Anda di halaman 1dari 17

Puasa Ramadhan, Zakat Fitrah Dan Shalat Idul Fitri

Puasa adalah menahan diri dari segala perkara yang dapat membatalkan
puasa, mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, dengan
disertai niat tertentu.

Keutamaan Bulan Ramadhan:

‫ْرواهْالبخاري‬.‫َّمْ ِمنْْذَنبِ ِْه‬


َْ ‫ابْغُ ِف َْرْل َْهُْ َماْتَ َقد‬
ًْ ‫س‬ ِ ًْ َ‫ضا َْنْإِمي‬
َ ‫انْ َواحت‬ َ ‫امْ َرَم‬
َْ ‫ص‬
َ ْْ‫َمن‬

Artinya:

"Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena beriman (atas kewajibannya) dan


karena ikhlas (bukan karena tujuan pamer atau sesamanya), maka diampuni
dosa-dosanya yang telah lewat". HR. Bukhori

ُْ ‫ابْالنَّا ِْرْفَ لَمْْيُفتَحْْ ِمن َهاْ َببْْ َوفُ تِ َحتْْأَب َو‬


ْ‫اب‬ ُْ ‫يْ َوَم َر َد ُْةْاْلِ ِْنْ َوغُلِ َقتْْأَب َو‬ ِ ‫الشي‬
ُْ ‫اط‬ َ َّ ْْ‫صف َدت‬
ِ ْ‫ضا َْن‬ ِ
ُ َ ‫إِ َذاْْ َكا َْنْأ ََّولُْْلَي لَةْْمنْْ َشه ِْرْ َرَم‬
َْ ‫اء ْ ِمنْ ْالنَّا ِْر ْ َو َذ‬
ْ‫لكْْ ُكلْ ْلَي لَة ْرواه‬ َِِّْ ‫صرْ ْ َو‬
ُْ ‫لِل ْ ُعتَ َق‬ َّ ْ‫ي ْأَقبِلْ ْ َوَْي ْ َب ِغ َْي‬
ِ ‫الش ِْر ْأَق‬ ِْ َ‫ادي ْ ُمنَادْ ْ َْي ْ َب ِغ َْي ْاْل‬
ِ َ‫اْلن َِّْة ْفَ لَمْ ْي غلَقْ ْ ِمن ها ْببْ ْوي ن‬
َُ َ َ ُ َ
ْ ْ.‫الرتمذي‬

Artinya:

"Jika telah datang malam pertama bulan Ramadhan, maka syetan-syetan dan jin
pembuat kejelekan dibelenggu, pintu-pintu neraka dikunci, maka tidak satupun
pintu yang terbuka, pintu-pintu surga dibuka, maka tidak satupun pintu yang
terkunci. Dan terdapat malaikat yang mengumumkan: Hai orang yang mencari
amal dan pahala.. menghadaplah pada Allah, (tambahlah ibadahmu.. karena
sesungguhnya malam ini adalah masa bagimu untuk mendapatkan pahala besar
dengan sedikit amal). Wahai orang yang hendak bermaksiat..! berhentilah untuk
maksiat (dan kembalilah kepada Allah Ta`ala..! karena sesungguhnya malam ini
adalah masa penerimaan taubat dan masa persiapan menerima ampunan). Dan
Allah Ta`ala membebaskan banyak orang dari neraka. Demikian ini berulang-
ulang setiap malam (bulan Ramadhan)". HR.Turmudzi.
Rukun Puasa:

1. Niat. Waktunya dimulai dari terbenamnya matahari sampai terbitnya


fajar. Contoh niat:
ِ ِْ‫ْالسن ِة‬ ِ ‫َد ِاءْفَر‬
ْ ‫هللْتَ َعاىل‬ َ َّ ِ‫ْهذه‬
ِ ‫ان‬ِ‫ض‬
َ ‫ضْ َشه ِر‬
َ ‫ْرَم‬ َ ‫ْعنْأ‬
َ ‫ْصو َمْغَد‬
َ ‫ت‬ُ ‫"نَ َوي‬

Artinya:

"Saya niat berpuasa besok, untuk melaksanakan fardhu bulan Ramadhan


tahun ini karena Allah Ta`ala"

Menurut madzhab Syafi’i, niat puasa ramadhan wajib dilaksanakan


setiap malam. Jika lupa, tetap wajib berpuasa, namun hukum puasanya
tidak dan wajib di qodlo’
Menurut madzhab Maliki, ibadah puasa yang wajib dilakukan secara
berturut-turut seperti puasa ramadhan, kaffarah pembunuhan, niatnya
cukup dilakukan sekali saja pada malam pertama. Sedangkan untuk
malam-malam berikutnya, tidak perlu untuk niat lagi, kecuali jika ada
hal-hal yang memutus kewajiban untuk melakukannya secara berturut-
turut seperti sakit atau bepergian. Demikian juga jika secara sengaja
membatalkan puasanya walaupun hanya sehari. Jika demikian, dapat
mengulangi lagi niat untuk sisa hari ramadhan .1

Contoh:

▪ Pada malam satu ramadhan, Ahmad niat berpuasa sebulan penuh.


