KELOMPOK 2
DISUSUN OLEH :
Kasus :
Bapak S (29 Tahun) dan Ibu Y (27 tahun) memiliki anak perempuan yaitu
anak T (4 tahun). Saat ibu Y membawa anaknya ke posyandu, diketahui berat
badan anaknya 11,2 kg dan tinggi badannya 93,8 cm. Ibu mengeluh sejak kecil
anaknya sulit makan. Anak T hanya suka makan nasi dan telur sehingga
makanannya tidak bervariasi. Kader posyandu lalu memberikan biskuit sebagai
PMT untuk anak T. Seminggu kemudian perawat datang untuk home visit. Hasil
pengkajian perawat diketahui bahwa anak T mengalami stunting dan keluarga
tidak mengetahui tugas perkembangan keluarganya. Ibu Y juga mengatakan tidak
mengerti kebutuhan gizi anaknya.
A. IDENTIFIKASI ISTILAH
3. Home visit adalah salah satu tehnik pengumpul data dengan jalan mengunjungi
rumah siswa untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dan untuk
melengkapi data siswa yang sudah ada yang diperoleh dengan tehnik lain
(WS.Winkel, 1995).
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. ANALISIS PENELITIAN
2 Ibu Y mengeluh sejak kecil anaknya sulit 1. Apa yang dimaksud tugas
makan dan anak T hanya suka makan perkembangan keluarga?
nasi dan telur sehingga makanannya tidak 2. Dimana keluarga dapat
bervariasi. mendapatkan informasi
tentang tugas perkembangan
keluarga?
3. Apa yang menjadi faktor
sebuah keluarga tidak
mengetahui tugas
perkembangan keluarga?
4. Bagaimana cara perawat
memberikan edukasi tentang
tugas perkembangan
keluarga?
5. Siapa saja yang harus
menjalankan tugas
perkembangan keluarga?
6. Mengapa ibu harus lebih
dominan dalam tugas
perkembangan keluarga
7. Apa masalah yang akan
terjadi pada sebuah keluarga
jika tugas perkembangan
keluarga tidak terpenuhi
dengan baik?
3 Perawat melakukan home visit dan hasil 1. Pengertian gizi seimbang dan
pengkajian didapatkan bahwa keluarga nutrisi?
tidak mengetahui tugas perkembangan 2. Bagaimana cara menghitung
keluarganya. gizi seimbang?
3. Bagaimana pemberian pola
makanan yang baik pada
anak usia balita?
4. Apa pengertian AKG dan
bagaimana AKG untuk anak
usia balita?
5. Apa saja faktor pemicu ibu
tidak mengetahui kebutuhan
gizi anak?
6. Apa dampak yang akan
terjadi jika gizi tidak
terpenuhi baik kekurangan
gizi maupun kelebihan gizi?
7. Apa faktor-faktor yang
menyebabkan sebuah
keluarga mengalami gizi
kurang?
8. Apakah ada metode khusus
yang dilakukan ibu dalam
pemberian gizi pada anak?
9. Bagaimana cara perawat
memberikan edukasi tentang
kebutuhan gizi seimbang
pada anak?
4. Perawat melakukan pengkajian dan 1. Apa faktor penyebab anak
mendapatkan hasil bahwa Ibu Y sulit makan?
mengatakan tidak mengerti kebutuhan 2. Bagaimana peran perawat
gizi anaknya. dalam mengatasi masalah
sulit makan pada anak?
3. Apakah ada metode khusus
yang digunakan untuk
mengatasi anak sulit makan?
BELAJAR MANDIRI I
1. Bapak S (29 Th) dan ibu Y (27 th) memiliki anak perempuan yaitu Anak T (4
th), Saat ibu membawa anaknya ke posyandu, didapatkan BB 11,2 kg TB
93,8 cm Ibu mengatakan anaknya suilit makan, perawat melakukan home
visit dan hasil pengkajian ditemukan bahwa anak T mengalami stunting.
Jawab : Asupan gizi yang baik untuk anak usia 4-6 tahun adalah
2 Protein (gram) 39
4 Vitamin D (µg) 5
5 Vitamin E (mg) 7
6 Vitamin K (µg) 20
9 Niacin (mg) 8
13 Vitamin C (mg) 45
14 Kalsiun (mg) 500
16 Magnesium (mg) 90
17 Besi (mg) 9
21 Selenium(µg) 20
2. Ibu Y mengeluh sejak kecil anaknya sulit makan dan anak T hanya suka
makan nasi dan telur sehingga makanannya tidak bervariasi.
a. Apa yang dimaksud tugas perkembangan keluarga?
