Anda di halaman 1dari 9

Syamsuar Syam – Mengenal Islamisasi

MENGENAL ISLAMISASI:
KONFLIK DAN AKOMODASI
(KAJIAN TENTANG PROSES PENYEBARAN ISLAM PERIODE AWAL DI
NUSANTARA)

Syamsuar syam1

1 Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang


Email : Syamsuarsyam@Gmail.com

ABSTRACT
Fenomena proses sosialisasi dan Islamisasi di Nusantara ternyata telah menimbulkan berbagai
tantangan dan hambatan yang berwujud dalam bentuk konflik. Hal itu sejalan dengan
perpaduan antara budaya Islam si satu sisi, dengan budaya lokal di sisi lain, yang telah lama
diyakini oleh masyarakat pada waktu itu. Untuk mengatasi konflik sebagai akibat Islamisasi,
para penyebar Islam (kaum Sufi, juga dapat disebut Da’i atau Penyebar Islam) berupaya
mengakomodir berbagai bentuk kebudayaan yang telah berkembang.

Keyword : konflik, akomodasi, Islam

PENDAHULUAN Untuk mempercepat proses


Islamisasi para penyebar Islam (sufi)
melakukan berbagai upaya. Di antaranya
Setelah masuknya Islam ke Nusantara, mengakomodir dan "membiarkan"
para penyebar Islam berusaha semaksimal pengamalan agama lama oleh
mungkin, melakukan sosialisasi dan masyarakat. Kemudian para sufi
Islamisasi. Sosialisasi dan Islami-sasi tersebut menyebarkan Islam secara bertahap
hampir meliputi seluruh kawasan Nusantara. untuk melakukan Islamisasi dan
Untuk Indonesia, pantai utara pulau sosialisasi.
Sumatera dan Jawa merupakan pusat
penyebaran Islam, seperti di Samudera Pasai. Dari realita sejarah, kedatangan
Dari sinilah Islam menjalar ke Kalimantan, Islam telah menimbulkan konflik pada
Jawa, Sulawesi dan Maluku. Tidak terkecu masyarakat waktu itu. Persoalannya
adalah, kenapa Islam yang
Sosialisasi dan Islamisasi di Nusantara disosialisasikan secara damai
telah menimbulkan konflik, seiri ali tentunya mengakibatkan terjadinya konflik di
ke ranah Minang, Sumatera Barat ini. tengah masyarakat?. Upaya apa yang
dilakukan para sufi dalam sosialisasi dan
Dalam proses ng dengan akulturasi Islamisasi ke tengah masyarakat? Untuk
budaya Islam dengan budaya lokal yang menjawab persoalan tersebut, penulis
sedang berkembang. Dengan datangnya akan menjelaskan tentang Sosialiasi dan
Islam, para penguasa (raja) khawatir Islamisasi di Nusantara yang meliputi
kehilangan legitimasi politiknya. Begitu pula Konflik dan Akomodasi, dengan
dengan tokoh adat sangat takut kehilangan menitiberatkan kajiannya dari kacamata
status sosialnya di tengah-tengah konseling Islam yang dilakukan para Sufi
masyarakat. Ditambah lagi perbenturan sebagai penyebar ajaran Islam.
keyakinan antara Islam sebagai keyakinan
baru dengan agama yang ada pada .
masyarakat kala itu.

