DISUSUN OLEH :
Wesi (04021381821018)
Deah Karina Saputri (04021381821019)
Kike Pratiwi (04021381821020)
Niko Putra Dwi Payoka (04021381821021)
Fevi Apriani (04021381821022)
Dosen Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Ovarium”
berserta salam kami haturkan untuk Nabi besar Muhammad SAW, Nabi yang
telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini. Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada
:
1. Ibu Karolin Adhisty, S.Kep., Ns., M.Kep yang telah menjadi dosen
pembimbing kami dalam membuat makalah ini.
2. Semua anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam pembuatan tugas
ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, masukan, saran, kritik,
dan usul yang sifatnya untuk perbaikan dari berbagai pihak khususnya Bapak/Ibu
dosen serta rekan – rekan sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga tuisan ini bermanfaat bagi para pembaca.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
perubahannya di dalam tubuh mengalami keputihan yang dianggap wanita itu hal
biasa. Tetapi, pada stadium lanjut yaitu stadium II-IV akan mengalami perubahan
pada tubuh karena sudah bermetastase ke jaringan luar pelvis misalnya jaringan
hati, gastrointestinal dan paru-paru sehingga akan menyebabkan anemia, asites,
efusi pleura, nyeri ulu hati dan anoreksia (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin,
2013).
Asuhan keperawatan terdiri atas pendidikan kesehatan, dukungan fisik dan
emosi untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan. Selama hospitalisasi, perawat
melakukan pemantauan fisiologis dan prosedur teknis, serta memberikan tindakan
kenyamanan. Perawat memberikan dukungan untuk membantu keluarga
berkoping dan menyesuaikan diri, memberikan kesempatan pada mereka untuk
menceritakan dan mengatasi rasa takut, serta membantu mengkoordinasikan
sumber dukungan bagi keluarga dan proses pemulihan (Reeder, dkk, 2013).
Penanganan dan pengobatan kanker ovarium yang telah dilakukan dengan
prosedur yang benar namun hasil pengobatannya sampai saat ini belum begitu ada
manfaatnya. Sebagai perawat dalam menangani masalah klien dengan kista
ovarium atau kanker ovarium maka perlu memperhatikan aspek biopsikososial-
spiritual dalam pemberian asuhan keperawatannya, sehingga hal ini yang menarik
penulis untuk membahas asuhan keperawatan pada klien dengan kanker ovarium.
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kanker ovarium.
2. Tujuan khusus
2
Mahasiswa mampu :
a. Menyusun pengkajian asuhan keperawatan pada pasien kanker
ovarium
b. Merumuskan diagnosa asuhan keperawatan pada pasien kanker
ovarium
c. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada pasien kanker
ovarium
1.4 Manfaat
1. Mampu memahami konsep dasar penyakit kanker ovarium
2. Mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada kanker ovarium
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas yang pada
ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50-70
tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain,panggul dan perut melalui
system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati da
paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkian kanker
ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer (Nur Arif & Kusuma,
2015)
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan
berbagai histologi yang menyerang pada semua umur. Tumor sel germinal lebih
banyak dijumpai pada penderita berusia < 20 tahun, sedangkan tumor sel epitel lebih
banyak pada wanita usia > 50 tahhun (Manuaba, 2013).
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal,
mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam
(Smeltzer & Bare, 2002).
Organ reproduksi wanita terdiri atas organ eksterna dan organ interna.
Organ interna berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam
ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, ovarium
merupakan salah satu organ reproduksi wanita, serta sebagai tempat implantasi;
dapat dikatakan organ interna berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin.
1. Organ eksterna
4
2. Organ Internal
a. Vagina
Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang
ke atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior
vagina mempunyai panjang kurang lebih 7,5 cm dan dinding
posteriornya 9 cm. Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai
saluran keluar dari uterus, dilalui sekresi uterus, dan kotoran
menstruasi, sebagai organ kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat
persalinan.
