Anda di halaman 1dari 10

TELAAH JURNAL MATERNITAS

Dosen Pembimbing :

Disusun oleh :

Kelompok 7

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2021

i
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Aurellia Amara Putri 10219008


2. Cindy Ferdiana S.P 10219013
3. Dinda Riana Ayu Mamila Putri 10219019
4. Dinda Sita Devi 10219020
5. Farida Fitri Wahyuni 10219025
6. Rendri Asrika Yogi Kaduandari 10219047
7. Riko Andi Pranoto 10219048
8. Rivanda Anisa Wilujeng 10219049
9. Yuriska Della Viantika 10219066

ii
1. JUDUL JURNAL (satu)
Judul jurnal yang kami telaah yaitu “Relationship Between Vulva Hygiene and
Vulvovaginalis Candidiasis of Reproduction Age Woman In Public Health Center
Cipayung” (Hubungan Vulva Hygiene dan Kandidiasis Vulvovaginalis Wanita Usia
Reproduksi di Puskesmas Cipayung)

2. ABSTRAK
Latar Belakang: Kandidiasis vulvovaginalis adalah infeksi pada mukosa vagina atau
vulva yang disebabkan oleh jamur Candida. Infeksi dapat terjadi secara akut, subakut,
dan kronis, baik secara endogen maupun eksogen yang sering menimbulkan gejala
pada vagina. Umumnya infeksi pertama pada vagina disebut vulvitis.
Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan vulva higiene dengan
kandidiasis vulvovaginal pada usia subur di Puskesmas Kecamatan Cipayung.
Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan desain cross sectional. Penelitian
dilakukan pada bulan Februari hingga Juli 2018 di unit infeksi menular seksual.
Jumlah sampel 33 pasien di Puskesmas Kecamatan Cipayung. Metode pengambilan
sampel adalah purposive sampling dan pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner
dan hasil laboratorium. Analisis statistik yang digunakan adalah Chi- Square.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebersihan vulva buruk (75,8%) dan ada
hubungan positif dengan kandidiasis vulvovaginal di Puskesmas Cipayung (87,9%).
Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,036 (p<0,05), atau ada hubungan vulva
hygiene dengan kandidiasis vulvovaginal pada wanita usia subur di Puskesmas
Cipayung.
Kesimpulan: Ada hubungan antara vulva hygiene dengan kandidiasis vulvovaginal di
Puskesmas Kecamatan Cipayung akibat kurangnya kebersihan vagina pada wanita
usia subur, yang meningkatkan kejadian kandidiasis.
Kata kunci: Kebersihan Vulva, Kandidiasis Vulvovaginal, Wanita Usia Reproduksi,
Puskesmas Cipayung

3. LATAR BELAKANG
Kandidiasis vulvovaginal adalah infeksi pada sistem genital wanita yang
terjadi karena spesies Candida. Dari 4,5 Kandidiasis disebabkan oleh keputihan yang
paling sering dengan prevalensi 40%, dengan ciri keputihan biasanya kental, berwarna
putih susu, berbau tidak sedap, dan disertai rasa gatal yang hebat pada alat kelamin. 6

3
Spesies Candida menghasilkan dua enzim utama yang berperan dalam virulensi, yaitu
proteinase dan fosfolipase. Kandidiasis vulvovaginal adalah penyebab paling umum
kedua penyakit yang menyerang wanita di Eropa dan Amerika Serikat. Dan di india
penyakit ini dapat menyerang pada wanita di usia subur 21 - 30 tahun. Sedangkan
dicempaka Putih Barat I Jakarta adalah kandidiasis sebesar 52,8%.Kandidiasis
vulvovaginal ini merupakan penyakit urutan kedua dari semua infeksi vagina. Karena
Indonesia memiliki musim tropis yang membuat tubuh lebih lembab dan berkeringat.
Akibatnya, bakteri mudah berkembang dan menimbulkan bau tak sedap terutama
pada lipatan tubuh yang tertutup seperti ketiak dan lipatan genetalia pada wanita.

