PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
USULAN PENELITIAN
1
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 5
1.5. Batasan Penelitian ................................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................................ 6
KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................................................... 6
2.1. Kajian Pustaka.......................................................................................................... 6
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
4
Bali kini dianggap sebagai surga wisata di seluruh dunia. Memang, pulau
Bali telah disebut sebagai "Pulau Dewata" sejak lama, yang penghuninya diberkahi
dengan bakat seni yang luar biasa, yang mencurahkan jumlah yang luar biasa, dalam
waktu dan kekayaan, untuk menggelar upacara mewah bagi kepentingan mereka
sendiri dan dewa-dewa yang mereka puja, yang sekarang bisa dinikmati turis juga.
Budaya seperti seni tari, kaligrafi, upacara adat, dan sebagainya, hingga saat ini masih
bisa ditemukan hampir setiap hari di Griya, kediaman keluarga pendeta di Bali.
Bagi calon wisatawan, Bali mungkin hanya sekadar pulau tropis dengan
pantai pasir putih dan pohon kelapa; walaupun sebenarnya Bali adalah "Pulau
Dewata", tempat yang penuh dengan pura dan upacara, serta musik dan tarian. Agama
Hindu, dipercaya, merupakan landasan masyarakat Bali dan jaminan integritas
budayanya. Maka dari itu, Griya, sebagai kediaman pendeta Agama Hindu Bali,
merupakan objek yang tepat untuk mengenal budaya Bali lebih dekat.
Griya akan memainkan peran penting dalam poros atraksi wisata di Bali.
Terlepas dari potensi kekayaan budaya yang sangat besar ini, Griya belum dilihat
sebagai objek untuk menumbuhan pariwisata yang besar. Dengan munculnya Griya
sebagai atraksi wisata, wisatawan dapat bersenang-senang di Bali dengan
mengunjungi berbagai pilihan lokasi sambil bersantai. Tujuan studi ini dibatasi untuk
menentukan kekuatan dan kelemahan Griya sebagai atraksi wisata, serta
mengembangkan strategi pengembangan melalui optimalisasi infrastrukturnya.
5
Berdasarkan latar belakang tadi, berikut ini adalah rumusan masalah untuk
penelitian ini:
1. Bagaimana citra Griya di kalangan pemandu wisata?
2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan Griya sebagai destinasi wisata budaya?
3. Bagaimana peluang dan tantangan Griya sebagai destinasi wisata budaya?
4. Bagaimana strategi pengembangan wisata Griya yang tepat?
Fokus kajian ini adalah pada wisata budaya hingga spiritual di Bali, yang
meliputi Griya, sebagai salah satu pusat budaya Bali. Responden dalam penelitian ini
adalah pemandu wisata, kelompok masyarakat penghuni Griya, dan wisatawan lokal
maupun mancanegara. Penelitian ini akan memberikan strategi pengembangan tempat
wisata di Bali berdasarkan persepsi pegiat wisata, penduduk lokal, dan wisatawan yang
direkam melalui kuesioner yang analisisnya diperdalam dengan wawancara.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Berbagai cara untuk menilai potensi wisata juga telah diusulkan. Metode
M-GAM adalah salah satu metode untuk menilai potensi wisata yang diusulkan oleh
Bratić dkk. (2020). Tujuan utama dari artikel tersebut adalah untuk menyoroti potensi
geowisata Cekungan Sokobanja dan menggunakan model penilaian geosite yang
diperbarui untuk mengidentifikasi potensi wisatanya. Pada tahun 2017, Yan, dkk. juga
mengusulkan model matematika untuk menilai potensi wisata yang diaplikasikan di
China. Awalnya mereka hanya menemukan dua pendekatan utama dalam penelitian
penilaian potensi wisata: deskriptif dan kualitatif.
