Anda di halaman 1dari 6

Si Bejo

Evnur sebagai pak karno

Nurhasani sebagai buk sri

Sulistiani sebagai bejo

Ilham sebagai raksasa

Chicari sebagai kurcaci

Patin sebagai bu lastri

Nurikhsan sebagai pak udin

Prolog :

Suatu hari hiduplah sepasang suami istri di sebuah desa yang rukun dan damai. Mereka saling
membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Dialog :

Pak Karno :”Ada yang bisa ayah bantu, Bu?’

Bu Sri : “Ayah sudah selalu membantu ibu kok yah…”

Pak Karno:”Ah yang benar bu?”

Bu Sri :”Iya, ayah kan sudah membantu ibu untuk bahagia memiliki seisi dunia yah…”

Pak Karno :”Lho kok bisa bu? Lha wong kita makan saja pas-pasan bu (sambil tertawa).”

Ibu :”Iih ayah, memiliki ayah itu sudah sama halnya dengan memiliki seisi dunia. Begitu maksud
ibu, Ayah..”

Ayah :”Oh jadi itu maksudnya bu. Ya..ya..ayah kan gendut ya bu, jadi seperti seisi dunia ya?
(Tertawa lebar)”

Ibu :”Ya begitulah kira-kira yah.. (ikut tertawa)”

Pak Karno adalah seorang petani dan bu Sri sering membantunya di kebun. Hari demi hari
mereka lalui berdua dengan penuh ketenangan hingga begitu tenang dan menyeramkan. Tak ada
suara selain suara Pak Karno, Bu Sri, radio, dan gemericik air. Ya, mereka belum memiliki
seorang anak hingga di usia menjelang senja.
Pak Karno :”Bu…”

Bu Sri :”Iya Pak?”

Pak Karno :”Apa ibu tidak merasa kesepian yang luar biasa hingga usia setua ini, Bu?”

Bu Sri :”Sebenarnya iya, Pak. Hanya ibu tidak tahu harus berbuat apa.”

Pak Karno :”Sama, Bu…”

Keesokan harinya….

Pak Karno :”Bu, ayo kita ke kebun lebih pagi dari kemarin. Bapak sudah tidak sabar ingin
memanen tanaman cabai kita.”

Bu Sri :”Baik Pak…(berlari mengejar Pak Karno).”

Ketika sedang asyik memetik hasil cabai mereka, tiba-tiba datanglah sesosok makhluk.

Bu Sri :”Pak..Pak…dia datang Pak.”

Pak Karno :”Siapa Bu? (sambil menoleh ke arah istrinya).”

Raksasa :”Haahhaahhaa….aku yang datang. Hahahahaaa…”

Pak Karno :”Oh…ma..maaf tuan, kami berencana akan segera mengantarkan hasil panen kali ini
seperti biasanya.”

Raksasa :”Hahahaha…kau fikir aku menginginkan hasil panenmu yang berupa cabai kali ini?
Kau seperti sengaja menggantikan tanamanmu agar aku tidak bisa memakannya…hahhahaha.”

Pak Karno :”Ti..tidak tuan…tidak begitu.”

Raksasa :”Ah sudahlah…aku tahu kau dan istrimu merasa kesepian, ini aku berikan sebuah bibit
kepadamu.”

Pak Karno :”Setelah isi dari tanaman ini berusia tiga tahun apakah kau akan mengambilnya
seperti halnya di cerita dongeng itu hai tuan.”

Raksasa :”Hahahaha…kau terlalu sering membaca dongeng rupanya. Kita lihat saja nanti.”

Pak Karno :”Ba…baiklah tuan.”

Sang raksasa pun pergi tanpa memberitahukan kapan akan kembali.

Pak Karno :”Bu, ayo segera kita tanam bibit pemberian tuan raksasa.”
Bu Sri :”Ayo, Pak…”

Seminggu kemudian…

Bu Sri :”Pak, labunya sudah kuning. Ayo kita petik, Pak…”

Pak Karno :”Ayo bu…Bapak juga sudah tidak sabar.”

Mereka berdua pun membelah labu yang telah matang tersebut dan mereka terkejut ketika
menjumpai seorang bayi.

Bu Sri :”Pak, ada bayi pak…ayo ambil Pak…”

Pak Karno :”Iya bu…kita punya bayi sekarang.”

Pak Udin dan bu Lastri yang mendengar kabar bahagia itu pun segera mendatangi tetangganya
itu.

Bu Lastri :”Bu Sri, selamat yaa… Akhirnya punya bayi seperti yang diinginkan.”

Bu Sri :”Iya bu. Terimakasih banyak.”

Pak Udin :”Semoga bisa merawat bayinya dengan baik ya Pak.”

Pak Karno :”Semoga Pak, saya juga berharap demikian.”

Pak Karno dan Bu Sri pun merasa begitu bahagia luar biasa karena impian mereka memiliki
seorang bayi kini telah tercapai.

Bu Sri :”Pak, bagaimana memberi makan bayi ini Pak? Ibu kan tidak memiliki ASI.”

Pak Karno :”Wah, iya ya bu..”

Bu Sri :”Bagaimana ini Pak?”

Pak Karno :”Oh begini saja bu, besok pagi-pagi sekali bapak ke kota untuk membeli susu.
Malam ini ibu beri air tajin saja dulu.”