4. METODE
Penelitian pada Februari hingga Juli 2018 di unit infeksi menular seksual,
dengan melakukan wawancara kepada 125 pasien, 46 positif VVC menyajikan
beberapa hasil. Hasil Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 33 wanita usia subur yang
mengalami keputihan dan melakukan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas
Cipayung tahun 2018, hasil vulva hygiene buruk dari 33 wanita usia subur yang
mengalami keputihan dan melakukan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas
Cipayung tahun 2018 hasil tertinggi adalah VVC positif sebanyak 29 responden .
Berdasarkan Tabel 2, dari 25 responden yang memiliki vulva buruk, kandidiasis
vulvovaginal positif sebanyak 24 responden sedangkan 1 responden negatif . Dari 8
responden dengan vulva hygiene, lima responden positif kandidiasis vulvovaginal dan
tiga responden negatif dengan p value = 0,036 (p<0,005). Analisis data menggunakan
SPSS20

5. HASIL DAN REKOMENDASI

a. Hasil
Di dalam tabel 1 menunjukkan bahwa dari 33 wanita usia subur yang
mengalami keputihan dan melakukan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas
Cipayung tahun 2018, hasil vulva hygiene buruk (75,8%) dari 33 wanita usia subur
yang mengalami keputihan dan melakukan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas
Cipayung tahun 2018 hasil tertinggi adalah VVC positif sebanyak 29 responden
(87,9%)

4
Berdasarkan Tabel 2, dari 25 responden yang memiliki vulva buruk,
kandidiasis vulvovaginal positif sebanyak 24 responden (96,0%) sedangkan 1
responden negatif (4,0%). Dari 8 responden dengan vulva hygiene, lima responden
positif kandidiasis vulvovaginal (62,5%) dan tiga responden negatif (37,5%) dengan p
value = 0,036 (p<0,005)
b. Rekomendasi
Wanita subur disarankan untuk senantiasa menjaga kebersihan vagina. Dapat
dilakukan dengan cara menyeka area genital engan air dan sabun secara teratur setelah
buang air kecil ataupun dapat juga dilakukan dengan gerakan dari depan ke belakang.
Disarankan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah buang air kecil, mengganti
pembalut minimal 3 kali sehari untuk menghindari infeksi dan mengganti pakaian
dalam minimal 2 kali sehari atau disaat dirasa lembab

6. DISKUSI
Dalam penelitian ini memperoleh hasil bahwa sebagian besar wanita usia
subur timbul VVC dikarenakan kebersihan organ reproduksi yang buruk yang dapat
menyebabkan perubahan lingkungan pada vagina sehingga flora normal akan tumbuh
menjadi patogen. Sedangkan candida albicans sendiri dapat tumbuh di area vagina
yang kurang bersih dan lembab. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kinsman OS,
dan Collard AE dimana risiko VVC menurun 60-70% pada pascamenopause
dibandingkan dengan wanita yang lebih muda, dan konsisten dengan fakta bahwa
candida vaginitis lebih banyak ditemukan pada wanita usia subur. Distribusi frekuensi
menunjukkan bahwa wanita dengan VVC adalah 87,9% dan VVC negatif adalah
12,1%. Di antara mereka dengan VVC positif, kebersihan vulva baik (62,5%)
sedangkan wanita dengan VVC negatif memiliki kebersihan vulva yang buruk
(kurang dari 4,0%). VVC negatif dengan kebersihan vulva yang buruk sering
dipengaruhi oleh penggantian pakaian dalam. Mengganti pakaian dalam kurang dari 2
kali sehari meningkatkan risiko kejadian kandidiasis vagina 3,532 kali lebih besar
daripada mengganti beberapa kali per hari.

