Anda di halaman 1dari 7

‘SANGKURIANG LEGENDA GUNUNG TANGKUBAN PERAHU’

Penulis Naskah: Kevin Ananda

ADEGAN 1-Prolog:
“Dahulu kala di kayangan ada dewa dan dewi, melakukan kesalahan
yang begitu besar. Sebagai hukuman, mereka diusir ke bumi dan
menjelma sebagai hewan. Sang dewa berubah menjadi anjing bernama
Tumang dan sang dewi berubah menjadi babi hutan yang bernama
Celeng Wayungyang. Inilah dia kisah Sangkuriang sang legenda asal
usul gunung Tangkuban Perahu, selamat menyaksikan kisah
sangkuriang kami dari kelas 12 IPA.”

Narasi 1:
“Alkisah pada suatu hari, seorang raja Sunda sedang berburu,
ketika berburu, ia merasa ingin buang air kecil. Dengan segera
sang raja segera menuntaskan hajatnya... Secara tidak sengaja air
seninya terkumpul pada batok kelapa yang sudah kering. Celeng
Wayungyang yang kebetulan sedang berada di sekitarnya, meminum
air seni sang raja untuk menghilangkan dahaga. Karena dia adalah
jelmaan seorang dewi kayangan, dengan sekejap dia hamil dan
melahirkan seorang anak.”
SFX Tangisan Anak

Narasi 2:
“Raja yang masih berada di hutan, mendengar suara tangisan bayi
yang menangis, lantas ia segera mencarinya. Nampak seorang bayi
perempuan cantik yang terbaring di antara semak-semak. Karena
merasa iba, Bayi itu pun ia bawa oleh raja ke istana. Namun ia
tak pernah sadar bahwa bayi itu ialah anak kandungnya sendiri.
Berjalannya waktu bayi itu tumbuh menjadi gadis yang sangat amat
cantik bernama Dayang Sumbi. Kecantikan Dayang Sumbi begitu
terkenal, banyak raja dan pangeran berebut untuk menikahinya.”
ADEGAN 2-Dayang Sumbi:
“Dayang sumbi adalah seorang putri yang gemar menenun, sebagian
besar waktunya ia habiskan untuk membuat kain tenun yang indah,
suatu saat ketika menenun...”
Dayang Sumbi: “(bersenandung). Pagi ini terasa sangat cerah ya,
warna gulungan benang yang ku gunakan juga sangat indah. (lanjut
bersenandung).
(gulungan benang dayang sumbi terjatuh)
Dayang Sumbi: “Waduhh baru saja mulai menenun,(melihat gulungan
benang terjatuh sangat jauh). Walahh jatuhnya jauh sekali, tidak
mungkin aku keluar istana untuk mengambil gulungan benang itu,
apalagi diriku ini seorang bangsawan, tidak, tidak mungkin.
Yatuhan cobaan apalagi ini. Tuhan jika memang gulungan benang itu
kembali, barangsiapa yang mengembalikannya seorang perempuan maka
akan ku jadikan saudara ku, jika seorang laki-laki maka aku akan
menikahinya.”

Narasi 3:
“Tak berselang lama se-ekor anjing datang membawa benang milik
dayang sumbi. Karena sudah bersumpah, dayang sumbi memenuhi
janjinya dan tetap menikahinya, meskipun Tumang adalah se-ekor
anjing”
Dayang Sumbi: “ASTAGA aku sudah bersumpah, tapi masa iya anjing
sih... apa kata dunia, apa kata ayahku yang seorang raja? Pasti
ia akan mengusirku dari kerajaan ini.”

Narasi 4:
“Mendengar putrinya yang cantik itu akan menikahi se-ekor anjing
membuat sang raja murka, ia mengusir dayang sumbi dan tumang
keluar dari istana.”
Raja: “Apa, kau ingin menikah dengan se-ekor anjing? Kau ini
waras atau tidak putriku, dengan parasmu yang sangat cantik,
lelaki mana yang tidak ingin menikah dengan dirimu.”
Dayang Sumbi: “Tapi ayah, diriku sudah membuat sumpah dengan
Tuhan, tidak mungkin aku tidak menepati janjiku.”
Raja: “Omong kosong dasar wanita gila, kau terus melawan apa kata
ayahmu. Pergi, pergi kau dari istanaku, jangan sampai aku melihat
wajahmu berada di sekitar istanaku.”