Selama bulan ramadhan, tidak pernah ada hal-hal yang memutuskan
kewajibannya untuk melakukan puasa Ramadhan dan juga dia tidak
pernah seharipun membatalkan puasanya. Maka niat yang ia lakukan
pada malam pertama, sudah cukup untuk melakukan ibadah puasa
selama bulan ramadhan dan tidak wajib untuk diulangi lagi pada
malam kedua, ketiga dan seterusnya.
▪ Pada malam satu ramadhan, Muhammad niat berpuasa sebulan
penuh. Pada malam tanggal 10 sampai tanggal 15 Ramadhan, ia
menderita sakit yang memperbolehkan untuk tidak berpuasa. Maka

1
Al-Syarh al-Kabir & Hasyiyah al-Dusuqi, juz. 2 hlm. 147-148. dan Mawahib al-Jalil, juz. 2 hlm. 419-421.
niat yang ia lakukan pada malam pertama, hanya berlaku sampai
dengan tanggal 9 saja. Sementara untuk sisanya (tanggal 16 sampai
akhir bulan Ramadhan), dia bisa mengulangi lagi niat puasa selama
sisa bulan ramadhan 2.
▪ Pada malam satu ramadhan, Fatimah niat berpuasa sebulan penuh.
Kemudian pada tanggal 10 sampai tanggal 15, ia mengalami
menstruasi (haid). Maka sejak tangal 10 sampai 15 ia diharamkan
berpuasa. Sementara untuk sisanya (tanggal 16 sampai akhir bulan),
cukup niat sekali saja pada malam 16.
▪ Pada malam satu Ramadhan, A`isyah niat berpuasa sebulan penuh.
Kemudian pada tanggal 10, ia membatalkan puasanya dengan sengaja
–baik disertai udzur atau tidak-. Maka untuk tanggal 11 sampai akhir
bulan, ia dapat mengulangi niatnya lagi untuk sisa hari ramadhan.

Pendapat ini perlu kita amalkan untuk berjaga-jaga kalau pada suatu hari
kita lupa tidak niat agar puasa kita tetap sah menurut madzhab Maliki.

Menurut madzhab Hanafi, niat puasa ramadhan tidak harus dilakukan


pada malam hari, akan tetapi boleh dilakukan sebelum pertengahan
siang terhitung sejak terbitnya fajar (waktu Shubuh) sampai terbenamnya
matahari (waktu maghrib) 3.

Misalkan fajar terbit pada pukul 05.00 dan matahari terbenam pada
pukul 17.30, maka pertengahan siang adalah pukul 11.15. Niat puasa
ramadhan boleh dilakukan sebelum waktu menunjukkan pukul 11.15.

Jika disuatu hari kita lupa melaksanakan niat puasa pada malam hari,
maka dapat mengikuti pendapat ini.

2. Menghindari segala yang dapat membatalkan puasa.

Adapun perkara yang membatalkan puasa ada sembilan. Yaitu:

2
Hasyiyah al-Dusuqi, juz. 2 hlm. 148.
3
Roddu al-Muhtar, juz. 2 hlm. 377.
1. Masuknya benda ke dalam rongga yang terdapat dalam tubuh (jauf).
Yaitu, masuk melalui mulut, hidung, telinga dan dubur (anus) atau
qubul (penis atau vagina).

Beberapa hal yang perlu di perhatikan, ketika buang air besar atau
kencing:

a) Jangan memasukkan jari ke bagian dalam dubur karena dapat


membatalkan puasa. Kecuali jika terpaksa, yaitu sekira kotoran
tidak dapat keluar tanpa memasukkan jari ke bagian dalam dubur.
Yang dimaksud dengan masuk pada “bagian dalam” dalam
masalah dubur adalah lobang anus yang terletak setelah kulit yang
keriput.

b) Jangan memutus kotoran yang sedang keluar, karena sisa kotoran


yang terputus dan masuk kembali ke bagian dalam, dapat
membatalkan puasa.

c) Jangan buang air besar dengan cara menempelkan bagian dubur


ke dalam air, seperti di sungai, sebab air dapat masuk pada bagian
dalam, sehingga membatalkan puasa.

d) Bagi wanita, jika buang air kecil, saat cebok, agar pelan-pelan dan
berhati-hati jangan sampai ada air yang masuk pada bagian dalam.
Demikian juga, jangan memasukkan jari ke bagian dalam vagina.
Yang dimaksud “bagian dalam” dalam masalah vagina adalah
bagian yang tidak terlihat dari vagina ketika jongkok 4.

Hukum Suntik dan Infus.


Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum suntik dan infus. Ada
yang menyatakan membatalkan secara mutlak, ada yang berpendapat
tidak membatalkan secara meutlak, ada yang mentafsil, jika dapat

4
Tuhfah al-Muhtaj, juz 3 hlm. 403, Nihayah al-Zain, hlm.187,
membuat tubuh merasa segar layaknya sehabis makan, maka
membatalkan.

Untuk lebih berhati-hati, sebaiknya suntik atau infus sedapat mungkin


dilakukan pada malam hari, agar supaya puasa kita sah menurut
kesepakatan ulama. Namun jika keadaan mendesak dan tidak
memungkinkan untuk menundanya sampai malam hari, maka
sebaiknya kita mengqadha` puasa tersebut. 5

Hukum Dahak.
a. Jika berada pada batas luar yaitu makhroj-nya huruf ‫( ح‬cha’),
maka wajib untuk diludahkan. Jika ditelan dapat membatalkan puasa.
b. Jika berada pada batas dalam yaitu makhroj-nya huruf ‫ء‬
(hamzah), maka boleh untuk ditelan atau diludahkan.
Hukum Masuknya Air Secara Tidak Sengaja Ketika Mandi.
a. Jika mandi yang dilakukan termasuk mandi yang diperintahkan
oleh agama (masyru`) baik fardlu, seperti mandi jinabat, atau sunnah
seperti mandi untuk menghadiri shalat Jum`at, maka tidak
membatalkan puasa, kecuali jika mandi dengan cara mencebur ke
dalam air, maka membatalkan puasa.
b. Jika mandi yang dilakukan tidak diperintahkan oleh agama
(ghoiru masyru`) seperti mandi untuk menyegarkan tubuh, maka
membatalkan puasa secara mutlak6.

Hukum Masuknya Benda Ke Dalam Telinga.


Menurut pendapat yang kuat dalam madzhab Syafi’i, masuknya
benda melalui telinga dapat membatalkan puasa, namun menurut
Imam Abu Ali al-Sinji, Qadhi Husain dan Imam al-Faurani, tidak
membatalkan puasa. Pendapat ini telah di tashih oleh Imam al-Ghazali
7.

2. Muntah yang disengaja.

5
Al-Taqrirot al-Sadidah. hlm. 452.
6
I`anah al-Tholibin, juz 2 hlm. 365-367.
7
Al-Mawahib al-Madaniyyah, juz. 4 hlm. 186.
3. Jima,/hubungan badan, meskipun tidak sampai keluar sperma.

4. Keluarnya mani yang disebabkan oleh:


a) Istimna` (sengaja untuk mengeluarkan mani dengan cara
apapun).
b) Persentuhan kulit secara langsung (tanpa penghalang) antara
laki-laki dan perempuan yang tidak memiliki hubungan
mahram, walaupun tanpa disertai syahwat.
c) Memandang atau membayangkan sesuatu yang biasanya dapat
membuat yang bersangkutan keluar mani.
Adapun keluar mani yang disebabkan oleh mimpi basah, maka tidak
membatalkan puasa.
5. Haid.
6. Nifas.
7. Melahirkan.
8. Hilangnya akal baik disebabkan oleh gila, pingsan, epilepsi (ayan)
atau mabuk8.
9. Keluar dari agama Islam (murtad) –wal `iyadhu billah - walaupun hanya
sesaat.

Adab Dan Sunnah Puasa Ramadhan:

1. Segera berbuka puasa (ta’jil) jika waktu maghrib telah yakin tiba.

2. Sahur di malam hari meskipun dengan seteguk air. Rasulullah SAW


bersabda:

ُّ ‫تَ َس َّح ُرْوا فَإِ َّن ِِف‬


‫الس ُح ْوِر بَ َرَكة‬

"Sahurlah kalian semua. Karena sesungguhnya di dalam sahur terdapat


berkah"

8
Terdapat perbedaan hukum antara hilangnya akal yang disebabkan oleh gila dan hilangnya akal yang
disebabkan oleh selain gila:
a. Hilangnya akal yang disebabkan oleh gila dapat membatalkan puasa walaupun hanya sebentar.
b. Hilangnya akal yang disebabkan oleh selain gila hanya dapat membatalkan puasa kalau memang
terjadi sepanjang hari sejak dari awal terbitnya fajar sampai dengan terbenamnya matahari. Oleh
karenanya, jika pingsan atau tidak sadarkan diri mulai subuh kemudian baru sadar beberapa saat
menjelang terbenamnya matahari (maghrib), maka puasanya dihukumi sah. Lihat : Hasyiyah al-
Bajuri, juz. 1 hlm. 428.
Kesunnahan sahur dimulai sejak pertengahan malam sampai
terbitnya fajar (waktu Subuh). Namun disunnahkan untuk berhenti
makan dan minum kira-kira ± 15 (lima belas) menit sebelum
masuknya waktu Shubuh (waktu yang cukup untuk membaca 50 ayat
yang tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek). 9

3. Memulai berbuka puasa dengan makan kurma dengan jumlah


hitungan ganjil . Jika tidak ada, dimulai dengan minum air putih.