Copyright © 2018, Al-Hikmah Jurnal Dakwah dan ilmu Komunikasi | 76


Syamsuar Syam – Mengenal Islamisasi

4. Batu marmer dari makam raja-raja


dan pembawa Islam seperti Maulana
Sosialisasi dan Islamisasi Agama Islam Malik Ibrahim jika dilihat pada
di Nusantara retakannya tampak bekas tembok
kuil Hindu dan bentuk ukirannya
Sebelum menjelaskan tentang upaya adalah bentuk ukiran dari India.
sosialisasi dan Islamisasi di Nusantara, (Muhammad Syamsu As, 1999: xxiv)
perlu digambarkan sekilas sejarah
masuknya Islam ke Nusantara. Masuknya Snouch Hurgronye melihat
Islam ke Nusantara terdapat perbedaan para pedagang kota pelabuhan Dakka
pendapat, ada yang mengemukakan di India Selatan sebagai pembawa
bahwa Islam masuk di awal abad ke-7 M Islam ke wilayah Nusantara. Begitu
(abad I H) melalui proses sosialisasi oleh juga Morrison tahun 1951, ia
para pedagang. Pendapat lain menunjuk pantai Coromandel-India
mengemukakan bahwa masuknya Islam sebagai tempat bertolaknya para
ke Nusantara sekitar abad ke-12 atau pedagang Muslim dalam pelayaran
awal abad ke-13 M. Hal ini dibuktikan mereka menuju Nusantara. (Anthoni
dengan adanya peninggalan kuburan A. Reid, 1979: 849)
tahun 1128 M yang bercorak Islam, yaitu
kuburan Nizamuddin al-Kamil seorang Versi kedua, dikemukakan
laksamana dari dinasti Fatimiah. pengarang muslim seperti S. Alwi bin
(Suwardi Mohamad Samin, 1970: 45) Thahir al-Haddad (mufti Johor),
Hamka, Saifuddin Zuhri dan A.
Di samping itu, Islam masuk ke Hasjmy, bahwa Islam masuk ke
Nusantara ini ada tiga versi, di antaranya Indonesia melalui para ulama Arab
dari Gujarat, India, ada pula yang atau keturunan Arab, alasannya:
langsung dari jazirah Arabia, tepatnya
Hadramaut, serta ada yang dari Benggali 1. Kepercayaan turun-temurun
(sekarang Bangladesh). bangsa Indonesia bahwa mereka
menerima Islam dari Arab.
Versi pertama, pendapat Snouck 2. Mazhab Syafi'i yang dianut
Hurgronje dan orientalis serta beberapa sebagian besar bangsa Indonesia
pengarang yang sependapat dengan merupakan bukti bahwa Islam
mereka mengatakan bahwa pembawa yang diterima di Indonesia adalah
Islam pertama adalah orang-orang langsung dari Arab, sebab mazhab
Gujarat, India, dengan alasan: Syafi'i ini dianut sebagian besar
bangsa Arab dari Jazirah Arab.
1. Ada jalur perdagangan dan pelayaran
Sedangkan Muslimin di India
orang India dengan Indonesia sejak
zaman Hindu. kebanyakan bukan penganut
mazhab Syafi'i, melainkan
2. Adanya keraguan akan kemampuan
penganut mashab Hanafi. Juga di
orang Arab berlayar ke Indonesia
secara langsung, sebab orang Arab Persia kebanyakan bukan
penganut mazhab Syafi'i, tetapi
menurut mereka tidak terkenal
penganut mazhab Syi'ah.
sebagai pelaut dan pemberani dalam
mengarungi samudera dengan kapal 3. Berdasarkan buku-buku hikayat
dan cerita rakyat Indonesia bahwa
layar.
sunan-sunan itu adalah keturunan
3. Nama-nama ulama pembawa Islam
memakai gelar Maulana, Syah dan Rasulullah saw.
4. Berdasarkan peranan beberapa
Khan yang merupakan gelar yang
bangsa Indonesia keturunan
dipakai di India dan Persia.
ulama Arab dengan putri raja,