Dinding vagina terdiri atas empat lapisan : Lapisan epitel gepeng
berlapis : pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar tetapi cairan akan
merembes melalui epitel untuk memberikan kelembaban, Jaringan
kolektif areoler yang dipasok pembuluh dengan baik, Jaringan otot
polos berserabut longitudinal dan sirkuler, Lapisan luar jaringan ikat
fibrosa berwarna putih.
Fornik berasal dari kata latin yang artinya selokan. Pada tempat
servik menuju kedalam kubah vagina terbentuk sebuah selokan
melingkar yang mengelilingi servik. Fernik ini terbagi menjadi empat
bagian: fornik posterior, anterior dan dua buah fernik latera
b. Uterus
Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh
peritoneum atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang
gepeng. Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada rongga panggul
antara kandung kemih di anterior dan rectum posterior.
Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan
9-10 cmpada wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah
melahirkan antara 50-70 gram sedangkan pada yang belum pernah
melahirkan beratnya 80 gram atau lebih.
Uterus terdiri atas:
1) Fundus uteri
5
Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba
falopi berinsersi ke uterus. Di dalam klinik penting diketahui
sampai dimana fundus uteri berada, oleh karena tuanya
kehamilan dapat di perkirakan dengan perabaan fundus uteri.
2) Korpus uteri
Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus
uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa.
Mempunyai fungsi utama sebagai perkembangan janin.
3) Servik uteri
Servik merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus,
terletak di bawah isthmus. Servik memiliki serabut otot polos
namun terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah
jaringan elastin serta pembuluh darah. Kelenjar ini berfungsi
mengeluarkan secret yang kental dan lengket dari kanalis
servikalis. Jika saluran kelenjar servik tersumbat dapat
berbentuk kista, retensi berdiameter beberapa millimeter yang
disebut sebagai folikel nabothian.
Secara histologik uterus terdiri atas:
a) Endometrium di korpus uteri dan endoservik di servik uteri
Merupakan bagian terdalam dari uterus yaitu lapisan
mukosa yang melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak
hamil. Endometrium terdiri atas epitel kubik,kelenjar-
kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang
berkeluk-keluk. Ukuran endometrium bervariasi yaitu 0,5
mm hingga 5 mm. Endometrium terdiri dari epitel
permukaan, kelenjar dan jaringan mesenkim antar kelenjar
yang di dalamnya banyak terdapat pembuluh darah.
Epitel permukaan endometrium terdiri dari satu
lapisan sel kolumner tinggi, bersilia dan tersusun rapat.
Kelenjar uterus berbentuk tubuler merupakan invaginasi
6
dari epitel, kelenjar ini menghasilkan cairan alkalis encer
yang berfungsi menjaga rongga uterus tetap lembab.
b) Miometrium
Miometrium merupakan jaringan pembentuk
sebagian besar uterus dan terdiri dari kumpulan otot polos
yang disatukan jaringan ikat dengan banyak serabut elastin
didalamnya. Menurut Schwalm dan Dubrauszky, 1966
banyaknya serabut otot pada uterus sedikit demi sedikit
berkurang kearah kaudal, sehingga pada servik otot hanya
merupakan 10% dari massa jaringan. Selama masa
kehamilan terutama melalui proses hipertrofi, miometrium
sangat membesar, namun tidak terjadi perubahan yang
berarti pada otot servik.
7
Yaitu ligamentum yang menahan uterus dalam
antefleksi dan berjalan dari fundus uteri kiri dan kanan
ke daerah inguinal kiri dan kanan.
8
simpatik dan prasimpatik mengandung unsure sensorik
dan motorik. Simpatik menimbulkan kontraksi dan
vasokonstriksi sedangkan parasimpatik mencegah
kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi.
c. Tuba Falopi
Tuba falopi marupakan saluran ovum yang terentang antara
kornu uterine hingga suatu tempat di dekat ovarium dan merupakan
jalan ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba falopi antara 8-
14 cm, tuba tertutup oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh
membrane mukosa.
