Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

Analisis Perbandingan Biaya Pengelolaan Limbah Medis Padat Antara


Sistem Swakelola dengan Sistem Outsourcing di Rumah Sakit Kanker
“Dharmais”
The Comparative Cost Analyses of Solid Medical Waste Management in Dharmais Cancer
Hospital between Self-Managed System with Outsourcing System

Ari Purwohandoyo
Program Studi Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehaan
Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

*Email: aripurwohandoyo@gmailcom

ABSTRAK

Berdasarkan prinsip “pembuat polusi yang membayar”, setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus bertanggung
jawab secara finansial atas pengelolaan limbahnya secara aman. Biaya tersebut harus didanai dengan alokasi
khusus dari anggaran rumah sakit. Total biaya umumnya terdiri atas investasi modal awal, penyusutan peralatan
dan bangunan, biaya pengoperasian elemen-elemen tersebut seperti petugas dan barang habis pakai, biaya
operasional sarana, biaya pengelolaan pihak ketiga, biaya perizinan, dan biaya-biaya lain yang semuanya harus
dipertimbangkan secara hati-hati jika akan memilih opsi yang paling rendah biayanya. Penelitian ini membahas
perbandingan biaya pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” antara sistem swakelola
dengan sistem outsourcing. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan dilakukan dengan cara
pengamatan, telaah dokumen langsung, dan perhitungan biaya menggunakan metode Activity Based Costing
(ABC). Dari hasil penelitian diketahui bahwa alur proses pengelolaan limbah medis sudah berjalan baik dan
pengelolaan limbah medis padat secara outsourcing lebih murah dibanding swakelola. Untuk mengurangi limbah
medis padat, masih dapat dilakukan upaya minimisasi limbah.

Kata kunci: biaya; pengelolaan limbah medis padat; swakelola; outsourcing.

ABSTRACT
Based on the principle of "the polluter pays", every health care need to be financially responsible for the
management of their waste safely. Such costs should be funded by a special allocation of hospital budgets. Total
expenses generally consist of an initial capital investment, depreciation of equipment and buildings, the cost of
operation of these elements such as personnel and consumables, vehicle operating costs, third-party management
fees, license fees, and other expenses that everything must be carefully fastidiously if it will choose the lowest cost
option.This study discusses The comparative cost analyse of solid medical waste management in the "Dharmais"
Cancer Hospital between self-managed system with outsourcing system. This research is a quantitative and
descriptive study was done by observation, document review, and the calculation of the cost of using Activity
Based Costing (ABC). The survey results revealed that the flow of medical waste management process has been
running good and solid medical waste management outsourcing system is cheaper than self-managed. To reduce
solid medical waste, they can do waste minimization efforts.

Keywords: costs, solid medical waste management self-managed, outsourcing.

Jurnal ARSI/Juni 2016 183


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

PENDAHULUAN 25% limbah yang dihasilkan merupakan limbah yang


berbahaya yang dapat merusak lingkungan dan berisiko
Sebagaimana yang juga tercantum dalam Undang- terhadap kesehatan. Dari 2,1 – 3,2 kg/tempat tidur/hari
Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, limbah padat yang dihasilkan rumah sakit, 10-20
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang persennya (di Indonesia 23%) adalah berupa limbah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan medis padat (Adisasmito, 2012) yang pengelolaannya
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat harus diperlakukan secara khusus karena bahayanya
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan sangat besar bagi lingkungan dan masyarakat.
Kesehatan Paripurna dimaksud adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan Pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit
rehabilitatif, yang dalam melaksanakan kegiatannya Kanker “Dharmais” dalam pelaksanaannya menjadi
perlu diatur dengan salah satu tujuannya adalah untuk tanggung jawab dari Instalasi Kesehatan Lingkungan
memberikan perlindungan terhadap keselamatan dan K3 bekerjasama dengan perusahaan pengelola
pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan limbah bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berizin
sumber daya manusia di rumah sakit. sejak bulan April 2013 hingga saat ini, yang setiap
tahunnya ditunjuk melalui proses lelang terbuka dengan
Penyehatan lingkungan rumah sakit merupakan salah satu nilai kontrak Rp. 7000,-/kg limbah dan seluruh fasilitas
program yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit. pengelolaan seperti tempat sampah, wheel bin, sharp
Mengingat rumah sakit merupakan salah satu tempat yang container, yellow bag dan lain-lain disediakan penyedia.
banyak dikunjungi, maka program ini dilaksanakan agar Adapun nilai kontrak kerjasama pengelolaan limbah
dalam kegiatan operasional rumah sakit tidak mengganggu medis padat tahun 2015, dikarenakan mengikuti
pengunjung dan masyarakat yang ada di dalam dan diluar kenaikan harga investasi, operasional, pemeliharaan,
rumah sakit. Gangguan tersebut dapat berbentuk infeksi dan fasilitas pendukung telah disepakati dengan nilai
nosokomial maupun pencemaran lingkungan. Guna Rp. 8300,-/Kg dengan prediksi berat limbah 160.000
mengurangi dampak dan risiko tersebut maka pemerintah Kg, sehingga total nilai kontrak Rp. 1.460.800.000,-.
dalam hal ini Departemen Kesehatan mengeluarkan
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/ 2004 tentang Mengingat RS. Kanker “Dharmais” memiliki Incinerator
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. yang memadai dan terpelihara, serta terjadinya peningkatan
nilai kontrak pengelolaan limbah medis padat tahun 2015,
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan tersebut tersebut, yang sampai saat ini belum pernah dilakukan perhitungan
pengelolaan limbah termasuk di dalam salah satu yang mendalam, apakah biaya yang dikeluarkan RS.
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit karena Kanker “Dharmais” melalui kontrak kerjasama dengan
rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan dari penyedia(outsourcing)yanglebihmenguntungkandibandingkan
berbagai kegiatannya menghasilkan limbah yang dapat dengan dikelola sendiri (swakelola).
mencemari lingkungan dan menimbulkan gangguan
kesehatan bagi masyarakat, sehingga rumah sakit Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana alur proses
memiliki kewajiban mengelola limbah tersebut. dan menghitung biaya pengelolaan limbah medis padat
secara swakelola dan secara outsourcing. Kemudian
Limbah medis adalah semua limbah yang dihasilkan dilakukan perbandingan diantara kedua sistem tersebut
dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan sebagai dasar penilaian apakah Rumah Sakit Kanker
gas. Limbah medis padat adalah limbah padat yang “Dharmais” sudah tepat memilih system pengelolaan
terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah limbahnya.
benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, TINJAUAN PUSTAKA
yang dihasilkan oleh Fasilitas Pelayanan dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi. Menurut World Health Organization (1999) dalam
Pruss (2005), rumah sakit dan instalasi kesehatan
Menurut WHO (2013) 75%-90% limbah yang lainnya memiliki “kewajiban untuk memelihara”
Kesehatan berupa limbah domestik, sedangkan 10% - lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta memiliki