Copyright © 2018, Al-Hikmah Jurnal Dakwah dan ilmu Komunikasi | 77


Syamsuar Syam – Mengenal Islamisasi

sehingga ketika raja tidak berkembangnya corak Islam yang


mempunyai keturunan laki-laki cukup khas, inklusivistik yang bahkan
maka cucu laki-lakinya itu cenderung sinkretik. Islam tidak lagi
dirajakan oleh anak negeri tampil dalam eksklusifismenya yang
setempat. Keturunan Arab yang ketat sebagai agama wahyu, tapi
menjadi raja/sultan ini sudah sangat akomodatif terhadap sistem
bukan orang asing lagi, tetapi telah nilai dan kepercayaan lokal yang telah
menjadi penduduk setempat, mapan.
mengikuti adat istiadat ibu, dan
sudah menjiwai Dalam pengembangan Islam di
pemerintahan/kerajaan setempat. Indonesia peranan organisasi Tarekat
(Muhammad Syamsu As, 1999: sangat besar, sehingga para ahli
xxv) sejarah Islam sering mengemukakan
bahwa meskipun para pedagang yang
beragama Islam, baik dari Arab, India,
Versi ketiga, mengatakan maupun dari negara-negara lainnya
bahwa Islam datang dari Benggali telah berdatangan ke Indonesia sejak
(Bangladesh) Fatimi mengutip abad ke-8, namun baru sejak abad ke-
keterangan Tome Pures, 13 mulai berkembang kelompok-
mengungkapkan bahwa kebanyakan kelompok masyarakat Islam.
orang terkemuka di Pasai adalah
orang Benggali atau keturunan Pertumbuhan kelompok
mereka. Azyumardi Azra masyarakat Islam yang pesat terjadi
mempersoalkan teori ini, karena antara abad ke-13 dan 18 M.
adanya perbedaan mazhab yang bersamaan dengan periode
dianut kaum Muslim Nusantara perkembangan organisasi-organisasi
(Syafi'i) dan mazhab yang dipegang tarekat, sehingga seringkali
oleh kaum Muslim Bengal (Hanafi). disimpulkan bahwa sukses dari
(Azyumardi Azra, 1995: 25) penyebaran Islam di Indonesia adalah
karena aktivitas para pimpinan
Dari berbagai pendapat di tarekat. (Nanat Fatah Nastsir,
atas, penulis cenderung mengatakan "Hubungan Ajaran Tarekat ..., Al-
bahwa Islam pada mulanya Qalam, Edisi No. 88-89/ Vol. XXI/
mendapatkan kubu-kubu terkuatnya Maret-Juni/ 2001: 142). Seperti
di kota-kota pelabuhan, seperti tarekat Satariyah pimpinan
Samudra Pasai (Aceh) dan pesisir Abdurrauf Singkel, menyebar ke Jawa
utara pulau Jawa, langsung di bawa Barat di bawah pimpinan Abdul
pedagang dari tanah Arab yang Muhyi, salah seorang murid Abdur
bermazhab Syafi'i sama dengan Rauf, kemudian ke Jawa Tengah dan
sebagian besar mazhab dari wilayah Timur. Begitu pula tarekat Qadiriyah
asalnya, Jazirah Arab. bermula dari Aceh di bawah pimpinan
Hamzah Fansuri.
Guru-guru sufi selalu
berpindah dari satu tempat ke tempat Dalam proses sosialisasi dan
lain untuk menyebarkan Islam. Ia Islamisasi Islam di Nusantara telah
merambah daerah-daerah pedalaman menimbulkan berbagai persepsi. Ada
yang tertutup. Daerah tersebut yang berpendapat bahwa Islam
dikuasai budaya agraris dan disosialisasikan melalui perdagangan,
pandangan kosmopolisnya yang khas. seperti pendapat yang dikemukakan
Budaya agraris dan kosmologisme oleh Snouck Hurgronje terdahulu.
dunia pedalaman, mendorong Pendapat ini kelihatannya belum bisa

