Anda di halaman 1dari 29

PERSIAPAN DAN UPAYA RUMAH SAKIT DALAM MENGHADAPI

PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh:

Ratna Puji Astuti

1601056

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN


2020

Latar Belakang
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Novel
coronavirus (2019nCoV) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak
(civet cats) ke manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Beberapa coronavirus yang
dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi manusia.
Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda
dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk dan sesak napas. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang
tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari
2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai
jenis baru coronavirus (novel coronavirus, 2019-nCoV). Penambahan jumlah kasus 2019-
nCoV berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan
negara lain. Sampai dengan 26 Januari 2020, secara global 1.320 kasus konfim di 10 negara
dg 41 kematian (CFR 3,1%). Rincian China 1297 kasus konfirmasi (termasuk Hongkong,
Taiwan, dan Macau) dengan 41 kematian (39 kematian di Provinsi Hubei, 1 kematian di
Provinsi Hebei, 1 kematian di Provinsi Heilongjiang), Jepang (3 kasus), Thailand (4 kasus),
Korea Selatan (2 kasus), Vietnam (2 kasus), Singapura (3 kasus), USA (2 kasus), Nepal (1
kasus), Perancis (3 kasus), Australia (3 kasus). Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa
tenaga kesehatan yang dilaporkan terinfeksi. Sampai dengan 24 Januari 2020, WHO
melaporkan bahwa penularan dari manusia ke manusia terbatas (pada kontak keluarga) telah
dikonfirmasi di sebagian besar Kota Wuhan, China dan negara lain.
Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan sebagian besar adalah demam, dengan
beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat
pneumonia luas di kedua paru-paru. Menurut hasil penyelidikan epidemiologi awal, sebagian
besar kasus di Wuhan memiliki riwayat bekerja, menangani, atau pengunjung yang sering
berkunjung ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Sampai saat ini, penyebab penularan
masih belum diketahui secara pasti.
Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan secara
teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, memasak daging dan telur sampai matang.
Hindari kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan
seperti batuk dan bersin

Materi Covid-19
Pengertian
Virus Corona adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan
atau manusia. Pada manusia, beberapa Virus Corona diketahui menyebabkan infeksi
pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus
corona yang paling baru ditemukan menyebabkan penyakit Virus Corona COVID-19.
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus yang paling baru
ditemukan. Virus dan penyakit baru ini tidak diketahui sebelum wabah dimulai di
Wuhan, Cina, pada bulan Desember 2019 (WHO) .
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal
dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia.
Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu
hamil, maupun ibu menyusui. Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali
ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan
cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk
Indonesia. Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan.
Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu.
Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-
paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS).
Tanda dan Gejala Covid-19
Demam > 38 OC
Batuk
Pilek
Gangguan pernafasan
Sakit tenggorokan
Badan terasa letih, lesu

Cara Penularan Covid-19


Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita Covid-
19 batuk atau bersin
Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah
menyentuh benda yang terkena cipratan ludah (droplet) penderita Covid-19
Kontak langsung dengan jarak dekat dengan penderita Covid-19, misalnya
bersentuhan atau berjabat tangan
Cara Pencegahan Covid-19
Mencuci tangan selama 20 detik menggunakan sabun dengan air mengalir, jika tidak
ada tempat untuk mencuci tangan bisa menggunakan handsanitizer
Hindari menyentuh bagian wajah saat tangan dalam keadaan kotor
Hindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit
Gunakan tisu ketika sedang batuk dan bersin, kemudian buang tisu ketempat sampah
lalu cuci tangan sampai bersih
Jangan keluar rumah ketika sedang sakit
Berolahraga
Berjemur di jam 10.00 - 11.00 selama 5 - 15 menit
Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan meminum vitamin
Istirahat yang cukup
Menerapkan physical distancing
Menggunakan masker saat beraktivitas diluar rumah
Diagnosis
Untuk mendiagnosis infeksi virus corona, dokter akan:
Anamnesis atau wawancara medis dengan menanyakan seputar gejala atau keluhan
yang dialami
Melakukan pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan darah
Melakukan tes dahak
Rontgen dada untuk melihat adakah cairan pada paru
Melakukan swab tenggorokan
Komplikasi
Pneumonia
Infeksi sekunder pada organ lain
Gagal ginjal
Acute cardiac injury
Acute respiratory distress syndrom (ARDS)
Kematian

Upaya Rumah Sakit dalam Persiapan dan Pelaksanaan Menghadapi Pandemi Covid-19
Persiapan
Salah satu yang dilakukan yaitu mempersiapkan seluruh fasilitas kesehatan khususnya
rumah sakit. Dalam kondisi normal belum semua rumah sakit di Indonesia memiliki
kualitas dan kuantitas yang sama karena berbagai keterbatasannya. Bahkan perbandingan
jumlah tenaga kesehatan seperti dokter jumlah tempat tidur belum mencukupi jumlahnya
dibandingkan dengan jumlah penduduk. Sangat berbahaya jika rumah sakit tidak mampu
melayani seluruh penderita Covid-19 karena kasus terus bertambah. Karena itu seluruh
rumah sakit negeri maupun swasta harus siap menghadapi wabah ini. Kesiapan tersebut
bisa dilihat dari berbagai aspek bukan hanya dari satu sisi.
Kesiapan sumber daya manusia yang sangat vital. Setiap rumah sakit harus betul-
betul memastikan sumber daya manusia yang dimiliki dokter, perawat maupun
tenaga non medisnya. Kesiapan dilihat dari jumlah sumber daya manusia yang
dimiliki, kesiapan skill, maupun kesiapan fisik dan mental.
Kesiapan logistik rumah sakit berupa alat-alat medis, alat pelindung diri, ruang
isolasi, maupun obat-obatan. Keberadaan logistik sangat penting karena sebagai
penunjang utama bagi para tenaga kesehatan dirumah sakit.
Kesiapan sumber daya finansial sebagai penunjang operasional pelayanan rumah
sakit. Ditengah permasalahan BPJS kesehatan yang belom tuntas, perlu ada
kebijakan dari pemerintah untuk memberikan dukungan anggaran khusus bagi
seluruh rumah sakit yang menangani pasien Covid-19.
Pelaksanaan
Petugas kesehatan harus mengenakan alat pelindung diri yang sesuai saat melakukan
identifikasi pasien dititik triase. Memberikan masker medis kepada semua pasien yang
menunjukan gejala berupa flu atau melaporkan kemungkinan terinfeksi Covid-19.
Mengingatkan semua pasien untuk menjalakan kebersihan pernapasan dan tangan yang
baik. Segara isolasi kasus suspect dan terkonfirmasi, kasus suspect dan terkonfirmasi
harus dipisahkan, jaga jarak setidaknya 1 meter antar pasien, lakukan pembersihan dan
disenfeksi lingkungan setiap saat, jika pemindahan pasien diperlukan rencanakan
pemindahan terlebih dahulu.

Bagian-bagian yang Terkait dalam Upaya Menghadapi Pandemi Covid-19


Dokter
Perawat
Tim kesehatan lainnya
Pemerintah
Kepolisian
Fasilitas kesehatan
Masyarakat

Alat yang Dibutuhkan


Masker medis dan masker N95
Kacamata dan pelindung wajah
Jubah halzmat
Sarung tangan
Sepatu boot
Penutup kepala

Pengaturan Jadwal Dinas Bagi Tenaga Medis


Jadwal dinas bagi tenaga medis masih sama seperti biasanya yaitu dengan 3 shift yaitu :
Shift pagi yaitu jam 07.00 - 14.00
Shift siang yaitu jam 14.00 - 20.00
Shift malam yaitu jam 20.00 - 07.00

Saran bagi Rumah Sakit untuk Menghadapi Pandemi Covid-19


Rumah sakit harus dapat melakukan perawatan pasien Covid-19 sesuai dengan SOP,
menyediakan alat pelindung diri yang lengkap untuk tenaga medis yang menangani pasien
Covid-19. Lebih baik rumah sakit meniadakan jam besuk kepada semua pasien untuk
mencegah penularan penyakit terkecuali penunggu pasien hanya dibolehkan 1 orang saja dan
diwajibkan menggunakan masker.

