Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data
1. Pra Siklus
Pembahasan ini akan dimulai dengan pendisplaian data yang diambil
sebelum dilakukan pembelajaran dengan metode Jigsaw Learning. Dengan
kata lain data yang ditampilkan berikut ini pada tahap pra siklus. Tujuan
penampilan data ini untuk mengetahui perbedaan hasil yang terjadi sebelum
dan setelah diadakan tindakan pada siklus I dan siklus II dengan
menggunakan metode Jigsaw Learning. Data akan dikomparasikan dengan
hasil observasi dan evaluasi setelah pelaksanaan siklus I dan siklus II. Data
yang digambarkan yaitu data hasil observasi indikator kinerja yang
menggunakan skala Likert dan data hasil test pra siklus. Data hasil evaluasi
disajikan murni, yaitu tidak ditambahi dan dikurangi. Artinya data yang
disajikan merupakan hasil nilai murni siswa kelas Kelas XII
SMAN ..................... yang mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti materi pernikahan dalam Islam pada semester 1
tahun pelajaran 2016/2017.
a. Keaktifan dalam belajar
Keaktifan belajar adalah kesiapan siswa mengikuti proses
pembelajaran yang dilaksanakan siswa bersama guru di kelas. Keaktifan
ini ditandai dengan siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, siswa
tidak ada yang mengantuk atau jenuh dalam proses pembelajaran, siswa
merasa senang dalam pembelajaran dibuktikan senyum dan tertawa kecil,
dan siswa memberikan pertanyaan berkaitan dengan materi. Saat
pembelajaran dengan metode ceramah banyak siswa yang kurang
memperhatikan penjelasan materi pokok yang disampaikan oleh guru.
Langkah pembelajaran yang dilakukan dengan metode ceramah guru
pertama-tama guru menyampaikan materi yang berkaitan dengan materi
pokok pernikahan dalam Islam secara lisan. Guru menyampaikan materi
pokok satu per satu yang tertuang di dalam buku pegangan dan siswa

37
38

mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Begitu seterusnya


sampai materi selesai. Setelah selesai menjelaskan guru menuliskan
ringkasan materi dan tugas yang harus diselesaikan siswa di papan tulis.
Siswa diminta satu per satu untuk membacanya. Setelah itu siswa
diperintahkan untuk mencatatnya di buku catatan mereka masing-masing.
Pada pertemuan berikutnya guru mengadakan evaluasi. Dalam
kegiatan pembelajaran tersebut kebanyakan siswa lebih asyik
mengobrol dalam kelas. Situasi semacam ini tentu menjadi masalah
krusial hubungannya dengan ketercapaian tujuan pendidikan yang
dirumuskan dalam kurikulum. Apakah mungkin siswa dapat memahami
pelajaran secara tuntas apabila konsentrasi belajar mereka buyar karena
mereka lebih asyik bermain
b. Prestasi belajar siswa
Prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar mempunyai peranan
penting dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh
guru. Proses penilaian terhadap prestasi belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai
tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Post test dilakukan
selama tiga kali, yaitu pada tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II. Guru
mengukur prestasi belajar ini setelah melakukan tindakan siklus yang
menggunakan metode Jigsaw Learning. Post test siklus dilakukan satu
pekan setelahnya. yaitu sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini:
Secara rinci temuan hasil penelitian awal pada observasi di
kelas XII adalah setiap siswa kurang konsentrasi dalam mengikuti proses
pembelajaran ketika guru menjelaskan materi yang disampaikan
pada siswa. Hasil evaluasi siswa berupa nilai ditunjukkan pada tabel
di bawah ini.
39

Tabel 4.1 Hasil Tes Formatif Kondisi Awal

Kondisi Awal
No Ketuntasan Ket
Jumlah %
1 Tuntas 7 23,33  
2 Belum Tuntas 23 76,67  
  Jumlah 30 100,00  
  Nilai terendah 50,00  
  Nilai tertinggi 80,00  
  Rata – rata 67,00  
  Ketuntasan 23,33  

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang


diperoleh siswa dari tes kondisi awal adalah 67,00 jumlah prosentasi
ketuntasannya adalah 23,33% atau 7 siswa yang mencapai KKM.
Penjelasan mengenai keaktifan belajar yang diamati adalah sering bertanya
kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru,
mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar. Hasil observasi
pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I sebagaimana tabel
di bawah ini :
Tabel 4.2 Rekapitulasi Peningkatan Keaktifan Belajar pada Kondisi
Awal