Jawab :
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada system
keluarga. Perkembangan keluarga meliputi perubahan pola interaksi dan
hubungan antara anggotanya disepanjang waktu. Siklus perkembangan
keluarga merupakan komponen kunci dalam setiap kerangka kerja yang
memandang keluarga sebagai suatu sistem. Perkembangan ini terbagi
menjadi beberapa tahap dan kurun waktu tertentu. Pada setiap tahap
keluarganya memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
g. Apa masalah yang akan terjadi pada sebuah keluarga jika tugas
perkembangan keluarga tidak terpenuhi dengan baik?
Jawab :
Tugas perkembangan keluarga didefinisikan sebagai serangkaian
kewajiban yang harus dipenuhi oleh keluarga selama kehidupannya,
apabila tidak berhasil memenuhi tugas prkembangan keluarga maka akan
berdampak pada ketidakbahagiaan dan kesulitan dalam menjalankan tugas
perkembangan pada tahap selanjutnya (Rahmanita, 2016).
c. Bagaimana pemberian pola makanan yang baik pada anak usia balita?
Jawab :
Dalam jurnal dengan judul Gizi Seimbang dan Makanan Sehat Untuk
Anak Usia Dini (Rizqie auliana, M.kes), makanan anak usia 1-5 tahun
pada usia ini anak sudah harus makan seperti pola makan keluarga, yaitu:
sarapan, makan siang, makan malam dan 2 kali selingan. Porsi makan pada
usia ini setengah dari porsi orang dewasa. Memasuki usia 1 tahun
pertumbuhan mulai lambat dan permasalahan sulit makan mulai muncul.
Sementara itu aktivitas mulai bertambah dengan bermain sehingga makan
dapat dilakukan sambil bermain. Namun selanjutnya akan lebih baik kalau
makan dilakukan bersama seluruh anggota keluarga dengan
mengajarkannya duduk bersama di meja makan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makan anak usia
1-5 tahun:
− Selalu variasikan makanan yang diberikan meliputi makanan
pokok, lauk pauk, sayuran dan buah. Usahakan protein yang
diberikan juga berganti sehingga semua zat gizi terpenuhi.
− Variasikan cara mengolah sehingga semua bahan makanan dapat
masuk, misalnya anak tidak mau makan bayam maka bayam dapat
dibuat dalam telur dadar.
− Berikan air putih setiap kali habis makan.
− Hindari memberikan makanan selingan mendekati jam makan
utama.
− Ketika masuk usia 2 tahun jelaskan manfaat makanan yang harus
dimakan sehingga dapat mengurangi rasa tidak sukanya.
d. Apa pengertian AKG dan bagaimana AKG untuk anak usia balita?
Jawab :
f. Apa dampak yang akan terjadi jika gizi tidak terpenuhi baik kekurangan
gizi maupun kelebihan gizi?
Jawab :
Kekurangan gizi membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan fisik
maupun mental yang selanjutnya akan menghambat prestasi belajar.
Akibat lainnya adalah penurunan daya tahan, menyebabkan hilangnya
masa hidup sehat, serta dampak yang lebih serius adalah timbulnya
kecacatan, tingginya angka kesakitan dan percepatan kematian. Untuk
kelebihan akibat dari kelebihan gizi pada anak adalah obesitas sejak dini,
yang memiliki berat badan yg seharusnya akan mengidap penyakit
obesitas. Bukan hanya itu, ternyata anak anak yang memiliki kelebihan
gizi juga bisa terkena penyakit selain obesitas, yaitu persendian, gangguan
tidur.
h. Apakah ada metode khusus yang dilakukan ibu dalam pemberian gizi pada
anak?
Jawab : Ada
Berdasarkan penelitian Nuris Zuraida Rakhmawati (2013), menyatakan
bahwa sikap/metode ibu mengenai pemberian makanan pada anak
merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk berperilaku
memberikan makanan yang tepat untuk anak. Makanan yang tepat buat
anak diberikan agar anak dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Sikap ibu
yang di dapat dari interaksi sosial seperti lingkungan, dapat dengan mudah
mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan makanan di rumah.
Kebiasaan makan yang diajarkan ibu kepada anak akan mempengaruhi
pola makan anak sehingga anak dapat memutuskan makanan yang
dikonsumsinya.
i. Bagaimana cara perawat memberikan edukasi tentang kebutuhan gizi
seimbang pada anak?
