Anda di halaman 1dari 16

“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor

semut : Hai semut –semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu,


agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan
mereka tidak menyadari" [QS. An-Naml : 18]

Anak : “Bunda, apa sih istimewanya semut?”


Bunda : “Semut itu banyak sekali keistimewaannya, salah satunya
adalah sifat mereka yang gotong royong dan peduli satu sama lain.”
Anak : “Gotong royong tu gimana Bunda?”
Bunda : “Coba kita cari semut yuk, terus kita perhatikan.”
….
Bunda : “Nah, coba deh liat, ketika satu dari mereka menemukan
makanan yang besar, semut lain akan langsung menghampiri dan
membantu membawa makanan itu.”
Anak : “Ohh . . . mereka rukun ya Bunda.”
Bunda : “Iya, betul sekali. mereka juga hidup berkelompok, saling
berbagi ruang, dan tertip sekali.”
: “Wah . . . lucu ya Bunda.”
Bunda : “Ada lagi lo keistimewaannya. Mau tahu nggak?”
Anak : “Mau Bunda.”
Bunda : “Semut adalah salah satu hewan yang membantu Nabi
Ibrahim dari kobaran api. Mereka bergotong royong membawa air
untuk memadamkan api yang ingin membakar Nabi Ibrahim.”
Anak : “Wah, mereka pahlawan ya Bunda.”
Bunda : “Adik mau jadi pahlawan?”
Anak : “Mau Bunda, dan mau kayak semut yang rukun dan suka membantu.”
Bunda : “MasyaAllah, hebatnya anak Bunda.”
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : "Buatlah sarang-sarang
di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang
dibikin manusia" [QS. An-Nahl : 68]

Ayah : “Tahukah kalian, pasukan lebah itu, adalah pasukan yang


terbaik. Gagah, gesit, dan peduli. Mau tahu kenapa peduli.”
Anak : “Kenapa Ayah?”
Ayah : “Dengerin Ayah cerita ya. Lebah adalah hewan yang pas untuk
menggambarkan surat Al Fatihah lho. Karena sifat-sifat lebah ini
patut diapresiasi dengan baik. Lebah itu tidak serakah. Mereka
mengambil apa yang mereka butuhkan saja. Selain itu, mereka tidak
pernah merusak bunga yang mereka hinggapi.”
Anak : “Wah, iya Ayah? Kok bisa?”
Ayah : “Jadi, ketika mereka ingin mengambil madu dari salah satu
bunga, mereka tidak lantas menumpukkan badannya kepada di
bunga, melainkan tetap terbang dengan sayap mereka.”
Anak : “Wah, mereka tidak lelah Ayah?”
Ayah : “Tentu saja lelah, tapi mereka tidak mau merusak si bunga.”
Anak : “Wah, lebah keren ya.”
Ayah : “Iya, jadi walaupun mereka membutuhkan madu dari bunga,
tapi mereka tetap menjaga agar bunga tersebut tetap hidup.”
Anak : “Wah, sekarang aku suka sama lebah.”
Ayah : “Eh, tapi jangan terlalu dekat ya. Karena lebah punya sengat.
Nanti kalau kita kena sengatnya, bisa sakit.”
Anak : “Hehe, siap Ayah.”
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus] yang datang dari segenap penjuru
yang jauh [QS. Al- Hajj : 27]

Anak : “Yah kenapa sih orang lebih milih unta? padahal kan cepetan kuda larinya.”
Ayah : “Karena unta sengaja Allah desain sebagai hewan gurun.”
Anak : “Maksudnya Yah?”
Ayah : “Allah menciptakan unta sebagai hewan yang bisa membantu
manusia yang hidup di gurun pasir. Karena hanya unta yang bisa
bertahan lama di daerah gurun dan menjadi kendaraan terbaik disana.”
Anak : “Oh gitu ya Yah? Kuda berarti nggak bisa Yah?”
Ayah : “Bisa, tapi tidak bisa bertahan selama unta. Unta bisa
menyimpan air di dalam tubuhnya, itu sebabnya unta bisa bertahan
di tengah gurun pasir yang sangat panas.”
Anak : “Wah . . . ternyata unta juga keren ya Yah.”
Ayah : “O iya. Bahkan Nabi Muhammad juga memiliki unta berwarna putih lho.”
Anak : “Waaaaahhh …”
Ayah : “Unta itu bahkan yang dipakai Nabi untuk menentukan tempat
dibangunnya Masjid Nabawi.
Anak : “Wah sekarang aku juga suka sama unta.”
Ayah : “Siippp

…”
S E MUT
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung
selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan
sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba
kalau mereka mengetahui” [Al-Ankabut : 4]

Anak : “Bunda, ada laba-laba di lemari.”


