Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fian bagus saputra

Nim : G.311.20.0061
Matkul : Pengantar Penyiaran

PENGERTIAN NASKAH RADIO


Naskah radio adalah skrip ataupun naskah yang harus dipersiapkan terlebuh
dahulu sebelum melakukan persiapan. Naskah tersebut bisa dipersiapkan oleh anchornya
sendiri ataupun dipersiapkan oleh skrip writernya sebelum sang anchor itu on air.1
Naskah siaran adalah materi yang akan disampaikan oleh penyiar saat siaran dengan
menggunakan teknik membaca naskah. Namun penyiar yang menyampaikan siarannya
secara ad libitum, maka tidak lagi memerlukan naskah dalam siarannya, cukup dengan
menuliskan pokok-pokok inti dari materi yang ingin dibicarakan.
Dalam penulisan naskah haruslah dengan kesadaran penuh bahwa naskah itu
adalah ditulis untuk didengar bukan ditulis untuk dibaca atau dengan kata lain “menulis
untuk telinga”, layak dengar (heerable) bukan untuk mata atau dibaca (reedable). Jadi
dalam menulis naskah radio itu harus pandai-pandai dalam membuat kata-kata agar
pendengar merasakan seperti sedang berada dalam sebuah obrolan yang asik. Karena itu
naskah haruslah
A.Mudah dibaca oleh penyiar
B.Mudah dimengerti oleh pendengar

Untuk mencapai kedua hal tersebut maka penulis naskah harus memperhatikan hal-hal
utama berikut ini :
1. Bahasa tutur. Gunakan bahasa tutur (spoken lenguange, conversation language),yaitu
bahasa percakapan, informal atau kalimat-kalimat yang sering kita gunakan dalam
obrolan sehari-hari.

2. KISS – Keep It Simple and Shart. Gunakan kata-kata dan kalimat yang singkat dan
sederhana tanpa bertele-tele. Kalimat yang Panjang dan bertele-tele akan membuat
penyiar kesulitan dalam penyampaiannya dan juga akan membuat pendengar
kesulitan dalam mencernanya. Jika kalimat dalam naskah mudah untuk diucapkan
maka tidak membuat penyiar kesulitan dalam mengucapkannya dan pendengar pun
akan langsung memahami maksud dari kalimat yang diucapkan penyiar.

3. ELF – Easy Listening Formula. Susunan kalimat yang enak didengar dan mudah
untuk dipahami pada pendengaran pertama kali.2
Naskah radio dengan naskah yang lainnya tidak begitu jauh berbeda, sama halnya
dengan naskah yang lainnya, naskah radio juga akan berganti tema pada setiap harinya
ditujukan agar para pendengar tidak bosan dengan siaran yang kita lakukan. Namun pada
prinsipnya naskah radio memiliki perbedaan dengan yang lain, seperti :
Aspek seni:
Dalam pembuatan naskah siaran, penyiar diharuskan membuat naskah siaran yang
memiliki nilai seni didalamnya. Karena pada dasarnya tujuan siaran itu adalah untuk
menyiarkan sebuah seni yang diubah menjadi naskah siaran radio yang akan kita
siarkan dan membuat para mendengar menikmati siaran yang kita lakukan.
Itulah mengapa kita harus mempelajari teknik dalam menggunakan bahasa siaran,
yakni bertujuan agar kita memahami bagaimana melakukan siaran yang bisa disukai
dan akan dinikmati oleh para pendengar.
Aspek Bahasa
Seorang anchor ataupun skrip writer harus pintar dalam memilih gaya bahasa, tata
bahasa, dan pilihan kata. Sehingga dalam menulis naskah siaran bisa membingkai
kata agar mudah dipahami, diucapkan, dimengerti, diingat dan sederhana serta tidak
berbelit-belit.
Pada naskah radio terdapat beberapa unsur :
A. Radio itu mengandalkan media suara saja, jadi sebisa mungkin dalam membuat
naskah siaran gunakanlah bahasa yang dipahami semua orang dan tidak berbelit-
belit. Karena radio tidak memperlihatkan visual sama sekali. Suaralah yang kita
indahkan dalam siaran radio.

B. Untuk berkomunikasi personal, biasanya dalam program siaran radio ada


acara/program yang sengaja disiapkan oleh radio tertentu untuk para pendengar,
program acaranya yakni acara santai dimana nanti didalam program acara tersebut
ada segmen dimana pendengar bisa melakukan tanya jawab kepada penyiar
ataupun ada segmen dimana pendengar bisa titip-titip salam yang nantinya akan
disampaikan oleh penyiar

C. Untuk berbicara dan diucapkan, seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa
dalam siaran radio itu yang ada hanyalah sesi pengucapan atau berbicara. Tidak
ada sesi menampilkan visual seperti di film-film dalam acara televisi. Maka dari
itu dalam pembuatan naskah radio haruslah jelas, karena naskah tersebut
digunakan untuk berbicara dan diucapkan sehingga dengan tanpa melihatpun
pendengar sudah bisa mengerti apa yang kita bicarakan.

D. Untuk sekali dengar saja, naskah radio sama halnya dengan naskah yang lainnya,
dimana naskah untuk siaran pun hanya digunakan untuk sekali siaran saja dan
tidak akan diulangi pada hari-hari berikutnya. Jika tema yang sama kita siarkan
maka para pendengar kita akan sangat bosan dan berkemungkinan pendengar
tidak lagi ingin mendengarkan siaran kita.

B. Karakteristik Naskah
Naskah siaran harus memiliki karakter sebagai berikut :
1. Jelas. Dalam menulis naskah harus jelas dalam menempatkan prioritas utamanya, misal
dalam pembuatan naskah berita dalam radio maka tulislah hal yang paling penting
terlebih dahulu. Setelah pada segmen pertama adalah hal-hal yang penting atau poin
penting yang akan kita sampaikan, kemudian pada segmen kedua adalah hal-hal yang
sedikit penting dan yang terakhir hal yang tidak begitu penting.

