Anda di halaman 1dari 4

BAHAYA HASAD BAGI PERADABAN MANUSIA

َ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ َ َّ َ َ ّ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ َّ ُ ‫ْال َح ْم‬
‫ات‬ِ ِ ِ‫ب‬ ‫اج‬ ‫و‬ ‫ال‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫و‬ ، ‫ة‬
ِ ‫اد‬ ‫ع‬ ‫الس‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ض‬ ‫الر‬
ِ ِ ِ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫ت‬ ‫ش‬ ‫ي‬ ‫ع‬‫م‬
ِ ِ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫نا‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫ذ‬ِ ‫ال‬ ‫هلل‬
ِ ‫د‬
َ ْ َ َ َ َ َ ‫اَل‬ َ َ
ُ ‫ أ ْش َه ُد أ ْن إل َه إ َّال‬.‫ف ْي ع َب َادت ه َو َت ْق َو ُاه‬
‫ َوأش َه ُد أ َّن ُم َح َّم ًدا‬،‫هللا َو ْح َد ُه ال ش ِر ْي َك ل ُه‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ َ ْ َ ْ ُ ‫َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ ُ اَل َ َّ َ ْ َ ُ َ َّ ُ َّ َ ّ َ َ ّ ْ َ َ َ ْ َ أْل َ ْ َ َ مْل‬
‫ص ِِّل وس ِِّلم على أش ر ِف ا ن ِبي ِاء وا رس ِلين وعلى‬  ‫ اللهم‬.‫عب ده ورس وله ن ِبي بع ده‬
ََ
‫ فق ْد‬،‫هللا‬ ‫ى‬ ‫و‬َ ‫ َف َي ا ع َب َاد هللا ُا ْوص ْيني َن ْفس ي َوإ َّي ُاك ْم ب َت ْق‬ :‫ َأ ّم ا َب ْع ُد‬،‫ص ْحبه َأ ْج َمع ْي َن‬ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِآل ِه و‬
ّ َ َّ ‫الر ْح َمن‬ ْ ‫ ب‬،‫هللا َت َع َالى ف ْي ك َتابه ْال َكر ْيم‬
ُ ‫ال‬ َ َ ْ ُ َّ ُ ‫َ َ مْل‬
‫ َي ا أ ُّي َه ا ال ذين‬.‫الر ِح ْي ِم‬ ِ
َّ ‫هللا‬ ‫م‬ ‫س‬
ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ َ ‫ق‬ .‫فاز ا تقون‬
ْ َ َّ ُ َ ‫اَل‬ َُ َ ‫آمنوا َّات ُق ْوا‬
‫هللا َح َّق تقا ِت ِه َو ت ُم ْوت َّن ِإال َوأن ُت ْم ُم ْس ِل ُم ْو َن‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Pertama kali, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Swt yang telah
menganugerahkan nikmat iman dan Islam serta kesehatan sehingga kita dapat menghadiri sidang
Jumat yang penuh berkah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah ke pangkuan junjungan kita
Nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang beriman hingga akhir
zaman. Mengawali khutbah Jumat kali ini, khatib mengingatkan kita semua, khususnya diri khatib
sendiri, agar senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah Swt dengan sebenar-benar takwa.
Yaitu, menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Takwa adalah “jalan
terang” menuju ke hadirat-Nya, sehingga kita akan menemukan nilai-nilai kebajikan dan kemuliaan
sejati, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Sidang Jumat yang dimuliakan Allah


Manusia adalah makhluk unik dan istimewa. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya,
manusia dianugerahi unsur-unsur immaterial yang lengkap, yaitu: ruh, akal, hati,
dan nafs (syahwat dan ghadlab) yang terbentuk dalam satu kesatuan yang disebut jiwa (soul). Dari
komponen immaterial ini, manusia hakikatnya adalah sebagai makhluk spiritual. Masing-masing
unsur tersebut memiliki fungsi yang berbeda. 