Penggunaan antibiotik spektrum luas merupakan salah satu faktor predisposisi


yang mempengaruhi terjadinya infeksi kandida, seperti butokonazol, klotrimazol,
mikonazol, ekonazol, fentikonazol, sertakonazol, tikonazol, terkonazol. Komponen
yang terdapat pada tanaman herbal dapat meningkatkan kesehatan manusia melalui
obat turunan herbal sebagai sumber alternatif. Obat herbal Cina, termasuk
Syngonanthusnitens, Euphorbia hirta L, Centellaasiatica, Cymbopogoncitratus (DC)

5
Stapf (Gramineae), Areca Cathechu, L. Piper Betle L., Terminaliacatappa memiliki
peran yang bermanfaat dalam memperlambat penyakit VVC progresif. Hal ini sejalan
dengan penelitian Sadri, di Indonesia sekitar 70% wanita mengalami masalah
keputihan. Keputihan yang terjadi pada wanita sebagian besar disebabkan oleh
kurangnya kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama pada kebersihan alat
kelamin. Kejadian keputihan sebagian besar disebabkan oleh bakteri vulvovaginal.

Berdasarkan hasil penelitian kebersihan vulva yang buruk lebih tinggi pada
VVC positif (96,0%) dibandingkan negatif (4,0%). Demikian pula, lebih banyak
wanita dengan VVC positif (62,5%) memiliki hasil yang baik. vulva higine
dibandingkan dengan VVC negatif (37,5%). Hasil analisis statistik juga menunjukkan
p = 0,036 (p < 0,005), yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kebersihan
vulva dengan kejadian kandidiasis vulovaginal. Mirip dengan penelitian Anindita15,
mayoritas responden pada kelompok kasus (60%) mengusap vagina dari belakang
(rektum) ke depan. Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden
(62,2%) telah melakukan uji Chi-square dengan benar diperoleh nilai p = 0,033 (p <
0,05) dan nilai OR sebesar 2,471 (95% CI = 1,061-5755). Hal ini berarti hubungan
antara vaginal douche dengan kejadian kandidiasis vulvovaginal bermakna secara
statistik. Dan dari penelitian lain diketahui bahwa prevalensi kasus VVC lebih banyak
ditemukan pada usia 15-24 tahun dan 25-44 tahun

7. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
vulva hygiene dengan kandidiasis vulvovaginalis pada wanita usia subur di
Puskesmas Cipayung Tahun 2018.

6
TELAAH JURNAL (dua)

1. Judul Jurnal
Judul jurnal yang kami telaah yaitu “Fecundability in reproductive aged women at risk of
sexual dysfunction and associated risk factors: a prospective preconception cohort study”
(Fekundabilitas pada wanita usia reproduksi yang berisiko disfungsi seksual dan faktor
risiko terkait: studi kohort prakonsepsi prospektif)

2. Abstrak

Latar Belakang: Disfungsi seksual wanita (FSD) adalah masalah umum, mempengaruhi
hingga 41% wanita usia reproduksi di seluruh dunia. Namun, hubungan antara fungsi
seksual wanita (FSF) dan fekundabilitas pada wanita yang mencoba untuk hamil masih
belum jelas. Kami bertujuan 1) untuk menguji hubungan antara FSF pada wanita Asia
prakonsepsi usia reproduktif dan fekundabilitas, yang diukur dengan waktu hingga
kehamilan dalam siklus menstruasi, dan 2) untuk memeriksa gaya hidup dan faktor
perilaku yang terkait dengan FSF.

Metode: Dari Studi Prakonsepsi Singapura tentang kohort prospektif hasil ibu dan anak
jangka panjang (S-PRESTO), kami mengevaluasi FSF menggunakan 6 item Indeks
Fungsi Seksual Wanita (FSFI-6) dan memastikan waktu untuk hamil dalam satu tahun
penilaian awal. Kami memperkirakan rasio fekundabilitas (FR) dan interval kepercayaan
95% (CI) menggunakan model bahaya proporsional diskrit-waktu, memperhitungkan
pemotongan kiri dan sensor kanan. Kami menggunakan logistik multivariabel dan model
regresi linier untuk mengidentifikasi faktor-faktor potensial yang terkait dengan FSF.