4. Setelah makan kurma atau minum air, membaca do’a:


ِ ِ ْ .‫ت الْعرو ُق وثَبت ْاْلَجر إِ ْن شاء للا‬ ِ ِ
‫ت‬
ُ ‫ص ْم‬ َ ‫اْلَ ْم ُدِ هلل الَّذ ْي أ‬
ُ َ‫َعانَِ ِْن ف‬ ُ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ ُ ُ َّ‫ب الظَّ َمأُ َوابْتَ ل‬ َ ‫ت ذَ َه‬ ُ ‫ك أَفْطَْر‬َ ‫ت َو َعلى ِرْزق‬ ُ ‫ص ْم‬
ُ ‫ك‬ َ َ‫اللّ ُه َّم ل‬
ِ ٍ ِ
‫ل‬ َ ِ‫ك بَِر ْْحَت‬
ْ ‫ك الَِّ ِْت َوس َع‬
ْ ِ ‫ت ُك َّل َش ْيء أَ ْن تَ ْغف َر‬ َ ُ‫َسأَل‬
ْ ‫ّن أ‬ ِِ
ّْ ‫ اللّ ُه َّم إ‬، ‫ت‬ُ ‫َوَرَزقَِ ِْن فَأَْفطَْر‬

"Ya Allah, hanya bagi-Mu aku berpuasa dan hanya atas rizki-Mu aku
berbuka. Dahaga telah hilang, urat-urat telah basah dan pahala telah tetap
insya Allah. Segala puji bagi Allah Yang telah memberiku pertolongan
sehingga aku berpuasa dan Yang telah memberiku rizki sehingga aku berbuka.
Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang
mencakup segala sesuatu agar Engkau mengampuniku".

5. Mandi sebelum masuk waktu subuh bagi orang yang junub. Begitu
juga bagi wanita yang mengalami haid atau nifas jika darahnya
berhenti sebelum waktu subuh.
6. Mandi setiap malam setelah maghrib selama bulan Ramadhan.

7. Memberi makan atau minum untuk orang yang berbuka puasa


meskipun hanya satu biji kurma atau seteguk air. Rasulullah SAW
bersabda:
‫الصائِِم َشْي ئًا‬
َّ ‫َج ِر‬ ِ ‫من فَطَّر صائِما َكا َن لَه ِمثْل أَج ِرهِ َغي ر أَنَّه َل ي ْن ُق‬
ْ ‫ص م ْن أ‬
ُ َ ُ َْ ْ ُ ُ ً َ َ َْ

"Barangsiapa memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa,


maka ia mendapatkan pahala yang sama seperti pahala orang yang berpuasa
namun tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun".

9
Al-Taqrirot al-Sadidah. hlm. 444.
8. Shalat tarawih 20 raka’at setiap malam bulan Ramadhan. Shalat
tarawih sunnah di laksanakan secara berjama’ah. Shalat tarawih
dilaksanakan dengan khusyu’ dan tenang. Menurut Al-Habib
Abdulloh bin Umar bin Yahya, imam shalat yang terlalu cepat,
sehingga menyebabkan makmum tidak dapat mengerjakan
kesunnahan-kesunnahan dalam shalat, kelak dia akan bertanggung
jawab di hadapan Allah SWT, dan yang demikian ini tergolong
kemungkaran yang besar.10
9. Shalat witir setiap malam.
10. Memperbanyak bacaan al-qur’an.

11. Memperbanyak amal saleh. Rasullah SAW bersabda:

.‫يما ِس َو ُاه‬ِ ‫ ومن أَدَّى فَ ِريضةً فِ ِيه َكا َن َكمن أَدَّى سبعِني فَ ِر‬,ً‫اْل ِْي َكا َن َكمن أَدَّى فَ ِريضة‬ ِ ِ ٍ َ‫من تَ َقَّرب فِ ِيه ِِب‬
َ ‫يضةً ف‬
َ َ َْ َْ َ ْ ََ َ َْ َْْ ‫ص ِال‬
َ ‫صلَة م ْن خ‬
ْ َ َْ
‫رواه سلمان الفارسي‬

“Barangsiapa beribadah pada bulan Ramadlan dengan salah satu dari


beberapa macam amal baik, maka sama dengan melaksanakan ibadah fardlu,
dan barangsiapa yang melaksanakan ibadah fardlu di bulan Ramadhan, maka
sama dengan melaksanakan 70 ibadah fardlu di selain bulan Ramadlan. HR.
Salman al-Farisi.

12. Meninggalkan segala perbuatan yang tidak berguna, seperti ngobrol


dan lain-lain.

