Yang tak pernah bisa kusentuh Untuk memiliki apalagi
Hayalku sebatas duduk bersama
Menikmati angin dtepi pantai Berjalan dibawah bintang terang Penuh rasa.
Senyummu adalah candu untukku
Dengan takaran pas Yang tak pernah bisa teguk
Mencintaimu adalah soal keiklasan
Keiklasan untuk menyadari bahwa kau berhak bahagia Entah dengan pangeran manapun itu
Aku hanyalah tempat berlabuh dari jalan panjangmu
Dimana kau merasa lelah singgahlah Akan obati lelahmu Walau pada akhirnya kau harus berlayar lagi Kau adalah fana yang tak bisa kumiliki Waktu dan Cinta
Aku adalah salah satu penduduk bumi
Di paginya aku berlari besama fajar Sorenya duduk bersam senja Dan malam tidur bersama bintang Namun aku berjarak dengan cinta Waktu takpernah seirama Ia berputar terbalik seakan tak memberi restu Berhenti berdetak tanda penolakan Seperti berjalan dipadang pasir dengan badai Aku ditampar oleh waktu yg tak bersahabat Tapi kata pak sapardi waktu itu fana Ia tidak abadi kitalah yg abadi Aku yakin ketika waktu berganti Cinta akan datang walau sili berganti Entah dan kapan, aku tak tahu Kupasrahkan saja tuhan. Hujan dan Rindu
Bulan ini hujan turun lagi
Dengan deras disertai angin keras setiap rintiknya mengema kata rindu Hey aku rindu katanya Kupikir hujan adalah ruang berpikir Saat ia turun perenungan mulai terbuka Entah itu dia yg telah lama pergi Atau rangkaian kata yang menjadikannya syair. Hujan tak sebatas tentang basah dan banjir Hujan adalah anugrah Anugrah yang diturunkan tuhan untuk para pemikir. Disetiap rintik tercipta jutaaan syair. Entah itu cinta rindu pilu maupun lara. Hujan bulan ini unik Ia tak menentu Tiba tiba hadir Dan hilang entah kemana. Tapi ini bukan puisi sedih Tapi hujan ya hujan yang merindu. Dingin
Malam ini begitu dingin
Hawanya menusuk jauh didalam tulang Kehangatan mungkin hanya ada dalam mimpi
Disini aku sendiri
Didalam ruang sempit Dengan jendela besar yg berbaris Angin masuk menbrak kaca tnpa kata permisi Berselimutkan kaen tebal aku masih kedinginan Entah ini kesepian atau apa Aku tak tau