Anda di halaman 1dari 34

MODUL PENDIDIKAN PROFESI

NERS
Keperawatan Komunitas 2
Modul Asuhan Keperawatan
Sekolah

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
Jl. S. Supriadi Nomor 22 Malang 65147 Telp. (0341) 351275 Fax. (0341) 351310
Website : www.itsk-soepraoen.ac.id / email: keperawatan_soepraoen@yahoo.com
VISI MISI ITSK RS DR SOEPRAOEN

Visi ITSK RS dr. Soepraoen


Menjadi Institut Teknologi Sains dan Kesehatan terkemuka dalam
Penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi Bidang Teknologi, Sains dan
Kesehatan sehingga tercipta Sumber Daya Manusia (SDM) Profesional yang
dapat terserap di tingkat Nasional / Internasional serta berdaya saing global pada
Tahun 2040

Misi ITSK RS dr. Soepraoen


1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang terkemuka
dan berdaya saing dalam bidang teknologi, sains dan kesehatan.
2. Melaksanakan penelitian yang terkemuka dan berdaya saing
dalam bidang teknologi, sains dan kesehatan.
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang terkemuka
dan berdaya saing dalam bidang teknologi, sains dan kesehatan.
4. Menyiapkan sumber daya manusia (SDM), sarana, prasarana,
sistem IT, dan kerjasama untuk menunjang penyelenggaran tridharma yang
berdaya saing di tingkat global.
VISI MISI PENDIDIKAN PROFESI NERS
ITSK RS DR SOEPRAOEN

Visi Program Studi Pendidikan Profesi Ners


Menjadi Program Studi Pendidikan Profesi Ners yang terkemuka dalam
Penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi bidang Ilmu Keperawatan yang
memiliki daya saing dan kehandalan pada kegawatdaruratan yang berdaya saing
global pada tahun 2040.

Misi Program Studi Pendidikan Profesi Ners


1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bidang Ilmu Keperawatan
yang terkemuka dan berdaya saing, agar menghasilkan perawat profesional
yang kompeten serta handal khususnya dibidang kegawatdaruratan di
lingkup Jawa Timur.
2. Melaksanakan penelitian yang terkemuka dan berdaya saing dalam bidang
ilmu keperawatan.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat yang terkemuka dan berdaya saing
dalam bidang ilmu keperawatan.
4. Menyiapkan sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, sistem IT
dan kerjasama guna meningkatkan penyelenggaraan Tri Dharma yang
terkemuka dan berdaya saing dalam bidang keperawatan.
A. Pengertian Anak
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran
sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi
secara bertahap dan tingkat yang paling rendah dan kompleks melalui proses
maturasi dan pembelajaran (Whalex dan Wone.2000)
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang
anak tidak hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih
terampil yang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
jumlah, besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa
diukur berat, panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan
lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung
pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang
unik dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap
anak.
Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi,
dimana imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud
vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti
yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT,
Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio. Tujuan diberikan imunisasi
adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu.
B. Batasan Usia Anak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak
anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-
hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa
pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun 1990,
Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia di
bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak
ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.

C. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


1. Perkembangan Fisik

     Fisik atau tubuh manusia merupaRkan sistem organ yang kompleks


dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode
pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini
Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa
perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu : 
a. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan
kecerdasan dan emosi;
b. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan
kemampuan motorik;
c. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola
tingkah laku baru,             seperti pada usia remaja berkembang
perasaan senang untuk aktif dalam suatu           kegiatan, yang
sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan 
d. Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
1) Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak – kanak (0 –5
tahun) 
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan
mulai mampu melakukan bermacam macam gerakan dasar yang
semakin baik , yaitu gerakan gerakan berjalan, berlari, melompat
dan meloncat, berjingkrak, melempar, menangkap, yang
berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar sebagai akibat
pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu perkembangan
juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara
proporsional. Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai
dengan koordinasi gerak dan keseimbanga berkembang dengan
baik.
2) Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11 Tahun)
Perkembangan:waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak
kanak,koordinasi mata berkembang dengan baik ,masih belum
mengembangkan otot otot kecil, kesehatan umum relative tidak
stabil dan mudah sakit ,rentan dan daya tahan kurang
3) Usia 8-9 tahun     Terjadi perbaikan koordinasi tubuh,Ketahanan
tubuh bertambah,Anak laki laki cenderung aktifitas yang ada
kontak fisik seperti berkelahi dan bergulat,Koordinasi mata dan
tangan lebih baik,Sistim peredaran darah masih belum
kuat,Koordinasi otot dan syaraf masih kurang baik,Dari segi
psiologi anak wanita lebih maju satu tahun dari lelaki
4) Usia 10-11 tahun     Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari
wanita,Kenaikan tekanan darah dan metabolism yang tajam. Wanita
mulai mengalami kematangan seksual (12tahun), Lelaki hanya 5%
yang mencapai kematangan seksual.

2. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini
berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga,
setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh
yang dikontrol oleh otak.    
Jadi dapat disimpulkan pula bahwa perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat
syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut
berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada
waktu lahir. Sebelum perkembangan itu terjadi anak akan tetap tidak
berdaya.
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat
lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga
keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan –
ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas
fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan.
Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas
permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
a. Motorik  Gerakan Kasar
Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti
berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan
menangkap, serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan
dalam meninkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar.
Pada anak usia 4 tahun, anak sangat mnyenangi kegiatan fisik yang
mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi. Pada
usia 5 atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya
bertambah, anak pada masa ini menyukai kegiatan lomba seperti
balapan sepeda, atau kegiatan lain yng mengandung bahaya.
b. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7  tahun,
koordinasi gerakan berkembang secara pesat, pada masa ini anak
sudah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti
mengkoordinasikan gerkan mata dengan tangan, lengan dan tubuh
secara bersamaan, antara lain dapat dilihat saat anak menulis dan
menggambar.
Beberapa perkembangan motorik (kasar  maupun halus) selama
periode ini, antara lain :
a) Anak Usia 5 Tahun

 Mampu melompat dan menari


 Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan
badan
 Dapat menghitung jari – jarinya
 Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu
bercerita
 Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
 Memprotes bila dilarang apa yang menjadi
keinginannyaMampu membedakan besar dan kecil
b) Anak Usia 6 Tahun

 Ketangkasan meningkat
 Melompat tali
 Bermain sepeda
 Mengetahui kanan dan kiri
 Mungkin bertindak menentang dan tidak sopa
 Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c) Anak Usia 7 Tahun

 Mulai membaca dengan lancar


 Cemas terhadap kegagalan\
 Peningkatan minat pada bidang spiritual
 Kadang Malu atau sedih
d) Anak Usia 8 – 9 Tahun

 Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat


 Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
 Ketrampilan lebih individual
 Ingin terlibat dalam sesuatu
 Menyukai kelompok dan mode
 Mencari teman secara aktif.
e) Anak Usia 10 – 12 Tahun

 Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh 


yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak
 Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci,
menjemur pakaian sendiri , dll.
 Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu
orang lain
 Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3. Perkembangan Intelektual
Piaget membangi empat tahapan perkembangan intelektual/ kognitif,
yaitu:
a. tahap sensori motoris, 
b. tahap praoperasional, 
c. tahap operasional konkret dan 
d. tahap operasional formal.

Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai


perwujudan kemampuan intelek individu sesuai dengan tahap
perkembangannya. Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan
intelek tersebut adalah sebagai berikut :
a. Karakteristik Tahap Sensori-Motoris
Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol
sebagai berikut :
 Segala tindakannya masih bersifat naluriah
 Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman
indra
 Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi
belum mampu           untuk mengategorikan pengalaman
 Individu mulai belajar menangani objek-objek konkret melalui
skema-skema sensori motorisnya.
Sebagai upaya lebih memperjelas karakteristik tahap
sensori-motoris ini, Piaget  merinci lagi tahap sensori-motoris ke
dalam enam fase dan setiap fase memiliki karakteristik
tersendiri.
a) Fase pertama (0-1 bulan) memiliki karakteristik sebagai
berikut :

 Individu mampu bereaksi secara refleks


 Individu mampu menggerak-gerakkan anggota badan
meskipun belum terkoordinir
 Individu mampu mengasimilasi dan mengakomodasikan
berbagai pesan yang diterima dari lingkungannya.
b) Fase kedua (1-4 bulan) memiliki karakteristik bahwa
individu mampu memperluas skema yang dimilikinya
berdasarkan hereditas
c) Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki karakteristik bahwa
individu mulai dapat memahami hubungan antara
perlakuannya terhadap benda dengan akibat yang terjadi pada
benda itu.
d) Fase keempat (8-12 bulan) memiliki karakteristik sebagai
berikut :