Bunda : “Mana?”
Anak : “Itu . . .”
Bunda : “Oh, laba-laba kecil, sudah tidak apa-apa.”
Anak : “Emang nggak apa-apa Bunda dia di situ? Nanti jaringnya bikin kotor.”
Bunda : “Mau dengar cerita tentang laba-laba yang menolong Nabi Muhammad?”
Anak : “Hah? Menolong Nabi Muhammad? Gimana tuh Bunda?”
Bunda : “Dulu ketika Nabi Muhammad dan Abu Bakar dikejar oleh pasukan kaum
Quraisy, Rosul dan Abu Bakar akhirnya bersembunyi di dalam Gua Shur. Gua iti
kecil dan tidak dalam.”
Anak : “Lalu Bunda, mereka tertangkap?”
Bunda : “Tentu saja tidak. Atas kuasa Allah, mereka selamat berkat seekor laba-laba.”
Anak : “Bagaimana bisa Bunda.”
Bunda : “Seekor laba-laba diperintahkan Allah untuk membuat jaring di ambang
Gua. dengan gesit, laba-laba itu membuat sarang besar yang menutupi gua.
Jaring laba-laba adalah rumah yang paling rapuh. tertiup angin saja bisa rusak.
Itu sebabnya kaum Quraisy berpikir, tidak mungkin Rosul dan Abu bakar bisa
masuk ke dalam gua, tanpa merusak rumah laba-laba. Akhirnya kaum Quraisy
pergi meninggalkan gua. Nabi Muhammad dan Abu Bakar pun selamat.”
Anak : “MasyaAllah, begitu ya Bunda.”
Bunda : “Mulia sekali ya, laba-laba.”
Anak : “Iya Bunda. Terima kasih ya ceritanya.”
Bunda : “Sama-sama, Sayang.”
”Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah
bertindak terhadap tentara bergajah” [QS. Al-Fill : 1]

Anak : “Ayah, ada cerita tentang gajah?”


Ayah : “Emmm ada. mau dengar?”
Anak : “Mau Ayah mau . . .”
Ayah : “Tahun kelahiran Nabi Muhammad disebut juga sebagai Tahun Gajah.”
Anak : “Kok bisa, Yah?”
Ayah : “Begini ceritanya. Jaman dahulu, ada pasukan Raja
Abrahah yang memiliki niat jahat menghancurkan Ka’bah dengan
15 pasukan gajah. Atas Kuasa Allah, Bukan malah
menghancurkan, gajah-gajah itu justru duduk saja dan
berputar-putar. Saat itulah Nabi Muhammad lahir, sehingga tahun
kelahiran Nabi Muhammad disebut sebagai tahun gajah.
Anak : “Wahh . . . Gajah berarti juga beriman kepada Allah ya Yah.”
Ayah : “Oh iya dong. Semua yang di bumi seharusnya beriman kepada Allah.”
Anak : “Keren Yah. Kalau ada cerita lain, ceritain ya Yah.”
Ayah : “Siap.”
U N T A

"Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,


dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya), dan
kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,
[QS. Al-'Adiyat : 1-3]

Anak : “Yah, Kuda itu gagah ya.”


Ayah : “Iya, betul. tinggi dan memiliki otot yang kuat. Itu sebabnya di
Quran pun kuda disebut sebagai Kuda perang. Artinya, yang sering
dipakai untuk tunggangan perang.”
Anak : “Wah . . dulu banyak perang ya Yah?”
Ayah : “Dari jaman Nabi pun, sudah ada perang, Nak. Tetapi bukan
sekadar perang. mereka berperang untuk menegakkan kebaikan dan
berjihad di jalan Allah. Nah mereka selalu menggunakan kuda sebagai
tunggangan perang mereka.”
Anak : “Selain untuk perang, biasanya untuk apa lagi, Yah?”
Ayah : “Banyak sekali yang bisa kuda lakukan. Menarik gerobak, tung -
gangan atau transportadi, dan pembawa barang.”
Anak : “Mereka kuat ya Yah.”
Ayah : “Iya anakku, begitulah Allah menciptakan makhluk sesuai kebu -
tuhannya. Kalau kuda tidak kuat, mereka tidak bisa menjalankan
kegiatan mereka dengan baik.”
Anak : “Makasih ya Yah penjelasannya.”
Ayah : “Sama-sama Nak.
"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang
menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang
memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu
bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka
tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. [QS. Saba' : 14]