Referensi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman PPI .Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi
MERSCoV di Indonesia.
https://www.kemkes.go.id/article/view/20012900002/Kesiapsiagaan-menghadapi-Infeksi-
Novel-Coronavirus.html
https://www.suaramerdeka.com/amp/news/opini/224103-kesiapan-rumah-sakit-tangani-
covid-19
https://www.disdik.jabarprov.go.id/category/product/58/materi-belajar-%28covid-19%29

https://bangka-tribunnews-
com.cdn.ampproject.org/v/s/bangka.tribunnews.com/amp/2020/03/24/pengertian-lengkap-apa-
itu-virus-corona-covid-19-gejala-cara-penularan-hingga-pencegahan?
amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=15865949837007&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fbangka.tribunnews.com
%2F2020%2F03%2F24%2Fpengertian-lengkap-apa-itu-virus-corona-covid-19-gejala-cara-
penularan-hingga-pencegahan

Apa itu Covid-19?

Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2, pertama kali diidentifikasi di
kota Wuhan, di provinsi Hubei Cina pada Desember 2019.

Covid-19 telah menyebar ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Jumlah kasus positif virus
corona (Covid-19) di Indonesia terus bertambah.

Covid-19 sebelumnya dikenal sebagai Novel 201 Novel Coronavirus (2019-nCoV) penyakit pernapasan,
sebelum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan nama resmi sebagai Covid-19 pada bulan
Februari 2020.

Menyebabkan infeksi saluran pernapasan

Virus SARS-CoV-2 milik keluarga virus yang disebut coronavirus, yang juga termasuk virus yang
menyebabkan flu biasa, dan virus yang menyebabkan infeksi yang lebih serius seperti sindrom
pernapasan akut (SARS), yang disebabkan oleh SARS -CoV pada tahun 2002, dan sindrom pernapasan
Timur Tengah (MERS), yang disebabkan oleh MERS-CoV pada tahun 2012.

Seperti coronavirus lainnya, virus SARS-CoV-2 terutama menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dan
keparahan Covid-19. penyakit dapat berkisar dari ringan hingga fatal.

Penyakit serius akibat infeksi disebabkan oleh timbulnya pneumonia dan sindrom gangguan pernapasan
akut (SARS).
Ad

Gejala yang timbul

Gejala COVID-19 yang paling umum adalah batuk kering, demam, dan sesak napas. Diperkirakan bahwa
gejala dapat muncul antara 2-14 hari setelah paparan walaupun ada kasus terisolasi yang menunjukkan
ini mungkin lebih lama.

Jika mengalami gejala, kita harus tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran penyakit ke masyarakat.
Mengenakan masker wajah akan membantu mencegah penyebaran penyakit ke orang lain.

Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine (10 Maret 2020),
periode inkubasi rata-rata diperkirakan 5 hari, dan hampir semua ( 98%) pasien yang telah terinfeksi
akan mengalami gejala dalam 12 hari.

Cara penularan/transmisi

Virus SARS-CoV-2 diperkirakan menyebar dari orang ke orang melalui:

transmisi tetesan (tetesan pernapasan besar orang yang bersin, batuk atau tetesan)

- transmisi aerosol (ketika seseorang batuk atau bersin di dalam ruangan)

- transmisi kontak (menyentuh permukaan yang terkontaminasi kemudian menyentuh mulut, hidung
atau mata

- transmisi langsung (ciuman, berjabat tangan, dll.)


Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghindari paparan virus. Cuci tangan secara
teratur dan menyeluruh dengan sabun dan air (busa selama 20 detik) atau gunakan pembersih tangan
berbasis alkohol (setidaknya 60%).

Tindakan lain yang membantu mencegah penyebaran Covid-19: hindari kontak dengan orang lain yang
sakit hindari menyentuh mulut, hidung, mata atau wajah ; tutup batuk dan bersin (dengan tisu atau ke
siku )

Bersihkan permukaan dengan disinfektan (larutan pembersih berbasis alkohol atau pemutih paling
cocok untuk coronavirus)

Untuk diketahui, masker wajah tidak akan melindungi kita dari Covid-19, tetapi akan membantu
mencegah penyebaran penyakit ke orang lain.

Lakukan jarak sosial, kurang lebih 1-2 meter antar orang per orang saat berada di kerumunan.

Menu

Pengertian Lengkap Apa Itu Virus Corona Covid-19, Gejala, Cara Penularan hingga Pencegahan

Selasa, 24 Maret 2020 14:17

masih-banyak-yang-belum-paham-tentang-virus-corona-sehingga-korban-terus-bertambah.jpg

Masih banyak yang belum paham tentang virus corona sehingga korban terus bertambah. - shuttershock
Baca Selanjutnya:

Terbaru Data Update Virus Corona Sudah 579 Kasus, 500 Dirawat, 30 Sembuh dan Meninggal 49 Orang

Apa yang harus dilakukan jika melakukan kontak dengan seseorang yang sakit

Jika telah terpapar pada seseorang yang dites positif Covid-19, atau seseorang yang menunjukkan gejala
Covid-19, mungkin diperlukan waktu hingga dua minggu untuk gejala muncul. Agar kita dan orang lain
aman, kita harus mengisolasi diri dari orang lain selama 14 hari.

Apa arti isolasi diri?

Mengisolasi diri sendiri berarti menjauh dari situasi di mana kita dapat menulari orang lain.

Ini berarti situasi apa pun di mana kita dapat melakukan kontak dekat dengan orang lain (kontak tatap
muka lebih dekat dari 3 kaki selama lebih dari 15 menit), seperti pertemuan sosial, pekerjaan, sekolah,
pusat penitipan anak / pra-sekolah, universitas dan pendidikan lainnya.

Termasuk rumah ibadah, perawatan lansia dan fasilitas perawatan kesehatan, penjara, pertemuan
olahraga, restoran dan semua pertemuan publik.

Kita tidak boleh berbagi piring, gelas minum, gelas, peralatan makan, handuk, bantal atau barang-barang
lainnya dengan orang lain di rumah.
Setelah menggunakan barang-barang ini, kita harus mencucinya dengan sabun dan air,
menempatkannya di mesin pencuci piring untuk membersihkan atau mencucinya di mesin cuci piring.

Faktor risiko

Para ilmuwan masih meneliti faktor risiko Covid-19 tetapi data dari China CDC menunjukkan bahwa
orang tua, dan orang yang menderita kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (seperti penyakit
jantung, penyakit pernapasan, atau diabetes) memiliki risiko lebih tinggi meninggal akibat penyakit
tersebut.

Ada penelitian yang menunjukkan bahwa perokok mungkin lebih rentan terhadap virus SARS-CoV-2.

Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa orang yang menggunakan e-rokok (vaping) berada pada risiko
yang jauh lebih tinggi terkena infeksi pernapasan serius. (*)

Pandemi koronavirus 2019–2020 atau dikenal sebagai pandemi COVID-19 adalah peristiwa
menyebarnya penyakit koronavirus 2019 (bahasa Inggris: coronavirus disease 2019, disingkat COVID-19)
di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2.[1]
Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember
2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020.[2]
Hingga 28 Maret, lebih dari 620.000 kasus COVID-19 telah dilaporkan di lebih dari 190 negara dan
teritori, mengakibatkan lebih dari 28.800 kematian dan 137.000 kesembuhan.[3][4]

Virus SARS-CoV-2 diduga menyebar di antara orang-orang terutama melalui percikan pernapasan
(droplet) yang dihasilkan selama batuk.[5][6][7][8] Percikan ini juga dapat dihasilkan dari bersin dan
pernapasan normal. Selain itu, virus dapat menyebar akibat menyentuh permukaan benda yang
terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah seseorang.[7] Penyakit COVID-19 paling menular saat
orang yang menderitanya memiliki gejala, meskipun penyebaran mungkin saja terjadi sebelum gejala
muncul.[9] Periode waktu antara paparan virus dan munculnya gejala biasanya sekitar lima hari, tetapi
dapat berkisar dari dua hingga empat belas hari.[8][10] Gejala umum di antaranya demam, batuk, dan
sesak napas.[8][10] Komplikasi dapat berupa pneumonia dan sindrom gangguan pernapasan akut. Tidak
ada vaksin atau pengobatan antivirus khusus untuk penyakit ini. Pengobatan primer yang diberikan
berupa terapi simtomatik dan suportif. Langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan di
antaranya mencuci tangan, menutup mulut saat batuk, menjaga jarak dari orang lain, serta pemantauan
dan isolasi diri untuk orang yang mencurigai bahwa mereka terinfeksi.[7][8][11]

Upaya untuk mencegah penyebaran virus termasuk pembatasan perjalanan, karantina, pemberlakuan
jam malam, penundaan dan pembatalan acara, serta penutupan fasilitas. Upaya ini termasuk karantina
Hubei, karantina nasional di Italia dan di tempat lain di Eropa, serta pemberlakuan jam malam di
Tiongkok dan Korea Selatan,[12][13][14] berbagai penutupan perbatasan negara atau pembatasan
penumpang yang masuk,[15][16] penapisan di bandara dan stasiun kereta,[17] serta informasi
perjalanan mengenai daerah dengan transmisi lokal.[18][19][20][21][22] Sekolah dan universitas telah
ditutup baik secara nasional atau lokal di lebih dari 124 negara dan memengaruhi lebih dari 1,2 miliar
siswa.[23]

Pandemi ini telah menyebabkan gangguan sosioekonomi global,[24] penundaan atau pembatalan acara
olahraga dan budaya,[25] dan kekhawatiran luas tentang kekurangan persediaan barang yang
mendorong pembelian panik.[26][27] Misinformasi dan teori konspirasi tentang virus telah menyebar
secara daring,[28][29] dan telah terjadi insiden xenophobia dan rasisme terhadap orang Tiongkok dan
orang-orang Asia Timur atau Asia Tenggara lainnya.[30]

Epidemiologi :

Dugaan kasus pertama dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2019.[31] Gejala awal mulai bermunculan
tiga pekan sebelumnya pada tanggal 8 Desember 2019.[32] Pasar ditutup tanggal 1 Januari 2020 dan
orang-orang yang mengalami gejala serupa dikarantina.[31] Kurang lebih 700 orang yang terlibat kontak
dengan terduga pengidap, termasuk +400 pekerja rumah sakit, menjalani karantina.[33] Seiring
berkembangnya pengujian PCR khusus untuk mendeteksi infeksi, 41 orang di Wuhan diketahui
mengidap virus korona SARS-CoV-2,[34][35] dua orang di antaranya suami-istri, salah satunya belum
pernah ke pasar, dan tiga orang merupakan anggota satu keluarga yang bekerja di toko ikan.[36][37]
Korban jiwa mulai berjatuhan pada 9 Januari [38] dan 16 Januari 2020.[39][40][41]

Kasus yang dikonfirmasi di luar daratan Tiongkok termasuk 3 wanita dan 1 pria di Thailand, dua pria di
Hong Kong, dua pria di Vietnam, satu pria di Jepang, satu wanita di Korea Selatan, satu pria di Singapura,
satu wanita di Taiwan dan satu pria di Amerika Serikat.[42][43][44] Angka-angka ini didukung oleh para
ahli seperti Michael Osterholm.[45]

Pada 17 Januari, sebuah kelompok Imperial College London di Inggris menerbitkan perkiraan bahwa
terdapat 1.723 kasus (interval kepercayaan 95%, 427–4.471) dengan timbulnya gejala virus tersebut
pada 12 Januari 2020. Perkiraan ini didapat berdasarkan pola penyebaran awal dari virus 2019-nCoV ke
Thailand dan Jepang. Mereka juga menyimpulkan bahwa "penularan dari manusia ke manusia yang
berkelanjutan tidak harus dikesampingkan"..[46][47] Ketika kasus-kasus selanjutnya terungkap, mereka
kemudian menghitung ulang bahwa "terjadi 4.000 kasus 2019-nCoV di Kota Wuhan … mulai timbul
gejala pada 18 Januari 2020".[48][49]

Pada 20 Januari, Tiongkok melaporkan peningkatan tajam dalam kasus ini dengan hampir 140 pasien
baru, termasuk dua orang di Beijing dan satu di Shenzhen.[50] Per 3 Maret, jumlah kasus yang
dikonfirmasi laboratorium mencapai 93.000 kasus, yang terdiri dari lebih dari 80.000 kasus di daratan
Tiongkok, dan sisanya di beberapa negara lainnya.[51][52][53][54][55][56]

Kematian

Per 5 April 2020, terjadi 64.753 kasus kematian yang dikaitkan dengan COVID-19. Menurut NHC
Tiongkok, sebagian besar dari mereka yang meninggal adalah pasien yang lebih tua - sekitar 80%
kematian yang tercatat berasal dari mereka yang berusia di atas 60 tahun, dan 75% memiliki kondisi
kesehatan yang sudah ada termasuk penyakit kardiovaskular dan diabetes.[57] Kasus kematian pertama
yang dilaporkan adalah seorang pria berusia 61 tahun pada 9 Januari 2020 yang pertama kali dirawat di
rumah sakit Wuhan pada 27 Desember 2019.[58] Kasus kematian pertama di luar Tiongkok terjadi di
Filipina,[59] dimana seorang pria warga negara Tiongkok berusia 44 tahun menderita pneumonia parah
dan meninggal pada 1 Februari.[60] Pada 8 Februari 2020, diumumkan bahwa seorang warga Jepang
dan seorang warga Amerika Serikat meninggal akibat virus di Wuhan. Mereka adalah orang asing
pertama yang meninggal akibat virus korona.[61] Kasus kematian pertama di luar Asia terjadi di Paris,
Prancis pada 15 Februari 2020, ketika seorang turis Tiongkok berusia 80 tahun dari Hubei meninggal
setelah dirawat di rumah sakit sejak 25 Januari.

Penyebab :

Filogenetik dan taksonomi

Virus korona baru awalnya disimbolkan 2019-nCoV oleh WHO, dengan huruf n yang berarti novel atau
baru, dan CoV yang berarti coronavirus atau virus korona.[62] Virus ini tergolong dalam ordo
Nidovirales, keluarga Coronaviridae, dan genus Betacoronavirus (Beta-CoV). Genus betacoronavirus
terdiri atas empat garis keturunan (subgenus), di mana 2019-nCoV bersama dengan SARS-CoV
digolongkan dalam garis keturunan B (subgenus Sarbecovirus).[34][63][64] Virus 2019-nCoV merupakan
spesies ketujuh dalam keluarga Coronaviridae yang mampu menginfeksi manusia, selain 229E, NL63,
OC43, HKU1, MERS-CoV, dan SARS-CoV. Pada 11 Februari 2020, Komite Internasional Taksonomi Virus
(ICTV) memberi nama virus ini koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (Severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2, disingkat SARS-CoV-2) yang merupakan galur dalam spesies SARS-CoV.[1][65]
Genom SARS-CoV-2 telah berhasil diisolasi. Virus ini memiliki RNA dengan panjang sekitar 30 ribu
pasangan basa. Urutan genom menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki tingkat kesamaan dengan
SARS-CoV sebesar 79,5% dan dengan virus korona kelelawar sebesar 96%.[66] Sejumlah genom SARS-
CoV-2 telah diisolasi dan dilaporkan termasuk BetaCoV/Wuhan/IVDC-HB-01/2019,
BetaCoV/Wuhan/IVDC-HB-04/2020, BetaCoV/Wuhan/IVDC-HB-05/2019, BetaCoV/Wuhan/WIV04/2019,
dan BetaCoV/Wuhan/IPBCAMS-WH-01/2019 dari Institut Nasional untuk Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit Virus, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC Tiongkok), Institut Biologi
Patogen, dan Rumah Sakit Jinyintan Wuhan.[67][68]