 Individu mampu memahami bahwa benda tetap ada


meskipun untuk sementara waktu hilang dan akan muncul
lagi di waktu lain.
 Individu mulai mampu mencoba sesuatu
 Individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa
tergantung kepada orangtua
e) Fase kelima (12-18 bulan) memiliki karakteristik sebagai
berikut :

 Individu mulai mampu untuk meniru


 Individu mampu untuk melakukan berbagai percobaan
terhadap lingkungannya secara  lancar
f) Fase keenam (18-24 bulan) memiliki karakteristik sebagai
berikut :

 Individu mulai mampu untuk mengingat dan berpikir


 Individu mampu untuk berpikir dengan menggunakan
simbol-simbol bahasa sederhana
 Individu mampu berpikir untuk memecahkan masalah
sederhana sesuai dengan tingkat perkembangannya
 Individu mampu memahami diri sendiri sebagai individu
yang sedang berkembang
b. Karakteristik Tahap Praoperasional

Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol


sebagai berikut :
 Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan
berbagai informasi
 Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam
menyatakan ide-ide
 Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam
suatu peristiwa konkret,  meskipun logika hubungan sebab
akibat belum tepat
 Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh
tingkah laku :- berpikir imajinatif- berbahasa egosentris-
memiliki aku yang tinggi- menampakkan dorongan ingin
tahu yang tinggi dan- perkembangan bahasa mulai pesat. 
c. Karakteristik Tahap Operasional Konkret

Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik


menonjol bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana yang
tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami.
Jadi, cara berpikir individu belum menangkap yang abstrak
meskipun cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis.
Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses
mengalami sendiri. Artinya, mudah memahami konsep kalau
pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu
yang berkaitan dengan konsep tersebut.
d. Karakteristik Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol
sebagai berikut :
 Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat
menggunakan abstraksi
 Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek
yang abstrak
 Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang
bersifat hipotesis
 Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan
(forecasting) di masa depan
 Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri
sehingga kesadaran diri sendiri tercapai
 Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang
akan diperankan sebagai orang dewasa
 Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan
kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang
dalam masyarakat tersebut.

D. Permasalahan Kesehatan pada Anak


Di dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, pada usia
1 – 2 tahun merupakan masa masa penting dalam proses ini. Beberapa
faktor yang mengambil peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah faktor asupan gizi anak tersebut. Berdasarkan
data WHO beberapa tahun yang lalu, terdapat belasan juta kematian
seorang anak yang disebabkan oleh gangguan kekurangan gizi. Hal ini
merupakan masalah yang besar di negara negara berkembang seperti
Indonesia.

Memang di sebagian besar kota-kota besar di Indonesia hal ini


bukan merupakan masalah besar, tetapi perlu diingat bahwa indosenisa
terdiri dari ribuan pulau pulau dimana mayoritas penduduk atau
pemukiman tersebut tidak memiliki fasilitas kesehatan dan pangan yang
adekuat seperti kebanyakan kota kota besar di indonesia. Beberapa studi
yang sudah dilakukan oleh dinas kesehatan menyatakan bahwa beberapa
daerah yang masih terdapat masalah kesehatan gizi , terutama di Indonesia
bagian timur ( NTT, NTB dan Papua). Menurut Survei Ekonomi nasional (
SUSENAS) oleh Badan pusat statistik, dan laporan survei departemen
kesehatan indonesia dan kerjasama dengan UNICEF bahwa di indonesia
masih terdapat 169 kabupaten dari 343 kabupaten diindonesia masih
terdapat gangguan gizi, dan jumlah penderita tersebut sangat tinggi pada
tiap kabupaten.