Tuba falopi terdiri atas Pars interstisialis (bagian yang
terdapat di dinding uterus), Pars Ismika (merupakan bagian medial
tuba yang sempit seluruhnya), Pars Ampularis (bagian yang
terbentuk agak lebar, tempat konsepsi terjadi), Pars Infudibulum
(bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai
fimbria. Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur
dan kemudian menyalurkan ke dalam tuba).
9
di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan
folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-
kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi yaitu
pematangan folikel graaf dan mengeluarkan ovum. Bila folikel
graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah pada ruang folikel.
Ovarium mempunyai 3 fumgsi, yaitu : Memproduksi ovum,
Memproduksi hormone estrogen, Memproduksi hormone
progesterone.
10
sifat kewanitaan, misalnya panggul yang besar, panggul sempit dan
lain-lain.
Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan
darah di dalam rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang
berasal dari dinding folikel masuk dalam gumpalan itu dan
membentuk korpus luteum tumbuh terus sampai beberapa bulan
menjadi besar. Bila ovum tidak di buahi maka korpus luteum
bertahan hanya sampai 12-14 hari tepat sebelum masa menstruasi
berikutnya, korpus luteum menjadi atropi.
Siklus menstruasi, perubahan yang terjadi di dalam ovarium
dan uterus dimana masa menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari,
selama masa ini epithelium permukaan dinding uterus terlepas dan
terjadi sedikit perdarahan.
Masa setelah menstruasi adalah masa perbaikan dan
pertumbuhan yang berlangsung 9 hari ketika selaput terlepas untuk
diperbaharui, tahap ini dikendalikan olen estrogen, sedangkan
pengendalian estrogen dikendallikan oleh FSH (Folikel Stimulating
Hormon) terjadi pada hari ke-14, kemudian disusul 14 hari tahap
sekretorik yang di kendalikan oleh progesterone.
11
c) Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi
resiko terjadinya kanker.
d) Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50 % jika dikonsumsi
selama lima tahun atau lebih
e) Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI
3) Faktor genetik
a) 5-10 % adalah herediter
b) Angka resiko terbesar 5 % pada penderita satu saudara dan meningkat
menjadi 7 % bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium.
12
memicu pertumbuhan sel. Sedangkan adiponektin yang memiliki efek anti
pertumbuhan sel, jumlahnya menurun pada obesitas
4. Orang obesitas sering memiliki inflamasi yang kronis, yang berhubungan
dengan peningkatan risiko kanker
2. Merokok
3. Alkohol
Di dalam tubuh kita, alkohol (etanol) diubah menjadi bahan kimia beracun
bernama asetaldehida. Bahan kimia ini dapat menjadi penyebab kanker dengan
cara merusak DNA serta mencegah sel-sel kita untuk kerusakan tersebut. Badan
Internasional untuk Riset Kanker telah mengkategorikan asetaldehida yang
terbentuk tersebut sebagai dampak buruk dari minuman beralkohol yang
merupakan penyebab kanker. Etanol terutama diubah di dalam hati, tetapi banyak
dari jenis-jenis sel lain juga bisa melakukannya. Beberapa bakteri yang hidup di
dalam mulut kita dan di lapisan usus kita juga bisa mengubah etanol menjadi
asetaldehida.
Bedak tabur talc terbuat dari talc, yaitu mineral yang mengandung
beberapa zat seperti magnesium, silikon, dan oksigen. Bubuk tabur tersebut dapat
berfungsi untuk melembabkan dan membantu mengurangi efek nyeri akibat
13
gesekan. Bedak ini sangat berguna untuk kulit kering dan membantu mencegah
terjadinya ruam. Talek sendiri dapat dijumpai pada beberapa produk kosmetik
seperti bedak tabur bayi, bedak untuk orang dewasa, lipstik, dan produk kosmetik
lainnya. Beberapa talc ternyata mengandung asbes (asbestos), senyawa yang
diketahui dapat menyebabkan kanker paru-paru jika terhirup oleh manusia.
Beberapa perempuan sering menaburkan bedak talek di sekitar area genital, hal
inilah yang akhirnya meningkatkan risiko kanker. Namun, kita tidak boleh
menyerap informasi begitu saja, sebab perlu kita ketahui bahwa tidak semua talc
mengandung asbes.