Copyright © 2018, Al-Hikmah Jurnal Dakwah dan ilmu Komunikasi | 78


Syamsuar Syam – Mengenal Islamisasi

dipertang-gungjawabkan, karena Pada awal Islamisasi di


secara ekonomi, pedagang tidak Nusantara, masyarakat telah
mungkin dalam melakukan transaksi memiliki budaya dan adat istiadat
menyempatkan diri mengajar untuk lokal. Budaya dan adat istiadat
mengembangkan Islam. lokal tersebut telah menyatu
dalam kehidupan masyarakat
Pendapat lain menyatakan setempat. Bahkan sebagian
bahwa sosialisasi Islam di Nusantara masyarakat menganggap budaya
melalui para guru Sufi. Hal ini tersebut sebagai hal yang
terbukti bahwa Islam yang dogmatis.
berkembang di Nusantara seiring
dengan perkembangan tarekat. Sebagai agama samawi,
Agaknya pendapat kedua lebih Islam memiliki tata nilai dan
memungkinkan karena secara realita budaya. Budaya dan tata nilai
historis telah terbukti banyaknya dalam Islam bersumberkan
guru sufi pada awal Islam dengan kepada kitab suci al-Qur'an. Ma-
perkembangan selanjutnya. suknya Islam yang membawa
nilai-nilai budaya Qur'ani,
Konflik dalam Sosialisasi dan bersentuhan langsung dengan
Islamisasi budaya lokal. Persentuhan inilah
Menurut A. Hasymi, Islam yang menjadi konflik di tengah-
telah mengintrodusir tiga nilai baru. tengah kehidupan masyarakat.
Pertama, Islam mengajarkan adanya
kehidupan akhirat, yang A. Hasjmy berpendapat
berkeseimbangan dengan kehidupan bahwa menyiarkan suatu
dunia sekarang ini. Kedua, Islam rangkaian ajaran dan cara serta
mendidik pemeluknya untuk selalu gaya hidup secara kwalitatif lebih
menghayati dan mengamalkan maju dari peradaban yang ada,
norma-norma hukum dan moral yang tidak saja di bidang renungan
diajarkan kepada setiap individu. teologia monotheismenya tetapi
Ketiga, Islam mengajarkan aturan- juga di bidang kehidupan
aturan dan cara-cara kehidupan kemasyarakatan yang tidak
bermasyarakat dan bernegara. mengenal pembagian kasta.
(Disarikan dari A. Hasjmy, 1999: 105) (Disarikan dari A. Hasjmy, 1999:
Ketiga nilai inilah yang akan 112). Sistem kasta yang
disosialisa-sikan kepada masyarakat. berkembang pada masyarakat pra
Islam sangat bertentangan denga
Sosialisasi dan Islamisasi di ajaran Islam sehingga sulit
Nusantara telah menimbulkan pro diterima oleh masyarakat pada
dan kontra di tengah masyarakat. waktu itu.
Sebagian masyarakat dapat menerima
(Islam) ajaran baru yang 6. Pertentangan dengan Pihak
dikembangkan oleh para guru sufi. Penguasa
Sebagian lain, menolak keberadaan Ketika Islam
ajaran baru tersebut. Akibatnya disosialisasikan di Nusantara, para
timbullah konflik di tengah-tengah guru sufi berhadapan dengan
kehidupan masya-rakat. Adapun berbagai masalah. Di antaranya
bentuk konflik tersebut adalah: pertentangan dengan penguasa.
Penguasa daerah di Nusantara pra
5. Akulturasi Budaya Islam telah menganut berbagai
bentuk paham dan keyakinan.

Copyright © 2018, Al-Hikmah Jurnal Dakwah dan ilmu Komunikasi | 79


Syamsuar Syam – Mengenal Islamisasi

Sebagian penguasa menolak bergaul dengan kasta yang lebih


ajaran baru yang dikembangkan rendah darinya. Di samping itu
oleh para guru sufi. Hal ini dalam kehidupan masyarakat juga
disebabkan oleh berbagai tekanan mengenal tokoh-tokoh adat.
di antaranya: pertama, adanya Tokoh adat dianggap memiliki
perbedaan keyakinan lama dengan kelebihan dibandingkan dengan
keyakinan baru. Kedua, dalam masyarakat kebanyakan lainnya.
Islam masalah kehidupan Mereka selalu dihormati dan
beragama dan bernegara memiliki dipandang sebagai suri tauladan
aturan sesuai dengan tuntunan al- di tengah masyarakat. Bahkan
Qur'an. Islam selalu oleh sebahagian masyarakat,
mengutamakan unsur tokoh adat dinggap sebagai orang
musyawarah dalam memutuskan yang "ma'shum" dan tidak boleh
sesuatu, baik persoalan ditentang.
keagamaan maupun persoalan
kenegaraan. Inilah yang Berbeda dengan Islam,
dinamakah dengan Syura. Berbeda manusia merupakan makhluk
dengan Islam, kecenderungan pola Allah yang memiliki kedudukan
kepemimpinan waktu itu sama di dunia. Dalam Islam,
mengarah pada sistem turun semua manusia sama,
temurun dan otoriter. Perbedaan perbedaannya hanya terletak
inilah yang mengakibatkan konfik pada tingkat ketakwaannya
antara penyebar Islam dengan kepada Tuhan. Islam juga
pihak penguasa. mengajarkan persamaan hak pada
manusia. Dengan demikian dapat
Jatuhnya kerajaan dikatakan bahwa manusia dalam
Majapahit di Jawa kira-kira tahun pandangan Islam tidak memiliki
1518 M, membawa pengaruh yang perbedaan sebagai hamba Allah
cukup baik untuk sosialisasi dan dan hak hidupnya di dunia ini.
Islamisasi di Nusantara. Hal ini
terbukti dengan berdirinya Perkembangan Islam di
kerajaan Islam (Demak Bintaro). Nusantara yang mengajarkan
Akibatnya secara berangsur- persamaan hak dan kebebasan
angsur dapat mensosialisasikan manusia sangat mengkhawatirkan
agama Islam kepada masyarakat. para tokoh adat. Mereka takut
(C. Snouck Hurgronje, Tulisan- kehilangan kharisma ke-tokoh-
tulisan ..., 1994: 127) annya dan dipandang rendah di
tengah masyarakat. Akibatnya
tokoh adat sering mempersulit
perkembangan sosialisasi dan
7. Pertentangan dengan Tokoh Adat islamisasi di Nusantara.
Masyarakat pada pra dan
awal Islam di Nusantara telah
memiliki sistem adat yang cukup
mapan. Sebagai contoh, pada 8. Perbedaan Keyakinan
masyarakat tertentu memiliki Masyarakat pra Islam telah
tingkatan dan kasta-kasta. Setiap memiliki keyakinan dan agama.
lapisan dan individu memiliki Agama dan paham yang
tingkatan yang berbeda. Orang berkembang di antaranya
yang memiliki Kasta Brahma animisme, dinamisme, Hindu,
dianggap suatu kehinaan bila Budha dan keyakinan lainnya.

