Anda di halaman 1dari 2

2.

Baru Klinting dan Legenda Rawa Pening

titidua.net
Rawa Pening kini telah menjadi salah satu destinasi wisata yang cukup
terkenal di Semarang. Luasnya mencapai 2.670 hektar yang mencakup empat
wilayah kecamatan, yaitu: Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru.

Selain menawarkan keindahan alam yang memanjakan mata, Rawa Pening


juga mengandung cerita legenda yang juga familiar di tengah-tengah
masyarakat Jawa Tengah.

Kisah legenda Rawa Pening bercerita tentang seorang pemuda berwujud naga
bernama Baru Klinting. Ibunya bernama Endang Sawitri, dan ayahnya seorang
pertapa di lereng Gunung Telomoyo bernama Ki Hajar Salokantara.

Baru Klinting yang berwujud naga diperintah oleh ayahnya untuk bertapa ke
Bukit Tugur. Kata ayahnya, suatu saat kelak, tubuhnya akan berubah menjadi
manusia.

Dalam perjalanan masa pertapaan Baru Klinting, dikisahkan terdapat sebuah


desa yang begitu makmur namun penduduknya sangat angkuh dan
membenci orang miskin. Desa tersebut bernama Desa Pathok.

Konon, asal-usul terbentuknya Rawa Pening bermula dari keangkuhan


penduduk desa tersebut.
Suatu ketika, Baru Klinting yang telah berwujud manusia datang untuk
memberikan pelajaran kepada penduduk desa dengan menantang mereka
mencabut lidi yang ia tancapkan ke tanah.

Dari anak-anak, kaum wanita, hingga para laki-laki perkasa, tidak ada satu pun
yang berhasil mencabut lidi tersebut. Mereka pun menantang balik Baru
Klinting untuk mencabutnya.

Dengan kesaktiannya, Baru Klinting lantas mencabut lidi tersebut dari tanah.

Secara ajaib, air memancar sangat deras dari dalam tanah di mana lidi tersebut
baru saja dicabut. Dalam waktu singkat, desa tersebut tenggelam dan tidak
ada satu pun warga yang sempat menyelamatkan diri.

Desa Pathok pun berubah menjadi hamparan telaga luas yang kemudian
dikenal dengan Rawa Pening.

Anda mungkin juga menyukai