Ruh memiliki sifat yang suci, cenderung kepada kesejatian (hakikat) dan lebih dekat
dengan Allah. Akal berfungsi untuk berfikir, mengingat, menghitung, dan berlogika. Hati berfungsi
untuk meyakini (beriman), mencintai, membenci, empati, dan hal-hal yang berhubungan dengan
rasa. Sedangkan nafsu merupakan energi jiwa yang berpotensi pada kesenangan dan kemarahan
(nafs al-ammarah). 
Bagi yang mampu mengendalikan “jiwa tirani” (al-nafs al-ammarah) dengan selalu
mendekatkan diri kepada Allah, maka ia akan menjadi pribadi yang utuh. Sebaliknya, jika
seseorang dikendalikan oleh jiwa tirani dengan memenuhi kesenangan-kesenangan dasar
(pleasure principle), maka ia akan menjadi pribadi yang pincang. Sebagai makhluk spiritual,
manusia seharusnya mampu membersihkan hatinya dengan melakukan latihan-latihan kebaikan
untuk melawan kecenderungan nafsu rendah yang menyukai dosa dan kemaksiatan.

Sidang Jumat yang dirahmati Allah


Di dalam jiwa manusia, sesungguhnya ada unsur energi negatif yang dapat menghancurkan
diri, lingkungan, dan peradaban, yaitu “penyakit hati” atau “amradlul qulub” yang menimbulkan
sifat sangat buruk. Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayat Al Hidayah menuturkan bahwa ada tiga
sifat hati yang sangat berbahaya, dimana sifat hati tersebut selalu muncul dari zaman ke zaman. 
Tiga sifat hati tersebut akan membawa kepada kebinasaan diri dan penyebab dari sifat-
sifat tercela lainnya, yaitu: hasad (iri hati), riya (pamer), dan ujub (angkuh, sombong atau
berbangga diri).
Dari ketiga penyakit hati tersebut yang memiliki dampak paling dahsyat adalah “hasad” atau
dengki. Hasad adalah klaster problem jiwa yang memiliki dampak luar biasa bagi kehidupan diri,
lingkungan, masyarakat, bahkan peradaban itu sendiri. Betapa banyak perkelahian, percekcokan,
dan peperangan fisik dengan saling membunuh dan meniadakan, diakibatkan oleh munculnya
sikap dengki.  
Menurut Asy-Sya’rawi, penyakit jiwa bernama “hasad” benar-benar nyata. Al-Qur’an
sendiri dengan jelas menyebut sifat ini. Dalam Alquran disebutkan tentang sikap sebagian ahli
kitab terhadap Rasulullah Saw.
ّٰ ُ ُ ٰ ٰ َ ٰ َ َ َّ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ َ
ْ ‫الل ُه م ْن َف‬
   ‫ض ِل ٖ ۚه‬ ِ ‫ام يحسدون الناس على مٓا اتىهم‬
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah
kepadanya? (QS: an-Nisa: 54)
َ َ ُ َّ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َ ْ َّ َ َ َ َ َ ُ َّ
Demikian juga Rasulullah Saw menyebut dengan jelas agar siapapun menghindari penyakit hati ini:
‫الحط َب‬ ‫ات كما تا كل النار‬
ِ ‫ِايا كم والحسد ف ِان الحسد يا كل الحسن‬
Artinya: ”Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan-
kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (HR. Abu Dawud). 
Hasad adalah kejahatan energi tersembunyi yang dapat membahayakan manusia. Allah
menyuruh kita untuk meminta perlindungan Allah darinya: “Dan dari kejahatan orang yang dengki
apabila dia dengki” (Q.S. Al-Falaq: 5) 
Hasad dapat dianalogikan sebagai suatu benda yang tidak terlihat secara kasat mata.
