147-Article Text-285-2-10-20190123
147-Article Text-285-2-10-20190123
Nelsye Lumanauw
Politeknik Internasional Bali
Surel: nel_sye@hotmail.com
ABSTRACT
Sindu night market becomes a favorite place for tourists, who stay in Sanur area to enjoy
Indonesian traditional food. Many traditional foods available at this market, such as nasi
campur Banyuwangi, sate-gule kambing Madura, soto, bakso. Sate-gule kambing has become
the most popular food at this market, followed by nasi campur Banyuwangi. Traditional
Balinese food is also available at this market. It has strong taste and unique processing, but
still not able to compete with others. This research aims to develope Balinese traditional food
by using qualitative method that divided into theory and the application. The theoretical part
is traditional food, traditional market, culinary tourism, environmental analysis, strength-
weakness- opportunity–threat (SWOT) and resource based view (RBV). The application part
is to analyse internal-external factors. SWOT matrix indicates four development strategics
for the Balinese traditional food, such as comfort of the market, unique foods, documentary
and cooperation with other tourism industry.
ABSTRAK
Pasar malam Sindu menjadi tempat favorit bagi wisatawan yang tinggal di sekitar wilayah
Sanur untuk menikmati makanan tradisional Indonesia. Banyak makanan tradisional tersedia
di pasar ini, seperti nasi campur Banyuwangi, sate-gule kambing Madura, soto, bakso. Sate-
gule kambing menjadi makanan yang paling digemari di pasar ini, diikuti oleh nasi campur
Banyuwangi. Makanan tradisional Bali juga terdapat di pasar ini. Makanan berasal dari Bali
memiliki cita rasa yang kuat dan proses pengolahan yang unik, namun demikian belum bisa
berkompetisi dengan makanan tradisional dari daerah lain. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan makanan tradisional Bali dengan menggunakan metode kualitatif yang
terbagi menjadi dua kategori yaitu berdasarkan teori dan aplikasinya. Kategori teori
mencakup makanan tradisional, pasar tradisional, wisata kuliner, analisis lingkungan,
kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman yang dikenal dengan istilah SWOT dan teori resource
based view (RBV). Kategori penerapan mencakup analisis terhadap faktor-faktor internal-
eksternal yang mempengaruhi makanan tradisional Bali di pasar malam Sindu. Matriks
SWOT mengindikasikan empat strategi pengembangan untuk makanan tradisional Bali, yaitu
kenyamanan pasar, keunikan makanan, dokumentasi dan kerjasama dengan pihak-pihak
terkait dalam industri pariwisata.
Kata kunci: makanan tradisional, pasar tradisional, wisata kuliner, strategi pengembangan,
resources-based view.
pada penelitian ini diharapkan bisa menjadikan diformulasi menggunakan matriks Strength
makanan tradisional Bali diterima dan diminati Weakness Opportunity Threat (SWOT).
oleh wisatawan mancanegara dan domestik. Langkah-langkah analisis SWOT dilakukan
Keunikan pasar ini dibandingkan dengan cermat, dalam upaya mempertahankan
dengan tempat lain adalah pengunjungnya, yang dan meningkatkan kualitas makanan tradisional
sebagian besar merupakan wisatawan Bali di Pasar Malam Sindu.
mancanegara, ekspatriat asing yang berdomisili Penelitian ini menganalisis
di daerah Sanur, di samping pengunjung pengembangan makanan tradisional Bali di
domestik dari masyarakat sekitar, bahkan luar pasar malam Sindu melalui faktor internal dan
kota. Pasar malam Sindu telah menjadi eksternal. Faktor internal terhadap kekuatan-
primadona bagi wisatawan khususnya kelemahan makanan tradisional Bali mencakup
mancanegara yang ingin merasakan dan komponen-komponen seperti suasana pasar,
menikmati makanan tradisional Indonesia. makanan Bali dan layanan. Adapun faktor
Selain itu, pasar Sindu telah mendapatkan eksternal peluang-ancaman terhadap makanan
berbagai penghargaan tingkat nasional dan tradisional Bali mencakup komponen-komponen
internasional, seperti pasar terbersih, pasar seperti bahan makanan, kuliner sebagai budaya
inovasi, dan tempat yang paling populer seAsia. dan kuliner sebagai destinasi wisata. Strategi
Makanan tradisional Bali di Pasar Sindu pengembangan makanan tradisional Bali yang
belum mampu menarik banyak wisatawan dilakukan secara sistematis melalui kedua faktor
mancanegara atau domestik. Hal ini tampak tersebut dan selanjutnya disebut faktor kunci,
pada warung yang menjual makanan tradisional merupakan keunggulan dari penelitian ini.