No Uraian Jumlah Ket


1 Siswa Tuntas 13  
2 Persentase Tuntas 43,33  
3 Siswa Belum Tuntas 17  
4 Persentase Belum Tuntas 56,67  
5 Ketuntasan Klasikal 43,33  

Setelah diperolehnya data awal mengenai kondisi sekolah,


kemudian sekeliling sekolah dan keadaan siswa itu sendiri, sebagai
bagian dari penelitian ini maka disusun suatu perencanaan penelitian
yang terbagi dalam dua siklus. Kedua siklus tersebut dilaksanakan
sebagai upaya untuk menjawab permasalahan penerapan metode Jigsaw
Learning pada prestasi belajar dan keaktifan siswa yang dijadikan subyek
40

penelitian. Setiap siklus berisi tahapan pelaksanaan pembelajaran, yaitu


pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Penelitian dilaksanakan pada
mata pelajaran PAI dan BP materi pernikahan dalam Islam.
Sebelum melaksanakan pembelajaran peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan skenario dari
sebuah pembelajaran yang di dalamnya tercakup tindakan-tindakan
yang akan dilaksanakan ketika pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan
tindakan merupakan tahapan yang dilaksanakan untuk mengetahui
adanya pengaruh dari sebuah rencana pembelajaran baik itu terhadap
peningkatan prestasi belajar maupun hambatan-hambatan yang mungkin
terjadi dalam proses pembelajaran sehingga dapat dicarikan
pemecahannya sebagai upaya perbaikan. Peningkatan dalam proses
pembelajaran dapat mencakup beberapa aspek, seperti pembelajaran
lebih menyenangkan, keaktifan belajar siswa lebih terlihat, metode
yang digunakan menjadi lebih sesuai, penyajian materi lebih
mudahdipelajari dan adanya peningkatan prestasi belajar.
Dalam pelaksanaan tindakan peneliti dibantu oleh observer.
Pada saat tindakan pembelajaran dilaksanakan, peneliti dan observer
melakukan pengamatan terhadap seluruh proses pembelajaran. Peneliti
mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada keaktifan
siswa, sedangkan observer mengamati keaktifan siswa ketika
mengikuti proses pembelajaran. Prestasi temuan yang didapatkan
dalam tindakan, baik berupa kekurangan maupun kelebihan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran maupun hambatan-hambatan
yang ditemukan dalam keaktifan siswa, hambatan-hambatan yang
ditemukan untuk selanjutnya didiskusikan dengan observer agar dapat
membantu menemukan pemecahan masalahnya dan dapat dijadikan
sebagai rujukan untuk melakukan perbaikan yang akan diterapkan
pada tahap siklus berikutnya.

2. Siklus 1
41

a. Perencanaan
Mendasarkan hasil pengamatan dan test yang dilakukan pada pra
siklus didapatkan kesimpulan bahwa jika hanya dengan metode ceramah
keaktifan belajar siswa tidak akan meningkat. Yang pada gilirannya nilai
prestasi belajar siswa tetap rendah. Hal ini disebabkan tidak adanya
keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga otak mereka tidak
bekerja selama pembelajaran berlangsung. Meskipun pengkondisian
kelas lebih terjaga ketimbang saat menggunakan metode Jigsaw
Learning akan tetapi karena otak yang tidak bekerja maka prestasi
belajarnya pun tidak maksimal. Siswa hanya diminta untuk
mendengarkan dan mencatat materi yang telah dituliskan di papan tulis.
Setelah itu tidak ada tindak lanjutnya.
Dalam tahapan perencanaan ini peneliti melakukan kegiatan
sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada siswa sehingga nilai hasil
belajar rendah dan keaktifan belajar siswa kurang.
2) Mengkaji teori pendidikan yang sekiranya dapat meningkatkan nilai
prestasi belajar dan keaktifan belajar siswa.
3) Merumuskan hipotesis tindakan.
4) Setelah hipotesis disusun kemudian membuat RPP. Dalam hal ini
peneliti menggunakan skenario pembelajaran dengan metode Jigsaw
Learning. (Terlampir).
b. Pelaksanaan
Pada tahapan ini peneliti mempraktikkan skenario yang telah
dibuat dalam tahap perencanaan, yaitu mempraktikkan RPP yang
menggunakan metode Jigsaw Learning. Proses pelaksanaan siklus I
kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini antara lain:
1) Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil sebanyak
bagian materi atau sub bab yang akan dibahas.
2) Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
42