Jurnal ARSI/Juni 2016 184


Ari Purwohandoyo, Analisis Perbandingan Biaya Pengelolaan Limbah Medis Padat Antara Sistem Swakelola dengan Sistem Outsourcing di
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Rumah SakitVolume
Kanker 2“Dharmais”
Nomor 3

tanggung jawab khusus yang berkaitan dengan limbah berbahaya atau bisa membahayakan, kecuali jika
yang dihasilkan instalasi tersebut. Kewajiban yang dilakukan pengamanan tertentu. Adapun tahapan
dipikul instalasi tersebut diantaranya adalah kewajiban penanganan limbah medis terdiri dari pemilahan,
untuk memastikan bahwa penanganan, pengolahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,
serta pembuangan limbah yang mereka lakukan tidak penampungan, dan pengolahan.
akan menimbulkan dampak yang merugikan
kesehatan dan lingkungan. Menurut Departemen Kesehatan RI (2005) outsourcing
berasal dari dua suku kata, yaitu out dan source, yang
Limbah rumah sakit (Depkes, 2004) adalah semua menurut kamus Oxford mempunyai arti sebagai
limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam contract out, yang dengan terjemahan bebas bermakna
bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat kerja sama operasional (KSO). Adapun definisi
mengandung mikroorganisme patogen, bersifat outsourcing menurut Soewondo (2003), outsourcing
infeksius, bahan kimia beracun dan sebagian bersifat adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian
radioaktif. Limbah padat rumah sakit adalah semua dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan
limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai penyedia jasa outsourcing).
akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah
medis padat dan non-medis. Limbah medis padat Tidak semua unit di rumah sakit dapat di outsourcing,
adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, untuk fungsi yang strategik dan merupakan unggulan
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, rumah sakit sebaiknya tidak di outsourcing, beberapa
limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, yang dapat di outsourcing antara lain adalah catering,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan penyediaan linen rumah sakit, jasa perbankan, cleaning
kandungan logam berat yang tinggi. service, maintenance dan repair peralatan canggih.

Upayapengelolaanlimbah rumahsakitdapatdilaksanakan Evaluasi ekonomi adalah suatu bentuk analisis ekonomi


dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa yang membandingkan dua atau lebih program alternatif
peraturan, pedoman, dan kebijakan yang mengatur dilihat dari segi biaya dan konsekuensi atau outcome
pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan (Drummon, 2005). Dengan kata lain evaluasi ekonomi
rumah sakit (Hapsari, 2010). Adisasmito (2007) mengidentifikasi serta mengukur biaya dan konsekuensi
menguraikan bahwa sebagian besar rumah sakit dari beberapa alternatif kebijakan atau program yang akan
melakukan pengelolaan limbah padat dengan memisahkan dilaksanakan. Biaya (cost) adalah semua pengorbanan
antara limbah medik dan nonmedik (80,7%), tetapi (sacrifice) yang dikeluarkan untuk memproduksi atau
dalam masalah pewadahan sekitar 20,5% yang mengkonsumsi suatu barang atau jasa tertentu. Dengan
menggunakan pewadahan khusus dengan warna dan demikian pengertian biaya meliputi semua jenis
lambang yang berbeda. Sementara itu, teknologi pengorbanan, biasanya diukur dalam bentuk uang,
pemusnahan dan pembuangan akhir yang dipakai, untuk barang, gedung, waktu, atau kesempatan yang hilang
limbah infeksius 62,5% dibakar dengan insenerator, (opportunity cost) dan bahkan kenyamanan yang
14,8% dengan cara landfill, dan 22,7% dengan cara lain; terganggu.
untuk limbah toksik 51,1% dibakar dengan insenerator,
15,9% dengan cara landfill dan 33,0% dengan cara lain. Metode Activity Based Costing merupakan metode
terbaik dari berbagai metode analisis biaya yang ada,
Rumah sakit merupakan penghasil limbah klinis meskipun pelaksanaannya tidak semudah metode yang
terbesar. Limbah klinis ini bisa membahayakan dan lain karena belum semua rumah sakit memiliki sistem
menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung akuntansi dan keuangan yang terkomputerisasi. Pada
dan terutama kepada petugas yang menangani limbah metode ini biaya dikelompokkan berdasarkan masing-
tersebut serta masyarakat sekitar rumah sakit. Limbah masing aktifitas yang dilakukan, kemudian diidentifikasi
klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medik, dan dihitung masing-masing biaya investasi, biaya
perawatan gigi, farmasi, atau yang sejenis; penelitian, operasional, biaya pemeliharaan, dan biaya tidak
pengobatan, perawatan, atau pendidikan yang langsung masing-masing aktifitas yang dilakukan.
menggunakan bahan-bahan yang beracun, infeksius,