Bali tidak ramai dikunjungi wisatawan Berdasarkan latar belakang yang telah
mancanegara. Beberapa pengunjung pada dipaparkan, maka dapat dirumuskan
warung tersebut biasanya orang Bali. permasalahannya, yaitu: Faktor-faktor
Wisatawan mancanegara tampak berminat pada lingkungan internal, eksternal apakah yang
pilihan makanan lain, seperti nasi campur Jawa, menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan
sate Madura dan roti bakar, bahkan rela ancaman makanan tradisional Bali di pasar
menunggu lama untuk mendapatkan layanan. malam Sindu? Bagaimana strategi
Kuliner Bali memiliki berbagai pengembangan makanan tradisional Bali di
keunikan dan diyakini merupakan hasil olah pasar malam Sindu, sehingga menjadi wisata
cipta, rasa dan karsa leluhur sejak berabad-abad kuliner yang berkualitas internasional?. Adapun
lalu serta memiliki nilai budaya yang tinggi. tujuan penelitian ini adalah memahami faktor-
Cita rasa makanan Bali khas, unik dan berbeda faktor lingkungan internal, eksternal yang
dengan kuliner lainnya. Perbedaan tersebut bisa menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan
menambah daya tarik dari kuliner lokal dan ancaman makanan tradisional di pasar malam
berpotensi menjadi nilai lebih pada wisata Sindu, Sanur. Menyusun strategi pengembangan
kuliner di Bali. Tetapi hal tersebut belum makanan tradisional Bali yang efektif untuk
banyak dipahami oleh wisatawan. Kurangnya diterapkan pada pasar malam Sindu, Sanur,
informasi, promosi dan dokumentasi terhadap sehingga menjadi wisata kuliner yang
kuliner lokal menjadi beberapa faktor berkualitas internasional.
penyebabnya. Berbagai upaya harus dilakukan II TINJAUAN PUSTAKA
agar makanan khas Bali bisa bersaing dengan Penggalian kajian pustaka dilakukan
makanan tradisional Indonesia lainnya. terhadap jurnal-jurnal yang menggunakan
Evaluasi terhadap pengembangan pendekatan RBV, seperti: Sutapa dan Wisnawa
makanan tradisional Bali mencakup pertanyaan- (2016) dalam jurnal berjudul: Potensi kuliner
pertanyaan seperti: makanan apa saja yang Bali sebagai Atraksi Wisata Budaya dengan
dijual, bagaimana penyajiannya dan apakah Pendekatan Resources Based View. Bennet dan
harga sesuai dengan kualitas makanan. Jawaban Lemelin (2010:32) dalam jurnal berjudul: A
atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai Critical Analysis of Ontario’s Resource-Based
data untuk merancang kembali pengembangan Tourism Policy. Kesimpulan dari penelitian-
makanan tradisional. Tahapan dimulai dengan penelitian terdahulu tersebut terhadap
melakukan identifikasi terhadap kekuatan- pendekatan RBV yaitu, pengembangan sumber
kelemahan dan peluang-ancaman, sebagai dasar daya yang dimiliki dengan melibatkan
dari teori Resources Based View (RBV). perwakilan industri pariwisata. Jurnal-jurnal
Selanjutnya faktor internal dan eksternal dengan pendekatan SWOT dilakukan oleh
perusahaan, yaitu peluang dan ancaman manajemen strategis yang terfokus pada
utama yang dihadapi organisasi. kekuatan dan kelemahan dalam
Peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Kekuatan perusahaan yang
perusahaan harus selalu dipantau guna tidak mudah ditandingi atau ditiru oleh
diambil kebijakan dan strategi yang pesaing merupakan keunggulan
muaranya untuk mencapai dan kompetitif.
mempertahankan keunggulan 4. Tsai dan Horn (2012: 3) mengemukakan
kompetitif yang berkelanjutan (Erlinda, suatu konsep yang mengkombinasikan
2012:1). teori ekonomi dan teori strategi.