5. Riwayat kanker
Kanker ovarium bisa diturunkan dari keluarga. Maka risiko Mama untuk
mengidap kanker ovarium meningkat jika ibu, saudara perempuan, atau anak
perempuan sedang atau pernah mengalami kanker ovarium. Risikonya juga
meningkat jika ada lebih banyak keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
Bahkan, risiko kanker ovarium juga bisa datang dari sisi keluarga ayah. Sekitar 5
sampai 10 persen kanker ovarium merupakan bagian dari sindrom kanker
keluarga yang dihasilkan oleh mutasi gen.
Kanker ovarium lebih banyak terjadi pada nulipara atau wanita steril.
Kehamilan tampaknya memiliki efek melawan kanker ovarium. Menurut
kedokteran, ovulasi yang setiap hari menyebabkan epitel ovarium rusak berulang
kali, ada hubungannya dengan kanker ovarium.
8. Menstruasi dini
14
Sebuah meta-analisis dari studi epidemiologi yang dilakukan oleh Gong
etal pada tahun 2013 menunjukan bahwa usia menarche (perdarahan pertama kali
yang berasal dari uterus yang terjadi pada sooeang wanita) berbnding terbalik
dengan kejadian kanker ovarium. Dalam penelitian tersebut juga disebutkan
bahwa pada “incessant ovulation theory” seorang wanita yang terlambat
mendapatkan mentruasi dapat menurunkan resiko kanker ovarium dengan
menurukan jumlah ovulasi yang terjadi di hidupnya. Meningkatnya siklus ovulasi
berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya kanker ovarium.
15
16
2.5 Klasifikasi Stadium Kanker Ovarium
17
positif. Tumor dalam pelvis kecil tetapi sel histology terbukti meluas
keusus besar atau omentum.
a. Stadium 3a : tumor terbatas pelvis kecil dengan kelenjar getah
bening negative tetapi secara histology dan dikomfirmasi
secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) di
permukaan peroineumabdominal,
b. Stadium 3b : tumor mrngenai salah satu atau salah dua ovarium
dengan implant dipermukaan pertoneum dan terbukti secara
milroskopis diameter melebih 2 cm,dan kelenjar getah bening
negative.
c. Stadium 3c : implant di abdomen dengan diameter > 2cm dan
kelenjar getah bening retroperitoneum.
4. STADIUM IV => Pertumbuhan mengenai dalah satu atau dua ovarium
dengan metastasis jauh di luar rongga peritoneum, bila terdapat efusi
pleura, maka cairan pleura mengandung sel kanker positif, termasuk
juga metastasis pada parenkim hati.
18
19
2.6 Manifestasi Klinis Kanker Ovarium
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Menurut Prawirohardjo (2014),
tanda dan gejala pada kanker ovarium ialah perut membesar/merasa adanya
tekanan, terjadinya dispareunia dan adanya peningkatan berat badan dikarenakan
adanya massa/asites.
20
cukup lama. Peningkatan ukuran pinggang disebabkan oleh berlebihnya ukuran
atau over dari berat badan karna tidak terkontol. Urgensi kemih disebabkan terjadi
penekanan pada pelvis sehingga terjadi gangguan pada perkemihan.
2.7 Patofisiologis
21
seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang, dan konstipasi.
Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder
akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen, beberapa
tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala
keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan
dalam tumor, ruptur, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering
terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin (Price & Wilson. 2012).
Lima persen dari seluruh neoplasma ovarium adalah tumor stroma gonad;
2 % dari jumlah ini menjadi keganasan ovarium. WHO (World Health Organ-
ization), mengklarifikasikan neoplasma ovarium ke dalam lima jenis dengan
subbagian yang multipel. Dari semua neoplasma ovarium, 25 %hingga 33 %
tardiri dari kista dermoid ; 1 % kanker ovarium berkembang dari bagian kista
dermoid. Eksisi bedah adalah pengobatan primer untuk semua tumor ovarium,
dengan tindak lanjut yang sesuai, tumor apa pun dapat ditentukan bila ganas.