Masalah gangguan gizi ini masih seperti fenomena gunung Es,


dimana di pelosok pelosok indonesia masih terdapat penduduk / balita
yang mengalami gangguan gizi yang tidak terdeteksi oleh pemerintah
ataupun dinas kesehatan. Dengan perkiraan sebesar 5.4 juta anak anak di
indonesia yang mengalami kekurangan gizi, perlu dierikan perhatian lebih
oleh pemerintah dan instansi pendukungnya, agar generasi emas indonesia
untuk kemudian hari tidak cacat atau menghilang akibat kekurangan gizi
saat kecil.
Proses Keperawatan Komunitas Agregat Anak
1. PENGKAJIAN
Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
o Identitas Anak dan/atau Orang Tua
a. Nama
b. Alamat
c. Tempat dan tanggal lahir
d. Ras/kelompok entries
e. Jenis kelamin
f. Agama
g. Tanggal wawancara
h. Informan
o Keluhan Utama (KU)
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi
sehat jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam
imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring
dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari
lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki
jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu,
perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik
secara langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya
beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan
indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara
waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
o Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan
dengan keluhan utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat
penyakit sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi
jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian
lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain
untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan
apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai
penyakitnya.
o Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera,
atau pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan
digunakan sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian
imunisasi.
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan
perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi
terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan
imunisasi dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan
anak sehingga dapat mengidentifikasikan indikasi imunisasi
serta pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola
perilaku anak baik ditujukan secara langsung pada anak ataupun
keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
o Tinjauaan Sistem (TS)
Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya
kemungkinan masalah kesehatan pada anak, walau tampak jarang
dilakukan saat akan diimunisasi, namun tinjauan ini akan menjadi
pilihan yang lebih baik selain pengkajian riwayat kesehatan anak
karena dalam pengkajian cenderung hanya berfokus pada informasi
yang diberikan anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap
kondisi kelainan yang ada pada tubuh anak belum disadari olehnya
dan juga keluarga, sehingga alangkah baik jika sebelum
diimunisasi anak mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik untuk
peninjauan terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi:
Menyeluruh/umum: Integument, Kepala, Mata, Telinga, Hidung,
Mulut, Tenggorokan, Leher, Dada, Respirasi, Kardiovaskular,
Gastrointestinal. Genitourinaria, Ginekologik, Muskuluskeletal,
Neurologik dan Endokrin.
o Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk
mengkaji pajanan terhadap penyakit menular pada anggota
keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi
kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan kimia lain,
serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.
o Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama
terfokus pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila
riwayat sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan
lebih baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk
mengubah konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya
bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang mungkin
mendatanginya, serta diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat
memberikan dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak
risau dalam menghadapi imunisasi.
o Riwayat Keluarga       
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu
dan sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga
berfokus pada sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi
yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan
diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan
sangat membantu jika keluarga telah memahami pentingnya
imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan untuk
mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang
belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan
untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman
terhadap imunisasi.
o Pengkajiaan Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan
kebutuhan nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak
saat ini sebelum ia mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan
bahan untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak.
Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan
pemeriksaan klinis.
o Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang
anak, sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui mengenai
keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi dan juga
pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam
melaksanaakan pengkajiaan atas pertumbuhan dan perkembangan
anak, hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana
mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum
melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan
dan dapat diterapkan di lapangan adalah:
o Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko
tinggi saat hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak
naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah ehamilannya
dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani
dengan benar dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan
mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat
diperkirakan.
o Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran
anaknya, apakah secara normal, dan bagaimana keadaan anak
sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi sehat,
apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan
tindakan seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka gangguan
tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.
o Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu
diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik.
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran
antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk memantau
tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala.
Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila
dicurigai adanya gangguan pada anak. Apabila petugas akan
mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup
mengukur BB, TB, dan lingkar kepala.
o Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan,
namun petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu
dilakukan agar keadaan anak dapat diketahui secara keseluruhan.
Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada,
perut, genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan
keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan
dan perkembangan ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik
pada bayi dan anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak
dibahas secara khusus pada bagian ini.
o Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat
digunakan buku Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita
sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat
diketahui mengenai keadaan perkembangan anak saat ini, apakah
anak berada dalam keadaan normal, meragukan, atau memerlukan
rujukan. Apabila anak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka
dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca pada Buku Tumbuh
Kembang oleh Soetjiningsih (1996).
o Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas
anak, data penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium,
serta data yang diperlukan terutama apabila anak berada di klinik.
o Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan
Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil
sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan perkembangan normal
Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan
normal apabila grafik berat badan anak berada pada jalur
berwarna hijau pada kalender balita (KMS) atau sedikit di
atasnya. Arah grafik harus naik dan sejajar mengikuti
lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Sementara,
pertumbuhan anak dikatakan ideal jika pertumbuhan yang
ditetapkan dengan pengukuran antropometri adalah BB/U;
BB/M, dan lingkar kepala/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan
kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan patokan yang
berlaku. Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang
Balita, skor yang diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah
9-10. Apabila menggunakan kalender balita (KMS), maka
kemampuan anak sesuai usia yang terdapat pada gambar.
Sementara apabila menggunakan tes DDST, anak dapat
melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia. Demikian
juga untuk pemeriksaan lainnya.
b. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila
grafik berat badan anak berada jauh di atas warna hijau atau
berada dibawah jalur hijau, khususnya pada jalur merah.
Ukuran antropometri lain yang mengikuti biasanya adalah
lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada. Perkembangan
anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan
kepandaian anak tidak dicapai sesuai dengan usianya, sehingga
anak mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak
dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya, atau pada
gambar kalender balita (KMS), kemampuan anak tidak sesuai
dengan usianya.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1) Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang


tumbang anak
2) Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d keinginan untuk
meningkatkan status imunisasi
3) Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan situasi yang terjadi di lingkungan
4) Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru
5) Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
6) Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak
berdasarkan tumbuh kembangnya.
1. Intervensi Keperawatan

No Dx Intervensi Rasional
1. Dx. 1 1. Bantu ibu mengetahui tahapan yang 1. Agar ibu paham tentang tumbang
seharusnya terjadi pada anak saat ini anaknya.
sesuai umur
2. Bantu menurunkan tingkat kecemasan 2. Mengurangi kecemasan ibu
dengan informasi yang diberikan
3. Beri dukungan pada ibu untuk tetap 3. Agar kesehatan anak tetap
menjaga kesehatan anaknya dan terjaga
tetap memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Dx 2 1. Beri penjelasan tentang imunisasi yang 1. Meningkatkan pemahaman
seharusnya didapatkan  oleh anaknya. tentang imunisasi yang harus
2. Beri penjelasan tentang imunisasi didapatkan oleh anak
tambahan yang dapat diberikan kepada 2. Memberikan pemahaman tentang
anaknya selain imunisasi yang harusnya imunisasi tambahan
didapatka
3. Anjurkan ibu untuk memberikan
imunisasi tambahan untuk mencegah 3. Mencegah penyakit yang mungkin
penyakit yang bisa diderita oleh diderita anak.

anaknya
3. Dx. 3 1. Ajarkan orang tua tentang tugas 1. Agar orang tua mampu melakukan
perkembangan yang sesuai dengan tugas tumbang pada anak
kelompok usia
2. Tingkatkan rangsangan dengan 2. Mainan dapat meningkatkan
menggunakan berbagai mainan dalam rangsangan anak dalam tumbang
tempat tidur anak.
3. Berikan tindakan nyaman setelah 3. Mengurangi rasa
prosedur yg menyebabkan rasa takut. ketidaknyamanan
4. KIE orang tua untuk kontrol setiap
bulan. 4. Mengetahui adanya keluhan
dalam tumbang anak
4. Dx. 4 1. Jelaskan pada orang tua tentang 1. Meningkatkan pemahaman orang
perawatan anak seperti makanan yang tua terhadap perawatanan anak
baik sesuai umur anak, cara
menggendong, cara memberikan ASI
yang baik dan bagaimana
menyendawakan bayi.
2. Jelaskan bahwa keberadaan kedua 2. Memberi pemahaman orang tua
orang tua sangat penting sebagai role supaya bias memberi contoh yang
model anaknya. baik bagi anaknya
3. Jelaskan pada orang tua tentang 3. Meningkatkan pemahaman orang
tahapan tumbuh kembang yang harus tua terhadap tumbang
dilewati anak sesuai dengan umurnya
5. Dx. 5 1. Awasi anak saat makan, mandi, 1. Mengurangi risiko cedera pada saat
bermain, eliminasi anak beraktivitas
2. Lindungi kaki anak dengan sandal/ 2. Mengurangi risiko cedera pada kaki
sepatu anak
3. Beri makanan yang aman untuk usia 3. Mencegah risiko keracunan
anak makanan
4. Periksa suhu air mandi sebelum 4. Mengurangi risiko cedera yang
dimandikan diakibatkan oleh air mandi yang
terlalu panas
6. Dx. 6 1. Jelaskan pada orang tua tentang 1. meningkatkan pemahaman orang
proses tumbang yang terjadi tua terhadap tumbang
2. Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti 2. agar orang tua mengetahui
dan mengetahui tentang tahapan tentang tumbuh kembang
tumbang yang dilewati anak dengan anaknya
masa pertumbuhandan perkembangan
3. Anjurkan ibu membaca berbagai tips
perawatan anak 3. Meningkatatkan pemahaman
tentang perawatan anaknya