3) Anggota tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian atau sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka.
4) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
tentang sub bab yang mereka kuasai dan setiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
5) Setiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya.
6) Guru memberikan kesimpulan, mengevaluasi, mengapresiasi, dan
memberikan tindak lanjut.
7) Penutup. Dalam kegiatan pelaksanaan ini guru sembari melakukan
pengamatan untuk mengidentifikasi indikator keaktifan belajar siswa.
Hasil pengamatan ini dijelaskan pada keterangan selanjutnya.
c. Pengamatan
Observing adalah kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh
mana efektifitas kepemimpinan atau tindakan telah mencapai sasaran.
Efektifitas kepemimpinan atasan dari suatu intervensi terus dimonitor
secara reflektif. Observasi berarti pengamatan secara langsung terhadap
gejala yang diteliti. Dalam arti luas, observasi meliputi pengamatan yang
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek yang
sedang diteliti. Dalam rumusan di atas ada satu kata kunci yaitu
pengamatan. Dilihat dari segi psikologi, istilah pengamatan tidak sama
dengan melihat, sebab melihat hanya dengan menggunakan penglihatan
(mata). Sedang dalam istilah pengamatan terkandung makna bahwa
dalam melakukan pemahaman terhadap subyek yang diamati dilakukan
dengan menggunakan pancaindra yaitu dengan penglihatan,
pendengaran, penciuman, bahkan bila dipandang perlu dengan
penggunakan pencecap dan peraba. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
pengamatan ini yaitu antara lain:
43

1) Guru mengobservasi apakah keaktifan dan prestasi belajar belajar


siswa bisa meningkat dengan metode Jigsaw Learning yang
dilaksanakan pada siklus 1.
2) Guru mengobservasi setiap kegiatan yang dilakukan siswa dan
mencermati setiap permasalahan yang muncul selama pembelajaran
berlangsung.
Dalam kegiatan ini peneliti mengobservasi indikator kerja yaitu,
keaktifan belajar siswa. Hasil pengamatan yang diperoleh dalam kegiatan
ini. Dalam kegiatan siklus I keaktifan siswa Kelas XII
SMAN ..................... ini bisa sedikit meningkat dibandingkan saat
kegiatan pra siklus atau ketika menggunakan metode ceramah. Hal ini
disebabkan adanya pelibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
dengan metode Jigsaw Learning. Dalam penerapan metode Jigsaw
Learning ini guru hanya memberikan materi yang bersifat pengantar saja.
Artinya, siswa
diberikan hak penuh untuk membahas materi yang disampaikan guru.
Dalam hal ini kegiatan diskusi menjadi aktifitas utama saat pembelajaran
berlangsung. Sehingga dalam hal ini siswa menjadi sibuk mencari dan
berpikir tentang apa yang disampaikan guru. Hasil evaluasi siswa
berupa nilai ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran PAI dan
BP pada Siklus I

Kondisi Awal
No Ketuntasan Ket
Jumlah %
1 Tuntas 17 56,67  
2 Belum Tuntas 13 43,33  
  Jumlah 30 100,00  
  Nilai terendah 60,00  
  Nilai tertinggi 90,00  
  Rata – rata 77,00  
  Ketuntasan 56,67  
Dari tabel di atas tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif
Pembelajaran PAI dan BP materi pernikahan dalam Islam di atas dapat
44

diterangkan bahwa setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan


menjadi 77,00, jumlah siswa yang dinyatakan telah tuntas belajarnya
sebanyak 17 siswa (56,67%), dan jumlah siswa yang dinyatakan belum
tuntas belajarnya sebanyak 4 siswa (43,33%)
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer
sepakat untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II,
karena nilai rata-rata prestasi belajar baru mencapai angka 77,00 yang
berarti masih berada di bawah KKM sebesar 80,00 sesuai dengan
indikator dan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dan tingkat
ketuntasan belajar baru 56,67%. Hal ini menunjukkan ketuntasan belajar
belum mencapai 85% dari jumlah seluruh siswa sesuai indikator dan
kriteria keberhasilan yang telah ditentukan.
Pada tahap pengamatan mengenai keaktifan siswa pada
pembelajaran PAI dan BP Materi pernikahan dalam Islam di atas dapat
diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Rekapitulasi Keaktifan Siswa Pembelajaran PAI dan
BP pada Siklus I