5. Strengths Weaknesses Opportunities Kombinasi antara teori ekonomi dan
Threats. Definisi SWOT menurut strategi ini menguraikan kondisi
Thompson et al (2008: 97) adalah suatu persaingan industri yang di dalamnya
alat analisis yang sederhana tetapi memiliki keunikan sumber daya.
cukup kuat untuk mengukur kapabilitas III METODE PENELITIAN
sumber daya, kelemahan, peluang pasar Metode yang digunakan dalam
dan ancaman eksternal terhadap penelitian ini adalah kualitatif, guna
kesejahteraan masa depan perusahaan. mengidentifikasi faktor-faktor internal dan
SWOT menganalisis situasi kompetitif eksternal pasar malam Sindu. Penerapan metode
perusahaan atau terhadap kualitatif dalam penelitian ini, menghasilkan
perkembangan empat sel kunci strategi strategi pengembangan yang tepat bagi makanan
alternatif menjadi sembilan sel, yang tradisional Bali di pasar malam Sindu, Sanur.
dalam penyajian matriksnya mencakup Penelitian ini dilakukan pada makanan
empat sel faktor kunci, empat sel tradisional Bali yang dijual di Pasar Sindu Jalan
strategi dan satu sel selalu dibiarkan Sindu No 5, Sanur, Denpasar Selatan, Kota
kosong (Koontz dan Weihrich, 2008: Denpasar, Bali 80288. Pemilihan makanan
106). tradisional Bali di pasar malam Sindu sebagai
Penelitian ini menggunakan teori obyek penelitian dengan beberapa pertimbangan
Resources Based View (RBV). Teori ini berikut:
dianggap relevan pada penelitian ini, guna Jenis data penelitian menggunakan data
menguraikan proses analisis lingkungan internal kualitatif untuk menguraikan faktor-faktor
dan eksternal makanan tradisional Bali. internal dan eksternal. Data kualitatif berupa
1. Mahoney dan Pandian (1992: 363) uraian informasi yang diperoleh dari informan,
menyampaikan bahwa RBV mencakup responden, seperti sejarah Pasar Sindu,
tiga perspektif, yaitu: (1) penggabungan komponen-komponen internal dan eksternal
antara wawasan strategi tradisional terhadap makanan tradisional Bali yang
terkait adanya kompetensi unik dan digunakan untuk melengkapi penelitian.
heterogenitas kemampuan perusahaan, Sedangkan sumber data primer dan sekunder
(2) paradigma ekonomi dalam menjadi acuan dalam proses penelitian ini. Data
organisasi, sehingga dapat diketahui primer diperoleh secara langsung dari informan
faktor-faktor kekuatan, kelemahan, dan responden, untuk mengetahui strategi
peluang dan ancamannya, (3) bersifat pengembangan yang telah dan sedang dilakukan
komplementer terhadap penelitian oleh pihak pengelola. Data sekunder diantaranya
organisasi industri, yang menekankan berupa artikel-artikel yang diperoleh dari
faktor eksternal sebagai keunggulannya. publisitas media masa internet, guna melengkapi