Bu Sri :”Baik Pak…”

Hari berganti hari. Bu Sri semakin bertambah kerepotannya karena harus mengurus bayi dan
suaminya. Pak Karno pun harus lebih giat bekerja agar dapat membeli susu untuk anak yang
mereka beri nama Bejo tersebut.

Bu Sri :”Pak, susu untuk si Bejo sudah habis lagi Pak…”


Pak Karno :”Ya ampun bu…itu susu cepet banget habisnya. Bapak bisa mati berdiri kalau begini
bu…”

Bu Sri :”Iya Pak, ibu juga kuwalahan.”

Dua setengah tahun berlalu, Bejo tumbuh menjadi anak berbadan besar yang akan
menghancurkan barang di sekitarnya jika keinginannya tidak dituruti.

Bejo :”Mam…mam…mam…”

Bu Sri :”Duh Bejo, kamu itu sudah dua setengah tahun jangan minum susu terus. Stress bapakmu
nak…”

Bejo :”Aaaaaaa…..cucu…cucu…cucu…”

(Sambil membanting piring di dapur)

Bu Sri berlari ke kebun untuk menjemput suaminya dan menceritakan hal yang sudah
membuatnya tidak tahan lagi.

Bu Sri :”Bapaaakkk…si Bejo banting-banting barang lagi. Dia minta susu lagi. Ibu udah gak
kuat lagi Pak.”

Pak Karno :”Apa, Bejo mengamuk lagi?”

Bu Sri :”Iya Pak…”

Pak Karno segera menarik Bu Sri dan pulang ke rumah.

Pak Karno :”Bejoooo…kamu ini maunya apa to nak? Semua keinginanmu harus dituruti.”

Bejo :”Cucu…cucu…cucu..(berteriak).”

Hari yang panjang pun berlalu. Bejobtelah tidur di kamarnya. Bu Sri dan Pak Karno
membicarakan mengenai rencana mereka untuk mengatasi kebiasaan mengamuk pada Bejo.

Pak Karno :”Bu, bapak juga sudah tidak tahan lagi menghadapi Bejo. Kita harus melakukan apa
yang pernah Bapak bilang ke ibu.”

Bu Sri :”Kalau memang itu yang terbaik menurut bapak, ibu nurut saja Pak…”

Keesokan paginya Pak Karno dan Bu Sri membawa Bejo ke hutan. Bejo yang masih tertidur
tidak mengetahui hal itu.

Pak Karno :”Ayo bu. Cepat jalannya. Kita harus sampai di tengah hutan sebelum matahari
terbit.”
Bi Sri :”Iya Pak…ibu sudah berjalan cepat.”

Sesampainya di tengah hutan…

Kurcaci :”Hei..siapa kalian? Mau apa?”

Pak Karno :”Ma..maaf, kami ingin menemui tuan Raksasa.”

Kurcaci :”Tuanku sedang sarapan, kau tak boleh mengganggunya.”

Pak Karno :”Tapi kami harus menemuinya.”

Kurcaci :”Tidak bisa (sambil berteriak).”

Bu Sri langsung memgambil bibit cabe yang telah ia persiapkan dan melemparkan pada kurcaci
ith hingga matanya menjadi pedas. Pak Karno dan Bu Sri segera membawa Bejo berlari menuju
ke Raksasa yang sedang menyantap makanan dengan lahapnya.

Pak Karno :”Tuan, kami datang menemuimu.”

Raksasa :”Ada apa kalian kemari? Siapa yang mengizinkan kalian masuk? (Berbicara dengan
mulut penuh dengan makanan).”

Mendengar suara raksasa yang begitu besar, Bejo terbangun.

Mengetahui hal tersebur sang raksasa langsung berteriak…

Raksasa :”Jauhkan anak itu dariku..jauhkan!”

Pak Karno :”Kenapa tuan? Bukankah dalam legenda biasanya sang raksasa meminta anak yang
telah diberikannya beberapa tahun kemudian?”

Raksasa :”Tapi aku tidak menginginkan anak itu. Bawa dia pergi!”

Pak Karno :”Oh tidak bisa tuan… kami ke sini karena ingin mengembalikan anak ini.”

Bejo mulai berjalan kesana kemari sembari mengamuk mencari susu.

Raksasa :”Anak ini begitu rakus dan dagingnya pun tak lezat karena itu aku memberikannya
kepadamu.”

Pak Karno :”Jadi itu alasan kenapa tuan memberinya kepada kami?.”

Bejo yang merasa kesal dengan suasana yang menegangkan tersebut berubah menjadi lebih
menyeramkan. Ia mengamuk sejadi-jadinya. Ia tak ubahnya seperti raksasa hingga membuat Pak
Karno, Bu Sri, dan Raksasa sungguhan merasa ketakutan. Mereka semua berlari menjauh namun
Bejo mengejar mereka dengan cepatnya seperti ingin memakan mereka. Sang raksasa yang
melihat bubuk cabe bertebaran langsung memungut bubuk itu dan melemparkan kepada Bejo.
Akhirnya Bejo pun tenggelam dalam lautan cabe, seperti pada legenda yang banyak diceritakan.

Anda mungkin juga menyukai