 6

Rumus Integrasi

1
a) ∫ 2
du=si n−1 u+C
√1−u
1
b) ∫ 2
du=tan −1 u+C
1+ u
35

1
c) ∫ 2
du=sec −1 u+C
u √ u −1

Contoh:
1 1
∫ dx =¿ ∫ dx =¿
1+ 3 x 2 √2+ x 2
misal :u= √3 x misal : x=√ 2u
du
dx= dx= √ 2 du
√3
1 1 √2
∫ du=¿ ∫ du=¿
√3 1+ u2 √2−2u 2
1 √2
ta n−1 u+C=¿ ∫ du=¿
√3 √ 2 √ 1−u2
1 1
ta n−1 √ 3 x+C ∫ du=¿
√3 √1−u2
sin−1 u+C=¿
2x
sin−1 √ +C
2

Berdasarkan contoh maka,

1 u
a) ∫ du=si n−1 +C
2
√ a −u 2 a

1 1 u
b) ∫ du= tan−1 +C
2
a +u 2
a a

1 1 u
c) ∫ du= sec−1 +C
2
u √ u −a a 2 a

1.7 Fungsi Hiperbolik


• Definisi Fungsi Hiperbolik

e x +e− x e x −e− x
cosh cosh x= sinh sinh x=
2 2
36

sinh sinh x e x −e− x cosh cosh x e x + e−x


tanh x= = coth x= =
cosh cosh x e x +e− x sinh sinh x e x −e−x
1 2 1 2
sech x= = x −x csec x= = x −x
cosh cosh x e +e sinh sinh x e −e

Pada penyebutan sinh dibaca “cinch” dan cosh dibaca “gos”. Dari definisi
fungsi hiperbolik dapat dibuat grafik dengan menjumlahkan koordinat-y bersama
pada setiap titik. Pembuatan grafik ini disebut sebagai penambahan ordinat. Gambar
grafik fungsi hiperbolik dapat di lihat pada gambar 1.7.1.

Gambar 1.7.1.
• Kesamaan Hiperbolik
Fungsi hiperbolik memiliki kesamaan dengan fungsi trigonometri. Kesamaan
yang mendasar seperti:
cosh 2 x −sinh2 x =1
Dengan menguraikan fungsi hiperbolik dapat dibuktikan bahwa
2 2
e x +e− x e x −e−x
cosh 2 x −sinh2 x =( 2 ) (

2 )
1 2x
¿ ( e +2 e0 + e−2 x ) − 1 ( e 2 x −2 e 0+ e−2 x )
4 4
¿1
Kesamaan hiperbolik lainnya adalah
1−tanh 2 x =sech 2 x
coth 2 x−1=csech2 x
Terdapat rumus penambahan dan pengurangan untuk sinh dan cosh
sinh sinh ( x ± y )=sinh sinh x cosh cosh y ± cosh cosh x sinh sinh y
cosh cosh ( x ± y ) =cosh cosh x cosh cosh y ± sinh sinh x sinh sinh y
Diperoleh rumus analogi tigonometri sudut ganda sebagai berikut:
37

sinh 2 x=2 sinhsinh x cosh cosh x


cosh 2 x=cosh 2 x+ sinh2 x
cosh 2 x=2 sinh 2 x+ 1
cosh 2 x=2 cosh 2 x−1
• Rumus Turunan dan Integral
Turunan untuk cosh x diperoleh dari perhitungan sebagai contoh,
d d e x + e−x 1 d x d − x
dx
[cosh cosh x ]=
dx [
2
=
2 dx ] (
[e ]+ [e ]
dx )
e x −e− x
¿ =sinh sinh x
2
Dengan cara yang serupa diperoleh turunan untuk fungsi hiperbolik lainnya. Berikut
ini rangkuman dari turunan fungsi hiperbolik
d du d du
[sinh sinh u]=cosh cosh u [coth coth u]=u
dx dx dx dx
d du d du
[cosh cosh u ]=sinh sinh u [ u]=u
dx dx dx dx
d du d du
[ tanh tanh u]=u [ u]=u
dx dx dx dx
Selain rumus turunan didapat pula rumus-rumus integral yang merupakan bentuk anti
turunan. Sebagi berikut:

∫ sinh sinh u du=cosh cosh u+C ∫ u du=u+C

∫ cosh cosh u du=sinh sinh u+C ∫ u du=u+C

∫ u du=tanh tanhu+C ∫ u coth cothu du=u+C


● Contoh soal fungsi turunan hiperbolik
1 dy
Jika y = 3 sinh x tentukan
5 dx

1
Misalkan u = x y = 3 sinh u
5
du 1 dy
= =3 cosh cosh u
dx 5 du
dy dy du 1 3 1
=
dx du dx
= (3 cosh u)
5 5 ()
= cosh cosh x
5
38