2. Teori RBV menurut Barney (2001: 649) dan mendukung data primer yang diperoleh.
adalah berbagai elemen yang berbeda Pengumpulan data memerlukan
dan dapat digunakan untuk instrumen yang tepat, sehingga memperoleh
menganalisis tingkat keunggulan data yang berkualitas. Penelitian ini
bersaing yang berkelanjutan. menggunakan beberapa instrumen untuk
Perusahaan dapat menciptakan dan memperoleh data yang diperlukan, yaitu berupa
mempertahankan keunggulan kompetitif dokumen, kuesioner dan kamera. Instrumen
melalui proses penciptaan nilai yang dokumen diantaranya mencakup penelitian-
berbeda dan sulit ditiru oleh pesaing. penelitian terdahulu, buku, jurnal, artikel dan
3. David (2004: 174,175) mengemukakan data perusahaan. Kuesioner dalam penelitian ini
bahwa RBV adalah bagian dari proses adalah sejumlah pertanyaan tertulis, guna
memperoleh data dari informan dan responden. strategi dan satu sel yang selalu dibiarkan
Perangkat kamera diperlukan untuk kosong (sel kiri atas). Selanjutnya, keempat sel
mendokumentasikan situasi pasar, makanan faktor kunci dikembangkan menjadi empat sel
sebagai penunjang penyajian data. strategi, yaitu SO, WO, ST, WT.
Kriteria penentuan informan pada IV HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini, yaitu orang yang paham mengenai Gagasan pasar Sindu sebagai pusat
kebijakan terhadap pengembangan makanan perdagangan berbasis tradisi telah ada pada
tradisional di pasar malam Sindu. Informan pada tahun 1969, namun baru terwujud tahun 1971.
penelitian ini adalah pihak pengelola pasar yang Nama Sindu diambil dari tempat beradanya
diwakili oleh seorang karyawan dan pedagang pasar di wilayah Banjar Sindu. Pasar Sindu
makanan tradisional Bali. Responden ditentukan sejak jaman dahulu telah memberikan
berdasarkan teknik non-random sample secara sumbangsih nyata bagi penggerak roda ekonomi
kebetulan, dengan mengajukan pertanyaan pada desa Sanur. Beragam corak perdagangan di
orang-orang yang dijumpai, dalam hal ini pasar Sindu telah menjadi identitas kehidupan
wisatawan yang dijumpai di lokasi penelitian. masyarakat Sanur lengkap dengan kebutuhan
Penelitian ini menggunakan beberapa sehari-hari, pasar seni, gerai pakaian dan mainan
teknik pengumpulan data, guna memperoleh sampai kuliner malam yang dikenal dengan
data yang akurat dan obyektif yaitu melalui pasar Senggol.
observasi, wawancara dan dokumentasi. Kondisi pasar Sindu sebelum
Observasi penelitian dilakukan dengan cara direvitalisasi, layaknya pasar tradisional yang
mengumpulkan data berdasarkan pengamatan identik dengan kumuh. Kebersihan dan
secara langsung terhadap aktifitas di pasar kesehatan lingkungan pasar kurang
tradisional, baik pasar pagi dan pasar malam. diperhatikan. Sistem pembuangan limbah sangat
Wawancara mendalam dilakukan terhadap buruk. Alur belanja dalam ruang pasar tidak
informan dari pengurus pasar, dan wisatawan- nyaman, antar pembeli berdesak-desakan.
wisatawan yang sedang berada di lokasi. Penataan barang jualan tidak rapih. Pengaturan
Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan listrik yang sangat membahayakan. Area parkir
menggunakan panduan berupa daftar pertanyaan mobil dan motor semrawut.
atau kuesioner. Studi dokumen merupakan Perkembangan perdagangan dan
proses pengumpulan data dari dalam pasar dan ekonomi sebagai dampak pariwisata membuat
berbagai instansi terkait, seperti dinas Sanur berubah sangat cepat. Berbagai tempat
pariwisata. Data yang diperoleh dari pengurus pembelanjaan modern, seperti super market,
pasar berupa sejarah, profil dan struktur mini market menjadi pesaing pasar tradisional.