Jawab :
Menurut jurnal panduan pemberian informasi dan edukasi pasien dan
keluarga tahun 2018, tatalaksana memberikan edukasi ialah
petugas/perawat yang melakukan kegiatan (pemberian edukasi) harus
memiliki pengetahuan tentang informasi yang harus di sampaikan,
pemberian informasi atau edukasi harus dilaksanakan secara tatap muka
dan berlangsung secara interaktif, kondisi lingkungan harus di perhatikan
agar klien merasa aman dan nyaman, membina hubungan yang baik agar
tercipta rasa saling percaya antar klien dan petugas, petugas harus
mendapatkan data yang akurat terkait edukasi yang di sampaikan dengan
masalah yang klien hadapi
b. Apakah ada metode khusus yang digunakan Ibu untuk mengatasi anak sulit
makan?
Jawab :
Beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh ibu untuk mengatasi anak yang
sulit makan adalah sebagai berikut.
1. Terapi bermain dan jadikan saat makan menyenangkan
Biasanya cara ini dilakukan pada anak yang masih kecil hingga usia balita.
Saat bermain, orangtua bisa mengamati dan menganalisis bagaimana pola
bermain, konflik permasalahan anak dapat ditelusuri, kemudian diatasi
sesuai penyebabnya. Hindari mengancam, menghukum, atau menakut-
nakuti anak agar ia makan lebih banyak ini akan memebuatnya merasa
bahwa saat makan merupakan saat yang tidak menyenangkan. Dan bukan
tak mungkin menimbulkan trauma psikologis baginya.
Faktor rumah tangga dan keluarga Pemberian makanan tambahan/komplementer yang tak cukup Infeksi
Faktor maternal Lingkungan rumah Makanan kualitas rendah Cara Pemberian Yang Keamanan Makanan Infeksi Klinis Dan
Nutrisi yang kurang pada Tidak Adekuat Dan Minuman Subklinis
Stimulasi dan aktivitas
saat prekonsepsi,kehamilan, dan laktasi. Keragaman jenis makanan
Anak yang tidak adekuat Frekuensi pemberian Makanan dan minum Terjadinya radang,
Tinggi badan ibu yang rendah yang dikonsumsi dan sumbe
Perawatan yang kurang makanan yang rendah an yang terkontamin sariawan
Infeksi r makanan hewani yang
Sanitasi dan pasukan air yang Pemberian makanan asi
Kehamilah pada usia remaja, rendah Infeksi cacing,
tidak adekuat yang tidak aadekuat Kebersihan yang ren
Kesehatan mental Makanan yang tidak menga infeksi pernafasan,
Akses dan ketersediaan ketika sakit dan setela dah
ntrauterine Growth Restriction ndung nutrisi malaria
pangan yang kurang h sakit Penyimpanan dan pe
(IUGR) dan kelahiran preterm Makanan komplementer Nafsu makan
Alokasi makanan dalam rumah t rsiapan
Jarak kehamilan yang pendek yang
angga yang tidak sesuai makanan yang tidak yang kurang akibat
Hipertensi mengandung energi rendah
Edukasi pengasuh yang rendah aman infeksi
Inflamasi
Penyebab
Setelah dilakukan diskusi kelompok tutorial didapat hasil bahwa hepotesis awal
pada kasus keperawatan keluarga ini yaitu PROSES TUMBUH KEMBANG
ANAK
E. LEARNING ISSUES
BELAJAR MANDIRI II
A. Konsep Keluarga
Marilyn M. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga
adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga.
B. Tipe Keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu: (Suprajitno,
2004)
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari
ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek-nenek, paman-bibi).
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua keluarga di atas
berkembang menjadi: (Suprajitno, 2004)
1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang
terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
pasangannya.
2. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri
dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau
ditinggal pasangannya.
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah (the single adult living alone). Kecendrungan di
Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan dengan
pasangan atau anaknya kelak jika menikah.
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital
heterosexual cohabiting family).
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama
(guy and lesbian family).
C. Peran Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul
Effendy (1998), adalah sebagai berikut :
1. Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan
sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peran ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik
anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peran anak: Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan
spiritual.
D. Fungsi Keluarga
Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga,
sebagai berikut:
1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care function).
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
E. 5 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Lima tugas keluarga dalam bidang Kesehatan menurut Friedman, (1981)
adalah :
a. Mengenal gangguan perkembangan Kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu
muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga-lembaga Kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan
baik fasilitas-fasilitas Kesehatan yang ada.
F. Diagnosa Keperawatan
2. Defisit Pengetahuan
https://www.academia.edu/5728850/
PENYEMPURNAAN_KECUKUPAN_GIZI_UNTUK_ORANG_INDONESIA_
2012
Journal Endurance 2(2) June 2017
2. Astuti, harwina widya. (2010). Ilmu gizi dalam keperawatan. Jakarta : trans
info media.
https://www.academia.edu/32424109/
Paper_Kesehatan_dan_Gizi_Layanan_Pengasuhan_Untuk_Cegah_Stunting_