13. Berusaha untuk mendapatkan malam lailatul qodar. Malam lailatul


qodar adalah satu malam di bulan Ramadhan yang lebih mulia dari
seribu bulan. Barangsiapa beribadah pada malam itu, maka dia akan
mendapatkan pahala beribadah lebih mulia daripada beribadah seribu
bulan. Adapun malam yang paling diharapkan sebagai malam lailatul
qodar menurut Imam Syafi’I adalah sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan terutama pada malam tanggal ganjil yaitu 21,23,25,27 dan
29. Rasulullah SAW bersabda:

10
Majmu’ Fatawa Al-Habib Abdulloh bin Umar bin Yahya, hlm. 31.
ِ ‫ََتََّروا ليلةَ القد ِر يف الوت ِر من الع ْش ِر اْلَو‬
‫ رواه البخاري‬.‫اخ ِر من رمضا َن‬ َ َ ْ

“Berusahalah menadapatkan malam lailatul qodar pada sepuluh hari terakhir


bulan Ramadhan “ HR. Bukhori.

14. Memperbanyak do’a, terutama do’a yang diajarkan oleh Rasulullah


SAW kepada Sayyidah A`isyah RA. Yaitu,

‫ف َع ِِّن‬
ُ ‫اع‬ ُّ ‫َّك َع ُفو َُِت‬
ْ َ‫ب ال َْع ْف َو ف‬ َ ‫اللَّ ُه َّم إِن‬

"Ya Allah.. sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun, Engkau suka


mengampuni. Maka aku mohon ampunilah aku".

15. Memperbanyak membaca:

‫ك ِم َن النَّا ِر‬ ِ ‫أ ْشه ُد أ ْن لَإلَه إلَّ للا‬


َ ِ‫اْلَنَّةَ َونَ ُع ْوذُ ب‬
ْ ‫اك َو‬
َ‫ض‬ َ ‫ك ِر‬
َ ُ‫أسأل‬
ْ ُ‫أستَغْف ُر للا‬
ْ ُ َ َ

“Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah. Saya mohon ampun kepada Allah,
Saya mohon ridho-Mu, surga-Mu dan kami berlindung kepadaMu dari neraka”.

16. Memperbanyak i’tikaf. Rasulullah SAW bersabda:

.‫ رواه البيهقي‬.‫ع ْم َرتَيْن‬ َ ‫ع ْشرا في َر َم‬


ُ ‫ضانَ َكانَ َك َح َّجتَيْن َو‬ َ ‫َمن ا ْعتَك‬
َ ‫َف‬
“Barangsiapa i’tikaf sepuluh hari pada bulan Ramadlan, maka (pahalanya)
sama dengan dua haji dan dua umroh”. HR. Al-Baihaqi.

Perbuatan-perbuatan Yang Merusak Pahala Puasa (Muhbithot)

1. Menggunjing orang lain (ngerasani : Jawa).


2. Mengadudomba.
3. Berbohong.
4. Sumpah palsu.
5. Memandang terhadap perkara yang diharamkan.
6. Memandang terhadap perkara yang dihalalkan disertai dengan
syahwat 11.

11
Menurut Sayyidah A`isyah RA dan Imam al-Auza`i, menggunjing orang lain, mengadudomba,
berbohong, memandang dengan syahwat dan sumpah palsu, tidak hanya membatalkan pahala puasa
7. Mencacimaki (misuhi : Jawa) orang lain.

Zakat Fitrah:

Zakat fitrah adalah zakat sebagai pembersih jiwa, sebagaimana zakat mall
sebagai pembersih harta dari hak-hak mustahiq.Zakat fitrah diwajibkan
pada tahun kedua hijriyah.

Dasar atas wajibnya zakat fitrah adalah hadits Nabi SAW :

‫اعا ِم ْن َشعِ ٍْي َعلَى ُك ِّل ُحٍّر‬ ِ ‫َّاس ص‬ ِ ِ َّ ‫اَّللِ صلَّى‬


ً‫ص‬ َ ‫اعا م ْن َتٍَْر أ َْو‬ َ ‫ض َزَكا َة الْفطْ ِر ِم ْن َرَم‬
ً َ ِ ‫ضا َن َعلَى الن‬ َ ‫اَّللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم فَ َر‬ َ َّ ‫ول‬ َّ ‫َع ْن ابْ ِن ُع َم َر أ‬
َ ‫َن َر ُس‬
ِِ ِ ٍ
)‫ني (رواه مسلم‬ َ ‫أ َْو َعْبد ذَ َك ٍر أ َْو أُنْثَى م ْن ال ُْم ْسلم‬

“ Diriwayatkan dari sayyidina Umar, sesungguhnya Rasulullah SAW mewajibkan


zakat fitrah bulan Ramadhan berupa satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum atas
setiap orang muslim merdeka atau budak, laki-laki atau perempuan “

Zakat fitrah diwajibkan atas mereka yang menjumpai bagian dari bulan
ramadhan dan tanggal satu syawwal (terhitung mulai masuk waktu
maghrib malam hari raya). Oleh karenanya, seorang yang meninggal setelah
masuk waktu maghrib malam lebaran (memasuki tanggal satu syawal),
harus ditunaikan zakat fitrah atasnya. Demikian pula bayi yang baru
dilahirkan sesaat sebelum masuk waktu maghrib dan terus hidup sampai
masuk waktu maghrib malam lebaran, orang tua harus menunaikan zakat
fitrah atasnya. Sebaliknya, orang yang meninggal sebelum masuk waktu
maghrib malam lebaran (sebelum masuk tanggal satu syawal) dan bayi yang
dilahirkan setelah masuk waktu maghrib malam lebaran (setelah masuk
tanggal satu syawal) tidak wajib di tunaikan zakat atasnya.