Penyebaran

Angka reproduksi dasar untuk penularan virus dari manusia ke manusia diperkirakan antara 2 dan 4.
Jumlah tersebut menggambarkan berapa banyak makhluk hidup yang baru terinfeksi yang kemungkinan
menularkan virus dalam populasi manusia. Virus korona baru telah dilaporkan mampu mengirimkan
rantai hingga empat orang sejauh ini.[69]

Pada 22 Januari 2020, para ilmuwan dari Universitas Peking, Universitas Kedokteran Tradisional
Tiongkok Guangxi, Universitas Ningbo dan Sekolah Tinggi Teknik Biologi Wuhan menerbitkan sebuah
artikel setelah melihat "manusia, kelelawar, ayam, landak, trenggiling, dan dua spesies ular",[70] yang
menyimpulkan bahwa "2019-nCoV tampaknya merupakan virus rekombinan antara koronavirus
kelelawar dan koronavirus yang asalnya tidak diketahui"... dan ..."ular adalah reservoir hewan satwa liar
yang paling mungkin untuk virus 2019-nCoV" yang kemudian menyebar ke manusia.[71][70][72]
Beberapa ilmuwan lain berpendapat bahwa 2019-nCoV dikembangkan sebagai hasil dari "virus
gabungan antara kelelawar dan ular.[71][70][73]

Artikel pracetak yang dipublikasikan pada tanggal 23 Januari 2020 di jurnal bioRxiv yang ditulis oleh
peneliti dari Institut Virologi Wuhan, Rumah Sakit Jinyintan Wuhan, Universitas Akademi Sains Tiongkok
dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menyatakan bahwa virus korona ini kemungkinan
berasal dari kelelawar, karena analisis mereka menunjukkan bahwa 2019-nCoV 96% identik di tingkat
genom secara keseluruhan dengan koronavirus kelelawar.[74]

Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa virus 2019-nCoV masuk ke tubuh manusia melalui Reseptor
ACE 2, sama seperti virus SARS.[75][76]

Karakteristik penyakit :

Gejala pada presentasi klinis


Gejala yang dilaporkan termasuk demam pada 90% kasus,[34] kelelahan dan batuk kering pada 80%
kasus,[34][77] dan sesak napas 20%, dengan gangguan pernapasan 15%.[78][79][77] Sinar-X pada dada
menunjukkan tanda-tanda di kedua paru-paru.[78][79] Tanda-tanda vital umumnya stabil pada saat
masuknya mereka yang dirawat di rumah sakit.[77] Tes darah biasanya menunjukkan jumlah sel darah
putih yang rendah (leukopenia dan limfositopenia).[34]

Uji diagnostik

Pada 15 Januari 2020, WHO menerbitkan protokol pengujian diagnostik untuk 2019-nCoV, yang
dikembangkan oleh tim virologi dari Rumah Sakit Charité di Jerman.[39]

Kekhawatiran akan kurangnya laporan

Karena kurangnya tenaga medis dan peralatan medis di daerah yang terkena wabah, banyak rumah sakit
gagal mengidentifikasi kasus virus korona sementara banyak pasien dengan gejala mirip virus korona
diberi label sebagai "pneumonia berat".[80][81] Kebetulan, banyak dari mereka yang mengalami gejala
virus 2019-nCoV memutuskan untuk tinggal di rumah daripada pergi ke rumah sakit karena waktu
tunggu yang lama dan kondisi yang sempit.[82] Oleh karena itu, peneliti dari Northeastern University
dan Imperial College London memperkirakan bahwa jumlah kasus ini mungkin lima atau 10 kali lebih
besar dari yang dilaporkan.[83][84]

Kekhawatiran tambahan terjadi karena penanganan Tiongkok pada peristiwa merebaknya SARS pada
tahun 2003, di mana pemerintah Tiongkok menyembunyikan pasien yang terinfeksi dari inspektur WHO
dan melaporkan jumlah kasus SARS yang tidak dilaporkan.[85]

Pencegahan dan pengendalian :

2019-nCoV saat ini tidak memiliki pengobatan yang efektif atau vaksin, meskipun upaya untuk
mengembangkan beberapa obat sedang dilakukan.[86][87] Gejala-gejalanya antara lain demam,
kesulitan bernapas dan batuk,[88] yang digambarkan sebagai gejala "Influenza".[89] Untuk mencegah
infeksi, WHO merekomendasikan "mencuci tangan secara teratur, menutupi mulut dan hidung ketika
batuk dan bersin … [dan] hindari kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit
pernapasan (seperti batuk dan bersin)."[90] Meskipun tidak ada perawatan khusus untuk virus korona
manusia pada umumnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menyarankan bahwa warga
yang terinfeksi virus ini dapat meredakan gejalanya dengan minum obat flu biasa, minum cairan, dan
istirahat.[91] Beberapa negara mengharuskan warganya untuk melaporkan gejala mirip flu ke dokter
mereka, terutama jika mereka pernah mengunjungi daratan Tiongkok.[92]
Situasi di Wuhan sedang dipantau sehubungan dengan akan digelarnya putaran ketiga Turnamen
Kualifikasi Olimpiade Wanita AFC 2020, beberapa di antaranya digelar di kota ini dari tanggal 3 hingga 9
Februari 2020.[93] Pada 22 Januari 2020, AFC mengumumkan bahwa mereka akan memindahkan
pertandingan Grup A yang sebelumnya dijadwalkan untuk dimainkan di Wuhan—yang termasuk timnas
masing-masing dari Australia, Tiongkok, Taiwan dan Thailand—ke Nanjing karena wabah virus korona.
[94] beberapa hari kemudian, AFC mengumumkan bahwa bersama dengan Federasi Sepak Bola Australia
mereka akan memindahkan pertandingan tersebut ke Sydney.[95] Kualifikasi tinju Olimpiade 2020
wilayah Asia-Pasifik, yang semula dijadwalkan akan diadakan di Wuhan pada tanggal 3-14 Februari, juga
dibatalkan dan dipindahkan ke Amman, Yordania yang akan diselenggarakan antara tanggal 3-11 Maret
2020.[96][97]

Karantina

Tiongkok

Karantina yang efektif untuk perjalanan keluar-masuk Wuhan diberlakukan mulai 23 Januari 2020, pukul
10.00 waktu setempat dan seterusnya. Penerbangan dan kereta api dari dan menuju Wuhan, bus
umum, sistem metro, dan lain-lain ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut. Langkah ini merupakan
upaya untuk menghentikan penyebaran virus dari Wuhan dan untuk memastikan kesehatan dan
keselamatan warganya, menurut Kantor Berita Xinhua. Pertemuan skala besar dan tur kelompok juga
ditunda.[98] Berbagai masalah logistik telah terjadi setelah karantina, termasuk kenaikan harga pangan
[99] dan kesulitan bagi staf medis yang pergi ke rumah sakit.[100]

Pemerintah Tiongkok mengumumkan pukul 23.00 (UTC+8) pada tanggal 23 Januari untuk menutup Kota
Chibi efektif pukul 00.00 pada 24 Januari, didahului oleh kota-kota setingkat prefektur seperti
Huanggang, Ezhou, dan Wuhan.[101]