Anak : “Mama buku aku di makan rayap! Sebal sama rayap!” …


Bunda : “Mana coba lihat. Wah iya . . .Ya sudah nanti Mama belikan yang baru ya -
Udah jangan marah lagi, Mama punya cerita tentang Rayap yang memakan
tongkat Nabi Sulaiman.”
Anak : “Hah? Gimana tuh Ma?”
Bunda : “Ketika tua, Nabi Sulaiman mulai memakai tongkat kayu. Sebagai seorang -
Raja, Nabi Sulaiman duduk di singgasananya. Orang yang berlalu lalang,
memadang hal itu secara wajar-wajar saja.”
Anak : “Lalu Ma?”
Bunda : “Tanpa sepengetahuan mereka ternyata Nabi Sulaiman telat wafat.
Jasadnya bersandar pada kayu, sehingga terlihat seperti sedang duduk biasa.
Tidak ada satu orang pun yang tahu, bahwa Sang Nabi telah tiada.”
Anak : “Kasihan ya Ma.”
Bunda : “Nah, akhirnya, rayap memakan tongkat Nabi Sulaiman, sehingga tongkat
itu habis dan tidak bisa menopang tubuh Sang Nabi. Karena itulah, tubuh Nabi
Sulaiman langsung tersungkur ke tanah dan semua orang akhirnya tahu, kalau
Sang Nabi sudah wafat.”
Anak : “Rayap yang menolong ya Ma?”
Bunda : “Benar sekali. Kalau bukan karena rayap, entah sampai kapan ya orang
akan tahu bahwa Nabi Sulaiman sudah berpulang.”
Anak : “Ternyata rayap baik.”
Bunda : “Mungkin kalau rayap bisa berpikir, mereka tidak akan memakan buku.
Jadi jangan marah berlarut-larut ya. Nanti Mama belikan yang baru.”
Anak : “Makasih ya Ma.”
Bunda : “Sama-sama, Sayang.”
"Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak
dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap
menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa."
[QS. Al-Araf : 133]

Anak : “Bunda, aku nggak suka suara katak.”


Bunda : “Kenapa, Sayang?”
Anak : “Berisik sekali Bunda. Aku kan mau baca buku.”
Bunda : “Kalau Bunda punya cerita tentang katak, mau denger nggak?”

Anak : “Wah apa itu Bunda?”


Bunda : “Jadi, ada alasan kenapa katak tidak boleh dibunuh. Salah -
satunya adalah karena suara katak tasbih, taqdis, dan takbir. Artin
ya ketika katak bersuara sebenarnya mereka sedang memuji Allah
dengan tasbih mereka, taqsin mereka, dan takbir mereka.”
Anak : “Jadi gitu ya Bunda?”
Bunda : “Iya Sayang.”
Anak : “Yah, aku nggak tahu Bunda, maaf ya.”
Bunda : “Nggak apa-apa. Yang penting sekarang udah tau kan?”
Anak : “Iya Bunda, Makasih ya.”
Bunda : “Sama-sama, Sayang. Nah selain itu, katak juga hewan yang
menolong Nabi Ibrahim dari kobaran api, dengan menyiramkan air.”
Anak : “Ternyata katak baik ya Bunda.”
Bunda : “Iya sayang.”
Anak : “Sekarang aku nggak akan bising lagi denger suara katak.”
Bunda : “Kita ikut bertasbih saja di dalam hati ya.”
Anak : “Siap. Makasih ya Bunda.”
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat,
kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang
membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan
kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada
memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” [QS. Al-Jumuah :5]

Anak : “Bunda, keledai itu mirip ya sma kuda.”