No Uraian Jumlah Ket


1 Siswa Tuntas 22  
2 Persentase Tuntas 73,33  
3 Siswa Belum Tuntas 8  
4 Persentase Belum Tuntas 26,67  
5 Ketuntasan Klasikal 73,33  

Dari data pada tabel di atas dapat diperoleh keterangan sebagai


berikut pada siklus ke I, siswa yang menunjukkan peningkatan keaktifan
belajar sebanyak 22 siswa atau 73,33%, pada siklus ke I, siswa yang
belum mengalami peningkatan keaktifan belajar sebanyak 8 siswa atau
26,67%. Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan
observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada
siklus II dengan harapan pada siklus II keaktifan belajar siswa dapat
45

mencapai perolehan di atas 85% sesuai dengan kriteria keberhasilan yang


telah ditetapkan
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan. Refleksi merupakan kegiatan telaah terhadap tujuan
PTK, hasil analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pelaksanaan
rencana tindakan, untuk menetapkan atau mengevaluasi ketercapaian
tujuan perbaikan pembelajaran. Hasil refleksi dituangkan kedalam narasi
ilmiah, yang akan menjadi bagian dari sisi laporan penelitian. Tindak
lanjut merupakan kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan guru peserta
setelah memperoleh simpulan dari interpretasi data dan refleksi. Apabila
hasil refleksi menunjukkan bahwa tujuan perbaikan pembelajaran belum
berhasil seperti yang diharapkan, kegiatan perbaikan tindakan dilanjutkan
pada siklus berikutnya.
Untuk menentukan tindak lanjut yang tepat, guru peserta perlu
mencari faktor-faktor yang diduga kuat sebagai penyebab kekurang-
berhasilan perbaikan pembelajaran. Penyebab inilah yang harus
digunakan sebagai dasar untuk merumuskan rencana tindakan pada siklus
berikutnya. Apabila hasil interpretasi dan refleksi diperoleh simpulan
bahwa tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran, guru peserta dapat melanjutkan ke siklus berikutnya untuk
lebih mengoptimalkan hasil perbaikan, atau mengakhiri PTK dan
menyusun laporan.
Melihat data ini peneliti juga menyadari masih banyak kekurangan
yang terjadi pada pelaksanaan tindakan siklus I. Untuk itu peneliti
melakukan tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II. Hasil
yang didapat dari tahap refleksi ini yaitu:
1) Guru harus dapat mengatur waktu dengan baik sehingga pembelajaran
tidak mengalami keterlambatan waktu dan dapat belajar sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran
46

2) Pengkondisian kelas yang lebih baik sehingga pembelajaran berjalan


dengan lancar
3) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan dapat mengkondisikan diri dalam
mempraktikkan metode pembelajaran Jigsaw Learning.
4) Guru memberikan pengarahan tentang bagaimana pelaksanaan teknis
pembelajaran yang menggunakan metode Jigsaw Learning. Hal ini
bertujuan agar siswa pada saat melaksanakan pembelajaran siklus II
bisa lebih memahami maksud dan tujuan serta bagaimana praktik
pembelajaran yang ideal dalam pembelajaran dengan metode Jigsaw
Learning.
5) Guru harus lebih maksimal membimbing siswa dalam berdiskusi
kelompok
3. Siklus 2
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan pada siklus II ini terdiri dari kegiatan-
kegiatan berikut ini. Penyusunan rencana penelitian tindakan kelas
dengan langkah langkah umum dapat dipakai sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengkaji
permasalahan yang terjadi pada siklus 1 yang didapat dari siswa
maupun guru. Di sini peneliti harus menjadi pendengar yang baik
dan terbuka agar permasalahan yang dihadapi guru dapat
diidentifikasi.
2) Melakukan analisis masalah dan perumusan masalah dengan acuan
sebagai berikut. Pertama, masalah harus benar-benar penting,
berkmana dan bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran pada
siklus ini. Kedua, masalah masih dalam jangkauan kemampuan
peneliti. Ketiga, masalah dirumuskan secara jelas faktor-faktor
penyebab utamanya.
3) Analisis masalah mencakup sejumlah tugas yang perlu diselesaikan
yaitu menggunakan dasar landasan ilmiah dan mengubah perspektif
47