Jurnal ARSI/Juni 2016 185


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

Pengelolaan limbah medis madat merupakan suatu Aktifitas pemilahan adalah merupakan kumpulan
serangkaian proses kegiatan yang pada pelaksanaannya kegiatan dimana petugas kebersihan mempersiapkan
menimbulkan biaya investasi, biaya operasional, biaya sarana pembuangan limbah medis padat dalam kondisi
pemeliharaan, dan biaya tidak langsung, sehingga dapat siap pakai. Pada aktifitas ini, staf pemberi pelayanan
dinilai total biaya dan biaya satuan yang dibutuhkan kesehatan di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” membuang
dalam pengelolaan limbah medis padat tersebut. sampah medis hasil dalam melaksanakan tugasnya ke
dalam tempat sampah dan kantong plastik berwarna
METODOLOGI PENELITIAN kuning dan berlogo “biohazards”. Sedangkan untuk
limbah jarum suntik dan benda tajam dibuang ke dalam
Jenis Penelitian adalah penelitiankualitatifmenggunakan safety box yang juga berlogo “biohazards”. Petugas
rancangan crossectional dengan melakukan studi kebersihan secara rutin akan memantau volume limbah
perbandingan biaya (comparative study) antara dua yang berada di tempat sampah.
alternatif yang ada, pengelolaan limbah medis padat di
RS Kanker “Dharmais” pada bulan Januari sampai Pada aktifitas ini, menurut petugas kebersihan dan
April tahun 2015 antara sistem swakelola dengan sanitarian, masih sering ditemukan sampah domestik,
outsourcing. Selanjutnya perhitungan biaya dilakukan botol infus, dan limbah lain yang tidak termasuk limbah
dengan menggunakan metode Activity Based Costing medis dan limbah B3 dibuang di tempat sampah medis,
(ABC). sehingga menambah berat limbah medis yang
dihasilkan.
Berbagai kegiatan yang dilakukan untuk melakukan
pengumpulan data dimulai dengan melihat dan Kemudian pada aktifitas pewadahan, petugas kebersihan
mencatat alur kegiatan pengelolaan limbah medis padat mengambil limbah medis padat yang sudah 2/3 penuh
di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”. Di dalam alur dan atau sesuai jadwal pembuangan untuk di simpan
kegiatannya termasuk menghitung biaya investasi, sementara dalam wheel bin. Sebelum plastik dan safety
biaya operasional, dan biaya pemeliharaan serta biaya box dimasukkan ke dalam wheel bin, petugas kebersihan
yang menunjang semua kegiatan pengelolaan untuk harus mengisi pada label yang telah disediakan menggunakan
mendapatkan biaya total dari tiap alternatif pengobatan. spidol permanen. Adapun yangdituliskan padalabel adalah
lokasi asal limbah dan nama petugas. Kemudian petugas
HASIL DAN PEMBAHASAN kebersihan membersihkan tempat sampah medis dan
mengisinya dengan plastik baru.
Dalam perhitungan total biaya pengelolaan limbah
medis padat di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” Plastik kuning dan safety box yang berisi sampah di
diawali dengan mengidentifikasi masing-masing aktifitas simpan ke dalam wheel bin untuk disimpan sementara
dalam suatu alur proses (current stage), kemudian dari di lokasi yang aman sampai pada jadwal pengangkutan.
masing-masing aktifitas sumber daya yang digunakan Jadwal pengangkutan limbah yang ditetapkan pada jam
dikelompokkan menjadi biaya investasi, biaya 06.00, jam 13.30, dan jam 20.00 setiap harinya. Namun
operasional, biaya pemeliharaan, dan biaya tidak bila wheel bin sudah 2/3 penuh, harus segera didorong
langsung (ditampilkan dalam gambar 1). ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS)
untuk menghindari penyebaran infeksi.
Dari alur proses tersebut didapatkan aktifitas-aktifitas
pengelolaan limbah medis padat yaitu pemilahan, Pada aktifitas pengangkutan, di jadwal yang telah
pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, dan ditentukan, wheel bin didorong menuju TPS di
penyimpanan. Aktifitas yang dilaksanakan sudah sesuai belakang rumah Sakit yang berjarak sekitar 30 meter
dengan Pedoman Pengelolaan Limbah Medis Padat dari Gedung Utama Rumah Sakit Kanker “Dharmais”
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal yang merupakan pusat pelayanan pasien.
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2 dan PL) Kementerian Kesehatan Republik Pada aktifitas penyimpanan sementara di TPS, dibagi
Indonesia tahun 2013. menjadi dua kegiatan, yaitu sebelum dan sesudah
pembakaran. Pada saat sebelum pembakaran, sebelum

Jurnal ARSI/Juni 2016 186


Ari Purwohandoyo, Analisis Perbandingan Biaya Pengelolaan Limbah Medis Padat Antara Sistem Swakelola dengan Sistem Outsourcing di
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Rumah SakitVolume
Kanker 2“Dharmais”
Nomor 3

serah terima limbah kepada petugas kebersihan TPS, tugas lembur untuk membuang sisa pembakaran.
petugas kebersihan menimbang seluruh limbah beserta Tugas lembur dilakukan karena di jalan protokol depan
wheel bin dan safety box-nya. Hal ini dimaksudkan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” tidak boleh dilalui
meminimalisir petugas kebersihan kontak dengan truk dari jam 22.00-05.00. Dikarenakan berat sisa
limbah. Sebelumnya masing-masing wheel bin dan pembakaran dapat mencapai 5 ton setiap pembuangan,
safety box telah ditimbang berat kosongnya, sehingga maka diperlukan staf tambahan untuk mengangkut sisa
hasil penimbangan dikurangi berat kosong tersebut. pembakaran.
Pada saat serah terima limbah, petugas kebersihan
mencatat pada formulir lokasi asal limbah, berat Sebelum diangkut ke dalam drum-drum dalam truk,
limbah, dan nama petugas yang membuangnya. sisa pembakaran ditimbang terlebih dahulu, sebagai
Setelah meletakkan wheel bin dan safety box yang telah bahan laporan kepada instansi pengelola lingkungan
ditimbang, petugas kebersihan ruangan kembali ke DKI Jakarta dan sebagai dasar pembayaran kepada
tempat tugasnya membawa wheel bin dan safety box perusahaan pengangkut. Lokasi TPS dan jalur
kosong. pengangkutan kemudian dibersihkan.