6
7
Puri juga telah dipelajari sebagai potensi tujuan wisata budaya di Bali,
menurut literatur yang berkembang. Widiantara dkk., (2018) menemukan bahwa seni
arsitektur tradisional Bali, serta penerapan prinsip Sanga Mandala dan Asta Kosala
Kosali yang masih bertahan hingga saat ini menjadi salah satu daya tarik wisata di Puri
Agung Kendran. Di lain sisi, Cahyadi (2019) berpendapat, terlepas dari kenyataan
bahwa banyak orang memiliki warisan budaya, kerajaan tidak menarik bagi wisatawan
karena banyak warisan budaya tidak dijaga dan dilestarikan secara efektif,
menyebabkan warisan budaya saat ini memudar. Menurutnya, Puri Anyar Kerambitan,
Bali, adalah salah satu dari sedikit kerajaan yang dapat berkembang dengan
mempromosikan wisata budaya dan menjual tradisi keluarga kerajaan seperti pesta
kerajaan, tarian kerajaan, dan pernikahan kerajaan.
Fokus penelitian awal dalam topik ini sebagian besar pada budaya Bali.
Salah satu contohnya adalah "Cosmogony and Creation in Balinese Tradition"
(Hooykaas, 1974). Dalam buku tersebut, penulis memaparkan hal-hal “aneh” yang
telah terjadi dalam kehidupan nyata di Bali. Salah satunya mengenai bagaimana
masyarakat Bali mengembangkan simpati terhadap kelahiran mereka, yang tidak
membuang ari-ari saat lahir dengan cara Barat yang kafir, tetapi dimakamkan dengan
benar dan diberi nama ari-ari, nyama. Mereka mengenal istilah Kanda mpat, keempat
kakak laki-lakinya, atau kakak perempuan dalam kasus anak perempuan.
Pada tahun 1976, beberapa karya terdahulu mengenai topik ini juga
diselesaikan. Salah satunya yaitu “Social anthropology, a 'discipline' of theories and
hear-say? (à propos of Geertz on Bali)” (Hooykaas, 1976). Dari judulnya bisa
diketahui bahwa bagian buku ini membahas tentang antropologi social di Bali. Di
dalamnya, buku ini menyertakan deskripsinya mengenai Griya. Hooykas
mendeskripsikan Griya dengan “'istana' untuk seorang brahmana (yang puas hanya
dengan halaman berdinding dengan banyak bangunan didalamnya yang disebut
sebagai griya), seringkali dengan makanan ayam dan bebek berserakan di tanah”.
Apa pengertian dari wisata budaya? Beberapa definisinya luas dan inklusif,
sementara yang lain terbatas dan terkesan self-serving. Wisata budaya, misalnya,
adalah jenis wisata minat khusus di mana budaya digunakan untuk menarik
pengunjung atau memotivasi orang untuk melakukan perjalanan. Wisata budaya juga
merupakan pengalaman yang mendalam, dengan banyak orang yang percaya bahwa
wisata budaya memiliki komponen aspirasional. (McKercher and du Cros, 2012).
“Pergerakan manusia terutama untuk tujuan budaya seperti study tour, seni
pertunjukan dan wisata budaya, perjalanan ke festival dan acara lainnya, kunjungan ke
situs dan monumen, perjalanan untuk mempelajari alam, cerita rakyat atau seni, dan
ziarah,” menurut World Tourism Organisasi (WTO) adalah pengertian dari wisata
budaya (WTO, 1985). Kegiatan wisata budaya didefinisikan dengan penggunaan aset
warisan budaya seperti situs arkeologi, museum, istana, bangunan bersejarah,
bangunan terkenal, reruntuhan, seni, patung, kerajinan, galeri, festival, acara, musik
dan tari, seni rakyat, teater, budaya primitif, subkultur, komunitas etnis, gereja,
katedral, dan hal-hal lain yang mewakili orang dan budaya mereka, menurut literatur
pariwisata (Jamieson, 2022; Richards, 1996).
Dalam berbagai hal, potensi juga berbeda dengan efikasi politik internal
dan eksternal (Guzzo et al., 1993). Efikasi politik eksternal mencerminkan keyakinan
tentang target pengaruh (misalnya, dapatkah sebuah Griya dijadikan destinasi wisata
budaya?), efikasi politik internal mencerminkan keyakinan tentang dampak seseorang
(misalnya, dapatkah saya berkontribusi pada pengembangan Griya sebagai destinasi
wisata budaya?), dan potensi mencerminkan keyakinan tentang agen yang
mempengaruhi secara keseluruhan (misalnya, dapatkah kita berhasil menjadikan Griya
sebagai destinasi wisata budaya?).