2. Ringkas. Satu ide untuk satu kalimat, hindari pemakaian anak kata. Naskah radio harus
dibuat dengan kalimat-kalimat yang ringkas dan tidak menggunakan anak kata.
Contohnya yaitu menggunakan kalimat yang sering digunakan dalam bercakap-cakap.
Jika akan ada anak kalimat maka lebih baik jangan disatukan. Lebih baik dua kalimat
pendek-pendek dari pada satu kalimat panjang. Kalimat yang Panjang selain membuat
pendengar kesulitan dalam menangkap pembicaraan juga akan menyulitkan penyiar
dalam menyampaikannya. Contohnya dalam pengaturan nafas dan intonasi.

3 Ulti desi arni, “prinsip penulisan naskah radio”, https://garudacyber.co.id/artikel/725-


prinsip-penulisan-naskah-radio (diakses pada 27 september pukul 08.00
Ribuan mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi seperti UNDIP, UNNES,
USM, UIN Walisongo dan lain-lain melakukan aksi demonstrasi di depan kantor
gubernur Semarang.
Lebih baik :
Ribuan mahasiswa melakukan aksi demonstrasi di depan kantor gubernur Semarang hari
ini. Mereka berasal dari berbagai perguruan tinggi, seperti UNDIP, UNNES, USM, UIN
Walisongo dan lain-lain.

3. Sederhana. Kata-kata yang digunakan haruslah sederhana, sering digunakan dalam


percakapan sehari-hari, tidak rumit dan tidak menggunakan kalimat-kalimat yang ilmiah.
Contohnya, dalam penggunaan kata “WC” bukan “peturasan”. Contoh dalam kalimat
“petugas kebersihan”, bukan “penjaga sanitasi sarana perkotaan”.

4. Aktif. Gunakan kalimat yang aktif bukan pasif.


Contohnya “mahasiswa memprotes dosen”, akan lebih baik “dosen diprotes
mahasiswa”.

5. Imajinatif. Naskah radio harus mampu mengembangkan imajinatif pendengar hanya


dengan kata-kata, suara, dan juga dukungan musik. Karena radio adalah Theatre of Mind.
Karena itu kekuatan radio hanyalah dari suara saja, maka dari itu sebagai penyiar harus
bisa menyajikan siaran yang hanya dengan didengar namun pendengar bisa merasakan
hal yang kita bicarakan. Dalam mewujudkan hal itu kita bisa mewujudkannya dengan
cara mendeskripsikan warna, ukuran, bentuk dan detai-detail yang relevan dengan hal
tersebut.

6. Hindari akronim. dalam KBBI arti akronim itu adalah penggabungan kata atau huruf,
misalnya “sidak” inspeksi mendadak atau “mayjen” mayor jenderal. Dalam pembuatan
naskah usahakan untuk tidak menggunakan kata-kata yang seperti itu, namun jika harus
menggunakan maka bisa diberi keterangan sesudah ataupun sebelum dikatakan.
Contohnya : pemerintah kota semarang akan menaikkan UMR atau Upah Minimum
Regional Kota Semarang.

7. Pembulatan angka. Informasi dalam radio bersifat global, tidak detail maka dari itu dalam
penyebutan angka yang banyak bisa diucapkan dengan ringkas saja. Contoh 1.525.000
bisa dibulatkan menjadi “satu juta lima ratus lebih” atau bisa juga “satu juta lebih”.

Contoh pembuatan naskah radio


Opening:
Opening merupakan sesi pembukaan atau penyapaan, dimana penyiar akan menyapa para
pendengar. Biasanya penyapaan bisa dilakukan dengan mengucapkan selamat siang,
selamat malam, selamat pagi ataupun menanyakan kabar para pendengar. Dalam opening
inilah kita menyebutkan nama radio (station ID), nama penyiar (on air name), nama
acara, panggilan kepada pendengar (station call) durasi acara, materi yang akan
dibawakan, pendengar bisa apa saja, request lagu atau kirim salam misalnya.
Contohnya : assalamualaikum wr wr/ ciptakan langkah baru mencapai sukses/ MBS FM
107.8 alternatif radio semarang/selamat siang sahabat mitra/ gimana kabarnya niiih…..?/
semoga baik-baik aja yaaa/ ketemu lagi dengan Ima dalam program acara Flash back//
dalam satu jam kedepan ima akan menemani sahabat mitra dengan materi/ permainan
yang sering kita mainkan saat masih kecil/ mungkin anak-anak jaman sekarang udah
nggak banyak yang mainannya kayak kita dulu kaliiii yaa/ sekarang udah jamannya
gadjet siih/ mereka lebih milih main game dibandingkan main di luar rumah yang bisa
bikin hitam// hahahhhaaa……./ nah untuk sahabat mitra yang mau request lagu/ ataupun
titip salam/ bisa langsung kontak aja kenomor 0822 8312 xxxx//
Segmen 1
Pada segmen pertama biasanya sekedar basa-basi dari penyiar agar suasana tidak terlalu
garing, karena acara yang dibawakan adalah acara santai. Contohnya bisa dengan
menanyakan pendengar sudah makan siang atau belum, dan juga pada segemen ini
penyiar akan membacakan salam-salam dari pendengar dan juga memutarkan lagu yang
direquest dari pendengar.

SUMBER:
https://www.researchgate.net/publication/337898571_makalah_TKBS_Asas_penulisan_nask
ah_radio_dan_kiat_menulis_di_radio

Anda mungkin juga menyukai