4. Implementasi

No Dx Intervensi
1. Dx. 1 o Membantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak
saat ini sesuai umur
o Membantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang
diberikan
o Memberi dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan
tetap memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Dx 2 o Memberi penjelasan tentang imunisasi yang seharusnya didapatkan  oleh
anaknya.
o Memberi penjelasan tentang imunisasi tambahan yang dapat diberikan
kepada anaknya selain imunisasi yang harusnya didapatka
o Menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi tambahan untuk
mencegah penyakit yang bisa diderita oleh anaknya
3. Dx. 3 o Mengajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia
o Meningkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan dalam
tempat tidur anak.
o Memberikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan rasa
takut.
o KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.
4. Dx. 4 o Menjelaskan pada orang tua tentang perawatan anak seperti makanan
yang baik sesuai umur anak, cara menggendong, cara memberikan ASI
yang baik dan bagaimana menyendawakan bayi.
o Menjelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua sangat penting sebagai
role model anaknya.
o Menjelaskan pada orang tua tentang tahapan tumbuh kembang yang
harus dilewati anak sesuai dengan umurnya
5. Dx. 5 o Mengawasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi
o Melindungi kaki anak dengan sandal/ sepatu
o Memberi makanan yang aman untuk usia anak
o Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan
6. Dx. 6 o Menjelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang terjadi
o Membantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang
tahapan tumbang yang dilewati anak dengan masa pertumbuhandan
perkembangan
o Menganjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak

5. Evaluasi
1) Dx 1 : Orang tua mengetahui tugas pekembangan anak yang sesuai
dengan kelompok usia.
2) Dx 2 : Orang tua mengerti bagaimana cara merawat anaknya
3) Dx 3 :Anak bebas dari cedera dan fraktur potensial berbahaya
diidentifikasi dan lingkungan rumah. Keluarga akan menekankan
dan mendemonstrasikan kegiatan yang aman di rumah.
4) Dx 4 : Ibu tidak cemas dan mampu menggambarkan proses
tumbang pada anaknya dan informasi yang diberikan.
5) Dx 5 :Orang tua mampu memahami dan dapat memantau harapan
perkembangan anak.
A. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewas. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional , sosial dan
fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh calon (dalam monks, dkk 1994) bahwa
masa remaja menunjukan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena
remaja memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Sri Rumini&Situ Sundari (2004:53) masa remaja adalah
peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa
remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan
menurut Zakiah Darajat (1990:23) remaja adalah: masa peralihan diantara
masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan
psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan maupun
bertindak, tetapi bukab pula orang dewasa yang lebih matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003:26) bahwa remaja
(adolescne) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa
anak dan masa dewasayang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-ekonomi. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli
adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga, yaitu 12-15 tahun= masa remaja awal, 15-18
tahun=masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun= masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan Harditono membedakan masa remaja menjadi
empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15
tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21
tahun (Deswita, 2006:192)
B. Batasan Usia Remaja
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19
tahun,menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun
2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun
dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)
rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

C. Karakteristik Usia Remaja


Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang
mencakup perubahan transisi bilogis, transisi kognitif. Dan transisi sosial
akan dipaparkan di bawah ini
1. Transisi Biologis
Menurut Santrock (2003:91) perubahan fisik yang terjadi pada
remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya
tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan
fisik itu yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja
adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan
tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat refroduksi(ditandai
dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-
tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wiraman Sarwono,
2006:52).
Selanjutnya, menurut Muss (dalam Sunarto&Agung Hartono,
2002:79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak
perempuan yaitu: pertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi,
anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara. Tumbuh
bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan
ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan
menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki perubahan yang tetjadi antara lain:
pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah petir) membesar, tumbuh bulu
kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan
suara, ejakulasi (keluarnya air mani) bulu kemaluan menjadi kriting,
pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap
tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajah (kumis, jenggot),
tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah
bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar
pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-
masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dab
merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua
pada remaja (Sunmarto&Agung Hartono, 2002:94)
2. Transisi Kognitif
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari
lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan
budaya dalam perkembangan kognitif remaja.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003:110) secara lebih nyata
pemikiran eperasional formal bersifat lebih abstrak, idealis dan logis.
Remaja berfikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak
misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga
lebih idealis dalam berfikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari
diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang
mulai berfikir seperti ilmuan, menyusun berbagai rencana untuk
memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan
yang terpikirkan.
3. Transisi Sosial
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada
masa kanak-kanak san selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial
anak pertama-tama masing sangat terbatas dengan orang tuanya dalam
kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang semakin
meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman
sejenis maupin lain jenis ( dalam Rita Eka Izzaty dkk, 2008:139)