A. Waktu Zakat Fitrah

saja, akan tetapi juga membatalkan puasanya. Namun menurut mayoritas ulama, lima perkara di atas
hanya membatalkan pahalanya saja. Lihat: Hasyiyah al-Bajuri, juz 1 hlm. 437, Mauhibah Dzi al-Fadhli, juz
4 hlm. 234.
Zakat fitrah harus ditunaikan selambat-lambatnya sebelum masuk waktu
maghrib hari raya (masuk tanggal dua Syawal) dan boleh ditunaikan sejak
masuk tanggal satu bulan ramadhan (ta’jîl).
Waktu yang paling utama ditunaikan pada hari raya idul fitri setelah
shalat subuh dan sebelum dilaksanakan shalat ied.

Makruh hukumnya membayar zakat fitrah setelah shalat ied sampai


masuk waktu maghrib.

Jika zakat fitrah tidak ditunaikan sampai masuk waktu maghrib hari raya
(tgl 2 syawal), maka berdosa dan wajib segera ditunaikan (qodlo’).

B. Kewajiban Zakat Fitrah


Menurut madzhab Sayfi’i, zakat fitrah diwajibkan atas mereka yang pada
saat siang dan malam hari raya (siang tgl 1 syawal dan malam tgl 2
syawwal), mempunyai kelebihan dari kebutuhan sandang, pangan dan
papan untuk dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya, serta
mempunyai kelebihan harta dari tanggungan hutang, meskipun belum
jatuh tempo (menurut imam Ibnu Hajar). Oleh karenanya, sangat
dimungkinkan fakir miskin yang berhak menerima zakat karena tergolong
mustahiq, pada sisi lain juga wajib menunaikan zakat fitrah di sebabkan
pada malam tgl 1 syawal (malam idul fitri) memiliki harta yang melebihi
untuk kebutuhan sandang pangan dan papan untuk siang dan malam hari
raya (siang tgl 1 syawal dan malam tgl 2 syawwal) saja.12
Disamping zakat fitrah wajib ditunaikan atas dirinya, juga wajib
ditunaikan atas orang-orang yang wajib dinafkahi.

Yang dimaksud dengan orang yang wajib di nafkahi adalah:

a) Anak yang belum baligh dan tidak memiliki harta yang cukup untuk
memenuhi kebutuhannya pada siang dan malam hari raya. 13
b) Anak yang sudah baligh dan tidak memiliki harta yang cukup untuk
memenuhi kebutuhannya pada siang dan malam hari raya dan secara
fisik tidak mampu bekerja yang layak, seperti lumpuh, idiot.
12
I’ânatu al-Tholibin .juz 2 hlm.172.
13
Mawhibatu dzi al-Fadhl juz. 5 hlm.273.
c) Orang tua, kakek, nenek dan seterusnya, yang tidak memiliki harta
yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya pada siang dan malam
hari raya
d) Istri yang sah.
e) Istri yang sudah ditalak roj'i . Yakni istri yang pernah dikumpuli dan
tertalak satu atau dua yang masih dalam masa ‘iddah.
f) Istri yang ditalak tiga (ba'in) dan dalam keadaan hamil mengandung
anak suami.
Apabila mengeluarkan zakat fitrah untuk orang yang sebenarnya tidak
menjadi tanggungannya, maka harus seizin yang bersangkutan. Oleh
karenanya, jika orang tua mengeluarkan zakat untuk anaknya yang sudah
baligh dan secara fisik mampu untuk bekerja, maka harus seizin yang
bersangkutan, atau dengan cara diberikan kepadanya makanan pokok
seukuran kadar zakat fitrah untuk kemudian dipergunakan sebagai zakat
fitrahnya. 14

Apabila istri mengeluarkan zakat untuk anak yang menjadi tanggungan


suami diambilkan dari harta suami dengan tanpa seizin suami, maka
hukumnya tidak sah.15

C. Kadar Zakat Fitrah


Kadar zakat fitrah yang harus ditunaikan adalah, satu shâ’ dari makanan
pokok (beras putih) atau setara dengan 2,720 kg. beras putih. Demikian
menurut hasil konversi KH. Muhammad Ma’shum bin Ali. Menurut hasil
konversi lain yang disebutkan dalam kitab Mukhtashar Tasyyîd al-Bunyân,
satu shâ’ setara dengan 2,5 kg.16
Untuk lebih hati-hati demi menjaga keabsahan zakat fitrah, sebaiknya
kadar zakat fitrah yang dikeluarkan di genapkan menjadi 3 kg beras putih.