Karena kota Wuhan telah diisolasi, warga berebut ke toko-toko terdekat untuk menimbun barang-
barang penting. Ada banyak laporan tentang antrean panjang di supermarket, apotek, dan pompa
bensin — warga berbondong-bondong ke pompa bensin karena desas-desus palsu tentang kehabisan
bahan bakar. Setelah karantina, harga barang meningkat secara signifikan di Wuhan.[102][103]

Seorang ahli epidemiologi dan ahli virus SARS dengan tim yang terdiri dari spesialis medis yang baru saja
terbang kembali ke Hong Kong setelah inspeksi satu hari mereka di Wuhan mengatakan bahwa Wabah
Wuhan setidaknya 10 kali lebih besar daripada SARS dan meminta warga untuk menjauh dari Wuhan
sesegera mungkin.[104][105][106][107]

Beberapa postingan di Weibo menunjukkan bahwa rumah sakit di Wuhan telah kelebihan beban dengan
ribuan orang yang demam dan sangat kritis terhadap keandalan angka-angka statistik yang diumumkan
oleh pemerintah Tiongkok meskipun postingan tersebut sekarang dihapus karena alasan yang tidak
diketahui.[108]

Internasional

Di luar Daratan Tiongkok, beberapa kapal pesiar dikarantina setelah penumpang mengalami gejala atau
dinyatakan positif SARS-nCoV-2. Costa Smeralda dikarantina pada 30 Januari di dekat Civitavecchia,
Italia, setelah penumpang mengalami gejala mirip flu - karantina berakhir ketika tes untuk virus
diputuskan negatif.[109] Dua kapal selanjutnya dikarantina pada 5 Februari yaitu Diamond Princess di
Pelabuhan Yokohama, Jepang dan World Dream, yang kembali ke Hong Kong setelah ditolak masuk ke
Kaohsiung, Taiwan. Dalam kedua kasus, penumpang dan kru dinyatakan positif.[110][111][112][113]
Pada tanggal 10 Februari penumpang diizinkan untuk turun dari World Dream "tanpa perlu karantina
sendiri setelah pergi."[114] Selain itu, meskipun tidak dikarantina kapal MS Westerdam ditolak masuk
oleh beberapa pelabuhan setelah meninggalkan Hong Kong pada 1 Februari.

Evakuasi diplomat dan warga negara asing dari Wuhan

Pemerintah Belgia, Filipina, Thailand dan Amerika Serikat merencanakan penerbangan evakuasi untuk
warga negaranya dari Tiongkok.[115][116][117][118] Brasil, Republik Ceko, Prancis, Pakistan, India,
Jepang, Korea Selatan dan Rusia juga mempertimbangkan tindakan serupa.[119][120][121][122][123]
[124]

Sri Lanka dan Panama mulai memulangkan mahasiswa mereka dari Tiongkok.[125][126] Myanmar mulai
memulangkan lima puluh mahasiswa mereka dari sekitar Wuhan.[127]

Vietnam mengizinkan empat penerbangan luar biasa untuk membawa pulang penumpang warganya
dari Wuhan dari tanggal 24 hingga 27 Januari,[128] dan mengatur penerbangan untuk mengevakuasi
warga dan diplomat negara mereka.[129]
Pada tanggal 29 Januari, Australia dan Selandia Baru mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama
untuk mengevakuasi warganya dari Wuhan ke Pulau Natal. Ada antara 50-82 warga Selandia Baru di
Wuhan dan 600 warga Australia di provinsi Hubei termasuk 140 anak-anak asal Australia di Wuhan.[130]
[131]

Pada tanggal 29 Januari, Korea Selatan membuat persiapan menit terakhir untuk mengangkut sekitar
700 warga Korea Selatan dari Wuhan, termasuk menyelesaikan rincian logistik dengan Pemerintah
Tiongkok. Para pejabat Korea Selatan menyiapkan dua pesawat dengan dua set tim medis yang terdiri
dari sekitar 20 dokter, perawat, dan pejabat.[132]

Pada 1 Februari, sebuah pesawat carteran berangkat dari Thailand ke Wuhan untuk mengevakuasi 64
warga negara Thailand yang dipimpin oleh Menteri Kesehatan Masyarakat Anutin Charnvirakul. Pesawat
itu termasuk tim medis yang berspesialisasi dalam infeksi saluran pernapasan dan obat darurat.[133]

Pada tanggal 2 Februari 2020, tim perwira dari Kedutaan Besar Malaysia di Beijing bergegas ke Wuhan
melalui jalur darat untuk menyelamatkan dan mengevakuasi 120 warganya dari Wuhan dan sekitarnya.
Perintah evakuasi dilakukan setelah keputusan Kabinet pada tanggal 29 Januari 2020.[134]

Rumah Sakit khusus

Tempat konstruksi Rumah Sakit Huoshenshan seperti yang terlihat pada 24 Januari.

Sebuah rumah sakit khusus bernama Rumah Sakit Huoshenshan telah dibangun sebagai upaya
penanggulangan terhadap wabah virus korona dan untuk mengkarantina pasien dengan lebih baik.
Dilaporkan, pemerintah Kota Wuhan telah meminta sebuah badan usaha milik negara (China
Construction Third Bureau Group) untuk membangun kembali tempat akomodasi di Wuhan menjadi
Pusat Terapi Virus dengan kecepatan tercepat dibandingkan dengan saat wabah SARS pada tahun 2003.
[135] Pada 24 Januari, pihak otoritas Wuhan merinci perencanaannya, mengatakan mereka berencana
membangun Rumah Sakit Huoshenshan dalam waktu enam hari sejak pengumuman dan mulai
beroperasi pada 3 Februari 2020. Rumah sakit khusus tersebut akan memiliki 813 tempat tidur[136] dan
itu akan memakan lahan sebesar 25.000 meter persegi. Rumah sakit itu dibuat berdasarkan pada Rumah
Sakit Xiaotangshan, yang dibuat akibat wabah SARS tahun 2003, itu sendiri dibangun hanya dalam waktu
seminggu.[137][138] Media pemerintah melaporkan bahwa terdapat 1.500 pekerja dan hampir 300 unit
mesin konstruksi di lokasi pada puncaknya, dan tim cadangan lain dari 2.000 pekerja telah berkumpul.
[139]
Otoritas setempat mengumumkan rencana untuk membangun rumah sakit khusus kedua pada 25
Januari yang akan dinamai Rumah Sakit Leishenshan, dengan kapasitas 1.600 tempat tidur; [140] Rumah
sakit tersebut mulai beroperasi pada 6 Februari.[141][142] Beberapa orang menyuarakan keprihatinan
mereka melalui media sosial, mengatakan keputusan pihak berwenang untuk membangun rumah sakit
lain dalam waktu yang sangat singkat menunjukkan tingkat keparahan wabah ini bisa jauh lebih buruk
dari yang diperkirakan.[143]

Pada 24 Januari 2020, pihak berwenang mengumumkan bahwa mereka akan mengubah bangunan
kosong di Distrik Huangzhou, Huanggang menjadi rumah sakit berkapasitas 1.000 tempat tidur bernama
Pusat Medis Regional Gunung Dabie. Konstruksi dimulai pada hari berikutnya oleh 500 personel dan
gedung tersebut mulai menerima pasien pada 28 Januari 2020 pukul 22.30 waktu setempat[144]

Latar belakang :

Wuhan adalah kota terbesar ketujuh di Tiongkok, dengan populasi lebih dari 11 juta orang. Kota ini
merupakan pusat transportasi utama di Tiongkok bagian tengah, yang terletak sekitar 700 mil (1100 km)
di sebelah selatan Beijing,[145] 500 mil (800 km) di sebelah barat Shanghai, dan 600 mil (970 km) di
sebelah utara Hong Kong.[146] Bandar udara Wuhan memiliki penerbangan langsung ke berbagai kota
besar di Eropa: enam kali penerbangan mingguan ke Paris, tiga kali ke London, dan lima kali ke Roma.
[147]

Dua puluh penerbangan terbanyak dari Wuhan sebelum terjadinya wabah.