ADEGAN 3-Pondok:
“Kini dayang sumbi tinggal di sebuah pondok sederhana bersama si
tumang. Berjalannya waktu dayang sumbi mengetahui bahwa tumang
bukanlah se-ekor anjing biasa. Setiap bulan purnama, tumang
berubah wujud menjadi dewa yang amat tampan. Dayang sumbi dan
tumang kini di karuniakan anak yang mereka beri nama
Sangkuriang.”
Tumang: “(menatap bulan dan berubah wujud menjadi dewa)”
Dayang Sumbi: “Betapa beruntungnya diriku dapat menikahi seorang
dewa yang amat tampan ini.”
Tumang: “HAHAHA, bisa saja kau dayang sumbi, lihatlah sangkuriang
kelak ia akan menjadi anak yang kuat dan perkasa seperti diriku.”
Dayang Sumbi: “Tapi ingat, jangan sampai sangkuriang tahu bahwa
kau adalah ayahnya, bulan purnama akan segera hilang dan kau akan
segera berubah wujud.”
Tumang: “Baik, kita akan sama sama menjaga rahasia ini”

Narasi 5:
“Sangkuriang tumbuh menjadi anak yang kuat, akan tetapi dayang
sumbi masih merahasiakan jika tumang sang anjing adalah ayahnya.
Hingga suatu ketika sangkuriang diminta ibunya untuk berburu hati
rusa ditemani si tumang.”
Sangkuriang: “Hei tumang, kemana kamu, jangan jauh jauh dong,
kemarilah aku mendengar suara langkah... Tuhkan ada se-ekor babi
hutan, ibu pasti senang jika aku berhasil dapat hati babi hutan
ini.”
Sangkuriang: “Hei jangan lari, (mengejar babi hutan lalu memburu)
jaraknya sudah dekat tumang, akan ku lepas busur sakti ku ini,
haaaa”
Narasi 6:
“Sangkuriang mencoba memanah babi hutan itu, naas dihentikan oleh
tumang karena ia sadar bahwa babi hutan itu ialah nenek dari
sangkuriang, tidak lain celeng wayungyang.”
Sangkuriang: “Anjing bodoh, kenapa kau halangi busurku ini, aku
gagal memburu babi hutan itu, dasar anjing tidak ada guna, lebih
baik kau mati dan menjadi makan malamku bersama ibu. (membunuh
tumang tanpa ampun)

ADEGAN 4-Amarah Dayang Sumbi:


“Setibanya di rumah, sang ibu senang karena sangkuriang berhasil
mendapatkan hati yang ia idam idamkan itu lalu segera memasak
hati pemberian sangkuriang.”
Dayang Sumbi: “Nikmat sekali pemberian Tuhan malam ini,
terimakasih anakku, kepandaian berburu mu pasti menurun dari
ayahmu.”
Sangkuriang: “Hahaha tidaklah bu, tapi bu, aku penasaran dengan
wujud ayahku, apakah dulu dia seorang pemburu yang hebat?”
Dayang Sumbi: “Nanti lah akan ibu ceritakan padamu, panggil dulu
si tumang, kasihan dia belum ikut menyantap hidangan ini.”
Narasi 7:
“Sangkuriang merasa bersalah karena telah membunuh si tumang, ia
mengaku bahwa hati yang telah mereka makan adalah hati milik si
tumang, mendengar hal itu dayang sumbi meluapkan seluruh
amarahnya.”
Dayang Sumbi: “HAH apa, kau baru saja membunuh si tumang, pergi
kau, anak tak tahu diri, begini caramu membalas kebaikan si
tumang yang telah merawat mu sejak kecil, tega teganya kau
membunuh si tumang.”
Narasi 8:
“Dayang sumbi memukul sangkuriang dengan centong nasi hingga
meninggalkan luka pada dahi sangkuriang. Sangkuriang pun pergi
meninggalkan dayang sumbi, ia melarikan diri mendaki dan melewati
gunung, sangkuriang bak ditelan bumi hilang entah kemana.”
Dayang Sumbi: “Dewa yang kusembah, aku telah mengakui kesalahan
ku, persatukan aku dengan putraku sangkuriang.”
ADEGAN 5-Jawaban sang dewa
“Dewa pun menjawab doa dayang sumbi dengan memberikan anugerah
kecantikan yang abadi pada dayang sumbi. Pada lain sisi
sangkuriang mengalami hilang ingatan dan diasuh oleh ahli bela
diri, dari sana sangkuriang menjadi seorang pria yang kuat dan
tampan, tanpa sengaja sangkuriang bertemu dengan wanita cantik
yang ternyata adalah dayang sumbi, naas keduanya tidak saling
mengenali.”
Sangkuriang: “(sedang melanjutkan bela diri), wah ada gadis
cantik di pinggir sungai sana, aku samperin deh... Hai, aku sudah
melihatmu dari kejauhan, aku takjub dengan indahnya parasmu,
sepertinya aku jatuh hati padamu.”
Dayang Sumbi: “Hai, wajahmu pun sangat tampan, wajahmu seperti
tidak asing bagiku, aku sedikit melihat ketika engkau sedang
berlatih, sungguh mengagumkan.”
Narasi 9:
“Sangkuriang benar-benar telah jatuh hati, hingga suatu ketika
dia mermaksud untuk menikahi dayang sumbi, namun naas.”
Sangkuriang: “Aku sengaja kesini untuk bertemu dirimu hai nona
yang indah parasnya”
Dayang Sumbi: “Dasar, bagaimana kalau kau melanjuti latihan bela
diri mu, aku akan menemani disini.”
Sangkuriang: “Entah sepertinya aku benar benar jatuh hati padamu,
aku ingin kita menjadi satu.”
Dayang Sumbi: “Sepertinya dirimu belum siap (sambil mengusap
keringat pada dahi sangkuriang).”
Narasi 10:
“Dayang sumbi terkejut dengan bekas luka pada dahi sangkuriang,
ia sadar kalau luka pada dahi itu adalah milik putranya yang
hilang beberapa tahun lalu. Dayang sumbi segera menolak ajakan
sangkuriang mentah mentah”
Dayang Sumbi: “Se-se-sepertinya aku tidak ingin menikah denganmu,
aku ragu dengan dirimu”
Sangkuriang: “Aku bersih kukuh untuk menikahimu, bagaimana bisa
aku melepas dirimu yang begitu cantik ini.”
ADEGAN 6-Tantangan dayang sumbi:
“Sebagai upaya mengandaskan niat sangkuriang, dayang sumbi
memberi tantangan bagi sangkuriang yang harus dipenuhi sebelum
menikahi dirinya.”
Dayang Sumbi: “Baiklah jika memang kau benar-benar berniat
menikahiku, maka buktikanlah jika kau benar-benar siap menjadi
penajagaku. Bendunglah Sungai Citarum menjadi telaga dan buatkan
aku perahu yang besar dalam waktu satu malam.”
Sangkuriang: “Baiklah akan kupenuhi keinginanmu, jangan meragukan
kesaktianku.”
Narasi 11:
“Sangkuriang tidak ragu akan tantangan itu, dengan bantuan
makhluk halus, pohon demi pohon, cabang demi cabang, ranting demi
ranting mulai membentuk gunung burangrang dan bukit tunggul.
Perahu pun sudah mulai terbentuk.”
Sangkuriang: “Hai seluruh makhluk halus sekitar sini, bantu aku
memenuhi keinginan calon istriku, bantu aku bentuk telaga dan
membangun sebuah perahu yang besar.”
Sangkuriang: “Tantangan ini terasa sangat mudah, aku masih
mempunyai waktu tapi perahu sudah hamper jadi, aku sangat siap
untuk menikahi gadis cantik itu”