Pada kegiatan setelah pembakaran, petugas kebersihan Setelah digambarkan dalam suatu flowchart, alur proses
mengangkut sisa pembakaran yang sudah dimasukkan pengelolaan limbah medis padat secara outsourcing,
ke dalam karung-karung ke dalam TPS untuk hanya berbeda pada aktifitas penyimpanan sementara
menunggu waktu pembuangan sisa pembakaran danpengolahansaja.Perbedaantersebutadalahdikarenakan
(maksimal selama 3 bulan). Petugas kebersihan pada swakelola terdapat kegiatan pembakaran dan juga
membersihkan lokasi sebelum jam kerja selesai. Pada pembuangan sisa pembakaran, sebaliknya tidak dilakukan
kegiatan ini, semua petugas bekerja non shift sejak hari pada sistem outsourcing (ditampilkan dalam gambar 2).
senin-sabtu.
Pada aktifitas penyimpanan sementara, hanya terdapat
Pada aktifitas pengolahan, terdapat dua kegiatan yang satu kegiatan saja, yaitu sama pada pengelolaan limbah
dilaksanakan, yaitu kegiatan pembakaran dan medis padat secara swakelola di kegiatan sebelum
pembuangan sisa pembakaran. Pada kegiatan pembakaran. Setelah wheel bin sampai ke TPS, petugas
pembakaran, operator incinerator memindahkan sisa kebersihan menimbang seluruh limbah beserta wheel
pembakaran yang dilakukan sehari sebelumnya ke bin dan safety boxnya. Pada saat serah terima limbah,
dalam karung-karung untuk disimpan sementara ke petugas kebersihan mencatat pada formulir lokasi asal
dalam TPS, berat sisa pembakaran sekitar 50 Kg setiap limbah, berat limbah, dan juga nama petugas yang
harinya. Kemudian operator mengangkut limbah membuangnya. Setelah meletakkan wheel bin dan
dalam plastik dan safety box yang belum dibakar yang safety box yang telah ditimbang, petugas kebersihan
berat rata-rata limbahnya lebih dari 400 Kg setiap ruangan kembali ke tempat tugasnya membawa wheel
harinya ke lubang pengumpan yang terletak di bagian bin dan safety box kosong.
atas incinerator melalui tangga yang telah disediakan.
Pada aktifitas pengolahan, setelah petugas pengangkut
Kemudian petugas menyalakan incinerator selama 30 datang, maka bersama petugas kebersihan dilakukan
menit, yang pada chamber pertama untuk membakar penimbangan dan pencatatan pada lembar manifes
limbah, sedangkan pada chamber kedua untuk yang dibawa petugas pengangkut.
membakar asap dan debu hasil pembakaran, agar asap
yag dibuang aman bagi lingkungan.Setelah incinerator Dalam melakukan perhitungan activity based costing
dimatikan, incinerator beserta sisa pembakaran (ABC) pada sistem swakelola dan outsourcing, harga
didiamkan selama minimal 12 jam untuk mendinginkan sumber daya yang digunakan berdasarkan harga pasar
incinerator dan sisa pembakaran tersebut. atau harga dan perhitungan yang berlaku pada Bulan
April tahun 2015, angka inflasi menggunakan rata-rata
Pada kegiatan pembuangan sisa pembakaran, setelah inflasi Bank Indonesia di Bulan Januari-April tahun
disepakati waktu dan biaya kerjasama dengan penyedia 2015. Untuk harga solar, diambil harga rata-rata dari
penampung sisa pembakaran, operator melaksanakan bulan Januari-April 2015.

Jurnal ARSI/Juni 2016 187


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

Adapun prediksi limbah medis padat yang diolah, 2. Penelitian dilakukan pada Bulan April dan Mei 2015
tempat sampah medis, safety box, dan wheel bin berdasarkan data pelaksanaan pengelolaan limbah
berdasarkan berat limbah yang telah dihasilkan pada yang sudah berjalan pada tahun 2015 yaitu data di
Bulan Januari-April 2015, tempat sampah medis Bulan Januari hingga April 2015. Pengambilan data
sebanyak 250 buah, safety box ukuran 5 liter sebanyak dilakukanuntukmembandingkanpengelolaanlimbah
10.800 buah, wheel bin ukuran 240 liter sebanyak 50 secara swakelola dan secara outsourcing dalam tahun
buah, dan wheel bin 120 liter sebanyak 30 buah yang 2015,berdasarkankontrakkerjasamadenganpenyedia;
nilainya diperhitungkan dalam periode 4 bulan. 3. Sumber daya berupa peralatan, hampir semua tidak
dapat langsung diketahui harga pengadaannya, sehingga
Adapun penggunaan barang habis pakai (BHP) seperti peneliti harus mencari harga pasar saat ini baik secara
sarung tangan, masker, plastik sampah, ballpoint, langsung maupun melalui internet;
karung, dan air dihitung pemakaian rata-rata per bulan 4. Tarif solar industri yang berubah-ubah, sehingga tidak
dari bulan Januari-April 2015, sedangkan konsumsi dapat ditentukan hargatetapnya. Untuk itu para peneliti
solar dan listrik disesuaikan dengan spesifikasi menggunakan harga solar rata-rata sebagai dasar
kebutuhan energi dari incinerator. perhitungan harganya dan melakukan penelitian pada
waktu yang sudah berjalan, yaitu Bulan Januari-April
Setelah dilakukan penelusuran biaya pengelolaan limbah 2015;
medis padat secara swakelola berdasarkan aktifitas 5. Data perhitungan biaya investasi berupa harga
menurut metode ABC didapatkan hasil perhitungan ruangan/bangunan tidak ada, karena saat pengadaannya
berupa biaya langsung yang terdiri dari biaya investasi, merupakan satu paket pengadaan incinerator, sehingga
biaya operasional, dan biaya pemeliharaan, serta biaya peneliti meminta bantuan konsultan yang sedang
tidak langsung yang berfungsi sebagai penunjang namun melaksanakan pekerjaan di Rumah Sakit Kanker
tidaklangsungmempengaruhiprosespengelolaanlimbah, “Dharmais”menilaitaksiranhargadanmasapakainya;
sebagaimana ditampilkan dalam tabel 1. 6. Tidak dimasukkannya biaya administrasi dan
perkantoran kedalam Instalasi Kesehatan Lingkungan
Adapun setelah dilakukan penelusuran biaya pengelolaan danK3,biayakemungkinanapabilaterjadinyakeadaan
limbah medis padat secara outsourcing berdasarkan darurat dan kecelakaan kerja, biaya pembuatan laporan
aktifitas menurut metode ABC didapatkan pula hasil ketaatan lingkungan, dan biaya risiko dan dampak
perhitungan berupa biaya langsung yang terdiri dari hukum apabila Rumah Sakit Kanker “Dharmais”
biaya investasi, biaya operasional, dan biaya pemeliharaan, tidak memenuhi persyaratan dalam pengolahan
serta biaya tidak langsung yang berfungsi sebagai limbah medis padatnya;
penunjang namun tidak langsung mempengaruhi proses 7. Terdapatnya incinerator yang tidak dipakai, namun
pengelolaan limbah, sebagaimana ditampilkan dalam tabel masa pakainya masih tersisa 3 tahun lagi, maka yang
2. tetapdihitungbebandepresiasinyasehingga meningkatkan
beban biaya pengelolaan limbah medis padat secara
Dalam proses pengumpulan dan pengolahan data yang outsourcing.
dilakukan pada penelitian ini, terdapat keterbatasan
antara lain Dari kedua alur proses pengelolaan limbah medis padat
1. Dikarenakan pengelolaan limbah medis padat yang menunjukkan bahwa kedua sistem sudah dilaksanakan
berjalan saat ini adalah pengelolaan secaraoutsourcing, sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Limbah Medis Padat
maka dengan ini tidak dapat dilakukan pengamatan FasilitasPelayananKesehatanDirektoratJenderalPengendalian
alur proses pengelolaan limbah secara swakelola, Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2 dan PL)
khususnya pada aktifitas pengolahan. Sebagai jalan Kementerian Kesehatan Republik Indonesiatahun 2013.
keluar, peneliti membuat alur proses berdasarkan
pengalaman yang pernah melaksanakan tugas di Dalam pelaksanaannya, kedua alur proses tersebut
Instalasi Kesehatan Lingkungan dan K3, telaah mempunyai perbedaan pada beberapa aktifitas dan
dokumen, serta wawancara kepada Kepala Unit sumber daya yang digunakan pada masing-masing
Kesehatan Lingkungan di Instalasi Kesehatan aktifitas. Aktifitas-aktifitas tersebut adalah aktifitas
Lingkungan dan K3; penyimpanan sementara dan pengolahan. Hal tersebut