Konsep aspirasi kelompok adalah ide kuno yang juga mirip dengan potensi
(Guzzo et al., 1993). Namun, konsep potensi lebih sebanding dengan konsep
keyakinan dalam mencapai tingkat kinerja tertentu daripada ekspresi tingkat aspirasi
kelompok itu sendiri. Terlepas dari perbedaan antara gagasan tentang tingkat aspirasi
dan potensi, penelitian aspirasi kelompok memiliki implikasi terhadap potensi.
Misalnya, efek umpan balik pada keyakinan potensi dapat berkontribusi pada
peningkatan atau penurunan aspirasi kelompok setelah sukses atau gagal (Zander and
Medow, 1963). Menurut interpretasi tersebut, potensi dipengaruhi oleh konteks sosial,
yang pada gilirannya menentukan tingkat aspirasi dan kinerja.
Komponen pariwisata terdiri dari dua bagian, yaitu komponen supply dan
demand. Attraction, accessibility, amenities, dan ancillary, adalah beberapa
komponen pariwisata yang akan dieksplorasi dalam penelitian ini.
Attraction berfungsi sebagai titik fokus untuk rekreasi dan, dalam beberapa
kasus, kegiatan pendidikan untuk pengunjung. Attraction, misalnya, seringkali sangat
penting untuk perlindungan, atau bahkan pembentukan, identitas budaya, dan dapat
membantu melestarikan dan memelihara banyak monumen bersejarah. Beberapa,
berkontribusi terhadap citra destinasi dengan menjadi daya tarik yang terkenal. Di
antara tempat-tempat wisata, terdapat berbagai contoh attraction (daya tarik), antara
lain keindahan, alam yang khas, budaya, dan aktivitas masyarakat.
1. Kondisi Fisik
2. Atraksi dan Objek Wisata
3. Aksesibilitas
4. Kepemilikan dan Penggunaan Lahan
5. Sarana dan Prasarana Pariwisata
6. Masyarakat
14
1. Industri Pariwisata
2. Destinasi Pariwisata
3. Pemasaran
4. Lembaga Pariwisata
Attraction,
Komponen
Accessibility, Potensi
Pariwisata
Amenities, Wisata
(4A)
Ancillary
METODE PENELITIAN
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M.A.S., Priansah, P., 2019. Marketing Communication Strategy To Improve Tourism
Potential. Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal) :
Humanities and Social Sciences 2, 160–166.
Bratić, M., Marjanović, M., Radivojević, A.R., Pavlović, M., 2020. M-GAM method in
function of tourism potential assessment: Case study of the Sokobanja basin in eastern
Serbia. Open Geosciences 12, 1468–1485.
Cahyadi, H.S., 2019. MENGHIDUPKAN KEMBALI KERAJAAN –KERAJAAN
MELALUI PARIWISATA (Studi Kasus: Puri Anyar Kerambitan, Bali, Indonesia.
Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation 2, 36–47.
de Oliveira Paiva, P.D., de Brito Sousa, R., Carcaud, N., 2020. Flowers and gardens on the
context and tourism potential. Ornamental Horticulture 26, 121–133.
DeWalt, K.M., DeWalt, B.R., 2011. Participant Observation, 2nd ed. AltaMira Press,
Maryland.
Guzzo, R.A., 1986. Group decision making and group effectiveness in organizations. In:
Designing Effcrtive Work Groups. Jossey-Bass, San Fransisco, pp. 34–71.
Guzzo, R.A., Yost, P.R., Campbell, R.J., Shea, G.P., 1993. Potency in groups: Articulating a
construct. British Journal of Social Psychology 32, 87–106.
Hooykaas, C., 1974. Cosmogony and Creation in Balinese Tradition. Springer Netherlands,
Dordrecht.