22
2.8 Pathway Kanker Ovarium
23
Penatalaksanaan
Sumber : Prawirohardjo (2014), Williams & Wilkins (2014), Nur Arif & Kusuma (2015), Price & Wilson (2012)
24
25
2.9 Respon Tubuh terhadap Fisiologis
1) Sistem gastrointestinal
Pada pasien kanker ovarium untuk stadium lanjut, kanker tersebut
menginvasi ke organ lambung atau pembesaran massa yang disertai
asites akan menekan lambung sehingga menimbulkan gejala
gastrointestinal seperti nyeri ulu hati, kembung, anoreksia, dan
intoleransi terhadap makanan. Dari abdomen, cairan yang mengandung
sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju pleura, sehingga
menyebabkan efulsi pleura.
2) Sistem perkemihan
Pada stadium lanjut, kanker ovarium telah bermetastase ke organ lain
salah satunya ke saluran perkemihan. Pembesaran massa terjadi
penekanan pada pelvis sehingga terjadi gangguan pada perkemihan
seperti susah buang air kecil atau urgensi kemih.
3) Sistem endokrin
Pada sistem endokrin salah satu hati akan terjadi penekanan oleh massa
yang semakin membesar. Awalnya terjadi gangguan metabolisme di hati,
netralisir racun di hati terjadi penurunan, terjadi penumpukan toksik atau
racun di tubuh sehingga sistem imun tubuh menurun sehingga
menimbulkan gejala kelelahan.
(Reeder, dkk. 2013)
26
2.10 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Ovarium
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu,
apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak
atau ganas (kanker ovarium). Pemeriksaan diagnostik menurut Brunner (2015),
sebagai berikut.
1) Pembedahan
2) Biopsi
4) Kemoterapi
27
termasuk agens alkylating seperti itu (cyclophasphamide, chlorambucil)
antibiotikal (admisin).
5) Penanganan lanjut
28
BAB III
1) Identitas pasien
meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.
Keganasan kanker ovarium sering dijumpai pada usia sebelum menarche
atau di atas 45 tahun (Manuaba, 2010).
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Biasanya mengalami perdarahan abnormal atau menorrhagia pada
wanita usia subur atau wanita diatas usia 50 tahun / menopause untuk
stadium awal. Pada stadium lanjut akan mengalami pembesaran massa
yang disertai asites (Reeder, dkk. 2013).
b) Riwayat kesehatan sekarang menurut Williams (2011) yaitu :
(1) Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan makan
atau merasa cepat kenyang dan gejala perkemihan kemungkinan
menetap.
(2) Pada stadium lanjut sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan
pelvis, distensi abdomen, penurunan berat badan dan nyeri pada
abdomen.
29
e) Riwayat haid/status ginekologi
Biasanya akan mengalami nyeri hebat pada saat menstruasi dan terjadi
gangguan siklus menstruasi.
f) Riwayat obstetri
Biasanya wanita yang tidak memiliki anak karena ketidakseimbangan
sistem hormonal dan wanita yang melahirkan anak pertama di usia
>35 tahun.
g) Data keluarga berencana
Biasanya wanita tersebut tidak menggunakan kontrasepsi oral
sementara karena kontrasepsi oral bisa menurunkan risiko ke kanker
ovarium yang ganas (Reeder, dkk. 2013).
h) Data psikologis
Biasanya wanita setelah mengetahui penyakitnya akan merasa cemas,
putus asa, menarik diri dan gangguan seksualitas (Reeder, dkk. 2013).
i) Data aktivitas/istirahat
Pasien biasanya mengalami gejala kelelahan dan terganggu aktivitas
dan istirahat karena mengalami nyeri dan ansietas.
j) Data sirkulasi
Pasien biasanya akan mengalami tekanan darah tinggi karena cemas.
k) Data eliminasi
Pasien biasanya akan terganggu BAK akibat perbesaran massa yang
menekan pelvis.
l) Data makanan/cairan
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam nutrisi tetapi kalau
dibiarkan maka akan mengalami pembesaran lingkar abdomen
sehingga akan mengalami gangguan gastrointestinal.
m) Data nyeri/kenyamanan
Pasien biasanya mengalami nyeri karena penekanan pada pelvis.
n) Pemeriksaan fisik
(1) Kesadaran
Kesadaran pasien tergantung kepada keadaan pasien, biasanya
30
pasien sadar, tekanan darah meningkat dan nadi meningkat dan
pernafasan dyspnea.