Copyright © 2018, Al-Hikmah Jurnal Dakwah dan ilmu Komunikasi | 80


Syamsuar Syam – Mengenal Islamisasi

Agama dan keyakinan tersebut 9. Menerima Akulturasi Budaya


telah mendarah daging dalam Sebagaimana yang telah
kehidupan masyarakat. Keadaan disebutkan di atas, bahwa dalam
ini telah ada sejak nenek moyang men-sosialisasi-kan Islam di
dahulu yang diperoleh secara Nusantara, para sufi mendapat
turun-temurun. berbagai bentuk tantangan dan
hambatan. Untuk memuluskan
Proses sosialisasi dan proses sosialisasi dan Islamisasi,
Islamisasi sering terjadi konflik para sufi berusaha melalui bentuk
yang disebabkan perbenturan akomodasi, seperti menerima
keyakinan yang berbeda. Sebagai akulturasi budaya.
keyakinan baru (dalam
pandangan masyarakat Nusantara Perbedaan waktu dan
pada waktu itu), kedatangan Islam tempat sangat mempengaruhi
dianggap merobah sistem penerimaan kedatangan Islam.
kepercayaan dan keyakinan yang Begitu pula dengan watak budaya
telah mapan yang diterima secara lokal yang dihadapi Islam. Sebagai
turun temurun. Masyarakat yang contoh, di daerah pesisir yang
tinggal di daerah pedalaman umumnya memiliki budaya
cenderung menolak dan maritim dan sangat terbuka
menghalangi proses Islamisasi di terhadap kehidupan
Nusantara. Penolakan inilah yang kosmopolitan, Islam masuk
mengakibatkan terjadinya dengan cara yang lebih mudah dan
berbagai bentuk pertentangan dan dalam, dari pada di daerah
pada akhirnya menimbulkan pedalaman yang memiliki daerah
konflik. agraris yang lebih tertutup.

Di wilayah pesisir
Akomodasi Terhadap Sosialisasi dan kepulauan Sumatra dan Jawa, di
Islamisasi semenanjung Malaya, warga
Dalam proses sosialisasi dan penduduk menopang
Islamisasi ajaran Islam dilakukan kehidupannya dengan berdagang
melalui jalan damai. Islamisasi di dan mereka sangat kuat
Nusantara tidak dilakukan dengan dipengaruhi kultur Hindu. Sejak
kekerasan fisik dan kontak senjata. masa yang paling awal telah
Walaupun sebahagian daerah masih berkembang sebuah ketegangan
terdapat kontak fisik antara kelompok antara kultur masyarakat agraria
yang berpegang pada ajaran Islam Jawa yang bersifat hirarkis dengan
dengan kelompok pribumi yang masih kultur kota di wilayah pesisir.
bersikukuh dengan ajaran lamanya. (Ghufron A. Mas'adi, 1998: 718)
Namun kontak tersebut lebih
disebabkan oleh persoalan politik dan Berbeda dengan penduduk
ekonomi ketimbang persoalan kota pelabuhan yang lebih mudah
keagamaan. Dengan timbulnya mengadopsi agama yang universal
berbagai konflik dalam proses dan abstrak, penduduk pedalaman
Islamisasi, para sufi (penyebar Islam) seperti dikemukakan di atas yang
melakukan berbagai upaya dalam lebih tertutup, lebih kukuh
bentuk akomodasi. Di anatara bentuk mengikatkan diri kepada arwah
akomodasi yang dilakukan oleh para dan dewa alam, untuk kehidupan
sufi adalah: yang mereka yakini bergantung