D. Permasalahan yang Terjadi pada Remaja


Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup
manusia mempunyai masalah tersendiri, termasuk periode remaja. Remaja
seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua alas an hal itu terjadi
yaitu : yang pertama ketika masih anak anak dan seluruh masalah mereka
selalu diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang membuat remaja
tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah yangkedua
karena remaja telah menganggap dirinya lebih mandiri, maka mereka
mempunyai gengsi dan menolak bantuan dan orang dewasa remaja pada
umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu
masalah utama karena adanya perubahan perubahan sosial, fisiologi, dan
psikologis didalam diri dalam masyarakat kita yang semakin kompleks
dan berteknologi modern.
1. Kecelakaan
Kecelakaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada
adolesens (sekitar 70%). Kecelakaan kendaraan bermotor, yang
merupakan penyebab umum terbanyak, mengakibatkan hamper
setengah kematian pada usia 16 sampai 19 tahun (Edelmen da Mandel,
1994). Kecelakaan ini sering dikaitkan dengan intoksikasi alcohol atau
penyalahgunaan obat.
2. Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat merupakan kenyataan masalah utama bagi
mereka yang bekerja dengan adolesens. Adolesens dapat menyakini
bahwa zat yang merubah alam persaan menciptakan perasaan sejahtera
atau membuktika tingkat penampilan. Semua adolesensberada pada
risiko penggunaan zat untuk eksperimental atau kebiasaan atau berasal
dari keluarga yang tidak stabil lebih berisiko terhadap penggunaan
kronik dan ketergantungan fisik. Beberapa adolesens percaya bahwa
penggunaan zat membuat mereka lebih matur.
3. Bunuh diri
Bunuh diri merupakan penyebab utama kemtian ketiga pad adolesens
usia antara 15 dan 24 tahun (Hawton, 1990); kecelakaan dan
pembunuhan merupakan penyebab utama. Depresi dan isolasi social
biasanya mendahului usha diri, tetapi bunuh diri mungkin juga sebagai
akibat dari kombinasi beberapa factor.
4. Penyakit menular
Penyakit menular seksual dialami sekitar 10 juta orang per tahun di
bawah usia 25 tahun. Tingkat insiden tertinggi mengharuskan
adolesens yang aktif seksual dilakukan skrining terhadap PMS,
meskipun mereka tidak menunjukan gejala. Kehamilan remaja
merupakan kejadian umum di Amerika Serikat; 1 dari setiap 10 wanita
dibawah usia 20 tahun mengalami kehamilan, dan banyak yang
memilih untuk memelihara bayinya sendiri. Kehamilan tidak memiliki
risiko fisik pada ibu yang masih remaja kecuali mereka dibawah usia
16 tahun atau tidak menerima perawatan prenatal. B.
Adapun masalah lain yang dihadapi remaja masa kini antara lain :
1. Kebutuhan akan figure teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang
berlangsung dan keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar
nasehat-nasehat bagus yang tinggal hanya kata-kata indah.
2. Sikap apatis
Merupakan kecenderungan untuk menolak sesuatu pada saat
bersamaan tidak mau melibatkan diri didalamnya. Sikap apatis ini
terwujud didalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi
dimasyarakatnya.
3. Kecemasan dan kurangnya harga diri
Kata stress atau prustasi semakin umum dipakai kalangan remaja.
Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam
bentuk “pelarian”
4. Ketidakmampuan untuk melibatkan diri
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola
piker ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara
emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam
kehidupan masyarakat. Persahabatan dinilai untung dan rugi atau
malahan dengan uang.
5. Perasaan yang tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi
semakin menguasai gaya hidup dan berpola fikir masyarakatmodern.
6. Pemujaan dan pengalaman
Sebagian besar tindakan-tindakan negative anak muda dengan
minuman keras. Obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dan
mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini
memberikan pandangan yang keliru tentang pengalaman
Bentuk-bentuk dan perbuatan yang anti sosial antara lain :
a. Anak-anak muda yang berasal dari golongan orang kaya yang
biasanya memakai pakaian yang mewah. Hidup hura-hura dan pergi
kediskotik
b. Disekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib sekolah seperti
bolos, terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas dan lain
sebagainya.
c. Ngebut, yaitu mengendairai mobil atau motor ditengah tengah
keramaian kota dengan kecepatan yang melampau batas maksimum
yang dilakukan oleh pemuda belasan tahun.
d. Membentuk kelompok remaja yang tingkah lakunya sangat
menyimpang dengan norma yang berlaku dimasyarakat, seperti
tawuran antar kelompok.