(2) Kepala dan rambut
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
hematom dan rambut tidak rontok.
(3) Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran dan
tidak ada lesi.
(4) Wajah
Pada mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek
pupil +/+, pada hidung tidak ada pernapasan cuping hidung,
pada mulut dan gigi mukosa tidak pucat dan tidak ada sariawan.
(5) Leher
Tidak ada pembendungan vena jugularis dan pembesaran
kelenjer tiroid.
(6) Thoraks
Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris.
(7) Paru-paru
(a) Inspeksi
Pernapasan dyspnea, tidak ada tarikan dinding dada.
(b) Palpasi
Fremitus kiri dan kanan sama.
(c) Perkusi
Suara ketok sonor, suara tambahan tidak ada.
(d) Auskultasi Vesikuler.
8) Jantung
Pada pasien kanker ovarium biasanya tidak ada mengalami
masalah pada saat pemeriksaan di jantung.
(a) Inspeksi
Umumnya pada saat inspeksi, Ictus cordis tidak terlihat.
(b) Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi Ictus cordis teraba.
31
(c) Perkusi Pekak.
(d) Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung S1 adalah
penutupan bersamaan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi
jantung S2 adalah penutupan katup aorta dan pulmanalis
secara bersamaan.
9) Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, aerola mamae hiperpigmentasi, papila
mamae menonjol, dan tidak ada pembengkakan.
10) Abdomen
(a) Inspeksi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya
perbesaran massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker
ovarium, akan terlihat adanya asites dan perbesaran massa
di abdomen.
(b) Palpasi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya
perbesaran massa, sedangkan pada stadium lanjut kanker
ovarium, di raba akan terasa seperti karet atau batu massa di
abdomen.
(c) Perkusi
Hasilnya suara hipertympani karena adanya massa atau
asites yang telah bermetastase ke organ lain
(d) Auskultasi
Bising usus normal yaitu 5- 30 kali/menit
11) Genitalia
Pada beberapa kasus akan mengalami perdarahan abnormal
akibat hiperplasia dan hormon siklus menstruasi yang
terganggu. Pada stadium lanjut akan dijumpai tidak ada haid
lagi.
12) Ekstremitas
32
Tidak ada udema, tidak ada luka dan CRT kembali < 2 detik.
Pada stadium lanjut akan ditandai dengan kaki udema.
(Reeder, dkk. 2013).
Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Menurut Ritu Salani (2011) yang harus dilakukan pada pasien
kanker ovarium yaitu :
(a) Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yang
abnormal
(b) Penanda atau memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma
ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan
abnormal atau menurun yang mengarah ke komplikasi.
2) Pencitraan
USG abdomen, CT scan, atau ronsen menunjukkan ukuran tumor.
Pada stadium awal tumor berada di ovarium, stadium II sudah
menyebar ke rongga panggul, stadium III sudah menyebar ke
abdomen, dan stadium IV sudah menyebar ke organ lain seperti hati,
paru-paru, dan gastrointestinal.
3) Prosedur diagnostik
Aspirasi cairan asites dapat menunjukkan sel yang tidak khas. Pada
stadium III kanker ovarium cairan asites positif sel kanker.
4) Pemeriksaan lain
Laparastomi ekspolasi termasuk evaluasi nodus limfe dan reseksi
tumor, dibutuhkan untuk diagnosis yang akurat dan penetapan
stadium berapa kanker ovarium tersebut.