Namun keberadaannya justru memiliki pengaruh dan dampak yang luar biasa serta bahaya yang
lebih ganas dibandingkan dengan sesuatu yang dapat terlihat mata. Meski hasad tidak terlihat
secara kasat mata, namun efek terhadap jiwa dan tatanan sosial sangat nyata.
Secara psikologi, hasad memiliki dampak, diantaranya:
1. Membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah
(kufur nikmat).
2. Menyiksa diri sendiri karena hatinya tak tenang yang disebabkan munculnya rasa tidak
nyaman atas kebahagiaan orang lain. 
3. Munculnya ghibah, fitnah dan sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dalam
keluarga dan ikatan persaudaraan sesama.
4. Munculnya kebencian dan permusuhan yang dapat menimbulkan kerusakan dalam
jangka waktu yang tak terbatas.
Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari az-Zubair bin al-Awwam ra dari
ُ َ ُ َ ْ َ ‫ َو ْال َب ْغ‬، ‫ض ُاء‬ َ ‫ َا ْل َح َس ُد َو ْال َب ْغ‬:‫َد َّب إ َل ْي ُك ْم َد ُاء اأْل ُ َمم َق ْب َل ُك ْم‬
Nabi Saw, beliau bersabda:
‫ َح ِالق ة‬، ‫ض ُاء ِه َي ال َح ِالق ة‬ ِ ِ
ُْ ُ ّ َ ُ َ َ َ ْ ُّ َ َ َّ َ ْ ُ ْ ُ َ َ َّ َ ُ ُ ْ َ ْ َّ َ ْ َّ ُ َ َ َ ْ ّ
‫ أفال أن ِبئكم‬،‫ وال ِذي نفس محم ٍد ِبي ِد ِه ال تؤ ِمن وا حتى تح ابوا‬،‫الدي ِن ال ح ِالقة الشع ِر‬ ِ
ُْ َ ْ َ َ َ َّ ُ ْ َ ْ َُْ َ َ ُ ْ ُ َُْ َ َ ْ َ
‫ِبشي ٍء ِإذا فعلتموه تحاببتم؟ أفشوا السالم بينكم‬
Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah
pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada
di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan
sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian.
(HR. Tirmizi) 
Sifat hasad (dengki), Al-Ghazali pernah berkisah tentang bahayanya kepada orang lain. Hasad
adalah sikap batin yang tidak senang terhadap kebahagiaan orang lain dan berusaha untuk
menghilangkannya dari orang tersebut. Menurutnya, hasad adalah cabang dari syukh, yaitu sikap
batin yang bakhil untuk berbuat baik. 
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Hasad atau dengki adalah menginginkan nikmat yang dimiliki orang lain dan menghendaki nikmat
tersebut berpindah kepada dirinya. Hasad berawal dari sikap tidak menerima nikmat yang
diberikan Allah kepadanya, karena ia melihat orang lain diberi nikmat yang dianggap lebih besar.
Hasad pun bisa timbul bila seseorang menganggap dirinya lebih berhak mendapatkan nikmat
dibanding orang lain.
Pada hakikatnya, penyakit ini mengakibatkan si penderita tidak rela atas qadha’ dan qadar
Allah, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim ra: “Sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian dari
sikap menentang Allah karena ia (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah atas hamba-
Nya; padahal Allah menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad juga membuatnya senang
dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat itu hilang dari
saudaranya. Jadi, hasad itu hakikatnya menentang qadha’ dan qadar Allah”. (Al-Fawa’id, hal. 157).
Dampak hasad sungguh luar biasa. Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud tersebut menyebutkan
bahwa hasad bisa menghancurkan seluruh catatan amal saleh. Hasad pun bisa menimbulkan
kebencian, sehingga ia sulit berbuat kebaikan pada orang yang ia dengki. Pada saat yang sama ia
pun akan sulit menerima kebaikan yang diberikan orang itu.