Copyright © 2018, Al-Hikmah Jurnal Dakwah dan ilmu Komunikasi | 81


Syamsuar Syam – Mengenal Islamisasi

pada hubungan mereka melakukan proses akomodasi


dengannya. merupakan tahap awal untuk
memuluskan perkembangan
Pada zaman Kerajaan Siak Islam di Nusantara.
Pertama, kepercayaan yang
dianut adalah animisme dan
dinamisme. Peninggalannya
dapat dijumpai pada kalangan di 10. Bantuan Penguasa
sekitar Kerajaan Siak I/ Informasi tentang konversi
Kerajaan Gasib. Ajaran Hindu agama Islam atau Islamisasi secara
Budha nampak pada tulisan- umum terdapat historiografi lokal
tulisan dan stupa yang terdapat seperti hikayat dan babad. Hal ini,
di Muara Takus, Arca Genesa. sebagian besar membicarakan
Pengaruh Hindu ini masih perincian konversi para penguasa,
tampak jelas pada relief nisan keluarga kerajaan, dan pembesar
Raja Siak yang sudah beragama negara. Islamisasi penduduk
Islam pada zaman Kerajaan Siak mengatakan bahwa mereka
II. (Suwardi M. Samin, 1970: 41- memeluk Islam segera setelah
42) penguasa mereka menjadi Muslim,
yang disertai dengan serangkaian
Proses "konversi" peristiwa magis atau supernatural.
(perubahan) dan "adhesi" (Azyumardi Azra, 2002: 22).
(pelekatan) yang dikemu-kakan
Nock, penerimaan mereka Ira M. Lapidus
terhadap Islam lebih tepat disebut menjelaskan, dari tiga teori yang
adhesi, yakni konversi ke dalam dikemukakan, di antaranya bahwa
Islam tanpa meninggalkan kedatangan para Sufi bukan hanya
kepercayaan dan praktik sebagai guru tetapi sekaligus juga
keagamaan yang lama. Seperti sebagai pedagang dan politisi yang
diungkapkan dalam sebagian memasuki lingkungan istana para
besar historiografi awal Islam penguasa, perkampungan kaum
Melayu-Indonesia, pada umumnya pedagang, dan memasuki
orang-orang setempat menerima perkampungan di wilayah
Islam karena mereka percaya pedalaman. (Ghufron A. Mas'adi,
bahwa Islam akan memuaskan 2000: 720). Azra mengomentari,
kebutuhan materi dan alamiah sebagai guru sufi dapat mengawini
mereka. putri-putri bangsawan Nusantara
dan, karena itu, memberikan
Usaha akomodatif yang kepada anak-anak mereka gengsi
dilakukan oleh para sufi adalah darah bangsawan dan sekaligus
dengan "membiarkan" berbagai aura keilahian atau karisma
bentuk kebudayaan yang keagamaan. (Azyumardi Azra,
berkembang dan memasuk-kan Jaring-an………, 1995: 33)
nilai-nilai moral dan etika
keislaman. Praktek masyarakat Dalam majalah yang
pribumi seperti mengunjungi diterbitkan oleh Balai Pustaka,
tempat-tempat keramat dan diceritakan tentang empat
mengantar sesajen tidak penyiar Islam dari negeri Arab
diberantas secara frontal yang turun ke negeri bawah
(menyerang dari depan). Angin. Mereka adalah (1) Sayid
Kelihatannya para sufi Abdullah al-Kudsi, (2) Sayid