14
Hasyiyah As-Syirwani, juz. 3, hlm. 314.
15
Mukhtashor Tasyyidu al-Bunyan hlm. 208.
16
Mukhtashar Tasyyîd al-Bunyân, hlm. 205.
Menurut madzhab Maliki, zakat fitrah boleh ditunaikan dalam bentuk
uang senilai kadar beras putih yang harus dikeluarkan. Namun makruh
hukumnya.17
D. Niat Zakat Fitrah
Niat adalah salah satu syarat penting dalam keabsahan zakat fitrah. Niat
zakat fitrah, sebagaimana ibadah yang lain, cukup diucapkan dalam hati
saja, dan sunnah dilafadzkan secara lisan. Niat tidak harus diucapkan
dengan bahasa Arab tetapi dapat menggunakan bahasa apapun seperti: Ini
aku niatkan sebagai zakat fitrahku /anakku/istriku.
Contoh niat zakat fitrah dengan bahasa Arab untuk dirinya sendiri:
َ ‫ِج َزَكا َة ال ِْفطْ ِر َع ْن نَ ْف ِس ْي هللِ تَ َع‬
‫ال‬ ْ ‫ت أَ ْن أ‬
َ ‫ُخر‬ ُ ْ‫نَ َوي‬

“Saya niat mengeluarkan zakat fitrah saya karena Allah ta'ala.”

Contoh niat zakat fitrah dengan bahasa Arab untuk orang lain:

َ ‫ هللِ تَ َع‬...... ‫ِج َزَكاةَ ال ِْفطْ ِر َع ْن‬


‫ال‬ ْ ‫ت أَ ْن أ‬
َ ‫ُخر‬ ُ ْ‫نَ َوي‬

“Saya niat mengeluarkan zakat fitrah untuk….. (sebutkan yang dimaksud) Allah
ta'ala.”

Niat zakat fitrah dilakukan pada saat menyerahkan zakat kepada


mustahiq, atau kepada wakil yang akan menyalurkan pada mustahiq atau
pada saat menyisihkan beras yang dipergunakan sebagai zakat fitrah. Niat
zakat fitrah juga dapat diwakilkan kepada orang lain.

E. Golongan Yang Berhak Menerima Zakat Fitrah


Menurut madzhab Syafi’i orang yang berhak menerima zakat fitrah tidak
berbeda dengan orang yang berhak menerima zakat harta yaitu 8 golongan
(ashnâf) sebagaimana diterangkan dalam al-Qur’an:

17 Qurrat al-‘Ain (Kumpulan fatwa Syekh Husain Ibrahim al-Maliki) hlm. 76.
َّ ‫اَّللِ َو‬
َّ ‫يضةً ِم َن‬ َّ ‫اَّللِ َوابْ ِن‬ ِ ِّ ‫ني َعلَْي َها َوال ُْم َؤلَّ َف ِة قُلُوبُ ُه ْم َوِيف‬
ِ َ‫الرق‬ ِ ِ ِ ِ‫الص َدقَات لِْل ُف َقر ِاء والْمساك‬ َِّ
ُ‫اَّلل‬ َ ‫السبِ ِيل فَ ِر‬ َّ ‫ني َوِيف َسبِ ِيل‬
َ ‫اب َوالْغَا ِرم‬ َ ‫ني َوال َْعامل‬ َ َ َ َ ُ َّ ‫إَّنَا‬
)60 :]9[ ‫َعلِ ٌيم َحكِ ٌيم (التوبة‬

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang


miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah [9]:
60).
Menurut pendapat yang kuat dalam madzhab Maliki, zakat fitrah hanya
dapat diberikan kepada fakir miskin, bukan semua golongan (ashnâf)
sebagaimana dalam zakat harta. Sebagian ulama madzhab Maliki
berpendapat sama dengan madzhab Syafi’i, yakni golongan yang berhak
menerima zakat fitrah, sama dengan golongan yang berhak menerima zakat
harta.18

Oleh karenanya, jika menyerahkan zakat fitrah atas nama golongan selain
fakir miskin, kepada ustadz, kiyai, muadzin dan lain-lain, hukumnya tidak
sah menurut madzhab Syafi’i dan menurut pendapat yang kuat dalam
madzhab Maliki. Berbeda jika menyerahkan zakat kepada ustadz atau kiyai
yang fakir atau miskin dengan atas nama fakir miskin karena pada
kenyataannya ustadz atau kiyai tersebut fakir atau miskin, maka hukumnya
sah menurut semua ulama.