Orang yang hasad akan sangat lelah. Sebab ia tidak pernah puas dengan nikmat yang telah
Allah karuniakan. Pikiran dan hatinya menjadi tumpul karena selalu memikirkan dan cemburu atas
kenikmatan orang lain. Bila hasadnya memuncak akan mendoronya untuk berbuat apapun dengan
menghilangkan kenikmatan orang lain, termasuk mencuri, memfitnah, bahkan membunuhnya.
Dampak terpaling besar adalah hancurnya tali persaudaraan dan tumbuh suburnya kebencian. 
Dikisahkan, ada seorang raja memerintah di suatu negeri. Pada suatu hari seseorang datang ke
istananya dan menasehati Raja, “Balaslah orang yang berbuat baik karena kebaikan yang ia
lakukan kepada Baginda. Tetapi jangan hiraukan orang yang berbuat dengki pada Baginda, karena
kedengkian itu sudah cukup untuk mencelakakan dirinya.” Maksud orang itu, hendaknya kita
membalas kebaikan orang yang berbuat baik pada kita, namun kita jangan membalas orang yang
berbuat dengki dengan kedengkian lagi. Cukup kita biarkan saja.
Hadir di istana itu, seorang yang pendengki. Sesaat setelah orang memberi nasehat pergi, ia
menghadap raja dan berkata, “Tadi orang itu berbicara padaku, bahwa mulut Baginda bau. Jika
Baginda tak percaya, panggillah lagi orang itu esok hari. Jika ia menutup mulutnya, itu pertanda
bahwa ia menghindari bau mulut Paduka.” Raja tersinggung dan berjanji akan memanggil si
pemberi nasehat esok hari.
Sebelum orang itu dipanggil, si pendengki menghampirinya terlebih dahulu dan
mengundangnya untuk makan bersama. Si pendengki memberi orang itu banyak bawang dan
makanan yang berbau tajam, sehingga mulut si penasehat menjadi bau. Keesokan harinya ia
dipanggil Raja dan kembali memberikan nasehat yang sama. Raja lalu berkata, “Kemarilah engkau
mendekat.” Orang yang telah memakan banyak bawang itu lalu mendekati Raja dan menutupi
mulutnya sendiri karena khawatir aroma mulutnya akan mengganggu sang Raja.
Melihat orang itu menutupi mulutnya, Raja pun berkesimpulan bahwa orang ini sedang
bermaksud untuk menghina dirinya. Sang Raja lalu menulis surat dan memberikannya pada orang
itu. “Bawalah surat ini kepada salah seorang menteriku,” ucap Raja, “Niscaya ia akan memberimu
hadiah.”
Sebetulnya surat yang ditulis Raja ini bukanlah surat utuk pemberian hadiah. Raja sangat
tersinggung, karena itu ia menulis dalam surat itu, “Hai menteriku, jika engkau bertemu dengan
orang yang membawa surat ini, penggallah kepalanya. Kemudian bawalah kepala orang ini ke
hadapanku.”
Pergilah si pemberi nasehat itu dari istana. Di pintu keluar, ia bertemu dengan si pendengki. “Apa
yang dilakukan baginda kepadamu?” Pendengki ingin tahu. “Raja menjanjikanku hadiah dari salah
seorang menterinya,” ujar si pemberi nasehat seraya memperlihatkan surat dari Raja. “Kalau
begitu biar aku yang membawanya,” kata si pendengki. Akhirnya, orang yang pendengki itulah
yang celaka dan mendapat hukuman mati. 
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa hasad atau dengki memang betul-betul musuh
orang-orang beriman, dan salah satu obat yang dapat menetralisirnya adalah memperbanyak
syukur atas nikmat yang kita peroleh, sekecil apapun, untuk menjaga keseimbangan hidup.
Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa semakin banyak kita bersyukur kepada-Nya, justru Allah

َ َ َ
akan menambah kenikmatan hingga tak terbatas.