E. Tugas Perkembangan Anak Usia Remaja


Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja.
Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat
diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat
melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas
perkembangan pada usinya dengan baik.
Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan
baik, remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya
serta akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan
tugas perkembangan untuk fase-fase berikutnya. Sebaliknya, manakala
remaja gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan membawa
akibat negatif dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan
ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan
penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-
tugas perkembangan berikutnya.
William Kay, sebagaimana dikutip Yudrik Jahja14 mengemukakan
tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut:
1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
3. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul
dengan teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok.
4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.
5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
6. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar
skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung).
7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst sebagaimana
dikutip Gunarsa18, sebagai berikut:
1. Menerima kenyataan terjadinya perubahan fisik yang dialaminya dan
dapat melakukan peran sesuai dengan jenisnya secara efektif dan
merasa puas terhadap keadaan tersebut.
2. Belajar memiliki peranan sosial dengan teman sebaya, baik teman
sejenis maupun lawan jenis sesuai dengan jenis kelamin masing-
masing.
3. Mencapai kebebasan dari ketergantungan terhadap orangtua dan orang
dewasa lainnya.
4. Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang
kehidupan bermasyarakat.
5. Mencari jaminan bahwa suatu saat harus mampu berdiri sendiri dalam
bidang ekonomi guna mencapai kebebasan ekonomi.
6. Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai
dengan bakat dan kesanggupannya.
7. Memahami dan mampu bertingkah laku yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai
yang berlaku.
8. Memperoleh informasi tentang pernikahan dan mempersiapkan diri
untuk berkeluarga.
9. Mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu bersikap tepat sesuai
dengan pandangan ilmiah.
Mengingat tugas-tugas perkembangan tersebut sangat kompleks dan
relatif berat bagi remaja, maka untuk dapat melaksanakan tugas-tugas
tersebut dengan baik, remaja masih sangat membutuhkan bimbingan dan
pengarahan supaya dapat mengambil langkah yang tepat sesuai dengan
kondisinya. Di samping tugas-tugas perkembangan, remaja masih
mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang tentu saja menuntut pemenuhan
secepatnya sesuai darah mudanya yang bergejolak. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut, menurut Edward, sebagaimana dikutip Hafsah,19 adalah
meliputi: (1) kebutuhan untuk mencapai sesuatu, (2) kebutuhan akan rasa
superior, ingin menonjol, ingin terkenal, (3) kebutuhan untuk
mendapatkan penghargaan, (4) kebutuhan akan keteraturan, (5) kebutuhan
akan adanya kebebasan untuk menentukan sikap sesuai dengan
kehendaknya, (6) kebutuhan untuk menciptakan hubungan persahabatan,
(7) adanya keinginan ikut berempati, (8) kebutuhan mencari bantuan dan
simpati, (9) keinginan menguasai tetapi tidak ingin dikuasai, (10)
menganggap diri sendiri rendah, (11) adanya kesediaan untuk membantu
orang lain, (12) kebutuhan adanya variasi dalam kehidupan, (13) adanya
keuletan dalam melaksanakan tugas, (14) kebutuhan untuk betgaul dengan
lawan jenis, dan (15) adanya sikap suka mengkritik orang lain.
Intensitas kebutuhan-kebutuhan di atas tidak semua sama antara
individu yang satu dengan yang lain, karena kondisi pribadi yang berbeda,
situasi lingkungan yang berlainan, dan ada individu yang ingin segera
kebutuhannya terpenuhi, namun kenyataannya banyak yang tidak
terpenuhi. Dari uraian ini nampak bahwa tugas perkembangan dan
kebutuhan merupakan sesuatu yang muncul pada periode tertentu dalam
rentang kehidupan remaja. Apabila tugas dan kebutuhan dapat terpenuhi,
maka membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-
tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya apabila gagal, maka akan
menyebabkan ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan,
menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam
menuntaskan tugas-tugas perkembangan peridode-periode berikutnya

Anda mungkin juga menyukai