Copyright © 2018, Al-Hikmah Jurnal Dakwah dan ilmu Komunikasi | 82


Syamsuar Syam – Mengenal Islamisasi

Usman bin Syahabuddin, (3) dengan adanya usaha pendekatan


Sayid Muhammad bin Ahmad al- kepada penguasa. Penguasa pada satu
Aydrus dan (4) Sayid Husin al- sisi sangat membutuhkan bimbingan
Gadri. (Suwardi M. Samin, 1970: dan bantuan para sufi untuk
45) menguatkan legitimasi kedudukan
dan kekuasaannya.
Sayid Usman bin
Syahabuddin adalah seorang DAFTAR KEPUSTAKAAN
ulama yang alim dengan akhlak
yang tinggi dan menyiarkan As., Muhammad Syamsu, Ulama Pembawa
Islam di daerah Riau. Karena Islam di Indonesia dan
tertarik dengan akhlak orang Sekitarnya, Jakarta: Lentera,
alim ini maka Sultan 1999, cet. ke-2
mengawinkan beliau dengan
Tengku Embung Badariah yang Azra, Azyumardi, Islam Nusantara
merupakan puteri Kerajaan Siak. Jaringan Global dan Lokal, Bandung:
(Muhammad Syamsu As, 1999: Mizan, 2002
18)
----------, Jaringan Ulama Timur Tengah
Pendekatan para sufi dan Kepulauan Nusantara
dengan penguasa sangat Abad XVII dan XVIII, Bandung:
memberikan konstribusi yang Mizan,1995
besar dalam proses Islamisasi
dan sosialisasi di Nusantara. ----------, Renaisans Islam Asia Tenggara
Dengan dirangkulnya penguasa Sejarah Wacana dan
untuk masuk ke dalam agama Kekuasaan, Bandung: PT
Islam telah mengurangi Remaja Rosdakarya, 1999
berbagai konflik yang
ditimbulkan sebagai akibat Hamka, Antara Fakta dan Khayal Tuanku
sosialisasi dan Islamisasi. Rao, Jakarta: Bulan Bintang, tt.

Hasjmy, A., Sejarah Masuk dan


Berkembangnya Islam di
KESIMPULAN Indonesia (Kumpulan Prasaran
Fenomena proses sosialisasi pada Seminar di Aceh),
dan Islamisasi di Nusantara ternyata Bandung: PT. Alma'arif, 1993
telah menimbulkan berbagai
tantangan dan hambatan yang Hurgronje, C. Snouck, Tulisan-tulisan
berwujud dalam bentuk konflik. Hal tentang Islam di Hindia
itu sejalan dengan perpaduan antara Belanda, penerjemah: Sutan
budaya Islam si satu sisi, dengan Maimun dan Rahayu S.
budaya lokal di sisi lain, yang telah Hidayat, judul asli: Verspreide
lama diyakini oleh masyarakat pada Geschriften van C. Snock
waktu itu. Untuk mengatasi konflik Gurgronje, Jakarta: INIS, 1994
sebagai akibat Islamisasi, para
penyebar Islam (kaum Sufi, juga dapat Irfan Hamka, Ayah…, Kisah Buya Hamka,
disebut Da’i atau Penyebar Islam) Jakarta: Republika Penerbit,
berupaya mengakomodir berbagai 2013.cet ke-1.
bentuk kebudayaan yang telah
berkembang. Untuk memuluskan sikap Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Ummat
akomodasi para sufi sangat terbantu Islam, penerjemah Ghufron A.

Copyright © 2018, Al-Hikmah Jurnal Dakwah dan ilmu Komunikasi | 83


Syamsuar Syam – Mengenal Islamisasi

Mas'adi, judul asli: A History of


Islamic Society, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1999

Natsir, Nanat Fatah, "Hubungan Ajaran


Tarekat Qadariyah wan
Naqsabandiyah de-ngan
Perilaku Ekonomi", Al-Qalam,
Edisi No. 88-89/ Vol. XXI/
Maret-Juni/ 2001

Reid, Anthoni, The Blood of the People:


Revolusion and the End
Tradisional Rule in Nothern
Sumatra,, New York: Oxford
University Press, 1979

Samin, Suwardi Mohamad, Peranan


Kerajaan Siak dalam Sejarah
Nasional Indonesia, Pekan
Baru: Universitas Riau, 1970

Copyright © 2018, Al-Hikmah Jurnal Dakwah dan ilmu Komunikasi | 84

Anda mungkin juga menyukai