guru. Kerena tidak mudah mengubah apa yang sudah menjadi


kebiasaan. Proses analisis masalah dilakukan dengan hati-hati dan
cermat. Hal ini dikarenakan keberhasilan analisis masalah akan
menentukan keberhasilan keseluruhan proses pelaksanaan PTK.
4) Menyusun RPP dengan menggunakan metode Jigsaw Learning yang
telah diadakan perbaikan pada siklus I. (Terlampir).
5) Menyiapkan lembar observasi
6) Menyusun instrumen penilaian prestasi belajar
7) Menyiapkan alat, bahan, dan materi pembelajaran pernikahan dalam
Islam
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana
pembelajaran dan skenario tindakan termasuk bahan pelajaran dan tugas
tugas, menyiapkan alat pendukung atau sarana lain yang diperlukan
dalam penelitian, mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data,
serta melakukan simulasi pelaksanaan jika diperlukan. Dalam proses
pelaksanaan siklus II ini meliputi kegiatan sebagaimana di bawah:
1) Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompk kecil sebanyak
bagian materi atau sub bab yang akan dibahas.
2) Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3) Anggota tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian atau sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka.
4) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
tentang sub bab yang mereka kuasai dan setiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
5) Setiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya.
6) Guru memberikan kesimpulan, mengevaluasi, mengapresiasi, dan
memberikan tindak lanjut.
7) Penutup.
48

c. Pengamatan
Dalam kegiatan pengamatan ini analisis data dilakukan dengan
menyeleksi dan mengelompokkan data, memaparkan atau
mendeskripsikan data dalam bentuk narasi, tabel, dan/atau grafik, serta
menyimpulkan dalam bentuk pernyataan. Berdasarkan hasil refleksi, guru
melakukan perencanaan tindak lanjut, yang dapat berupa revisi dari
rencana lama, atau baru sama sekali. Kegiatan pengamatan pada siklus II
ini yaitu:
1) Guru mengobservasi apakah keaktifan dan prestasi belajar belajar
siswa bisa meningkat dengan metode Jigsaw Learning yang
dilaksanakan pada siklus 2.
2) Guru mengobservasi setiap kegiatan yang dilakukan siswa dan
mencermati setiap permasalahan yang muncul selama pembelajaran
berlangsung.
Berikut adalah hasil analisis data prestasi belajar siswa pada
siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding
dengan siklus sebelumnya. Hal ini dimungkinkan karena para siswa telah
memahami skenario pembelajaran menggunakan metode Jigsaw
Learning. Ketika pada siklus I siswa cenderung masih banyak yang
belum memahami betul bagaimana metode Jigsaw Learning itu
dipraktikkan.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran PAI dan
BP pada Siklus II

Kondisi Awal
No Ketuntasan Ket
Jumlah %
1 Tuntas 27 90,00  
2 Belum Tuntas 3 10,00  
  Jumlah 30 100,00  
  Nilai terendah 70,00  
  Nilai tertinggi 100,00  
  Rata – rata 87,00  
49

  Ketuntasan 90,00  
Dari tabel di atas tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif
Pembelajaran PAI dan BP materi pernikahan dalam Islam di atas
dapat diterangkan setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan
menjadi 87,00 jumlah siswa yang dinyatakan telah tuntas belajarnya
sebanyak 27 siswa (90%).
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan
observer menyimpulkan bahwa hasil tes prestasi belajar menunjukkan
hasil 87,00, yang berarti sudah melebihi KKM minimal 80, dengan
jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 27 siswa atau
90%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar juga telah
mencapai indikator dan kriteria keberhasilan sebesar 85% sehingga
proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada
pelaksanaan siklus II.
Pada tahap pengamatan mengenai keaktifan siswa pada
pembelajaran PAI dan BP materi pernikahan dalam Islam di atas
dapat diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.6 Rekapitulasi Keaktifan Siswa Pembelajaran PAI dan
BP pada Siklus II
No Uraian Jumlah Ket
1 Siswa Tuntas 30  
2 Persentase Tuntas 100,00  
3 Siswa Belum Tuntas 0  
4 Persentase Belum Tuntas 0,00  
5 Ketuntasan Klasikal 100,00  

