Anda di halaman 1dari 5

Saya menyatakan bahwa ujian ini mewakili pekerjaan saya, tanpa

menggunakan alat bantu atau sumber yang tidak diizinkan. Saya memahami bahwa
tidak akan ada toleransi terhadap segala bentuk ketidakjujuran dan kecurangan
yang dapat menyebabkan kegagalan pada ujian ini serta akan mendapatkan
sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku

NAMA : David Edisson

NIM : 201960142

1. risk weighted assets (Aset berbobot risiko) adalah aset bank yang dikalikan dengan bobot risiko
(risk weight), yang kemudian dipakai untuk perhitungan modal yang disyaratkan. Semakin tinggi
risiko aset bank, semakin tinggi bobot risiko aset tersebut.
misal bank memberikan pinjaman kepada bank non-OECD dengan jangka waktu enam bulan,
sebesar Rp1 milyar. Aset berbobot risiko untuk pinjaman tersebut bisa dihitung sebagai berikut
ini. Aset berbobot risiko = Rp1 milyar x 20% = Rp200 juta Selanjutnya, Komite Basel merumuskan
target rasio modal yang ditetapkan sebesar 8% dari aset berbobot risiko. Dan modal yang
diperlukan (yang dipegang) jika bank memberikan pinjaman kepada bank non-OECD adalah:
Eligible capital = 0,08 x Rp200 juta = Rp16 juta

2. Terdapat 8 jenis risiko yang wajib dikelola atau dipertimbangkan oleh Bank Umum.
Pertama risiko kredit, menurut Bank Indonesia (2003) risiko kredit adalah risiko yang timbul akibat
kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Dalam Basel II
ditetapkan 2 (dua) metode untuk mengukur risiko kredit, dengan cara Standar Approach yang
menggunakan berat risiko dari external rating dan Internal Rating Based (IRB) yang
memungkinkan bank menentukan parameter pengukuran sendiri seperti probability of default,
loss given default, recovery rate yang disesuaikan dengan portofolio kredit yang dimilikinya

Kedua, risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk
transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko
perubahan harga option

Ketiga, risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh waktu dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas
tinggi yang dapat digunakan tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank

Keempat, menurut Bank Indonesia (2003) risiko opersional adalah risiko akibat adanya
ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank.

Kelima adalah risiko hukum, menurut Bank Indonesia (2003) risiko hukum adalah risiko
akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain
disebabkan adanya tuntutan hukum, tidak adanya peraturan perundang-undangan yang
mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak.

Keenam, risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan


stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Pengelolaan manajemen risiko
reputasi bertujuan untuk mengantisipasi dan meminimalkan dampak kerugian dari risiko reputasi
bank

Ketujuh, risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau
pelaksanaan suatu keputusan strategi serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis

Kedelapan adalah jenis risiko kepatuhan, menurut Bank Indonesia (2003) risiko
kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

3. Tahapan internal audit berbasis risiko dibagi menjadi tiga kelompok besar tahapan yang meliputi:

Tahap I - pada tahap pertama unit internal audit melakukan penilaian kematangan penerapan
manajemen risiko unit organisasi;
Tahap II - pada tahap kedua unit internal audit menetapkan risiko dan audit universe serta
menyusun rencana audit untuk pelaksanaan audit;
Tahap III – pada tahap ketiga unit internal audit melaksanakan audit berbasis risiko individu dan
umpan balik hasil audit dan melaporkan hasil audit.

Pada tahapan pertama, auditor harus melakukan penilaian efektivitas penerapan manajemen
risiko, auditor pada tahapan ini akan menentukan sampai level mana manajemen telah
menerapkan manajemen risiko, yaitu level naive, aware, defined, managed atau enabled. Dengan
menentukan level penerapan manajemen risiko ini maka auditor selanjutnya baru dapat
menentukan apakah internal audit berbasis risiko akan benar-benar dapat dilakukan dengan
pendekatan risiko atau harus dengan pendekatan lain.

Pada Tahap Kedua, setelah ditentukan unit layak audit maka mulailah disusun rencana audit
tahunan, yang biasanya bagian Divisi Satuan Pengawasan Intern akan membuat yang namanya
Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT). PKPT ini akan berisi tentang berbagai macam
informasi terkait rencana audit di tahun selanjutnya, yang diantaranya berisi: Nama obyek unit
yang akan diaudit; Kapan dilaksanakan; Sumber daya yang dibutuhkan; Berapa lama akan
dilaksanakan, dan Siapa saja Tim yang akan melaksanakan.
Pada Tahap Kedua, setelah ditentukan unit layak audit maka mulailah disusun rencana audit
tahunan, yang biasanya bagian Divisi Satuan Pengawasan Intern akan membuat yang namanya
Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT). PKPT ini akan berisi tentang berbagai macam
informasi terkait rencana audit di tahun selanjutnya, yang diantaranya berisi: Nama obyek unit
yang akan diaudit; Kapan dilaksanakan; Sumber daya yang dibutuhkan; Berapa lama akan
dilaksanakan, dan Siapa saja Tim yang akan melaksanakan.

4. Salah satu tujuan dari RBIA adalah untuk menguji bahwa system pengendalian internal akan
mengurangi risiko sampai ke tingkat yang dapat diterima. Salah satu keuntungan dari RBIA adalah
tidak hanya menyoroti risiko yang tidak secara tepat dikendalikan, namun juga menyoroti resiko
yang sangat ddikendalikan dan kemudian memakan sumber daya yang tidak penting.
Dan manfaat yang akakn diperoleh apabila menggunakan RBIA adalah internal auditor akan lebih
efisien dan efektif dalam melakukan audit sehingga dapat meningkatkan kinerja departemen
internal audit.