organisasi pasar Sindu. Data dari dinas Tuntutan perkembangan daerah pariwisata
pariwisata Denpasar berupa jumlah kunjungan Sanur tersebut, yang membuat Yayasan
wisatawan ke daerah pariwisata Denpasar, yang Pembangunan Sanur (YPS) kemudian
mencakup wilayah Sanur. merevitalisasi pasar Sindu pada tahun 2009
Data terhadap makanan tradisional Bali meliputi segala fasilitas, fungsi manajemen dan
di lingkungan pasar malam Sindu diperoleh dari pengelolaannya menjadi pasar modern, namun
informan dan responden, berdasarkan tetap meletakkan spirit pasar tradisional Bali di
pendekatan RBV. Selanjutnya, data tersebut dalamnya.
diidentifikasi menjadi dua kategori dengan Pasar Sindu kini telah berubah dan
menggunakan analisis SWOT. Identifikasi menjadi salah satu destinasi wisata kuliner bagi
kategori data mencakup lingkungan internal wisatawan yang tinggal di daerah Sanur dan
untuk data internal dan lingkungan eksternal sekitarnya, dengan berbagai prestasi, seperti:
untuk data eksternal. pasar mandiri, pasar yang nyaman dan bersih,
Teknik penyajian hasil analisis destinasi wisata favorit wisatawan, pasar yang
dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT ramah dan segar, pasar paling popuer di Asia
yang menggambarkan bagaimana peluang dan Tenggara, pasar terbaik tingkat Asia, pasar
ancaman eksternal yang dihadapi makanan inovasi terbaik dalam pengelolaan pasar kuliner
tradisional Bali di pasar malam Sindu, se-Indonesia dan pasar tradisional sehat.
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan Kondisi pasar Sindu baik pasar pagi
internal yang dimilikinya. Penyajian matriks maupun malam cukup ramai dikunjungi.
SWOT terdiri dari sembilan (9) sel yang Fasilitas toko, los dan lapak tertata dengan baik.
mencakup empat sel faktor kunci, empat sel Pasar ini ditata menjadi tiga los utama. Los A
untuk para pedagang yang menjual alat upacara Rp. 15.000 hingga Rp. 20.000.
dan buah-buahan. Los B untuk pedagang Minuman yang dijual adalah teh panas,
sembako dan jajanan Bali. Sedangkan Los C dengan harga Rp. 5.000.
untuk pedagang yang menjual sayuran, daging 3. Warung Purnama. Pemilik berasar dari
dan ikan. Karangasem. Berbagai minuman
Penataan parkir kendaraan cukup rapih, tersedia di unit ini dengan bahan baku
terutama untuk pasar pagi. Kendala terjadi pada buah dan sebagian besar dibuat menjadi
penataan parkir untuk pasar malam, di samping jus buah, seperti alpukat, pepaya,
kondisi jalan yang sempit, pengunjung durian, sirsak, mangga, apel, semangka,
seringkali tidak memperhatikan aturan lalu nanas dan naga. Harga minuman
lintas yang berlaku, yaitu dengan menerobos tersebut berkisar Rp. 10.000 hingga Rp.
jalan yang seharusnya satu arah, sehingga sering 15.000.
terjadi kemacetan. 4. Warung Jaje Bali. Pemilik berasal dari
Pasar Sindu dibangun di atas tanah Gianyar. Macam-macam jajanan Bali,
seluas 5.200 meter persegi yang terbagi atas seperti bubur sumsum, lukis, laklak
bangunan utama dan parkir. Bentuk bangunan dijual di sini. Harga jajanan ini berkisar
Pasar Sindu adalah struktur bangunan atap baja Rp. 5.000 – Rp. 10.000.
ringan dan beton bertulang. Penghawaan 5. Warung Luh De Jimbaran. Pemilik
ruangan cukup dan pencahayaan juga cukup berasal dari Sanur yang merupakan
baik buatan dan alami berimbang. Bangunan masyarakat setempat. Makanan yang
utama seluas 3.700m2 terdiri dari 150 unit los, dijual adalah jenis ikan laut. Harga
87 toko, tempat jualan pedagang musiman yang makanan berkisar Rp. 50.000 satu paket
dapat menapung 300 pedagang. Lahan parkir yang terdiri dari nasi, sepotong ikan,
memiliki luas 1.500 m2. Pagi hingga siang hari sayur kangkung, sambel dan es jeruk
area parkir digunakan untuk memarkir atau teh. Minuman yang dijual
kendaraan pengunjung pasar. Malam harinya diantaranya es teh, teh panas, air
lahan parkir ini dimanfaatkan oleh 54 pedagang mineral, dengan harga berkisar Rp.