● Contoh soal fungsi integrasi hiperbolik

∫ sinh5 x cosh cosh x dx= 16 sin6 x +C


u = sinh x
du = cos x dx

1.8 Fungsi Invers Hiperbolik


• Invers Fungsi Hiperbolik
Berikut ini merupakan teorema dari invers fungsi hiperbolik. Di mana beberapa fungsi
invers dibatasi oleh domainnya.
y=sinh−1 x ↔sinh sinh y =x , untuk semua x,y y=cosh−1 x ↔ cosh cosh y =x ,
jika {x ≥1 y ≥0 y =tanh −1 x ↔ tanh tanh y=x , jika

{−1< x <1− < y< y=coth −1 x ↔ coth coth y=x , jika {| x|> 1 y ≠ 0

y=sech−1 x ↔ y=x , jika {0< x ≤ 1 y ≥ 0

y=csch−1 x ↔ y=x , jika {x ≠ 0 y ≠ 0

Dari teorema tersebut grafik fungsi invers hiperbolik dapat digambar seperti ini.

Gambar 1.8.1
• Bentuk Logaritmik Invers Fungsi Hiperbolik
Fungsi invers dapat dinyatakan ke dalam bentuk logaritmik karena fungsi hiperbolik
dapat dinyatakan dalam suku e x . Ini ditunjukan pada teorema berikut.
sinh −1 x=ln ¿ cosh−1 x=ln ¿
1 1+ x 1 x+ 1
tanh−1 x= ln ln coth −1 x= ln ln
2 1−x 2 x−1
39

1+ √ 1−x 2 1 √ 1−x 2
sech−1 x=ln ln ( x ) csch−1 x =ln ln ( x
+
|x| )
Teorema ini dapat dibuktikan dengan menguraikan fungsi invers. Sebagai
contoh y=sinh−1 x
y=sinh−1 x ↔sinh sinh y =x , untuk semua x,y

e y −e− y y −y
=x ↔ e −2 x−e =0
2
(e y )2−2 x e y −1=0
2 x ± √ 4 x2 + 4
(e y )1,2 = =x ± √ x 2+1
2
e y >0 → e y =x+ √ x 2+ 1
2 2
y=ln ln ( x+ √ x +1 ) ↔ sinh x=ln ln ( x + √ x +1 )
−1

• Rumus Turunan dan Integral Fungsi Invers Hiperbolik

d
[ sinh−1 x ]= 1 2
dx √1+ x
d
[ cosh−1 x ]= 1 2 ; ( x > 1)
dx √ 1−x
d
[ tanh−1 x ]= 1 2 ; ( |x| < 1)
dx 1−x
d
[ coth−1 x ]= 1 2 ; ( |x| > 1)
dx 1−x
d
[ sech−1 x ]= 1 2 ; (0 < x < 1)
dx x √1−x
d
[ csch−1 x ]= 1 2 ; (x ≠ 0)
dx |x|√1+ x
Untuk hasil dari turunan tanh−1 x dan coth −1 x adalah sama. Akan tetapi, rumus
tersebut berlaku pada selang yang berbeda. Perbedaan ini akan penting saat

1
mengintegralkan .
(1−x 2 )
Didapat rumus integrasi invers hiperbolik, yaitu
dx
∫ 2
=sinh−1 x+ C
√1+ x
40

dx
∫ 2
=cosh −1 x+ C; ( x > 1)
√ x −1
dx
∫ 2
={tanh −1 x+ C jika|x|<1 coth −1 x jika| x|> 1
√1−x
dx
∫ 2
=−sech−1| x|+ C ; (x > 1)
x √ 1−x
dx
∫ 2
=−csch−1|x|+C
x √ 1+ x
Pada tiga rumus integral pertama merupakan turunan langsung dari fungsi
diferensiasi. Lain halnya dengan sisanya yang diperlukan perhitungan tambahan.
Rumus ketiga dalam integrasi invers hiperbolik dapat dituliskan dalam bentuk
dx 1 1+u
∫ = ln ln
√1−x 2 2 1−u | |
+C

● Contoh soal turunan invers hiperbolik


dy
Jika y=csch−1 ( sinx ), tentukan
dx
Penyelesaian
Misal u = sinx y= csch−1 u
du du −1
= cosx =
dx dx |u|√ 1+ u2

dy dy du −1
(cos x)
= =
dx du dx |u|√ 1+u2
−cos x
=
|sin sin x|√1+(sin sin x)2
−cos x
=
|sin sin x|√1+sin 2 x

Anda mungkin juga menyukai