Dari data pada tabel di atas dapat diperoleh keterangan bahwa


pada siklus ke II, siswa yang menunjukkan peningkatan keaktifan
belajar sebanyak 30 siswa atau 100%. Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa
keaktifan belajar mencapai angka 100%. Hal ini menunjukkan bahwa
keaktifan belajar telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 85%
50

dari jumlah seluruh siswa, sehingga proses perbaikan dinyatakan


berhasil dan tuntas pada siklus kedua.
Menurut analisis peneliti keaktifan siswa mampu meningkat
dengan tajam dibandingkan pada siklus I dikarenakan siswa sudah
semakin paham dengan skenario pembelajaran dengan menggunakan
metode Jigsaw Learning. Di samping itu guru selalu memunculkan
topik permasalahan baru dalam kegiatan pembelajaran siklus II
ini. Adanya dorongan yang kuat yang diberikan kepada siswa menjadi
penyemangat siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Dorongan ini diberikan guru dengan cara memberikan apresiasi yang
setinggi-tingginya kepada siswa yang sudah mahir mempraktikkan
metode Jigsaw Learning. Sehingga hal ini semakin memacu siswa
yang lain untuk melakukan skenario pembelajaran Jigsaw Learning
dengan sebaik-baiknya. Munculnya semangat ini menjadikan mereka
saling bertanya dengan kawan sebaya bagaimana cara mengikuti
prosedur Jigsaw Learning yang sebenarnya. Hal yang menjadi
pelajaran penting dari data ini untuk dapat meningkatkan keaktifan
siswa sebetulnya berasal dari dua faktor. Pertama, bagaimana guru
dapat menjelaskan prosedur pelaksanaan metode belajar yang
hendak dijalankan siswa dengan sebaik-baiknya. Sehingga siswa akan
menjadi cekatan dalam mempraktikkan metode pembelajaran. Tidak
ada siswa satu pun yang tidak tahu harus berbuat apa dalam kegiatan
pembelajaran. Ketika siswa telah betul-betul memahami prosedur
tersebut bisa dipastikan siswa akan menikmati pembelajaran dan
merasa senang menyerap materi yang disampaikan oleh guru. Kedua,
guru harus selalu memberikan apresiasi penuh kepada siswa
selama pembelajaran berlangsung. Ini bisa dilakukan dengan adanya
ganjaran (reward) dan hukuman (punishment). Reward diberikan bisa
dengan berbagai cara seperti acungan jempol, senyuman, tepuk tangan,
menepuk pundak, mengelus kepala, dan menyebut nama. Adapun
pemberian punishment bisa dilakukan dengan mendekati secara
51

personal mengapa ia tidak bisa menjalankan prosedur pembelajaran


dengan baik seperti siswa yang lain.
Dari kesimpulan ada dua hal yang perlu mendapatkan perhatian.
Untuk bisa meningkatkan keaktifan siswa tidak cukup dengan
pengaplikasian metode baru akan tetapi juga dibutuhkan keterampilan
guru dalam mengelola kelas dan mempraktikkan prosedur skenario
pembelajaran yang hendak digunakan bersama siswa. Jadi keduanya
harus berjalan bersamaan dalam rangka meningkatkan keaktifan siswa
dalam belajar.
d. Refleksi
Masih sama dengan tahapan siklus 1 kegiatan yang dilakukan
pada refleksi siklus II ini. Pada tahap refleksi siklus II peneliti
mengadakan langkah-langkah kegiatan seperti halnya yang dilakukan
pada refleksi siklus I. Dari hasil observasi yang dilaksanakan dan hasil
tes formatif pada akhir siklus kedua, peneliti menyimpulkan bahwa guru
harus lebih meningkatkan kemampuannya dalam menguasai kelas, guru
hendaknya lebih mengintensifkan pemberian motivasi kepada siswa agar
semangat belajar siswa semakin kuat, pemberdayaan media dan alat
bantu pelajaran yang ada sebaiknya lebih dioptimalkan dan jika
memungkinkan keberagamannya lebih ditambahkan agar siswa semakin
tertarik pada materi pembelajaran, serta pemberian bimbingan terhadap
siswa yang memiliki kesulitan belajar lebih diintensifkan lagi agar
interaksi antara guru dan siswa semakin erat.
B. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Keaktifan Siswa
Setelah melakukan kegiatan sebagaimana diuraikan di atas,
peningkatan keaktifan belajar cukup signifikan dari 13 siswa (43,33%)
pada kondisi awal menjadi 22 siswa (73,33%). Hal menunjukkan
bahwa terjadi kenaikan keaktifan belajar siswa dari kondisi awal ke
siklus pertama sebanyak 9 siswa (30%). Dalam bentuk diagram,
52

peningkatan keaktifan belajar siswa pada siklus pertama sebagaimana


dijelaskan gambar di bawah ini:

80 73,33
70
60 56,67
50
43,33
40 Studi awal
30 26,67 Siklus I
22
20 17
13
10 8
0
Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Gambar 4.1 Diagram Batang Peningkatan Keaktifan Belajar


pada Kondisi awal dan Siklus I

Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan


observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada
siklus II dengan harapan pada siklus II keaktifan belajar siswa dapat
mencapai perolehan di atas 85% sesuai dengan kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan
b. Prestasi belajar
Dari hasil pelaksanaan tes formatif pada siklus pertama,
didapatkan data nilai rata-rata prestasi belajar naik menjadi 77,00 pada
siklus I, dari rata-rata 67,00 dari kondisi awal dengan ketuntasan
belajar sebanyak 17 siswa atau 56,67% pada siklus pertama dari
kondisi awal sebesar 23,33% atau7 siswa..