SOAL KASUS.

1. A. contoh perusahaan yang akan saya ambil adalah perusahaan teknologi yang pernah jaya di
masanya, yaitu blackberry limited. mereka adalah sebuah perusahaan perangkat
telekomunikasi dan nirkabel asal Kanada yang dikenal sebagai pengembang produk telepon
pintar dan tablet BlackBerry. Perusahaan ini berkantor pusat di Waterloo, Ontario, Kanada.
Perusahaan ini didirikan oleh Mike Lazaridis, yang menjabat sebagai co-CEO bersama Jim
Balsillie sampai 22 Januari 2012
dengan meluncurkan BlackBerry Pearl 8100, telepon BlackBerry pertama yang dilengkapi fitur
multimedia seperti kamera. Peluncuran jajaran produk Pearl sangat sukses, tetapi peluncuran
iPhone oleh Apple Inc. mendorong RIM membuat telepon pintar layar sentuhnya sendiri pada
tahun 2008, BlackBerry Storm. BlackBerry Storm gagal di pasar konsumen, namun produk
BalckBerry terus menuai sukses di pasar korporat. Dan blackberry juga merilis tipe tipe lain
nya yang berhasil menguasai pangsa pasar pada masa itu.

Namun blackberry kehilangan pangsa pasarnya di seluruh dunia karena popularitas produk
iPhone dari Apple Inc. dan telepon cerdas bersistem operasi Android, sehingga laba dan nilai
sahamnya turun. Pada tanggal 16 Desember 2011, nilai saham RIM jatuh ke harga terendah
sejak Januari 2004 dan jatuh 77 persen pada tahun 2011.

B. internal factor : yang mempengaruhi blackberry sehinggal kehilangan kendali dan pangsa
pasarnya adalah tingkat kepercayaan diri perusahaan mereka yang terlaku tinggi sehingga
mereka enggan berinovasi dan menganggap android yang pada saat itu masih blm popular
adalah competitor kecil yang tidak akan sanggup mengalahkan blackberry.

Eksternal factor : factor luar yang mempengaruhi kejatuhan perusahaan blackberry adalah
karena mulai bermunculan smartpdone / telepon pintar android yang perlahan namun pasti
sedikit demi sedikit menggerus pangsa pasar blackberry.
2. A. saya akan mengambil kejadian risiko perbankan “Pegawai tidak dapat bekerja di kantor
secara langsung”

Yang akar penyebabnya dikarenakan :


1. Adanya virus COVID-19
2. Penyebaran COVID-19 di indonesia semakin banyak dan tidak terkendali yang
menyebabkan pemerintah menerapkan PSBB

Dan indicator risiko dari kejadian tsb adlaah :


1. Menurunnya kegiatan ekonomi karena Positif COVID-19
2. Jika COVID-19 semakin lama akan terjadi PHK dan bankrut dapat terjadi

aspek Positif Yang Ada Saat Ini :


1. Pengguna m-banking meningkat
2. Banyak customer yang melakukan transaki dan juga menabung di bank.

B. berikut adalah gambar profil risk inherent nya :

Probabi Dam Skor Tingk Probabi Dampak Nilai Bersih


litas pak Risik at litas Finansial Risiko
(P) (I) o risiko Risiko Risiko Inherent
Inher Inher Inhere Inherent
ent ent nt (Rp)
(W) Kualitat
if (%)

3 = 1 = 3 LOW 21% Rp1.000.000. Rp210.000.0


Sedang sang RISK 000.000 00.000
at
kecili

Probabilitas nya 3 POINT = Sedang, dan dampak yang ditimbukan sangat kecil . serta skor
risiko inherent nya 3. Dampak finansial risiko inherentnya sebesar Rp. 1.000.000.000,- dan
probabilitas risiko inherent kualitatif nya sebesar 21% sehingga didapatkan nilai bersih risiko
inherentnya sebesar Rp. 210.000.000,-

3. A. organisasi yang saya jadikan sebagai objek dalam risk register adalah organisasi perbankan.
Menurut saya salah satu kejadian risiko yang paling berdampak besar terhadap organisasi ini
adalah risiko kredit yang timbul akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank. Karena dengan kejadian ini dapat membuat perputaran
keuangan pada bank bermasalah dan dapat berakibat fatal apabila cashflow perbank an tidak
stabil.
Dan opsi yang dilakukan adalah pengurangan calon debitur yang kurang memenuhi standar
dalam pengajuan pinjaman ke bank sehingga strategi yang digunakan adalah MITIGATE.
Dan risk treatment yang diberlakukan adlaah 1. Terus memantau debitur yang telah diberikan
Agar dapat terkontrol dan tidak terpuruk.
2. melakukan seleksi lebih ketat terhadap calon debitur baru yang akan mengajukan
pinjaman. 3. Melakukan penagihan secara rutin kepada debitur agar pembayaran pinjaman
dapat dilunasi tepat waktu.

B. menruut saya strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan risiko kredit ini
adalah dengan melakukan strategi AVOID Dan beberapa risk treatment yang dilakukan adalah
dengan
1. dengan menolak pinjaman yang diajukan calon debitur kurang memenuhi persyaratan
bank. Agar risiko gagal bayar/ telat bayar dapat diperkecil.
2. atau dengan meningkatkan bunga pinjaman menjadi lebih tinggi agar calon debitur yang
tertarik akan berkurang dengan sendiri nya serta dapat meningkatkan pendapatan bank dari
bunga pinjaman.

Anda mungkin juga menyukai