Hasil: Di antara 513 peserta, 58,9% memiliki FSF rendah seperti yang didefinisikan oleh
total skor FSFI-6 pada atau di bawah nilai median 22. Dibandingkan dengan wanita
dengan FSF tinggi, mereka yang memiliki FSF rendah mengalami penurunan
fekundabilitas sebesar 27% (FR 0,73; 95 % CI 0,54, 0,99), dengan penyesuaian usia,
suku, pendidikan, paritas dan indeks massa tubuh. Secara keseluruhan, FR umumnya
berkurang dengan menurunnya skor FSFI-6. Aktivitas fisik, obesitas, tidak adanya
kemungkinan depresi dan kecemasan secara independen terkait dengan penurunan
kemungkinan FSF rendah dan peningkatan skor FSFI-6, setelah disesuaikan dengan
karakteristik sosiodemografi

7
Kesimpulan: FSF rendah dikaitkan dengan waktu yang lebih lama untuk hamil. Evaluasi
dini dan optimalisasi FSF melalui peningkatan aktivitas fisik dan kesehatan mental yang
optimal dapat membantu meningkatkan kesuburan wanita. Temuan wanita gemuk yang
mengalami peningkatan FSF masih belum pasti yang memerlukan penyelidikan lebih
lanjut tentang mekanisme yang masuk akal. Secara umum, temuan saat ini menyoroti
pentingnya menangani FSF dalam layanan perawatan prakonsepsi untuk wanita umum,
yang saat ini kurang sebagai bagian dari upaya promosi kesuburan di negara ini.

3. Latar Belakang

Disfusi seksual wanita (FSD) adalah masalah umum, mempengaruhi hingga 41%
wanita usia reproduksi diseluruh dunia, menjadikannya masalah kesehatan masyarakat
yang signifikan. Menurut Asosiasi Psikiater Amerika Serikat Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders. Disfusi seksual wanita (FSD) adalah kombinasi heterogen
dari gangguan yang mencakup gangguan minat atau gairah seksual, gangguan orgasme
dan gangguan nyeri atau penetrasi genito panggul. Disfusi seksual wanita (FSD) bisa
disebabkan oleh multifaktorial dalam etiologi dengan msalasah biologis, fisik, perilaku
dan psikososial. Secara khusus faktor-faktornya seperti wanita usia menikah, kesehatan
fisik, emosi, olahraga, citra tubuh pendidikan seks dengan pasanga, kesehatan seksual
secara konsisten dikaitkan dengan fungsi seksual wanita.

4. Metode

Data diambil dari S-PRESTO (ClinicalTrials.gov, NCT03531658), sebuah studi


kohort prakonsepsi prospektif yang dirancang untuk menyelidiki pengaruh jangka
panjang dari peristiwa yang terjadi sebelum dan selama awal kehamilan pada
metabolisme dan kesehatan mental ibu-keturunan Wanita Asia dari etnis Cina, Melayu
atau India yang mencoba untuk hamil dalam 12 bulan ke depan dan berusia antara 18 dan
45 tahun terdaftar. Kriteria tidak memenuhi syarat diketahui diabetes tipe 1 atau diabetes
tipe 2, telah menggunakan obat antikonvulsan, steroid oral atau menerima perawatan
kesuburan berbantuan dalam 1 bulan terakhir. Semua peserta memberikan persetujuan
tertulis. Secara singkat, pada kunjungan rekrutmen (baseline), staf peneliti
mewawancarai perempuan tentang about karakteristik sosiodemografi, riwayat obstetri
dan faktor gaya hidup, serta melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan di
pusat kohort S-PRESTO.

8
Pada akhir kunjungan klinik, staf peneliti mengingatkan wanita untuk melakukan
tes kehamilan menggunakan alat tes kehamilan urinaria rumah yang disediakan (Biotron
Diagnostics, USA) mendeteksi subunit beta human chorionic gonadotropin, jika periode
menstruasi mereka terlambat selama 3-4 hari, atau 2 minggu setelah hubungan seksual
tanpa pengaman. Wanita juga diingatkan untuk menghubungi staf peneliti jika mereka
memiliki tes kehamilan positif. Ini diikuti oleh pemindaian ultrasound untuk
mengkonfirmasi kehamilan klinis. Dengan tidak adanya pembaruan dalam waktu 6, 9
dan 12 bulan setelah perekrutan, staf peneliti melakukan kontak lanjutan melalui telepon
untuk menentukan wanita tersebut tentang status kehamilan. Semua wanita diikuti
hingga 1 tahun saat mencoba untuk hamil. Secara keseluruhan jumlah peserta mencapai
543 orang peserta dalam penelitian tersebut.