ُ َ َ ُ َ ‫ُ َ َ َ ُ اَل‬ َّ َ َ ْ
   ‫َو ِاذ تاذ َن َر ُّبك ْم ل ِِٕٕى ْن شك ْرت ْم ِز ْي َد َّنك ْم َول ِِٕٕى ْن ك َف ْرت ْم ِا َّن َعذ ِاب ْي لش ِد ْي ٌد‬
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku
akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-
Ku sangat berat.” (QS: Ibrahim: 7)
‫َ آْل َ َ ّ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ َ ُ َ َ ُ ْ ْ ُ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َّ ُ‬
‫ب ارك هللا ِلى ولكم ِفي الق ر ِآن الع ِظي ِم‪ ،‬ونفع ِني و ِإياكم ِبم ا ِفي ِه ِمن ا ي ا ِت وال ِذك ِر‬
‫الر ُؤ ْو ُف َّ‬
‫الر ِح ْي ُم‬ ‫ْال َحك ْيم‪ .‬إ َّن ُه ُه َو ْال َب ُّر َّ‬
‫الت َّو ُ‬
‫اب َّ‬
‫ِ ِ ِ‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬
‫الش ْك ُر َل ُه َع َلى َت ْوف ْيق ه َوا ْمت َنان ه‪َ .‬و َأ ْش َه ُد َأ ْن َال ا َل َه إ َّال هللاُ‬ ‫الحم د هللِ َع َلى إ ْح َس انه َو ُّ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬
‫هللا َو ْح َد ُه َال ش ر ْيك ل ه َوأش َهد َّأن َس ّيدنا ُم َح َّم ًدا َع ْب د ُه َو َر ُس ْوله ال َّد ِاعى َ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َو ُ‬
‫إلى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص َحاب ِه َو َس ِّل ْم َت ْس ِل ْي ًما ِك ْثي ًرا‪َ .‬أماَّ‬ ‫ص ّل َع َلى َس ّيد َنا ُم َح َّم ٍد و َع َلى َال ه َو َأ ْ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬
‫الله َّم َ‬‫ض َوا ِن ِه‪ُ .‬‬ ‫ر ْ‬
‫ِ‬
‫َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َّ َ َ َ َ ُ ْ َْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫الن ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َب ْعد‪ :‬فيا ا ُّي َه ا َّ‬ ‫ُ‬
‫اس ِاتق وا هللا ِفيم ا أم ر وانته وا عما نهى واعلم وا أن هللا أم ركم ِب أم ٍر‬
‫ص ُّل ْو َن َعلىَ‬ ‫هللا َو َمآلئ َك َت ُه ُي َ‬ ‫ال َتع َا َلى إ َّن َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ َّ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ََ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ب دأ ِفي ِه ِبنف ِس ِه وثـنى ِبمآل ِئك ِت ِه ِبقد ِس ِه وق‬
‫َ‬ ‫ُ َّ َ َ‬ ‫ّ َ‬ ‫َ ُّ َ َّ ْ َ َ ُ ْ َ ُّ َ‬ ‫َّ‬
‫ص ِ ّل َعلى َس ِّي ِدنا ُم َح َّم ٍد‬ ‫ص ل ْوا َعل ْي ِه َو َس ِل ُم ْوا ت ْس ِل ْي ًما‪ .‬اللهم‬ ‫الن ِبى يآ ايه ا ال ِذين آمن وا‬
‫َ َ ُ ُ َ َ َ َ ْ ُ َ َّ ْ َ َ ْ َ ّ‬ ‫َ َْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ض الل ُه َّم َع ِن‬ ‫َو َعلى ِآل َس ِّي ِدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلى ان ِبيآ ِئ ك ورس ِلك ومآل ِئك ِة املق ر ِبين وار‬