Hooykaas, C., 1976. Social anthropology, a “discipline” of theories and hear-say ? (à propos
of Geertz on Bali). In: Archipel. pp. 237–2243.
ICOMOS, 1999. INTERNATIONAL CULTURAL TOURISM CHARTER: Managing
Tourism at Places of Heritage Significance.
Ikawati, D., Bahtiar, A., 2021. DAMPAK SISTEM PERKAWINAN ADAT BALI PADA
NOVEL TARIAN BUMI KARYA OKA RUSMINI. In: PROSIDING SAMASTA
Seminar Nasional Bahasa Dan Sastra Indonesia. pp. 197–203.
Jamieson, W., 2022. THE CHALLENGE OF CULTURAL TOURISM [WWW Document].
URL http://archive.canada.icomos.org/bulletin/vol3_no3_jamieson_e.html (accessed
6.8.22).
Mahsa, M., 2021. REPRESENTASI MASYARAKAT BALI DALAM NOVEL TARIAN
BUMI KARYA OKA RUSMINI (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA). Jurnal Ilmiah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2, 219–230.
McKercher, B., du Cros, H., 2012. Cultural Tourism The Partnership Between Tourism and
Cultural Heritage Management.
Picard, M., 1990. “Cultural Tourism” in Bali: Cultural Performances as Tourist Attraction
37–74.
19
Picard, M., 1997. Tourism, Ethnicity, and the State in Asian and Pacific Societies. University
of Hawai‘i Press, Honolulu.
Putra, I.D.G.A.D., Adhika, I.M., Yana, A.A.G.A., 2021. Reviving cultural tourism in
kendran bali indonesia: Maintaining traditional architecture and developing
community-based tourism. Civil Engineering and Architecture 9, 328–338.
Putra, I.M.C.W., Sanjaya, I.G.A., Dewi, D.A.S., Pratiwi, N.K.A., Astawan, I.G., 2021. Desa
Adat Timbul: Kampung Wisata Berbasis Pertanian dan Edukasi. INTERNATIONAL
JOURNAL OF COMMUNITY SERVICE LEARNING 5, 376–381.
Putra, I.P.D.A., 2022. PELATIHAN FOTOGRAFI DAN PENGELOLAAN MEDIA
SOSIALPADA POKDARWIS PEMANIS HERITAGE DESA WISATA BIAUNG
TABANAN BALI. JURNAL NAWALA VISUAL 4, 50–62.
Richards, G., 1996. Cultural Tourism in Europe.
Shea, G.P., Guzzo, R.A., 1987. Group Effectiveness: What Really Matters? Sloan
Management Review 28, 25.
Tracy, S.J., 2013. Qualitative Research Methods. John Wiley & Sons, Ltd, West Sussex.
Trišić, I., Privitera, D., Štetić, S., Petrović, M.D., Radovanović, M.M., Maksin, M.,
Šimičević, D., Stanić Jovanović, S., Lukić, D., 2022. Sustainable Tourism to the Part of
Transboundary UNESCO Biosphere Reserve “Mura-Drava-Danube”. A Case of Serbia,
Croatia and Hungary. Sustainability 14, 6006.
Widiantara, I.G.A.B., Trianingrum, N.N.N., Poetranto, I.W.D., 2018. STRATEGI
PENGEMBANGAN PURI AGUNG KENDRAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA
UNGGULAN KABUPATEN GIANYAR, BALI. Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel
Akademi Komunitas Manajemen Perhotelan Indonesia 2.
WTO, 1985. The states’ role in protecting and promoting culture as a factor in tourism
development and the proper use and exploitation of the national cultural heritage of
sites and monuments for tourists.
Yan, L., Gao, B.W., Zhang, M., 2017. A mathematical model for tourism potential
assessment. Tourism Management 63, 355–365.
Zander, A., Medow, H., 1963. Individual and Group Levels of Aspirations. Human Relations
16, 89–105.
Zimmer, P., Grassmann, S., Champetier, Y., de Borchgrave, C., Hildwein-Scheele, A., Janot,
J.-L., 1996. Evaluating a territory’s touristic potential.