33
b. Risiko hipovolemia berhubungan dengan perdarahan
c. Konstipasi berhubungan dengan tumor.
d. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pelvis.
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan
diafragma.
f. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor biologis.
g. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ketahanan
tubuh.
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah
baring.
i. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi mengenai prosedur
pengobatan.
j. Defisit Pengetahuan
2) Post operasi :
a. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera kulit.
c. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
34
3. Rencana Keperawatan
a. Pre-operasi
35
7) Perubahan selera 10) Dorong pasien untuk
makan memonitor nyeri dan
menangani nyerinya dengan
8) Putus asa
tepat
9) Sikap melindungi area 11) Evaluasi keefektifan dari
nyeri tindakan pengontrol nyeri
yang dipakai selama
10) Sikap tubuh
pengkajian nyeri dilakukan
melindungi 12) Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri.
36
13) Nyeri abdomen
14) Nyeri pada
saatdefekasi
15) Nyeri tekan abdomen
dengan teraba resistensi
otot
37
nafas berhubungan tindakan keperawatan, 1) Posisikan pasien untuk
dengan penekanan status pernafasan pasien memaksimalkan ventilasi
diafragma normal dengan 2) Motivasi pasien untuk
kriteria hasil : bernafas pelan
Defenisi : inspirasi dan 1)Frekuensi pernafasan 3) Monitor status pernafasan
atau ekspirasi yang tidak normal dan oksigenasi
memberi ventilasi adekuat 2)Irama pernafasan
normal Manajemen Ventilasi
Batasan Karakteristik : 3)Kedalaman inspirasi Mekanik : Invasif
1) Bradipnea normal 4) Monitor kondisi yang
2) Dispnea 4)Suara auskultasi mengindikasikan perlunya
3) Fase ekspirasi normal dukungan ventilasi
memanjang 5)Kepatenan jalan nafas 5) Monitor apakah terdapat
4) Ortopnea baik gagal nafas
5) Penggunaan otot bantu 6) Mulai teknik relaksasi
pernapasan Bantuan Ventilasi
6) Peningkatan diameter
anterior 7) Pertahankan kepatenan jalan
posterior nafas
7) Penurunan kapasitas 8) Posisikan pasien untuk
vital mengurangi dyspnea
8) Penurunan tekanan 9) Ajarkan teknik pernapasan
ekspirasi dengan tepat
9) Penurunan tekanan 10) Monitor pernapasan
inspirasi
10) Penurunan ventilasi
semenit
11) Pernapasan bibir
12) Pernapasan cuping
hidung
13) Perubahan ekskursi
dada
14) Pola nafas abnormal
15) Takipnea
38
Defenisi : asupan nutrisi makan ada klien untuk mengatur target
tidak cukup untuk 2) Pasien menyenangi pencapaian berat badan jika
makanan berat badan klien tidak
memenuhi kebutuhan
3) Pasien merasakan berada dalam rentang normal
metabolik makanan 3) Rundingkan dengan ahli gizi
4) Energi untuk makan dalam menentukan asupan
ada kalori harian yang diperlukan
Batasan Karakteristik :
5) Intake makanan 4) Dorong klien untuk
1) Berat badan 20 % atau teratur mendiskusikan makanan
lebih dari bawah rentang 6) Intake nutrisi teratur yang disukai bersama ahli
7) Intake cairan teratur gizi
berat badan ideal
8) Rangsangan untuk 5) Timbang berat badan klien
2) Bising usus hiperaktif makan ada 6) Monitor intake/asupan dan
3) Cepat kenyang setelah asupan cairan secara tepat
makan 7) Monitor asupan kalori
makanan harian
4) Diare 8) Batasi makanan sesuai
5) Gangguan sensasi rasa dengan jadwal
6) Kehilangan rambut 9) Observasi klien selama dan
setelah pemberian makan/
berlebihan
makanan ringan untuk
7) Kelemahan otot meyakinkan bahwa asupan
pengunyah makanan yang cukup tercapai
dan dipertahankan
8) Kelemahan otot untuk
10) Beri dukungan misalnya