5. Hasil dan Pembahasan

Dari 543 wanita yang tersisa dengan data FSFI-6 yang valid, 30 dikeluarkan
karena data yang hilang dan/atau tidak lengkap untuk analisis primer dalam memeriksa
hubungan antara FSF dan fekundabilitas. Sehingga peneliti hanya memasukkan sampel
akhir dari 513 wanita dalam penelitian ini, di mana 194 wanita hamil secara alami
selama 12 bulan masa tindak lanjut dan 319 wanita disensor (293 tidak hamil, 10
memulai pengobatan kesuburan, 16 penarikan diri). Dari penelitian diperoleh hubungan
antara FSF rendah dan fekundabilitas yang diukur dengan TTP dalam siklus.
Dibandingkan dengan wanita dengan FSF tinggi, wanita dengan FSF rendah memiliki
FR lebih rendah dari 0,73 (95% CI 0,54, 0,99). Asosiasi ini terutama didorong oleh FR
yang lebih rendah pada wanita yang melaporkan kurangnya pelumasan (FR 0,61, 95% CI
0,43, 0,85) dan hubungan seksual yang rendah.

Ada beberapa batasan yang perlu dipertimbangkan ketika menginterpretasikan


hasil. Pertama, FSFI-6 hanya memastikan aktivitas seksual selama 4 minggu terakhir.
Meskipun validitasnya belum ditetapkan di dalam populasi, FSFI-6 terbukti memiliki
validitas kriteria yang kuat di seluruh studi dan menjadi alat skrining yang baik untuk
FSD. Kedua, peneliti tidak mengumpulkan informasi tentang ovulasi, waktu dan
frekuensi koitus selama periode tindak lanjut untuk memverifikasi siklus berisiko, yang
merupakan keterbatasan penelitian ini. Ketiga, peneliti tidak mengumpulkan variabel
secara berurutan yang dapat divariasikan melalui penelitian, seperti panjang siklus, dan
dengan demikian tidak dapat memverifikasi keakuratan panjang siklus yang dilaporkan

9
sendiri pada awal. Selain itu, peneliti tidak mengumpulkan informasi terkait kondisi
ovarium wanita, seperti cadangan ovarium, yang dapat mempengaruhi fekundabilitas.
Keempat, peneliti tidak memiliki informasi tentang karakteristik pasangan pria (misalnya
usia dan pendidikan) dan fungsi seksual (misalnya disfungsi ereksi dan ejakulasi dini)
yang dapat mempengaruhi FSF

6. Kesimpulan
FSD adalah kombinasi heterogen dari gangguan yang mencakup gangguan minat atau
gairah seksual, gangguan orgasme dan gangguan nyeri atau penetrasi genito
panggul.faktor yang mempengaruhi yaitu ,wanita usia menikah, kesehatan fisik, emosi,
olahraga, citra tubuh pendidikan seks dengan pasangan, kesehatan seksual secara
konsisten dikaitkan dengan fungsi seksual wanita. Dibandingkan dengan wanita dengan
FSF tinggi, wanita dengan FSF rendah memiliki FR lebih rendah yaitu 0,73 FSF rendah
pada wanita prakonsepsi usia reproduksi dikaitkan dengan penurunan kesuburan dan waktu yang
lebih lama untuk hamil. Evaluasi dan optimalisasi FSF melalui aktivitas fisik dan promosi
kesehatan mental dalam intervensi keluarga berencana atau perawatan prakonsepsi dapat menjadi
strategi penting untuk meningkatkan fekundabilitas wanita. Meningkatkan FSF tidak hanya
membantu memperpendek TTP, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup wanita secara
keseluruhan, menghasilkan lingkungan ibu yang kondusif dalam persiapan untuk kehamilan.

10

Anda mungkin juga menyukai