Jurnal ARSI/Juni 2016 188


Ari Purwohandoyo, Analisis Perbandingan Biaya Pengelolaan Limbah Medis Padat Antara Sistem Swakelola dengan Sistem Outsourcing di
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Rumah SakitVolume
Kanker2“Dharmais”
Nomor 3

merupakan dampak adanya proses pembakaran limbah kedua sistem tersebut terdapat selisih Rp. 681,- per-Kg
medis padat yang dilakukan apabila pengelolaan berat limbah medis padat.
limbah secara swakelola. Terkait dengan hal tersebut,
maka terdapat juga perbedaan sumber daya yang Pada aktifitas pemilahan, pewadahan, dan pengumpulan
digunakan. padasistem swakelolamemerlukan biaya yanglebih tinggi
dibandingkan sistem outsourcing, hal ini dikarenakan
Selain waktu pengelolaan yang lebih lama, pada beberapa sumber daya seperti wheel bin, timbangan lantai
pengelolaan limbah secara swakelola membutuhkan digital dan tempat sampah medis, yang pada sistem
SDM yang kompeten dalam melakukan pembakaran. swakelola harus dibeli Rumah Sakit, ditanggung
Dibutuhkan setiap 200 tempat tidur perawatan sebanyak 1 pengadaannya oleh penyedia jasa outsourcing pengolah
orang operator limbah (Kemenkes, 2013). Untuk itu limbah. Begitu pula penyediaan plastik sampah medis
dikarenakan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” melayani berlogo, dimana penyedia jasa pengolahan limbah
lebih dari 300 tempat tidur, maka dibutuhkan 2 orang menyediakan perbulan 2.000 lembar (125 kg) plastik
operator. Sumber daya penting lain adalah dibutuhkan ukuran 50X75 cm dan 2.000 lembar (83 kg) plastik
bahan bakar solar dan alokasi dana pembuangan sisa ukuran 60X100 cm. sehingga mengurangi beban rumah
pembakaran. sakit dalam penyediaan plastik sampah medis berlogo.

Dari data pengelolaan limbah medis padat secara Dari perhitungan biaya di atas, menunjukkan pengelolaan
swakelola pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa limbah medis padat secara swakelola di Rumah Sakit
total biaya langsung sebesar 82,57% dari pengelolaan Kanker “Dharmais” membutuhkan alokasi dana yang
limbah medis padat secara swakelola lebih besar dari lebih sedikit, terdapat selisih sebesar Rp. 34.309.747,-.
total biaya tidak langsung sebesar 17,43% dari nilai total Berdasarkan hal tersebut, Rumah Sakit Kanker “Dharmais”
pengelolaan limbah medis padat secara swakelola, artinya sudah tepat memutuskan pengelolaan limbahnya
dengan biaya terbesar pada aktifitas pengolahan struktur secara outsourcing.
biaya langsung yang merupakan 56% dari total biaya.
Ini sesuai dengan perkembangan tumbuhnya fasyankes
Sedangkan dari data pengelolaan limbah medis padat di tanah air yang harus mengelola limbahnya dengan
secara outsourcing menunjukkan bahwa total biaya biaya investasi, operasional, dan pemeliharaan yang
langsung sebesar 90,38% dari pengelolaan limbah sangat mahal, yang untuk beberapa fasilitas layanan
medis padat secara outsourcing lebih besar dari total kesehatan sangat memberatkan dan tidak sesuai dengan
biaya tidak langsung sebesar 9,62% dari pengelolaan jumlah limbah yang dihasilkan (sedikit).
limbah medis padat secara outsourcing, dengan biaya
terbesar pada aktifitas pengolahan struktur biaya Selama beberapa tahun terakhir, privatisasi semakin
langsung yang merupakan 80,09% dari total biaya. banyak diterapkan di sejumlah negara sebagai metode
pendanaan alternatif untuk berbagai lapangan pekerjaan,
Penjumlahan total biaya langsung dengan total biaya termasuk pengelolaan limbah layanan kesehatan. Melalui
tidak langsung adalah total biaya (total cost). pengaturan semacam itu, sektorswastasecarakeseluruhan
Perbandingan total biaya pengelolaan limbah medis akan mendanai, mendesain, mendirikan, memiliki, dan
padat sistem swakelola sebesar Rp. 625.332.440,- menjalankan sarana pengolahan serta menjual jasanya
dibandingkan dengan total biaya sistem outsourcing dalam hal pengumpulan dan pembuangan limbah pada
sebesar Rp. 591.022.692,- terdapat selisih Rp. instansi kesehatan pemerintah maupun swasta (Chartier,
34.309.747,- lebih besar secara swakelola. Sehingga 2014).
apabila dibagi dengan output berupa limbah yang
dihasilkan pada periode bulan Januari-April 2015 Pertimbangan lain dengan pengelolaan secara outsourcing
sebanyak 50.374,85 Kg, didapatkan biaya yang harus dapat mengurangi belanja pegawai selain berupa gaji,
dikeluarkan untuk pengelolaan per-Kg berat limbah insentif,danTHRadalahbiayakesehatandankeselamatan
adalah Rp. 12.414 per-Kg untuk sistem swakelola dan pekerja. Untuk memastikan bahwa prosedur penanganan,
Rp. 11.732 per-Kg untuk sistem outsourcing. Dari pengolahan, penampungan dan pembuangan limbah yang
benar telah dijalankan, maka harus dipersiapkan program