baju dan mainan, serta 32 unit pedagang 5000 dan Rp. 25.000 untuk beer.
makanan. 6. Warung Gosa. Pemilik berasal dari
Pedagang makanan pada pasar malam warga Sanur yang merupakan
berasal dari berbagai daerah di Indonesia, masyarakat setempat. Warung ini tidak
khususnya dari Jawa. Oleh karenanya makanan menjual makanan khas Bali, melainkan
dari Jawa, seperti nasi campur Jember, nasi perpaduan dengan makanan China,
campur Banyuwangi, sate-gulai kambing yaitu nasi goreng, mie goreng, tami
Madura, soto, bakso dan gorengan mendominasi goreng, fu yung hai, ayam goreng
pasar ini. Pedagang makanan tradisional Bali istimewa, babi kecap, mie kuah, sayur
pada pasar malam ini menempati enam (6) unit. hijau dan cap cay. Harga makanan
Keenam unit ini terdiri dari: berkisar Rp. 20.000 setiap porsi. Di
1. Warung Gado-Gado. Pemilik berasal samping makanan, warung ini juga
dari warga Singaraja. Warung ini menjual minuman, seperti beer bintang,
menjual tipat cantok, serombotan, rujak softdrink coca cola dan fanta, serta teh
dan pepes ayam-ikan. Harga makanan botol. Harga minuman berkisar Rp.
berkisar Rp. 10.000 setiap porsi. 5.000 hingga Rp. 15.000.
Minuman yang dijual adalah beer Fasilitas lain yang terdapat di pasar ini
bintang, teh botol, coca cola, fanta, adalah toilet umum sejumlah 8 unit, pos
temulawak dan air mineral, dengan keamanan, tenaga kebersihan yang bekerja 2
harga berkisar Rp. 10.000 hingga Rp. shift setiap harinya dan pengolahan limbah.
15.000. Kantor manajemen pasar berada di pasar ini,
2. Warung Bali. Pemilik berasal dari yang terdiri dari tenaga administrasi, pengawas
Singaraja. Warung ini menjual nasi lapangan, engineering, penarik retribusi dan
campur yang terdiri dari sate babi, babi pemangku (tetua adat yang mengurusi upacara
kecap, abon babi, babi bumbu, ayam adat dengan segala keperluan dan prasarananya)
goreng, ayam betutu, telor bumbu, teri dan berlokasi di lantai dua pada bangunan pasar.
goreng, tempe kering, ikan pindang dan Aktifitas pasar berlangsung setiap hari,
bakmi goreng. Harga makanan berkisar terbagi menjadi dua yaitu, pagi hingga siang
pada pukul 04.00-13.00 dan malam hari yang daerah lain, misalnya nasi campur Jawa.
dimulai pukul 17.00-23.00. Pasar pagi menjual Terlebih lagi, terdapat perbedaan antara
berbagai komoditi seperti ikan, daging, sayuran, harga untuk wisatawan domestik dan
buah-buahan, bahkan terdapat pula kebutuhan mancanegara.
sembahyan bagi umat Hindu, sedangkan pasar 10. Tidak ada resep standar dalam
malam menjual berbagai masakan nusantara pengelolaan, menjadikan makanan khas
yang masih diolah dan disajikan secara Bali bisa berbeda-beda hasil
tradisional. pengolahannya. Demikian juga dalam
Analisis Lingkungan Internal Pasar hal penyajian, bisa lebih banyak
Identifikasi Resources Based View maupun sedikit.
terhadap lingkungan internal pasar, mencakup: 11. Tindakan sanitasi dan hygiene cukup
1. Kondisi pasar setelah revitalisasi pada baik. Tindakan sanitasi pada area
tahun 2009, tidak ada lagi layaknya pencucian terjaga kebersihannya.
