37
38
Kondisi Awal
No Ketuntasan Ket
Jumlah %
1 Tuntas 7 23,33
2 Belum Tuntas 23 76,67
Jumlah 30 100,00
Nilai terendah 50,00
Nilai tertinggi 80,00
Rata – rata 67,00
Ketuntasan 23,33
2. Siklus 1
41
a. Perencanaan
Mendasarkan hasil pengamatan dan test yang dilakukan pada pra
siklus didapatkan kesimpulan bahwa jika hanya dengan metode ceramah
keaktifan belajar siswa tidak akan meningkat. Yang pada gilirannya nilai
prestasi belajar siswa tetap rendah. Hal ini disebabkan tidak adanya
keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga otak mereka tidak
bekerja selama pembelajaran berlangsung. Meskipun pengkondisian
kelas lebih terjaga ketimbang saat menggunakan metode Jigsaw
Learning akan tetapi karena otak yang tidak bekerja maka prestasi
belajarnya pun tidak maksimal. Siswa hanya diminta untuk
mendengarkan dan mencatat materi yang telah dituliskan di papan tulis.
Setelah itu tidak ada tindak lanjutnya.
Dalam tahapan perencanaan ini peneliti melakukan kegiatan
sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada siswa sehingga nilai hasil
belajar rendah dan keaktifan belajar siswa kurang.
2) Mengkaji teori pendidikan yang sekiranya dapat meningkatkan nilai
prestasi belajar dan keaktifan belajar siswa.
3) Merumuskan hipotesis tindakan.
4) Setelah hipotesis disusun kemudian membuat RPP. Dalam hal ini
peneliti menggunakan skenario pembelajaran dengan metode Jigsaw
Learning. (Terlampir).
b. Pelaksanaan
Pada tahapan ini peneliti mempraktikkan skenario yang telah
dibuat dalam tahap perencanaan, yaitu mempraktikkan RPP yang
menggunakan metode Jigsaw Learning. Proses pelaksanaan siklus I
kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini antara lain:
1) Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil sebanyak
bagian materi atau sub bab yang akan dibahas.
2) Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
42
3) Anggota tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian atau sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka.
4) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
tentang sub bab yang mereka kuasai dan setiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
5) Setiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya.
6) Guru memberikan kesimpulan, mengevaluasi, mengapresiasi, dan
memberikan tindak lanjut.
7) Penutup. Dalam kegiatan pelaksanaan ini guru sembari melakukan
pengamatan untuk mengidentifikasi indikator keaktifan belajar siswa.
Hasil pengamatan ini dijelaskan pada keterangan selanjutnya.
c. Pengamatan
Observing adalah kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh
mana efektifitas kepemimpinan atau tindakan telah mencapai sasaran.
Efektifitas kepemimpinan atasan dari suatu intervensi terus dimonitor
secara reflektif. Observasi berarti pengamatan secara langsung terhadap
gejala yang diteliti. Dalam arti luas, observasi meliputi pengamatan yang
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek yang
sedang diteliti. Dalam rumusan di atas ada satu kata kunci yaitu
pengamatan. Dilihat dari segi psikologi, istilah pengamatan tidak sama
dengan melihat, sebab melihat hanya dengan menggunakan penglihatan
(mata). Sedang dalam istilah pengamatan terkandung makna bahwa
dalam melakukan pemahaman terhadap subyek yang diamati dilakukan
dengan menggunakan pancaindra yaitu dengan penglihatan,
pendengaran, penciuman, bahkan bila dipandang perlu dengan
penggunakan pencecap dan peraba. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
pengamatan ini yaitu antara lain:
43
Kondisi Awal
No Ketuntasan Ket
Jumlah %
1 Tuntas 17 56,67
2 Belum Tuntas 13 43,33
Jumlah 30 100,00
Nilai terendah 60,00
Nilai tertinggi 90,00
Rata – rata 77,00
Ketuntasan 56,67
Dari tabel di atas tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif
Pembelajaran PAI dan BP materi pernikahan dalam Islam di atas dapat
44
c. Pengamatan
Dalam kegiatan pengamatan ini analisis data dilakukan dengan
menyeleksi dan mengelompokkan data, memaparkan atau
mendeskripsikan data dalam bentuk narasi, tabel, dan/atau grafik, serta
menyimpulkan dalam bentuk pernyataan. Berdasarkan hasil refleksi, guru
melakukan perencanaan tindak lanjut, yang dapat berupa revisi dari
rencana lama, atau baru sama sekali. Kegiatan pengamatan pada siklus II
ini yaitu:
1) Guru mengobservasi apakah keaktifan dan prestasi belajar belajar
siswa bisa meningkat dengan metode Jigsaw Learning yang
dilaksanakan pada siklus 2.