Jurnal ARSI/Juni 2016 189


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

dan anggaran pelatihan yang tepat, penyediaan peralatan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
dan pakaian untuk perlindungan pekerja, serta program Penyehatan Lingkungan (P2 dan PL) Kementerian
kesehatan kerja yang efektif yang mencakup imunisasi, Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, prinsip
pengobatan profilaktik pasca pajanan, dan surveilans penanganan limbah medis padat di Fasyankes adalah
kesehatan. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang sebagai berikut:
dikeluarkan sebagai akibat pemanfaatan tenaga kerja a. The “polluter pays” principle atau prinsip “pencemar
dalam melakukan produksi (Blocher, 2010). yang membayar” bahwa semua penghasil limbah
secarahukum dan finansial bertanggungjawab untuk
Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan menggunakan metode yang aman dan ramah
Konradus (2012) bahwa keselamatan dan kesehatan lingkungan dalam pengelolaan limbah.
kerja yang berstandar Safety, Health and Loss Control b. The“precautionary”principleatauprinsip“pencegahan”
mengharuskan setiap tempat kerja untuk menempatkan merupakan prinsip kunci yang mengatur perlindungan
K3 sebagai program yang tidak terpisahkan dari kesehatan dan keselamatan melalui upaya penanganan
rencana produksi tahunan, peningkatan kualitas SDM, yang secepat mungkin dengan asumsi risikonya
ketersediaan alat-alat keselamatan kerja dan pelayanan dapat terjadi cukup signifikan.
kesehatan pekerja. Mereka juga dilatih untuk terampil c. The “duty of care” principle atau prinsip “kewajiban
menggunakan alat dan merupakan pola hidup sehat untuk waspada” bagi yang menangani atau mengelola
untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan limbah berbahaya karena secara etik bertanggung
penyakit akibat kerja. jawab untuk menerapkan kewaspadaan tinggi.
d. The “proximity” principle atau prinsip “kedekatan”
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat dalam penanganan limbah-limbah berbahaya untuk
menyebabkan kerugian, baik bagi tempat kerja maupun meminimalkan risiko dalam pemindahan.
bagi pekerja. Selain itu kecelakaan kerja dan penyakit
kerja dapat menyebabkan loss time injury (kehilangan Di sisi lain, RS Kanker “Dharmais” ini dapat berkurang
jam kerja produktif) dan property damage (kerusakan kesibukannya, dan dapat terpenuhi kewajibannya untuk
alat) yang berdampak pada menurunnya tingkat mengelola lingkungan sesuai peraturan, dan dapat lebih
produktivitas. fokus pada bisnis utamanya, yaitu memberikan
pelayanan pada pasien kanker, berkurang dari risiko
Biaya investasi berupa pembelian peralatan seperti timbulnya penyakit dan cedera akibat pencemaran pada
incinerator, tempat sampah, wheel bin, dan timbangan lingkungan dan masyarakat sekitar Rumah Sakit, yang
dapat dihindari. Karena barang investasi bagi instansi sudah tentu biaya perbaikannya dan sangsi hukum yang
pemerintah memerlukan proses yang panjang dalam diterima akan lebih mahal.
pengadaannya. Barang yang sudah dibeli harus
dimasukkan dalam aset rumah sakit, diperlukan biaya Dikarenakan pada umumnya lokasi rumah sakit -
operasional dan pemeliharaan yang mahal, diperlukan rumah sakit di Indonesia berdampingan dengan
perizinan dalam penggunaannya, dan sulit dalam pemukiman dan sarana umum lain, maka setiap
penghapusan asetnya, sehingga masih akan tercatat kegiatan pengelolaan limbahnya berisiko mencemarkan
sebagai barang investasi walau sudah tidak produktif lingkungan dan masyarakat di sekitarnya, untuk itu
lagi. rumah sakit perlu menyediakan suatu biaya lingkungan
(environment cost) sebagai bagian dari tanggung jawab
Sebelum pembelian incinerator perlu dipertimbangkan sosial dalam anggaran tahunannya sebagai langkah
ukuran, lokasi, serta sarana gedung yang akan digunakan preventif dan antisipatif terhadap risiko yang mungkin
untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran dan terjadi. Pertanggungjawaban sosial ini tidak hanya
pencemaran udara (Chandra, 2006). Dibutuhkan total bertujuan untuk menunjukkan bahwa perusahaan telah
anggaran investasi pembelian incinerator di Indonesia melakukan kegiatan sosial dan telah ikut berperan serta
berkisar $ 68.400,- (Rp. 911.908.800 dengan $1 = Rp. dalam masalah sosial, tetapi juga untuk mengevaluasi
13.332,-) (Chartier, 2014), belum termasuk biaya-biaya lain. social performance perusahaan (Kotler, 2007), karena
Hal tersebut sesuai dengan Pedoman Pengelolaan dengan social performance tersebut, masyarakat dapat
Limbah Medis Padat Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Jurnal ARSI/Juni 2016 190


Ari Purwohandoyo, Analisis Perbandingan Biaya Pengelolaan Limbah Medis Padat Antara Sistem Swakelola dengan Sistem Outsourcing di
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Rumah SakitVolume
Kanker 2“Dharmais”
Nomor 3

membentuk image positif atau negatif terhadap rumah h. Limbah yang telah melalui proses sterilisasi harus
sakit. dibuat berita acaranya agar tidak terjadi kesalahan
data.
Namun, mengingat tidak terlalu besar selisih harga
pengelolaan limbah kedua alternatif tersebut, apabila Berkaitan dengan terdapatnya incinerator yang tidak
jumlah limbah yang dikelola semakin banyak, lebih dari terpakai dan sudah habis perizinannya, namun
yang diprediksi, maka akan berdampak pada kondisinya masih layak digunakan dan masa pakainya
peningkatan kebutuhan dana pengelolaan limbah masih tersisa 3 tahun lagi, sampai saat ini Rumah Sakit
secara outsourcing. Dari hasil simulasi apabila berat Kanker “Dharmais” belum mendapatkan jalan keluar
limbah meningkat dengan rata-rata 32,4 Kg per-hari terkait hal tersebut, selain difungsikan stand by apabila
atau 963,9 Kg per-bulan dari jumlah sebelumnya rata- terjadi permasalahan proses pengolahan dengan
rata 423,32 Kg per-hari atau 12.593,71 Kg per-bulan, penyedia jasa pengolah limbah, sehingga incinerator
maka biaya pengelolaan limbah secara outsourcing tersebut hanya menjadi beban biaya namun tidak
akan menjadi lebih mahal. produktif.

Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut dalam upaya Penyedia jasa pengolah limbah yang saat ini bekerjasama
mengurangi limbah medis padat yang dihasilkan dengan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” merupakan
Rumah Sakit Kanker “Dharmais” yang dimulai dari perusahaan yang berpusat di Kota Bandung dengan lahan
proses pemilahan limbah di sumber penghasil limbah. pengolahan di daerah Dawuan Cikampek. Hal tersebut
Karena pembatasan limbah secara efektif dan tindakan dapat menjadi permasalahan tersendiri, karena dapat
penanganan yang aman selain dapat memberikan menjadi penambah nilai kontrak dan berpotensi
perlindungan kesehatan yang signifikan bagi masyarakat mengganggu kontinuitas pengambilan limbah karena
umum, pasien, tenaga kesehatan, dan pengelola limbah, risiko gangguan dalam transportasi.
serta dapat mengurangi biaya yang dibutuhkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pengurangan (minimisasi) limbah medis padat pada
tahap pemilahan dapat dilakukan dengan cara
Kesimpulan
(Kemenkes, 2013) :
a. Pembelian bahan sesuai dengan kebutuhan, efisien Alur proses pengelolaan limbah medis padat di Rumah
dalam pemakaian. Sakit Kanker “Dharmais” sudah sesuai persyaratan
b. Pembelian bahan dari produsen/distributor yang kesehatan lingkungan dan sudah berjalan dengan baik,
bersedia untuk mengambil limbah sesuai dengan sesuai prosedur, dan memperhatikan prinsip-prinsip
produk yang digunakan (extended producer patient safety serta keselamatan dan kesehatan kerja
reponsibility). karyawan. Khusus pengelolaan secara outsourcing
c. Penerapan sistem FIFO (First In First Out) dan dilakukan melalui alur proses yang lebih pendek,
FEFO (First Expired First Out) dalam pendistribusian sederhana, dan risikonya lebih rendah bagi lingkungan
bahan. rumah sakit.
d. Pemilahan limbah yang cermat pada sumber
menjadi beberapa kategori dapat membantu Setelah melakukan perhitungan activity based costing
meminimalkan kuantitas limbah berbahaya. (ABC), dengan membandingkan total kebutuhan biaya
e. Limbah medis yang bernilai ekonomis dapat pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit
dimanfaatkan kembali (reuse) dan/atau daur ulang Kanker “Dharmais” dari seluruh aktifitas pengelolaan
(recycle) melalui proses sterilisasi. limbah pada periode Bulan Januari-April 2015
f. Limbah yang akan didaur ulang melalui proses menunjukkan pengelolaan limbah medis padat secara
sterilisasi harus dipisahkan dari limbah yang tidak outsourcing sedikit lebih murah dengan perbedaan Rp.
dimanfaatkan kembali. 34.309.747.
g. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan
kembali harus melalui proses sterilisasi.