pasar tradisional pada umumnya. Hygine pada makanan dilakukan
Sebaliknya, kondisi pasar pagi dan dengan baik.
malam sangat baik, sehingga para 12. Keunikan makanan khas Bali pada cara
pengunjung merasa nyaman. pengolahannya, tidak tampak di pasar
2. Kebersihan pasar terjaga, dengan ini. Sebaliknya, pilihan makanan yang
adanya tempat-tempat sampah dan dijual serupa dengan yang dijual oleh
pengolahan limbah dengan sistem pedagang dari Jawa.
terpadu. Dengan demikian limbah pasar 13. Layanan yang diberikan oleh pedagang
tidak mencemari lingkungan. cukup baik. Pedagang melayani
3. Penerangan pasar cukup baik terhadap wisatawan dengan sopan dan
pasar pagi maupun malam. Hal ini menjelaskan berbagai makanan yang
membuat pengunjung merasa nyaman dijual, di samping menghadapi keluhan.
dalam memilih bahan makanan di pasar 14. Warung makanan tradisional Bali tutup
pagi, maupun menikmati makanan di pada hari-hari tertentu seperti saat bulan
pasar malam. purnama, tilem, atau kalau ada odalan-
4. Pemberitaan di media masa terhadap rainan. Dengan demikian wisatawan
pasar ini, menjadikannya semakin tidak bisa menikmati makanan khas
dikenal. Berbagai wisatawan datang ke Bali.
tempat ini, baik yang baru pertama kali Analisis Lingkungan Eksternal Pasar
maupun sudah berkali-kali. Identifikasi Resources Based View
5. Pilihan makanan tradisional gula dan terhadap lingkungan internal pasar, mencakup:
sate kambing paling digemari di pasar 1. Ketersediaan bahan makanan yang
ini. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat segar mudah didapat di pasar pagi Sindu
daging kambing (lamb) sangat mahal atau pasar-pasar tradisional yang dekat
harganya di restoran hotel. dengan tempat pengolahan makanan.
6. Makanan tradisional Bali sudah 2. Bumbu lengkap dalam pengolahan
dipisahkan antara yang halal dan makanan makanan tradisional Bali
mengandung babi. Namun demikian mengandung manfaat yang baik untuk
belum mampu menarik banyak kesehatan tubuh manusia.
wisatawan untuk mengunjunginya. 3. Makanan khas Bali berkonotasi tidak
7. Wisatawan pengunjung pasar ini, tidak halal, sehingga menimbulkan keraguan
mendapatkan informasi yang cukup bagi market muslim, walaupun berbagai
tentang keberadaan makanan tradisional pilihan tidak mengandung babi.
Bali. Informasi yang didapatkan adalah 4. Sertifikat halal merupakan salah satu
keberadaan pasar tradisionalnya. alternatif penting sebagai upaya untuk
8. Karakter makanan khas Bali sangat meyakinkan wisatawan muslim,
kuat, seperti rasa pedas, asin. sehingga mau mencoba makanan khas
Wisatawan yang pada umumnya Bali.
terbiasa dengan citarasa lembut kurang 5. Keberadaan pasar Sindu telah dikenal
menyukai karakter makanan yang kuat. dunia melalui media sosial internet.
9. Makanan khas Bali lebih mahal Namun masih perlu promosi sebagai
dibandingkan harga makanan dari
wisata kuliner dengan bekerja sama Sindu, bahan makanan yang segar,
dengan pihak-pihak terkait. kuliner sebagai sarana memperkenalkan
6. Keberadaan pasar Sindu bisa menjadi kebudayaan lokal, kesadaran akan
salah satu cara memperkenalkan kebudayaan melalui kuliner lokal,
keragaman budaya yang ada di wisatawan tertarik menikmati kuliner
Indonesia, khususnya terhadap lokal.