ADEGAN 7-Penghianatan dayang sumbi:


“Melihat keberhasilan sangkuriang, dayang sumbi memutar akal
untuk mengagalkan tantangannya. Dayang sumbi membentangkan kain
putih yang bercahaya serta memukul alu ke lesung yang membuat
ayam jantan berkokok. Para makhluk halus yang membantu
sangkuriang kembali ke alamnya karena mengira fajar telah tiba.”
Dayang Sumbi: “Tidak, tidak, tidak mungkin ia bisa membangun
telaga dan perahu secepat ini. Tidak mungkin aku menikahi putraku
sendiri, akan ku buat se akan-akan fajar telah tiba.”
Sangkuriang: “Matahari belum terbit tapi kenapa ayam jantan sudah
berkokok, hei para makhluk halus jangan tinggalkan aku. Sialan
ini pasti ulah gadis itu, kini aku murka dengan kegagalanku.
Narasi 12:
“Sangkuriang murka atas kegagalannya, ia melempar sumbatan sungai
citarum sehingga menjadi gunung manglayang, dan menelungkupkan
perahu besar yang dibuatnya yang kini menjadi Gunung tangkuban
perahu, curiga dicurangi dayang sumbi, ia mencari dayang sumbi
dan tersesar ke alam lain.”
Sangkuriang: “Bagaimana diriku yang sakti ini bisa gagal, ini
pasti ulah gadis itu, kini kemana dirinya, semua usahaku kini sia
sia, gadis itu hilang entah kemana.”
Dayang Sumbi: “Maaf sangkuriang, tidak mungkin aku menikahi
putraku sendiri. Dewa, bantu aku, hilangkan diriku dari bumi
ini.”
Narasi 13:
“Dewa Sang Hyang membantu menghilangkan wujud dayang sumbi yang
kini menjadi bunga jaksi di bukit perasingannya yang kini menjadi
Gunung putri.

Narasi Epilog:
“Kini hasil usaha sangkuriang malam itu dapat kita nikmati
sebagai Gunung Tangkuban Perahu, Bagi seluruh penikmat tampilan
wayang ini, jadilah pribadi yang tidak melanggar norma norma yang
sudah ada. Inilah cerita Sangkuriang dari 12 IPA.

Anda mungkin juga menyukai