Jurnal ARSI/Juni 2016 191


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3

Saran Chartier,Y.,Emmanuel,J.,Pieper,U.,etal.(2014).SafeManagementofWastesFromHealth-
CareActivities2ndEdition.Geneva:WHOPress.
Direksi RSKD. (2009). Keputusan Direksi RS Kanker Dharmais Nomor:
Rumah Sakit Kanker “Dharmais” dapat HK.00.06/1/3352/2011 tentang Struktur Organisasi & Uraian Tugas Instalasi
Kesehatan Lingkungan dan K3 RS Kanker Dharmais. Jakarta: RS Kanker
mempertahankan kerjasama pengelolaan limbah medis Dharmais.
padatnya secara outsourcing, mengingat biaya yang Direktorat JenderalPPM &Penyehatan Lingkungan. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan
Kesehatan RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
dibutuhkan dan risiko pengelolaannya lebih kecil. KesehatanLingkunganRumahSakit.Jakarta:DepartemenKesehatanRI.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan. (2013). Pedoman
Pengelolaan Limbah Medis Padat Fasyankes. Jakarta: Departemen Kesehatan
Rumah Sakit Kanker “Dharmais” dapat mengusulkan RI.
kepada Pemerintah Daerah DKI Jakarta agar didirikan Drummond, M. F. (2005). Methods for Economic Evaluation of Health Care Programs.
Oxford:OxfordUniversityPress.
suatu Badan Usaha Daerah yang khusus mengelola Hapsari,R.(2010).Tesis:AnalisisPengelolaanSampahDenganPendekatanSistemdiRSUD
limbah medis padat. Sehingga pengelolaan limbah Dr. Moewardi Surakarta. Semarang: Program Pasca Sarjana Univesitas
Diponegoro.
medis padat di DKI Jakarta dapat berjalan dengan baik, Hansen, D.R.,Mowen,M.M.(2007).ManagerialAccounting8thEdition. USA:Thomson
selalu dapat diawasi pelaksanaanya, dan dapat menjadi South-Western.
HealthCareWithoutHarm.(2011).MedicalWasteandHumanRights.Diambil21Juni2015
sumber pemasukan bagi kas daerah. dari
http://noharm.org/lib/downloads/waste/MedWaste_Human_Rights_Report.pdf.
Horngren,C.T.,Stratton,&Sundern.(2000).CostAccounting:AManagerialApproach10th
Rumah Sakit Kanker “Dharmais” agar melakukan Edition.USA:Prentice-HallPublishingCompany.
penelitian yang lebih mendalam terkait upaya-upaya InternationalComiteeoftheRedCross.(2011).MedicalWasteManagement.Geneva:ICRC.
Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan RS Kanker Dharmais. (2014). Program Kerja
minimisasi limbah medis padat dan penggunaan Instalasi Kesehatan Lingkungan dan K3 RSKD tahun 2015-2019. Jakarta: IKL
sumber daya yang dibutuhkan pada pengelolaan RSKD.
Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan RS Kanker Dharmais. (2014). Kumpulan Standar
limbah medis padat, dalam upaya meningkatkan Prosedur Operasional Instalasi Kesehatan Lingkungan RSKD. Jakarta: IKL
efisiensi penggunaan anggaran pengelolaan limbah di RSKD.
__________. (2014).ProgramPenyehatan LingkunganRSKankerDharmaisTahun2010.
Rumah Sakit Kanker “Dharmais” seperti efisiensi Jakarta:IKLRSKankerDharmais.
dalam penggunaan bahan infeksius, penerapan sistem __________. (2014). Uraian Tugas Instalasi Kesehatan Lingkungan RSKD. Jakarta: IKL
RSKD.
FIFO dan FEFO, usulan klausul dalam kontrak __________.(2014).KeyPerformanceIndicatorInstalasiKesehatanLingkunganRSKanker
pembelian bahan agar produsen/distributor mengambil Dharmais.Jakarta:IKLRSKD.
Konradus, D. (2012). Keselamatan Kesehatan Kerja: Membangun SDM Pekerja Yang
limbah yang dihasilkan akibat menggunakan produk- Sehat,Produktif,danKompetitif.Jakarta:BangkaAdinathaMulia.
nya (re-eksport) dan pemilahan limbah yang cukup Kotler, P., Lee, N. (2004). Corporate Social Responsibility: Doing The Most Good for Your
CompanyandYourCause.USA:Wiley.
cermat. Leontina,B.,(2007).EnvironmentalCostAccounting.Diambil21Juni2015dari
Lubis, A. I., Dharmanegara, I. B. A. (2014). Akuntansi dan Manajemen Keuangan Rumah
Sakit.Yogyakarta:GrahaIlmu.
DAFTAR PUSTAKA Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor:1684/MENKES/PER/XII/2005 tentang Organisasidan Tata
KerjaRSKankerDharmais.Jakarta:DepartemenKesehatanRI.
Adhikari, S. R., Supakankunit, S. (2013). Benefit and Costs of Alternative Healthcare Waste
Mubarak, W.I. dan Chayatin, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi.
management:An Exampleof TheLargest HospitalofNepal.Diambil27Januari
Jakarta:SalembaMedika.
2015dariwww.searo.who.int/publications//jounals/seajph.
Notoatmojo,Soekidjo.(2003).IlmuKesehatanMasyarakatPrinsip-PrinsipDasar.Jakarta:PT
Adisasmito, W. (2010). Diktat Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Departemen
AsdiMahasatya.
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
__________. (2007).KesehatanMasyarakat:IlmudanSeni (Ed.Revisi).Jakarta: PTRineka
UniversitasIndonesia.
Cipta.
Anonymus. (2006). Activity Based Costing Chapter five. Diambil 13 April 2015 dari
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ve
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Syarat-
d=0CCAQFjAA&url=http%3A%2F%2Fhighered.mheducation.com%2Fsit
SyaratPenyerahanSebagianPelaksanaanPekerjaanKepadaPerusahaanLain
es%2Fdl%2Ffree%2F0073128155%2F394466%2Fblo28155_ch05.pdf&ei=
.Jakarta:KementerianTenagaKerjadanTransmigrasiRI.
XJ2RVfXfJovauQTN74PgDw&usg=AFQjCNGjBRr2AxTEWfqgp9Kqj
Pruss, A., Giroult, E., & Rushbrook, P. (2005). Pengelolaan Aman Limbah Layanan
U9TK9l3fA.
Kesehatan (Penerjemah: Munaya Fauziah, Mulia Sugiarti, & Ela Laelasari).
Andrianti, E. (2008). Tesis: Cost Effective Analysis Penyelenggaraan Sistem Swakelola dan
Jakarta:EGC.
Outsourcing di KelasPaviliun RSU. Jend. A. Yani Metro Lampung tahun 2008.
Raco, J. R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya.
Depok: Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan
Jakarta:PTGramediaWidiasaranaIndonesia.
Masyarakat Universitas Indonesia. Bagian Program dan SIM RS Kanker
Shareefdeen,Z.M.,(2012).MedicalWasteManagementandControl.Diambil13April2015
Dharmais. (2014). Laporan Kinerja RS Kanker Dharmais Tahun 2013. Jakarta:
dari
RSKankerDharmais.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ve
__________. (2015). Laporan Kinerja RS Kanker Dharmais Tahun 2014. Jakarta: RS
d=0CBsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.scirp.org%2Fjournal%2FPap
KankerDharmais.
erDownload.aspx%3FpaperID%3D25649&ei=55-
Blocher, E., Stout, D., Cokins, G. (2009). Cost management: A Strategic Emphasis. USA:
RVfCWFZePuATs84GwBA&usg=AFQjCNGJvtRmQLfMcswEkf_FG
McGraw-Hill.
N2nq54xQA.
Chandra, Budiman. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran
Suwondo, C. (2004). Outsourcing Implementasi di Indonesia. Jakarta: PT. Elex Media
EGC.
Computindo.
CIWM. (2013). An Introductory Guide to Healthcare Waste Management in England and
Undang-UndangNomor44tahun2009tentangRumahSakit.
Wales. Diambil 13 April 2015 dari http://www.ciwmjournal.
co.uk/downloads/Healthcare-Waste-WEB.pdf.

Jurnal ARSI/Juni 2016 192


Ari Purwohandoyo, Analisis Perbandingan Biaya Pengelolaan Limbah Medis Padat Antara Sistem Swakelola dengan Sistem Outsourcing di
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Rumah Sakit Volume 2 Nomor 3
Kanker “Dharmais”

Tabel 1. Alokasi ABC Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Kanker
“Dharmais” Secara Swakelola

Biaya Langsung (Rp) Biaya Tidak


No Aktifitas Total (Rp)
Investasi Operasional Pemeliharaan Jumlah Langsung (Rp)
1 Pemilahan 0 68.666.667 0 68.666.667 0 68.666.667
2 Pewadahan 0 61.017.000 0 61.017.000 122.200 61.139.200
3 Pengumpulan 21.323.333 0 0 21.323.333 236.000 21.559.333
4 Pengangkutan 0 0 0 0 0 0
Penyimpanan
5 7.656.399 1.360.000 6.131.783 15.148.183 1.097.939 16.246.121
Sementara
6 Pengolahan 45.817.922 288.359.645 15.985.117 350.162.684 107.558.434 457.721.118
Total Jumlah 74.797.655 419.403.312 22.116.900 516.317.867 109.014.573 625.332.440

Tabel 2. Alokasi ABC Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Kanker
“Dharmais” Secara Outsourcing

Biaya Langsung (Rp) Biaya Tidak


No Aktifitas Langsung Total (Rp)
Investasi Operasional Pemeliharaan Jumlah (Rp)
1 Pemilahan 0 0 0 0 0 0
2 Pewadahan 0 46.660.000 0 46.660.000 122.200 46.782.200
3 Pengumpulan 0 0 0 0 118.000 118.000
4 Pengangkutan 0 0 0 0 0 0
Penyimpanan
5 7.389.733 680.000 6.065.117 14.134.849 1.082.183 15.217.032
Sementara
6 Pengolahan 7.370.17 459.922.381 6.065.117 473.357.514 528.905.460
55.547.946
Total Jumlah 14.759.750 507.262.381 12.130.233 534.152.364 56.870.329 591.022.692

Jurnal ARSI/Juni 2016 193

Anda mungkin juga menyukai