‫التابع ْينَ‬ ‫الص َح َابة َو َّ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ َ َْ َ َُ َ ُْ‬ ‫لخ َل َف ِاء َّ‬ ‫ْ ُ‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫الر ِاش ِدين أ ِبى بك ٍر وعم ر وعثم ان وع ِلى وعن ب ِقي ِة‬ ‫ا‬
‫َ‬ ‫التاب ِع ْي َن َل ُه ْم ب ِا ْح َس ان ِا َلى َي ْوم ال ِّد ْين َو ْار َ‬ ‫َو َت ابعي َّ‬
‫ض َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َر ْح َم ِت َك َي ا أ ْر َح َم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫الر ِاح ِم ْي َن‬ ‫َّ‬

‫َ ُ َّ ْ ْ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ‬
‫الله َّم‬
‫ات ُ‬ ‫يآء ِمن ُه ْم واال ْم َو ِ‬ ‫ات االح‬ ‫ات واملس ِل ِمين واملس ِلم ِ‬ ‫اللهم اغ ِف ر ِللم ؤ ِم ِنين واملؤ ِمن ِ‬
‫ص رْ‬ ‫ص ْر ع َب َاد َك ْاملُ َو ّح دين َو ْان ُ‬ ‫الش ْر َك َو ْاملُ ْش رك ْي َن َو ْان ُ‬‫َ َّ ْ ْ َ َ َ ْ ُ ْ ْ َ َ َ َّ ّ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫أ ِع ز ا ِإلس الم واملس ِل ِمين وأ ِذل ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ ُ‬ ‫ْ ُ‬ ‫َم ْن َن َ‬
‫ص َر ال ِّد ْي َن َواخ ذ ْل َم ْن خ ذ َل امل ْس ِل ِم ْي َن َو َد ِّم ْر أ ْع َد َاء ال ِّد ْي ِن َوا ْع ِل ك ِل َما ِت َك ِإلى‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ َّ ْ َ ْ َ َّ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َّ َ‬
‫الزال ِز َل َوا ِمل َح َن َو ُس ْو َء ا ِلف ْت َن ِة َوا ِمل َح َن َم ا‬ ‫الد ْي ِن‪ .‬اللهم ادف ع عنا البالء والوب اء و‬ ‫َي ْوم ّ‬
‫ِ ِ‬
‫َّ ً َ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ ْ ْ َ َّ ً‬ ‫َ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫عآمة َي ا َر َّب‬ ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َم ا َبط َن َع ْن َبل ِدنا ِان ُدو ِن ْي ِس َّيا خآص ة وس ا ِئ ِر البل د ِان املس ِل ِمين‬
‫النار‪َ .‬ر َّب َن ا َظ َل ْمن اَ‬
‫اب َّ‬ ‫الد ْن َيا َح َس َن ًة َوف ْي ْاآلخ َرة َح َس َن ًة َوق َن ا َع َذ َ‬ ‫لع امَل ْي َن‪َ  .‬ر َّب َن ا آت َنا ف ْي ُّ‬
‫ْا َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫لخاسر ْينَ‬ ‫َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ َّ َ ْ َ‬
‫انفسنا وإن لم تغ ِف ْر لنا وترحمنا لنكونن ِمن ا ِ ِ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬
‫لع ْد ِل َوا ِإل ْح َس ِان َو ِإ ْيت ِآء ِذي ا ُلق ْر َبى َو َي ْن َهى َع ِن ا َلف ْحش ِآء‬
‫ْ‬ ‫هللا َي أ ُم ُر ب ْا َ‬‫ع َب َادهللا ! إ َّن َ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ ُ‬ ‫ْ ُ ُ‬
‫لع ِظ ْي َم َي ذك ْرك ْم َواش ك ُر ْو ُه َع َلى‬ ‫هللا ْا َ‬‫َو ْاملُ ْن َك ر َو ْا َلب ْغي َيع ُظ ُك ْم َل َع َّل ُك ْم َت َذ َّك ُر ْو َن َو ْاذ ُك ُروا َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ ُ ْ َ َ ُْ‬
‫هللا أكبر‪ .‬‬ ‫ِنع ِم ِه ي ِزدكم ول ِذكر ِ‬

Anda mungkin juga menyukai