Bunda : “Benar sayang.”
Anak : “Tapi kenapa ya keledai lambat?”
Bunda : “Karena memang seperti itu mereka, Sayang. Tapi ada lo
kelebihan menarik dari keledai.”
Anak : “Wah, apa itu Bunda.”
Bunda : “Ternyata, Keledai tidak mungkin melakukan kesalahan yang
sama untuk kedua kalinya.”
Anak : “Maksudnya Bunda.”
Bunda : “Iya, ketika keledai melakukan kesalahan, keledai tidak akan
melakukan kesalahan yang sama. Artinya keledai termasuk hewan
yang belajar dari kesalahan.”
Anak : “Wah, mereka pintar ya Bunda?”
Bunda : “Bisa dibilang begitu. Dan lagi, susu keledai juga bisa dibuat
menjadi keju lho.”
Anak : “Wah, aku suka keju.”
Bunda : “Iya, bahkan keju dari susu keledai merupakan keju yang
mahal.”
Anak : “Wah, keledai juga keren ya Bunda.”
Bunda : “Iya sayang.”
“lari daripada singa.” [QS. Al-Muddatsir : 51] Allah menggunakan
singa di ayat lainnya untuk menggambar orang-orang yang takut
dan lari dari kebenaran, "lari daripada singa,"

Ayah : “Hewan apa yang menjadi perumpamaan lari dari kebenaran?


Anak : “Apa itu Ayah?”
Ayah : “Coba tebak?”
Anak : “Emmm kelinci.”
Ayah : “Hewannya besar, bertaring, ekornya panjang, punya empat
kaki, warnanya cokelat, dan rambutnya lebat. Apa hayo?”
Anak : “Singaaa.”
Ayah : “Pintaarr . . . Seratus nilainya.”
Anak : “Memangnya singa kenapa Yah?”
Ayah : “Enggak kenapa-kenapa sayang, singa digunakan sebagai
perumpamaan saja. Dari ayat itu, kita hanya perlu mengambil hikmahn -
ya dan pelajaran baiknya, bahwa sebagai umat Allah, kita harus selalu
mendekat kepada yang benar, dan lari dari yang salah.”
Anak : “Maksudnya gimana Yah?”
Ayah : “Maksudnya, kita harus melakukan sesuatu yang benar, seperti
saling menyayangi, saling berbagi dan memaafkan, serta harus
meninggalkan yang salah, misalnya berbohong, usil, jahil, pemarah dan
masih banyak sifat lain.”
Anak : “Oooo begitu. Tapi singa suka berbohong yah?”
Ayah : “Enggak sayang, hewan kan tidak Allah karuniai akal. Jadi,
mana bisa singa berbohong.”
Anak : “Oh iya . . . hihihi”
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah
olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru
selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun,
walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu
merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat
merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah
dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” [QS. Al-Hajj : 73]

Anak : “Bunda kenapa sih, kita nggak boleh makan makanan yang
sudah dihinggapi lalat?”
Bunda : “Begini sayang, Lalat itu sering hinggap di tempat yang kotor
dan penuh bakteri. Ketika lalat hinggap di makanan, lalat juga akan
membawa bakteri bersama mereka. Jadi makanan kita tercemar.”
Anak : “Wah, kalau makanan kita tercemar, terus gimana Bunda?”
Bunda : “Kalau makanan kita tercemar dan kita makan, kita bisa
terserang berbagai penyakit. Salah satunya adalah diare.”
Anak : “Wah, berarti lalat jahat ya Bunda.”
Bunda : “Sebenarnya bukan jahit, tapi lalat memang tempat hidupnya
kotor. Itu sebabnya, kita harus lebih hati-hati menjaga makanan kita.”
Anak : “Oh, begitu ya Bunda.”
Bunda : “Iya sayang. Tapi lalat juga bisa menjadi tanda lho buat kita.
Kalau di suatu tempat banyak terdapat lalat, bisa digunakan sebagai
tanda tempat itu sedang ada wabah penyakit.”
Anak : “Sekarang aku tahu Bunda. Terima kasih ya.”
Bunda : “Sama-sama Sayang.”
“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di
bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana
seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil:
"Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti
burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku
ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang
menyesal” [QS. Al-Maidah : 31]

Anak : “Ayah, burung gagak itu burungnya penyihir ya Yah?”