Pada bulan Desember 2019, terjadi sekelompok kasus "radang paru-paru (pneumonia) yang tidak
diketahui penyebabnya" yang dihubungkan dengan pasar grosir makanan laut Huanan. Pasar ini
memiliki ribuan kios yang menjual berbagai hewan, seperti ikan, ayam, burung pegar, kelelawar,
marmut, ular berbisa, rusa bintik, dan binatang liar lainnya. Setelah virus korona diketahui sebagai
penyebab penyakit ini, kecurigaan pun muncul bahwa virus korona baru ini bersumber dari hewan.[148]
[79][149]

Sebagian besar virus korona bersirkulasi di antara hewan, tetapi enam spesies di antaranya berevolusi
dan mampu menginfeksi manusia, seperti yang terlihat pada sindrom pernapasan akut berat (SARS),
sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), dan empat virus korona lain yang menyebabkan gejala
pernapasan ringan seperti pilek. Keenamnya dapat menular dari manusia ke manusia.[150][151]
Pada tahun 2002, dengan musang sebagai sumber virus, wabah SARS dimulai di daratan Tiongkok dan
menjalar hingga ke Kanada dan Amerika Serikat dengan bantuan beberapa penular super dan adanya
penerbangan internasional. Akibatnya, lebih dari 700 orang meninggal di seluruh dunia.[152] Kasus SARS
terakhir dilaporkan pada tahun 2004.[150][153][154] Pada saat itu, pemerintah Tiongkok dikritik oleh
WHO karena bersikap lamban dalam menangani virus tersebut.[155] Sepuluh tahun setelah SARS,
penyakit virus korona terkait unta arab, yaitu MERS, mengakibatkan lebih dari 850 orang meninggal di
27 negara.[156] Wabah virus korona dari Wuhan dikaitkan dengan pasar yang menjual hewan untuk
dikonsumsi, sehingga penyakit tersebut diduga berasal dari hewan.[151] Hal ini menimbulkan
kekhawatiran bahwa wabah virus korona baru akan mirip dengan wabah SARS.[153][157] Kekhawatiran
tersebut diperburuk oleh adanya perkiraan bahwa sejumlah besar wisatawan akan berlibur pada Tahun
Baru Imlek, yang dimulai pada 25 Januari 2020.[158]

Reaksi :

Organisasi Kesehatan Dunia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memuji upaya pihak berwenang Tiongkok dalam mengelola
dan mengatasi virus korona tersebut dengan Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus yang
menyatakan "kepercayaan terhadap pendekatan Tiongkok untuk mengendalikan epidemi" dan
menyerukan agar masyarakat "tetap tenang".[159]

WHO mencatat perbedaan antara wabah SARS 2003, di mana pihak berwenang Tiongkok dituduh
kerahasiaan yang menghalangi upaya pencegahan dan penahanan, dan kasus wabah virus saat ini di
mana pemerintah pusat "telah memberikan pembaruan informasi secara rutin untuk menghindari
kepanikan menjelang liburan Tahun Baru Imlek."[160] Sebagai reaksi terhadap keputusan pemerintah
pusat untuk menerapkan larangan transportasi di Wuhan, perwakilan WHO Gauden Galea mengatakan
bahwa sementara itu "tentu saja bukan rekomendasi yang telah dibuat WHO", itu juga "indikasi yang
sangat penting dari komitmen untuk menahan virus epidemi di tempat yang paling terkonsentrasi "dan
menyebutnya" belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kesehatan masyarakat ".[160]

Pada 30 Januari 2020, WHO mendeklarasikan status wabah 2019-nCoV sebagai Darurat Kesehatan
Global untuk keenam kalinya sejak Wabah flu babi 2009. Ini diakibatkan karena risiko penyebaran
global, terutama ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah tanpa sistem kesehatan yang
kuat yang mampu melakukan pengawasan setelah kemungkinan penularan dari manusia ke manusia
terkonfirmasi.[161]

Respons Pemerintah Indonesia

Daftar 132 rumah sakit rujukan yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Daftar 132 rumah sakit rujukan yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.[162]

Sebagai antisipasi atas merebaknya koronavirus yang bisa menjalar ke Indonesia, Pemerintah Indonesia
melakukan berbagai cara untuk mencegah virus tersebut ke Indonesia. Salah satunya adalah dengan
membentuk 132 rumah sakit rujukan[162] yang langsung berada di bawah Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) (sebelumnya hanya 100 rumah sakit).[163] Beberapa rumah sakit di berbagai daerah juga menjadi
rujukan, seperti RSPI Sulianti Saroso,[164] RSUD Tarakan,[164] dan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
Gatot Soebroto.[165]

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengumumkan penghentian sementara kebijakan bebas visa bagi
warga Tiongkok, menghentikan sementara penerbitan visa-on-arrival untuk Daratan Tiongkok, dan
melarang pengunjung yang berada di Tiongkok selama 14 hari untuk memasuki atau transit di Indonesia.
Selain itu, penerbangan dari dan ke Daratan Tiongkok ditunda per 5 Februari.[166][167]

Evakuasi WNI

Pesan petugas medis di Indonesia kepada masyarakat agar tetap di rumah.

Pada tanggal 29 Januari, TNI Angkatan Udara (TNI-AU) menyiapkan tiga pesawat termasuk dua Boeing
737 dan satu pesawat C-130 Hercules dengan batalion pakar kesehatan untuk membantu mengevakuasi
warga negara Indonesia dan warga lain dari Wuhan. Sebelumnya, TNI-AU menunggu instruksi dari
Kementerian Luar Negeri dan siap siaga selama 24 jam jika perintah diberikan.[168][169]

Pada tanggal 1 Februari, evakuasi terhadap 245 WNI dari Provinsi Hubei (termasuk Wuhan) dimulai.
Mereka akan dikarantina di Kabupaten Natuna selama 14 hari.[170] Sebuah tim evakuasi yang
beranggotakan 42 orang berangkat dari Bandara Internasional Soekarno–Hatta mulai pukul 13.00 WIB.
[170] Proses evakuasi direncanakan memakan waktu sekitar 9 jam. Untuk keperluan ini, Pemerintah
menyewa pesawat Batik Air jenis Airbus A330-300.[171] Mereka tiba di Bandara Hang Nadim Batam
pada 2 Februari pukul 08.45 WIB yang kemudian langsung dibawa ke Pangkalan Udara Raden Sadjad,
Kepulauan Natuna.[172][173] Dari 245 WNI yang akan dievakuasi, hanya 238 saja yang tiba di Indonesia.
[172]

Respons Internasional

Respon Tiongkok terhadap virus telah dipuji oleh beberapa pemimpin luar negeri.[174] Presiden AS
Donald Trump mengucapkan terima kasih kepada Presiden Tiongkok Xi Jinping "atas nama Rakyat
Amerika" pada 24 Januari 2020 di Twitter, menyatakan bahwa "Tiongkok telah bekerja sangat keras
untuk mengendalikan virus korona. Amerika Serikat sangat menghargai upaya dan transparansi mereka"
dan menyatakan bahwa "Semuanya akan bekerja dengan baik."[175] Menteri Kesehatan Jerman Jens
Spahn, dalam sebuah wawancara di Bloomberg Television, mengatakan dengan perbandingan dengan
respon Tiongkok terhadap SARS pada tahun 2003: "Ada perbedaan besar dengan SARS. Kami memiliki
Tiongkok yang jauh lebih transparan. Tindakan Tiongkok jauh lebih efektif di hari-hari pertama." Dia juga
memuji kerja sama dan komunikasi internasional dalam menangani virus ini.[176]