menelan terapi relaksasi
9) Kerapuhan kapiler 11) Batasi aktivitas fisik sesuai
kebutuhan untuk
10) Kesalahan informasi
meningkatkan berat badan
11) Kesalahan persepsi 12) Monitor berat badan klien
12) Ketidakmampuan sesuai secara rutin
memakan makanan
13) Kram abdomen
14) Kurang minat pada
makanan
39
kebutuhan oksigen, dan 1. Pasien rutin 3) Monitor kebutuhan pasien
tirah baring melakukan aktivitas terkait dengan alat-alat
2. Aktivitas fisik tidak kebersihan
Batasan karakteristik : terganggu 4) Berikan lingkungan yang
1) Dispnea setelah 3. Konsentrasi pasien terapeutik
beraktivitas tidak terganggu 5) Berikan peralatan kebersihan
2) Keletihan 4. Tidak terganggu pribadi
3) Ketidaknyamanan pemulihan energi setelah 6) Berikan bantuan pasien
setelah aktivitas sampai pasien mampu
beraktivitas 5. Hemoglobin normal melakukan perawatan diri
4) Perubahan 6. Hematokrit normal mandiri
elekrokardiogram 7) Dorong pasien untuk
(EKG) melakukan aktivitas normal
5) Respons frekuensi sehari-hari
jantung 8) Ciptakan rutinitas aktivitas
abnormal terhadap perawatan
aktivitas diri
6) Respons tekanan darah
abnormal
terhadap aktivitas
2. Post-operasi
40
untuk menghindari dengan resiko infeksi mencuci tangan dengan
pemajanan tepat
2) malnutrisi 4) Mengidentifikasi tanda 5) Anjurkan pengunjung
3) gangguan integritas kulit dan gejala infeksi untuk mencuci tangan
4) prosedur invasif 5) Memonitor perilaku diri pada saat memasuki
5) perubahan pH sekresi yang berhubungan dan meninggalkan
dengan resiko infeksi ruangan pasien
6) Gunakan sabun
6) Memonitor faktor di antimikroba
lingkungan yang 7) Cuci tangan sebelum
berhubungan dengan dan sesudah kegiatan
resiko infeksi perawatan pasien
8) Lakukan tindakan-
7) Mencuci tangan
tindakan pencegahan
8) Mempertahankan yang bersifat universal
lingkungan yang bersih 9) Pakai sarung tangan
steril dengan tepat
10) Pastikan teknik
perawatan luka yang
tepat
11) Berikan terapi
antibiotik yang sesuai
12) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi
13) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
bagaimana
menghindari infeksi
41
perubahan balutan
7) Bandingkan dan catat
setiap perubahan luka
8) Anjurkan pasien dan
anggota keluarga untuk
mengenal tanda dan gejala
infeksi
9) Dokumentasikan lokasi
luka, ukuran, dan tampilan
42
waktu dengan tepat
4. Implementasi keperawatan
43
bekerjasama dengan dokter, ahli gizi, dan lain-lain. Bekerjasama dengan dokter
misalnya tindakan medis apa yang akan dilakukan pada pasien kanker ovarium,
seperti pemberian obat dan tindakan pembedahan. Bekerja sama
dengan ahli gizi misalnya menentukan diet pasien kanker ovarium.
5. Evaluasi keperawatan
b. Evaluasi sumatif
Merupakan hasil observasi dan analisis status pasien kanker ovarium
berdasarkan tujuan yang direncanakan. Evaluasi juga sebagai alat ukur
apakah tujuan sudah tercapai, tercapai sebagian atau tidak tercapai.
1) Tujuan tercapai
Tujuan ini dikatakan tercapai apabila pasien kanker ovarium
menunjukkan kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai
secara keseluruhan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sehingga
masih perlu dicapai.
3) Tujuan tidak tercapai
44
Tujuan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan kemajuan kearah
kriteria yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart
Edisi 12. Jakarta : EGC.
45
Manuaba. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta:EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Williams & Wilkins. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.
46