Anda di halaman 1dari 25

KODE ETIK SUSU FORMULA

Kilas balik – Sejarah


 1900 – susu formula mulai diciptakan → terjadi surplus susu
formula buatan Eropa dan Amerika

 1930 – dr. Cicely Williams, dokter anak di Singapura pertama


kali melihat adanya hubungan antara promosi susu formula & ↓
jumlah ibu menyusui & ↑ malnutrisi

 1979 – WHO & UNICEF menyelenggarakan pertemuan


tentang Infant and Young Child Feeding di Jenewa → harus
ada suatu kode Internasional pemasaran susu formula

 1981 → berlaku kode Pemasaran Makanan Pengganti ASI


Internasional
Kode Pemasaran Pengganti
ASI Internasional (1981)

 Memastikan penggunaan makanan


penganti ASI yang benar bila diperlukan
melalui pemasaran & distribusi makanan
pengganti ASI yang tepat & benar

 Kode mencakup cara teknik pemasaran


produk-produk makanan pengganti ASI,
termasuk susu formula atau makanan yang
dipasarkan sebagian/seluruhnya sebagai
pengganti ASI

 Terdiri dari artikel 1-7


Tindak lanjut di Indonesia
berdasarkan kode Internasional
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
240/MENKES/PER/V/1985 tentang Pengganti Air Susu Ibu

 Keputusan Menteri Kesahatan RI No.


237/Menkes/SK/IV/1997 tentang Pemasaran Pengganti Asi

 Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan


Iklan Pangan

 KepMenKes RI No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang


Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Indonesia
Regulasi yang berlaku di
Indonesia
 KepMenKes RI No. 273/1997 tentang
Pemasaran Pengganti Air Susu
 Mengganti Permekes No/240/1985

Susu formula bayi:


PENGGANTI AIR SUSU produk makanan yang formulanya
IBU dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
➢ Susu formula bayi gizi bayi dari lahir sampai umur antara 4-
➢ Susu formula lanjutan 6 bulan
➢ Makanan pendamping Susu formula lanjutan:
ASI yang diberikan Produk makanan yang formulasinya
dalam botol/dot dimaksudkan untuk bayi setelah berumur 6
bulan
Regulasi yang berlaku di
Indonesia
 KepMenKes RI No. 273/1997 tentang Pemasaran
Pengganti Air Susu

 Pasal 6-8 : mengatur labelisasi susu formula bayi


& lanjutan

 Pasal 11 → larangan mencantumkan:


ᵡ Gambar bayi
ᵡ Gambar/tulisan yg menyatakan bahwa produk ini
dapat digunakan sebagai pengganti ASI
ᵡ Tulisan “semutu ASI” atau tulisan semakna
ᵡ Gambar botol/dot
ᵡ Kalimat/gambar/pernyataan yang mendorong agar
ibu tidak menyusui
Regulasi yang berlaku di
Indonesia
 KepMenKes RI No. 273/1997 tentang
Pemasaran Pengganti Air Susu

Pasal 12 INFORMASI & EDUKASI


▪ Ayat 1: Informasi & edukasi tentang susu formula
yang diberikan kepada tenaga kesehatan harus
bersifat ilmiah & objektif

Pasal 13 PROMOSI
▪ Ayat 4: Sarana pelayanan kesehatan & tenaga kesehatan
dilarang meminta/menerima pemberian apapuln dari
Badan Usaha yang dapat memberi peluang untuk promosi
susu formula
Bagaimana dengan tugas dokter
SpA?

 Dokter harus mengetahui dasar etis dari berbagai aturan


hukum yang telah disebutkan sebelumnya

 Dasar etik tertuang dalam Artikel 7 Kode Pemasaran


Pengganti ASI Internasional (1981) & Kode Etik Kedokteran
Indonesia
Kode Pemasaran Pengganti
ASI Internasional (1981)
ARTIKEL 7 → PERAN TENAGA KESEHATAN
Artikel 7.1
 Tenaga kesehatan mendukung & melindungi menyusui →
termasuk memberikan informasi yang jelas tentang
a. Keuntungan dan keunggulan ASI
b. Makanan ibu hamil & menyusui serta perisapan untuk
menyusui dalam waktu lama
c. Efek negatif bagi menyusui bila sebagian diberi susu
botol/parsial
d. Kesukaran bila nanti memutuskan utk relataksi
e. Dalam keadaan ibu terapaksa memberi formula → akan
membantu ibu menyiapkan pemberian formula yang benar
 Dari artikel 7.1 Kode Pemasaran Pengganti ASI
Internasional terkait peran tenaga kesehatan dapat
terlihat adanya prinsip-prinsip nilai yang sesuai
dengan kode etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) →
dengan fokus pada pasal 12 KODEKI
Kode Etik Kedokteran
Indonesia (KODEKI)

Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang
dokter wajib memperhatikan keseluruhan
aspek pelayanan kesehatan (promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif),
baik fisik maupun psiko-
sosial-kultural pasiennya, serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi sejati
masyarakat.
Kode Pemasaran Pengganti
ASI Internasional (1981)
Artikel 7.2
 Informasi yang diberikan pada tenaga kesehatan

terbatas pada hal yang ilmiah & faktual

 Infromasi yang diberikan produsen/distributor tidak


boleh memberikan pengaruh komersial (atau kesan
bahwa formula sama bahkan lebih superior dari
ASI)
 Dari artikel 7.2 Kode Pemasaran Pengganti ASI
Internasional terkait peran tenaga kesehatan dapat
terlihat adanya prinsip-prinsip nilai yang sesuai
dengan kode etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) →
dengan fokus pada pasal 21 KODEKI
Kode Etik Kedokteran
Indonesia (KODEKI)

Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa
mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan.

Cat: Dokter harus selalu memperhatikan kemajuan ilmu


pengetahuan → selalu ilmiah & faktual
Kode Pemasaran Pengganti
ASI Internasional (1981)
Artikel 7.3
 Produsen dan distributor tidak boleh memberi dana

atau barang kepada tenaga kesehatan untuk


meningkatkan penjualan produk yang tercangkup
dalam kode tenaga kesehatan
Kode Pemasaran Pengganti
ASI Internasional (1981)
Artikel 7.4
 Tenaga kesehatan tidak boleh menerima sampel

makanan Pengganti ASI atau produk lain yang


tercakup dalam Kode atau alat-alat untuk
mempersiapkan dan membuatnya.

 Tenaga kesehatan tidak boleh memberikan sampel


pada para ibu.
Kode Pemasaran Pengganti
ASI Internasional (1981)
Artikel 7.5
 Produsen dan distributor harus secara terbuka bila

memberikan dana untuk penelitian, fellowships,


mengikuti kongres profesional.

 Donasi tidak dapat diterima kalau berasal dari produk


susu ibu menyusui atau ibu hamil, bila produsen susu
ibu hamil dan menyusui ini membuat juga susu formula
bayi dan melanggar Kode.
 Dari artikel 7.3-7.5 Kode Pemasaran Pengganti ASI
Internasional terkait peran tenaga kesehatan dapat
terlihat adanya prinsip-prinsip nilai yang sesuai
dengan kode etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) →
dengan fokus pada pasal 2 KODEKI
Kode Etik Kedokteran
Indonesia (KODEKI)

Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan
keputusan profesional secara independen, dan
mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran
yang tertinggi.
Kode Etik Kedokteran
Indonesia (KODEKI)

Pasal 2
Seorang dokter wajib Pengambilan keputusan
mempertahankan standar profesional & standar
profesi, integritas moral dan tertinggi profesi merupakan
kejujuran intelektual dirinya kombinasi selaras, serasi &
sebagai dasar pengambilan seimbang antara keputusan
keputusan profesional. medis teknis dengan
keputusan etis
KESIMPULAN
 Penggunaan dan pemasaran produk makanan pengganti ASI, dalam hal
ini susu formula telah diregulasi oleh kode etik internasional
(International Code of Marketing of Breastmilk substitute) th 1981

 Kode etik internasional tersebut telah ditindaklanjuti melalui penerbitan


beberapa aturan di tingkat nasional (Permenkes, Kepmenkes)

 Artikel dalam kode etik internasional maupun peraturan di tingkat


nasional tersebut sejalan dengan nilai-nilai kode etik Kedokteran
Indonesia (KODEKI)

 Dokter SpA harus turut mengambil andil dalam mencegah mencegah


promosi dan pemasaran pengganti ASI yang tidak tepat.
Take home message
 ... menyusui dan makanan pendamping ASI yang
adekuat dapat mencegah lebih dari dua kali lipat
kematian balita dibandingkan intervensi lain. Intervensi
kebijakan yang penting adalah melaksanakan Kode
Pemasaran Pengganti ASI Internasional, yang akan
mencegah promosi dan pemasaran pengganti ASI yang
tidak tepat.

The World Bank Repositioning Nutrition as Central to


Development.
A Strategy for Large-Scale Action 2006
Referensi
Referensi

Anda mungkin juga menyukai