wisatawan mancanegara. 4. Faktor kunci ancaman: wisatawan tidak
7. Wisatawan domestik yang berasal dari mengetahui keberadaan makanan
luar Bali dapat memahami keberadaan tradisional Bali, konotasi tidak halal,
kebudayaan lain dan menjaga kuliner sebagai persoalan rasa,
kebudayaan sendiri, dengan melihat kurangnya promosi, kurangnya
kebersamaan berbagai pedagang yang dokumentasi tentang kuliner.
ada di pasar Sindu. Strategi pengembangan yang efektif
8. Kuliner lokal merupakan warisan turun untuk makanan tradisional Bali di pasar malam
temurun yang harus dijaga Sindu adalah melalui analisis matriks SWOT.
keberadaannya, baik terhadap cara Berbagai kekuatan dan kelemahan internal yang
pengolahannya maupun beragam bumbu dimiliki, disesuaikan dengan peluang dan
yang terkandung di dalamnya yang ancaman eksternal terhadap makanan tradisional
bermanfaat bagi kesehatan tubuh Pasar Sindu. Empat tipe strategi untuk makanan
manusia. tradisional Bali di pasar malam Sindu yang
9. Keberadaan kuliner tradisional masih dihasilkan oleh matriks SWOT mencakup:
dianggap sebagai persoalan rasa bukan 1. Strategi Strengths-Opportunities (S-O):
budaya, sehingga tidak dianggap kenyamanan dan predikat yang
penting untuk didokumentasikan, diperoleh Pasar Sindu baik nasional
misalnya berupa buku. Hal ini maupun internasional bisa menjadi
mengakibatkan tidak tersampainya peluang bagi makanan tradisional Bali,
informasi tentang kuliner tradisional. untuk tetap dijaga dan dikembangkan
Berdasarkan hasil analisis terhadap keberadaannya.
lingkungan internal dan eksternal, langkah 2. Strategi Weaknesses-Opportunities (W-
selanjutnya adalah penetapan faktor kunci O): makanan tradisional Bali yang
SWOT terhadap kekuatan-kelemahan dan mahal dibandingkan lainnya bisa
peluang-ancaman makanan tradisional Bali di diminati bila menampilkan
Pasar Malam Sindu. keberagaman keunikan dalam
Penetapan Strategi Pengembangan pengolahannya, seperti tom ayam,
Pengidentifikasian tidak memasukkan lawar, pepes lengis, babi guling, sambal
seluruh komponen yang dihasilkan pada proses matah, dan masih banyak jenis makanan
analisis lingkungan. Komponen yang menjadi lain lagi.
faktor kunci masuk dalam pengidenfikasian 3. Strategi Strengths-Threats (S-T):
adalah yang memiliki keterkaitan langsung keunikan dan keberagaman kuliner Bali
terhadap makanan tradisional Bali, yaitu sebaiknya didokumentasikan, misalnya
sebagai berikut: berupa buku. Dengan demikian kuliner
1. Faktor kunci kekuatan: pengunjung Bali akan semakin dikenal dan semakin
merasa nyaman, citarasa kuat diminati banyak yang mengetahui bahwa banyak
lokal, jalinan kerjasama dengan pilihan makanan halal di dalamnya.
pemandu wisata, hygiene dan sanitasi Citra kuliner Bali bisa disesuaikan
baik, layanan cukup baik. dengan keinginan peminatnya, apakah
2. Faktor kunci kelemahan: makanan ingin yang lebih pedas asam atau asin.
tradisional Bali lebih mahal, tidak ada 4. Strategi Weaknesses-Threats (W-T):
resep standar, kurangnya informasi bekerja sama dengan berbagai pihak
terhadap keberadaan makanan khas terkait dengan keberadaan kuliner Bali
Bali, kurangnya pilihan makanan khas di Pasar Malam Sindu, sehingga
yang unik, warung makanan Bali sering wisatawan mendapat rekomendasi.
tutup. Pembuatan standar resep sangat penting
3. Faktor kunci peluang: makanan untuk mencegah ketergantungan,
tradisional Bali terdapat di pasar malam sehingga bila jurumasak berhalangan