Pada misa hari Minggu di Lapangan Santo Petrus di Kota Vatikan pada tanggal 26 Januari 2020, Paus
Fransiskus memuji "komitmen besar oleh komunitas Tionghoa yang telah diberlakukan untuk
menanggulangi virus korona" dan memulai doa penutup untuk "orang-orang yang sakit karena virus
yang telah menyebar ke Tiongkok".[177]

Dampak :

Tiongkok

Pariwisata di Tiongkok telah dilanda oleh pembatasan perjalanan dan ketakutan akan penularan virus
korona, termasuk larangan terhadap grup wisata domestik dan internasional.[178] Banyak maskapai
membatalkan atau mengurangi banyak penerbangan ke Tiongkok dan beberapa penasihat perjalanan
(travel advisories) memperingatkan warganya untuk tidak bepergian ke Tiongkok. Banyak negara,
termasuk Prancis, Inggris, Amerika Serikat dan Jepang, telah mengevakuasi warga negara mereka dari
Wuhan dan provinsi Hubei.[179]

Mayoritas sekolah dan universitas telah memperpanjang liburan tahunan mereka hingga pertengahan
Februari.[180] Mahasiswa luar negeri yang terdaftar di universitas-universitas Tiongkok telah pulang ke
negara asalnya karena takut terinfeksi kasus-kasus pertama yang dilaporkan oleh Nepal dan Kerala,
keduanya adalah mahasiswa yang telah kembali ke negaranya.[181][182]

Kementerian Keuangan Tiongkok mengumumkan akan sepenuhnya mensubsidi biaya medis pribadi yang
dikeluarkan oleh pasien.[183]

Taiwan

Masker bedah yang digunakan oleh masyarakat di Taiwan


Masker bedah dan peralatan medis lainnya terjual habis di Taiwan

Pada 6 Januari 2020, Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan menerapkan pemeriksaan suhu untuk setiap
penerbangan langsung dari Wuhan ke Taiwan.[184] Setelah Taiwan melaporkan kasus pertama virus
korona di Taiwan pada 21 Januari, Taiwan telah meningkatkan status peringatan perjalanan di Wuhan
menjadi level 3, merekomendasikan untuk menghindari semua perjalanan yang tidak penting ke Wuhan.
[185]

Pada 24 Januari, pemerintah Taiwan mengumumkan untuk sementara waktu melarang ekspor masker
wajah selama sebulan untuk memasok masker bagi warganya.[186][187] Pada 2 Februari 2020, Pusat
Komando Epidemi memutuskan untuk menunda pembukaan sekolah dasar dan menengah hingga 25
Februari dan berakhirnya sekolah dasar dan menengah hingga 14 Juli.[188][189]

Jepang

Rak-rak pada apotek di Jepang terjual habis pada 3 Februari 2020

Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan bahwa "virus korona baru memiliki dampak besar pada
pariwisata, ekonomi dan masyarakat kita secara keseluruhan".[190][191] Ada laporan bahwa masker
wajah telah terjual habis di seluruh negara dan ada tekanan pada sistem perawatan kesehatan karena
permintaan untuk pemeriksaan kesehatan meningkat.[192] Toko-toko mengatakan bahwa stok masker
wajah mereka habis dalam satu hari.[193] Orang Tionghoa, atau orang yang dianggap etnis Tionghoa,
melaporkan terjadinya diskriminasi di Jepang karena orang Jepang takut akan kemungkinan penularan
virus.[194] Menteri Kesehatan telah menunjukkan bahwa situasi belum mencapai titik di mana
perkumpulan massa harus dibatalkan.[195]

Virus ini diperkirakan memiliki dampak negatif terhadap perekonomian Jepang. analis dari Mitsubishi
UFJ Morgan Stanley meramalkan bahwa dampak ekonomi dari wabah tersebut akan lebih buruk
daripada SARS karena pariwisata memainkan peran yang lebih besar dalam ekonomi Jepang saat ini.
[196] Menteri ekonomi Yasutoshi Nishimura juga memperingatkan bahwa wabah virus dapat
berdampak kuat pada ekonomi Jepang karena gangguan logistik dan operasi pabrik.[197] Maskapai
penerbangan Jepang sudah mulai menangguhkan penerbangan ke Tiongkok[198] dan JTB, agen
perjalanan terbesar di negara itu, telah membatalkan semua tur ke Tiongkok.[199] Banyak perusahaan,
termasuk Toyota, telah menghentikan semua lini produksi mereka di Daratan Tiongkok[200] dan Honda
telah mengevakuasi semua stafnya dari Wuhan.[201]
S&P Global mencatat bahwa perusahaan yang paling terpukul adalah perusahaan yang mencakup sektor
perjalanan, kosmetik dan ritel yang paling terekspos oleh pariwisata Tiongkok.[202] Tercatat bahwa
peningkatan penjualan masker wajah dan alat pelindung tidak mungkin untuk mengimbangi penurunan
ekonomi.[203]

Wabah itu sendiri telah menjadi perhatian bagi Olimpiade Musim Panas 2020 yang dijadwalkan
berlangsung di Tokyo mulai akhir Juli. Pemerintah Jepang telah mengambil tindakan pencegahan ekstra
untuk membantu meminimalisir dampak dari wabah virus tersebut.[204][205] Panitia penyelenggara
Olimpiade Tokyo dan Komite Olimpiade Internasional telah memantau dampak wabah tersebut di
Jepang.[204]

Asia Tenggara

Di antara negara anggota ASEAN, Singapura diperkirakan menjadi salah satu negara yang paling
terdampak menurut Maybank.[206] Para ekonom memperingatkan bahwa wabah virus akan berdampak
pada ekonomi negara tersebut, tetapi terlalu dini untuk memberikan jawaban tertentu. Sektor
pariwisata dianggap sebagai "perhatian langsung" selain dampak pada jalur produksi karena gangguan
pada pabrik dan logistik di daratan Tiongkok.[207] Singapura mengalami kepanikan membeli bahan
kebutuhan pokok [208], dan masker, termometer, serta berbagai produk sanitasi meskipun diminta agar
tidak dilakukan oleh pemerintah.[209][210]

Ekonom Maybank menilai Thailand sebagai negara yang paling berisiko, dimana ancaman dampak
penyebaran virus korona terhadap pariwisata menyebabkan nilai tukar Baht jatuh ke level terendah
dalam tujuh bulan.[211]

Di Malaysia, para ekonom memperkirakan bahwa wabah itu akan mempengaruhi PDB negara tersebut,
arus perdagangan dan investasi, harga komoditas, dan kedatangan wisatawan.[212] Awalnya,
perlombaan balap sepeda Le Tour de Langkawi dikabarkan dibatalkan, tetapi penyelenggara
menyatakan bahwa perlombaan itu akan terus diadakan seperti biasa. Meskipun demikian, dua tim
bersepeda, Tim Bersepeda Hengxiang dan Tim Bersepeda Giant, keduanya dari Tiongkok, ditarik dari
keikutsertaan dalam perlombaan ini karena takut akan wabah virus korona.[213] Karena situasi wabah
yang semakin memburuk, beberapa konser yang akan diadakan di Kuala Lumpur, seperti Kenny G, Jay
Chou, The Wynners, Super Junior, Rockaway Festival dan Miriam Yeung ditunda, dan konser boyband
asal Korsel Seventeen dibatalkan.[214]
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen melakukan kunjungan khusus ke Tiongkok dengan tujuan untuk
menunjukkan dukungan Kamboja kepada Tiongkok dalam memerangi wabah virus korona..[215]

Asia Selatan

Di India, para ekonom memperkirakan dampak jangka pendek dari wabah virus korona akan terbatas
pada rantai pasokan konglomerat utama, terutama obat-obatan, pupuk, mobil, tekstil dan elektronik.
Dampak terparah pada logistik perdagangan global juga diperkirakan karena gangguan logistik di
Tiongkok Daratan, akan tetapi karena risiko gabungan dengan ketegangan geopolitik regional, perang
perdagangan yang lebih luas, dan Brexit.[216]

Di Sri Lanka, pengamat memperkirakan dampak ekonomi yang terbatas dalam jangka pendek pada
sektor pariwisata dan transportasi.[217]

Referensi :

^ a b Gorbalenya, Alexander E. (11 Februari 2020). "Severe acute respiratory syndrome-related


coronavirus – The species and its viruses, a statement of the Coronavirus Study Group". bioRxiv (dalam
bahasa Inggris): 2020.02.07.937862. doi:10.1101/2020.02.07.937862.