2) Guru mengobservasi setiap kegiatan yang dilakukan siswa dan
mencermati setiap permasalahan yang muncul selama pembelajaran
berlangsung.
Berikut adalah hasil analisis data prestasi belajar siswa pada
siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding
dengan siklus sebelumnya. Hal ini dimungkinkan karena para siswa telah
memahami skenario pembelajaran menggunakan metode Jigsaw
Learning. Ketika pada siklus I siswa cenderung masih banyak yang
belum memahami betul bagaimana metode Jigsaw Learning itu
dipraktikkan.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran PAI dan
BP pada Siklus II
Kondisi Awal
No Ketuntasan Ket
Jumlah %
1 Tuntas 27 90,00
2 Belum Tuntas 3 10,00
Jumlah 30 100,00
Nilai terendah 70,00
Nilai tertinggi 100,00
Rata – rata 87,00
49
Ketuntasan 90,00
Dari tabel di atas tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif
Pembelajaran PAI dan BP materi pernikahan dalam Islam di atas
dapat diterangkan setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan
menjadi 87,00 jumlah siswa yang dinyatakan telah tuntas belajarnya
sebanyak 27 siswa (90%).
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan
observer menyimpulkan bahwa hasil tes prestasi belajar menunjukkan
hasil 87,00, yang berarti sudah melebihi KKM minimal 80, dengan
jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 27 siswa atau
90%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar juga telah
mencapai indikator dan kriteria keberhasilan sebesar 85% sehingga
proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada
pelaksanaan siklus II.
Pada tahap pengamatan mengenai keaktifan siswa pada
pembelajaran PAI dan BP materi pernikahan dalam Islam di atas
dapat diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.6 Rekapitulasi Keaktifan Siswa Pembelajaran PAI dan
BP pada Siklus II
No Uraian Jumlah Ket
1 Siswa Tuntas 30
2 Persentase Tuntas 100,00
3 Siswa Belum Tuntas 0
4 Persentase Belum Tuntas 0,00
5 Ketuntasan Klasikal 100,00
80 73,33
70
60 56,67
50
43,33
40 Studi awal
30 26,67 Siklus I
22
20 17
13
10 8
0
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
80 77 76,67
70 67
60 56,67
50
43,33
40
Studi Awal
30
23,33 23 Siklus I
20 17
13
10 7
0
Nilai Persentase Persentase
Rata-2
53
100 100
80 73,33
60
Siklus I
40 Siklus II
30 26,67
22
20
8
0 0 0
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
90 87 90
80 77
70
60 56,67
50
43,33
40 Siklus I
30 27 Siklus II
20 17
13 10
10
3
0
Nilai Rata- T untas Persentase Belum Persentase
2 T untas
56
b. Keaktifan Belajar
Dari hasil analisis peningkatan keaktifan belajar siswa pada setiap
siklus perbaikan yaitu dari kondisi awal, siklus pertama dan siklus kedua
pada proses perbaikan pembelajaran, secara rinci dapat dilihat pada tabel 8
di bawah ini :
Tabel 4.8 Rekapitulasi Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa pada
Pembelajaran PAI dan BP pada Kondisi awal, Siklus I
dan Siklus II
Ketuntasan Ket
No Siklus
T % B %
1 Awal 13 43,33 17 56,67
2 Siklus I 22 73,33 8 26,67
58
100 100
80
73,33
60 56,67 Studi Awal
43,33 Siklus I
40
30 26,67 Siklus II
22
20 13 17
8
0 0 0
T untas Persentase Belum T untas Persentase