***
“Kenapa penggembala itu punya anjing,
Umi?,” celetuk Lika di tengah cerita.
“Emm kenapa, ya? Mungkin untuk
menjaga hewan gembalaannya dari serangan
binatang buas,” jawab Umi asal.
“Agar tidak dimakan serigala seperti di
film Upin-Ipin?” rasa keponya belum berhenti.
“Ya, semacam itu,” Umi tertawa.
***
Setelah melewati perjalanan panjang,
mereka tiba di sebuah gua di Gunung Tikhayus
dengan selamat, di sebuah gua yang akan
menjadi tempat perlindungan mereka untuk
waktu yang tidak sebentar. Mereka memasuki
gua itu lalu duduk di dalamnya.
“Alhamdulillah…” lafadz hamdalah
merefleksikan rasa syukur mereka. Lantas
mereka berdoa,
“Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada
kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami
petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”.
(Q.S.18:10)
َوالَ صُو َرةُ تَ َماثِي َل، ٌالَ تَ ْد ُخ ُل ال َمالَِئ َكةُ بَ ْيتًا فِي ِه َك ْلب
***
Keesokan paginya
“Umi, aku bermimpi tujuh orang pemuda
itu masuk surga” ucap Lika Ketika sarapan.
“Demikianlah balasan Allah terhadap
orang-orang yang senantiasa dalam ketaatan
kepada-Nya,” respon Umi.
“Lalu kenapa anjing penggembala itu
tidak mati, padahal ia ada di luar gua?” Lika
penasaran.
“Ia terkena karomah yang Allah berikan
karena dekat dengan orang-orang yang shaleh
seperti pemuda Ashabul Kahfi. Seandainya anjing
itu mati, maka Ketika mereka terbangun
anjingnya telah menjadi tulang-belulang, niscaya
mereka akan kaget,” jawab Umi.
“Masya Allah…” ucap Lika dan ibunya
bersamaan.
~TAMAT~