^ "WHO Director-General's opening remarks at the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020".
www.who.int (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-22.

^ "Coronavirus COVID-19 Global Cases". Johns Hopkins University. Diakses tanggal 20 March 2020.

^ "Coronavirus Update (Live): 307,627 Cases and 13,050 Deaths from COVID-19 Virus Outbreak -
Worldometer". www.worldometers.info.

^ "Getting your workplace ready for COVID-19" (PDF). World Health Organization. 27 February 2020.

^ "Q & A on COVID-19". European Centre for Disease Prevention and Control (dalam bahasa Inggris).
Diakses tanggal 21 March 2020.

^ a b c "Q&A on coronaviruses". World Health Organization. 11 February 2020. Diakses tanggal 24


February 2020.

^ a b c d "Symptoms of Novel Coronavirus (2019-nCoV)". US Centers for Disease Control and Prevention.
10 February 2020. Diakses tanggal 11 February 2020.

^ "Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)". Centers for Disease Control and Prevention. 16 March 2020.
^ a b Rothan, H. A.; Byrareddy, S. N. (February 2020). "The epidemiology and pathogenesis of
coronavirus disease (COVID-19) outbreak". Journal of Autoimmunity: 102433.
doi:10.1016/j.jaut.2020.102433. PMID 32113704.

^ "Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)". US Centers for Disease Control and Prevention. 11 February
2020. Diakses tanggal 9 March 2020.

^ "Coronavirus: Shanghai neighbour Zhejiang imposes draconian quarantine". South China Morning
Post. 6 February 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 February 2020. Diakses tanggal 8 February
2020.

^ Marsh, Sarah (23 February 2020). "Four cruise ship passengers test positive in UK – as it happened".
The Guardian. ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 23 February 2020.

^ 新型肺炎流行の中国、7億8000万人に「移動制限」 [China's new pneumonia epidemic


'restricted movement' to 780 million people]. CNN Japan (dalam bahasa Jepang).

^ Nikel, David. "Denmark Closes Border To All International Tourists For One Month". Forbes. Diakses
tanggal 13 March 2020.

^ "Coronavirus: Poland to close borders to foreigners, quarantine returnees". Reuters. 14 March 2020.
Diakses tanggal 13 March 2020 – via The Straits Times.

^ "Coronavirus Update: Masks And Temperature Checks In Hong Kong". Nevada Public Radio. Diakses
tanggal 26 January 2020.

^ "Coronavirus Disease 2019 Information for Travel". US Centers for Disease Control and Prevention
(CDC). 3 February 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 January 2020. Diakses tanggal 6 February
2020.

^ Deerwester, Jayme; Gilbertson, Dawn. "Coronavirus: US says 'do not travel' to Wuhan, China, as
airlines issue waivers, add safeguards". USA Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 January 2020.
Diakses tanggal 26 January 2020.

^ "Coronavirus Live Updates: Europe Prepares for Pandemic as Illness Spreads From Italy". The New York
Times. 26 February 2020. Diakses tanggal 26 February 2020.

^ Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. (February 2020). "Clinical features of patients infected
with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China". Lancet. 395 (10223): 497–506. doi:10.1016/S0140-
6736(20)30183-5. PMID 31986264. Bebas untuk dibaca

^ "Coronavirus (COVID-19): latest information and advice". Government of the United Kingdom. Diakses
tanggal 27 February 2020.

^ "COVID-19 Educational Disruption and Response". UNESCO. 20 March 2020. Diakses tanggal 22 March
2020.
^ "Here Comes the Coronavirus Pandemic: Now, after many fire drills, the world may be facing a real
fire". Editorial. The New York Times. 29 February 2020. Diakses tanggal 1 March 2020.

^ "Coronavirus Cancellations: An Updating List". The New York Times. 16 March 2020.

^ Scipioni, Jade (18 March 2020). "Why there will soon be tons of toilet paper, and what food may be
scarce, according to supply chain experts". CNBC. Diakses tanggal 19 March 2020.

^ "The Coronavirus Outbreak Could Disrupt the U.S. Drug Supply". Council on Foreign Relations. Diakses
tanggal 19 March 2020.

^ Perper, Rosie (5 March 2020). "As the coronavirus spreads, one study predicts that even the best-case
scenario is 15 million dead and a $2.4 trillion hit to global GDP". Business Insider – via Yahoo! News.

^ Clamp, Rachel (5 March 2020). "Coronavirus and the Black Death: spread of misinformation and
xenophobia shows we haven't learned from our past". The Conversation. Diakses tanggal 14 March
2020.

^ Weston, Liz. "Stop panic-buying toilet paper: How to stock up smart, emergency or not".
MarketWatch. Diakses tanggal 19 March 2020.

^ a b "Pneumonia of unknown cause – China. Disease outbreak news". Organisasi Kesehatan Dunia. 5
Januari 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Januari 2020. Diakses tanggal 6 Januari 2020.

^ Schnirring, Lisa (14 Januari 2020). "Report: Thailand's coronavirus patient didn't visit outbreak
market". CIDRAP (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Januari 2020. Diakses
tanggal 15 Januari 2020.

^ Schnirring, Lisa (11 Januari 2020). "China releases genetic data on new coronavirus, now deadly".
CIDRAP (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Januari 2020. Diakses tanggal 12
Januari 2020.

^ a b c d e Hui, David S.; Azhar, Esam EI; Madani, Tariq A.; Ntoumi, Francine; Kock, Richard; Dar, Osman;
Ippolito, Giuseppe; Mchugh, Timothy D.; Memish, Ziad A.; Drosten, Christian; Zumla, Alimuddin (14
Januari 2020). "The continuing epidemic threat of novel coronaviruses to global health – the latest novel
coronavirus outbreak in Wuhan, China". International Journal of Infectious Diseases (dalam bahasa
Inggris). 91: 264–266. doi:10.1016/j.ijid.2020.01.009. ISSN 1201-9712.

^ Lu, Hongzhou; Stratton, Charles W.; Tang, Yi-Wei (16 Januari 2020). "Outbreak of Pneumonia of
Unknown Etiology in Wuhan China: the Mystery and the Miracle"Perlu langganan berbayar. Journal of
Medical Virology (dalam bahasa Inggris). doi:10.1002/jmv.25678. ISSN 1096-9071 – via Wiley.

^ Schnirring, Lisa (15 Januari 2020). "Second family cluster found in Wuhan novel coronavirus outbreak".
CIDRAP (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Januari 2020. Diakses tanggal 16
Januari 2020.
^ Wee, Sui-Lee; Jr, Donald G. McNeil (8 January 2020). "China Identifies New Virus Causing
Pneumonialike Illness". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diarsipkan dari
versi asli tanggal 14 Januari 2020. Diakses tanggal 14 Januari 2020.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pandemi_koronavirus_2019%E2%80%932020

Anda mungkin juga menyukai