Ayah : “Bukan sayang, itu cuma cerita. Burung gagak itu burung yang
cerdas. Mereka Allah turunkan ke bumi untuk mengajari manusia
bagaimana menguburkan mayat.”
Anak : “Hah? Kok bisa Yah?”
Ayah : “Qabil dan Habil adalah kakak beradik, anak Nabi Adam. Ketika
Habil meninggal, Qabil kebingungan harus bagaimana. Di situlah Allah
memerintahkan gagak untuk memberikan contoh kepada Qobil. Si
gagak menguburkan jasad saudaranya dengan cara menguburkan
saudara dengan tanah.”
Anak : “Gagak bisa mengubur Yah?”
Ayah : “Bisa. dengan dua kakinya, gagak menggali tanah. Dan mengu -
burkan saudaranya.”
Anak : “Ohhh gitu, terus Yah?”
Ayah : “Akhirnya Qabil meniru di gagak dan berhasil menguburkan
jenazah Habil.”
Anak : “Wah, ternyata gitu ya Yah. keren ya Gagak. Sekarang aku tahu.”
Ayah : “Anak Ayah memang pinter.”
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk
atau yang lebih rendah dari itu]. Adapun orang-orang yang beriman, maka
mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi
mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini
untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang
disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang
diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali
orang-orang yang fasik,” [QS. Al-Baqarah : 26]

Anak : “Bunda, apa sih manfaat nyamuk?”


Bunda : “Manfaat nyamuk itu . . . Sebenarnya nyamuk adalah hewan
yang membantu penyerbukan pohon cokelat lho.”
Anak : “Wah, iya Bun?”
Bunda : “Iya. Kamu suka cokelat kan? Nah nyamuk yang membantu
penyerbukan pohonnya. Nah selain itu, nyamuk sebenarnya juga
menghisap darah kotor di tubuh kita, Sayang.”
Anak : “Jadi kalau nyamuk gigit kita nggak apa-apa Bun?”
Bunda : “Bukan begitu juga, Sayang. kita juga mesti hati-hati. Karena
ada nyamuk yang membawa penyakit juga.”
Anak : “Penyakit apa Bunda?”
Bunda : “Demam berdarah. Nah, itu sebabnya kita harus rajin
bersih-bersih, agar nyamuk nggak bikin sarang di rumah kita.”
Anak : “Dan pakai lotion nyamuk ya Bunda.”
Bunda : “Betul sayang, pinter.”
"Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi
berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang
kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan
percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar"
[QS. Yusuf : 17]

Anak : “Ayah, Serigala itu makannya apa Yah?”


Ayah : “Serigala itu hewan karnivora sayang, artinya pemakan daging.”
Anak : “Serem ya Ayah.”
Ayah : “Hehe iya, serigala termasuk hewan buas. Tapi . . . ada lo keistimewaan serigala. -
Anak : “Wah, apa itu Ayah?”
Ayah : “Serigala memiliki sifat kekeluargaan yang sangat erat. Dalam
kelompok, mereka akan selalu menjaga satu sama lain. Bahkan seo
-
rang induk serigala akan menjaga anak dari serigala lain dengan
sangat baik.”
Anak : “Berarti mereka penyayang ya Ayah.”
Ayah : “Bisa dibilang begitu. Tapi jangan dekat-dekat ya.
biar kita tidak digigit.”
Anak : “Siap Ayah.”
"Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi
berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang
kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan
percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar"
[QS. Yusuf : 17]

Bunda : “Burung Hud Hud adalah burung yang berjasa bagi Nabi Sulaiman.
Ada yang mau dengar ceritanya?"
Anak : "Mau Bunda."
Bunda : "Nabi Sulaiman adalah nabi yang bisa memahami bahasa hewan, tak
terkecuali burung. Pada suatu hari semua burung berkumpul, kecuali
Burung Hud Hud. Nabi Sulaiman tidak melihat Hud Hud ada di sana."
Anak : "Ke mana dia Bunda."
Bunda : "Tunggu ya. Nabi Sulaiman pun murka. Sang Nabi marah betul
karena Hud-Hud tidak menghargainya."
Anak : "Yah . . .”
Bunda : "Tapi tenang, tidak berapa lama Hud-Hud terbang ke arah mereka.
Wuuuuusss, dan mendarat di depan Nabi mengucapkan salam dan meminta
maaf kepada Nabi. Kemudian Nabi bertanya, dari mana kau Hud-Hud?
Burung Hud-Hud menjelaskan. Ternyata Burung Hud-Hud tengah mencari
informasi sebanyak-banyaknya untuk Nabi Sulaiman."
Anak : "Wah . . . keren”
Bunda : "Iya, Akhirnya Nabi Sulaiman berterima kasih, karena informasi
yang diberikan Hud-Hud sangat bermanfaat baginya. Itu lah sebabnya
Hud-Hud dianggap sebagai burung cerdas yang rela berkorban."
Anak : "Waaah pintar ya Bunda."
Bunda : "Tentu, sayang."

Anda mungkin juga menyukai