80 77 76,67
70 67
60 56,67
50
43,33
40
Studi Awal
30
23,33 23 Siklus I
20 17
13
10 7
0
Nilai Persentase Persentase
Rata-2
53

Gambar 4.2 Diagram Batang Peningkatan Prestasi Belajar pada


Kondisi Awal dan Siklus I
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan
observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada
siklus II, karena nilai rata-rata prestasi belajar baru mencapai angka
77,00 yang berarti masih berada di bawah KKM sebesar 80,00 sesuai
dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dan tingkat
ketuntasan belajar baru 56,67%. Hal ini menunjukkan ketuntasan
belajar belum mencapai 85% dari jumlah seluruh siswa sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang telah ditentukan.
Berdasarkan hasil observasi setelah pembelajaran siklus I
dilaksanakan, diperoleh gambaran secara umum bahwa pembelajaran
belum sesuai dengan perencanaan yang diharapkan. Berdasarkan data-
data tentang perencanaan hasil pembelajaran pada siklus I
sebagaimana dideskripsikan dalam uraian di atas. Dapat di identifikasi
adanya beberapa hal kelemahan pada tindakan siklus ini, berikut
paparannya :
1) Siswa terlihat bingung ketika diberikan lembar kerja pertama,
mereka tak tahu apa yang harus mereka lakukan,
2) Sebagian siswa dalam tiap kelompok bermain-main saja,
sebagian mengganggu anggota kelompok lainnya.
3) Setiap kelompok pada dasarnya dapat menyimpulkan hasil
diskusi, akan tetapi saat diminta untuk mempresentasikan di
depan kelas, mereka saling menunjuk anggota lain untuk ke depan
kelas.
4) Sebagian siswa kurang menanggapi laporan yang dibacakan
oleh temannya.
Sebagai upaya perbaikan maka bersama-sama dengan observer
melakukan refleksi terhadap tindakan pembelajaran siklus I yang
telah dilaksanakan dengan merenungkan temuan-temuan yang
didapatkan dari lembar observasi agar dapat dicarikan upaya
54

untuk memperbaikinya pada saat tindakan siklus II. Sebagai untuk


memperbaiki kekurangan yang ditemukan pada saat tindakan
pembelajaran siklus I, guru bersama observer melakukan diskusi
untuk merencanakan tindakan pembelajaran yang akan
dilaksanakan yaitu siklus II. Dari hasil diskusi ini didapatkan
perencanaan sebagai berikut.
1) Guru harus lebih meningkatkan kemampuannya dalam menguasai
kelas.
2) Pemberdayaan media dan alat bantu pelajaran yang ada
sebaiknya lebih dioptimalkan dan jika memungkinkan
keberagamannya lebih ditambahkan agar siswa semakin tertarik
pada materi pembelajaran.
3) Pemberian bimbingan terhadap siswa yang memiliki kesulitan
belajar lebih diintensifkan lagi agar interaksi antara guru dan siswa
semakin erat. Dengan demikian secara psikologi siswa merasa
mendapatkan perhatian, sehingga siswa tidak merasa canggung
lagi dan keaktifan siswa semakin meningkat.
4) Kemampuan guru dalam mengatur waktu harus lebih diefisienkan,
hal ini dimaksudkan agar tujuan dari pembelajaran rencana
pembelajaran yang telah dipersiapkan dapat direalisasikan.
5) Guru lebih melibatkan siswa dalam menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah dilaksanakan agar pengetahuan yang
didapatkan siswa lebih kuat dalam ingatan.
2. Siklus II
Pada siklus II dengan menerapkan model pembelajaran pendekatan
kompetensi secara berkelompok dengan pelaksanaan diskusi kelas, yaitu
semua kelompok mengajukan pertanyaan dan jawaban sekitar Energi
gerak dan kegunaannya, hampir seluruh siswa dapat tuntas belajar.
a. Keaktifan Siswa
Keaktifan belajar meningkat cukup baik dari siklus kedua,
yaitu sebesar 100% atau 30 siswa mengalami peningkatan keaktifan
55

dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Ini berarti keaktifan siswa


meningkat sebesar 26,67% atau 8 orang siswa dari siklus pertama.