F. Masalah Seputar Zakat Fitrah


a) Tidak sah memberikan zakat fitrah kepada masjid, madrasah,
pondok pesantren atau yayasan.
b) Panitia zakat fitrah yang dibentuk oleh masjid, pondok, yayasan,
sekolah bukan tergolong amil zakat sebagaimana yang dimaskud
dalam golongan amil zakat (lihat penjelasan mengenai amil zakat).
Oleh karenanya, tidak boleh mengambil bagian dari zakat yang
terkumpul.

18
Mawahibu al-Jalil fi Syarh Mukhtashor al-Syekh Kholil, juz. 2 hlm, 376-377
c) Menyerahkan zakat fitrah kepada anak yang belum baligh belum
mencukupi selama belum diterima oleh walinya, sebab anak kecil
tidak sah dalam serah terima zakat (qobdl).
d) Panitia zakat fitrah (bukan amil zakat) yang dibentuk oleh masjid,
sekolah, yayasan statusnya adalah sebagai wakil dari orang yang
menunaikan zakat (muzakki). Oleh karenanya tidak boleh mengambil
sedikitpun dari zakat yang terkumpul. Zakat yang terkumpul,
seluruhnya harus dibagikan kepada mustahiq zakat.
e) Panitian zakat dalam membagikan zakat fitrah yang terkumpul harus
memeperhatikan cara distribusi zakat agar jangan sampai zakat yang
terkumpul disalurkan kepada pemberi zakat sehingga kembali
kepada pemiliknya. Oleh karenanya, hendaknya panitia zakat
memberi tanda khusus untuk setiap zakat yang diterima agar
diketahui dari siapa zakat tersebut berasal sehingga tidak terjadi
pemberian zakat kepada pemiliknya, atau zakat fitrah disalurkan
kepada masyarakat ditempat lain sekira tidak mungkin kembali
kepada pemiliknya.

Shalat Idul Fitri

Hukum Shalat idul fitri dan idul adha adalah sunnah. Menurut sebagian
ulama fardlu kifayah.

Waktunya shalat ied adalah mulai terbitnya matahari sampai bergesernya


matahari (zawal). Yang lebih utama melaksanakan shalat idul fitri pada
waktu matahari sudah tinggi kira-kira seukuran dua tombak, agar memberi
kesempatan yang luas kepada orang yang belum menunaikan zakat fitrah.

Pelaksanaan shalat ied lebih utama di masjid, kecuali jika ruangan masjid
tidak mencukupi.

Kesunnahan sebelum shalat idul fitri :

1. Berbuka, yakni makan atau minum. Lebih utama dengan kurma.


Demikian ini untuk membedakan antara hari raya idul fitri dengan
hari-hari sebelumnya yang diwajibkan untuk berpuasa.
2. Mandi.
3. Berhias, memakai pakaian yang bagus dan memakai wewangian.
Kesunnahan ini berlaku bagi semua orang, laki-laki dan perempuan
dirumahnya, anak kecil, dewasa maupun sudah tua, yang berangkat
ke shalat ied maupun yang tidak berangkat. Kecuali bagi perempuan
yang dikhawatirkan dapat menimbulkan fitnah maka haram
hukumnya.
4. Berangkat ke tempat shalat ied pagi-pagi, kecuali bagi imam shalat,
maka disunnahkan berangkat akhir.
Cara Shalat Ied.

Shalat ied dilaksanakan dengan dua raka’at dan disunnahkan :

1. Raka’at pertama dengan tujuh takbir selain takbiratul ihram dan takbir
ruku’, dan raka’at kedua lima takbir. Takbir raka’at pertama
dilaksanakan setelah membaca do’a iftitah sebelum membaca
ta’awwudz, dan takbir raka’at kedua sebelum membaca ta’awwudz.
Jika makmum ketinggalan takbirnya imam, baik di raka’at pertama
atau raka’at kedua, maka makmum tidak disunnahkan menambah
sendiri sejumlah takbir yang ketinggalan. Contoh: pada raka’at
pertama makmum menjumpai imam sudah melaksanakan lima takbir
dari tujuh takbir yang disunnahkan, maka makmum hanya sunnah
mengikuti dua takbirnya imam, setelah imam selesai tidak
disunnahkan menambah lima lagi untuk melengkapi hitungan tujuh
takbir 19.
2. Diantara masing-masing takbir, embaca al-Baqiyatu al-Sholihat
dengan suara pelan, yakni membaca:
.‫سبحان للا واْلمد هلل ول إله إل للا وللا اكرب‬

3. Raka’at pertama membaca ‫ ق‬dan raka’at kedua membaca surat ‫ اقرتبت‬.


4. Setelah shalat disunnahkan dua khutbah sebagaimana khutbah
jum’at. Kecuali bagi yang shalat sendirian, maka tidak disunnahkan
khotbah. Dalam khotbah ied, disunnahkan membaca takbir sembilan
kali pada pembukaan khutbah pertama dan disunnahakn takbir tujuh
kali pada pembukaan khutbah kedua.

19
Mawhibatu dzi al-Fadlol juz 3, hlm. 329

Anda mungkin juga menyukai