100 100

80 73,33

60
Siklus I
40 Siklus II
30 26,67
22
20
8
0 0 0
Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Gambar 4.3 Diagram Batang Peningkatan Keaktifan Belajar


pada Siklus I dan Siklus II
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan
observer menyimpulkan bahwa keaktifan belajar mencapai angka
100%. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan belajar telah mencapai
kriteria keberhasilan sebesar 85% dari jumlah seluruh siswa, sehingga
proses perbaikan dinyatakan berhasil dan tuntas pada siklus kedua.
b. Prestasi belajar
Dari hasil tes formatif pada akhir siklus kedua, nilai rata-rata
prestasi belajar naik menjadi 87,00 pada siklus kedua, dengan
ketuntasan belajar sebanyak 27 siswa atau 90% atau mengalami
kenaikan 10 siswa (33,33%) dari perolehan ketuntasan belajar pada
siklus pertama.

90 87 90
80 77
70
60 56,67
50
43,33
40 Siklus I
30 27 Siklus II
20 17
13 10
10
3
0
Nilai Rata- T untas Persentase Belum Persentase
2 T untas
56

Gambar 4.4 Diagram Batang Peningkatan Prestasi Belajar


pada Siklus I dan Siklus II

Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan


observer menyimpulkan bahwa hasil tes prestasi belajar menunjukkan
hasil 87,00, yang berarti sudah melebihi KKM minimal 80,00, dengan
jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 27 siswa atau
90%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar juga telah
mencapai kriteria keberhasilan sebesar 85% sehingga proses perbaikan
pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus
II
Secara umum, hasil yang didapatkan oleh siswa ketika
mengalami pembelajaran pada siklus I, dan II adalah adanya
perubahan dalam diri siswa baik dari segi kemampuan berpikirnya,
keaktifan belajarnya maupun pemahamannya itu sendiri mengalami
peningkatan. Sedikit demi sedikit, wawasan keilmuan siswa mulai
terbuka, sikap siswa mulai berubah positif dan yang paling penting siswa
sedikit demi sedikit dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. .
3. Antar Siklus
Setelah dilakukan analisa terhadap proses dan hasil pembelajaran
yang diperoleh pada pelaksanaan pembelajaran kondisi awal, siklus I dan
siklus II, maka hasil penelitian yang terdiri dari hasil kegiatan obsservasi
dan hasil tes formatif pada tiap siklusnya dapat dirangkum sebagaimana
penjelasan berikut :
a. Prestasi belajar
Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh dari tiga
siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode Jigsaw Learning pada pembelajaran PAI dan BP
materi pernikahan dalam Islam menunjukkan peningkatan yang
signifikan terhadap hasil proses pembelajaran pada pelaksanaan
perbaikan pembelajaran pada setiap siklusnya. Penjelasan secara rinci
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
57

Tabel 4.7 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa pada


Pembelajaran PAI dan BP pada Kondisi awal, Siklus I
dan Siklus II

Prestasi belajar Siswa


No Pembelajaran
Nilai Tuntas % Belum %
1. Kondisi Awal 67,00 7 23,33 23 76,67
2. Siklus I 77,00 17 56,67 13 43,33
3. Siklus II 87,00 27 90,00 3 10,00

Untuk lebih jelasnya peningkatan ketuntasan belajar siswa dan


nilai rata-rata prestasi belajar dapat dilihat pada gambar diagram batang
berikut ini :
100
87 90
80 77 76,67
67
60 56,67 Studi awal
43,33 Siklus I
40
27 23,33 23
Siklus II
20 17 13 10
7 3
0
Rata-rata Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Gambar 4.5 Diagram Batang Perbandingan Angka Nilai Rerata


Ketuntasan Belajar, dan Siswa Belum Tuntas pada
Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran

b. Keaktifan Belajar
Dari hasil analisis peningkatan keaktifan belajar siswa pada setiap
siklus perbaikan yaitu dari kondisi awal, siklus pertama dan siklus kedua
pada proses perbaikan pembelajaran, secara rinci dapat dilihat pada tabel 8
di bawah ini :
Tabel 4.8 Rekapitulasi Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa pada
Pembelajaran PAI dan BP pada Kondisi awal, Siklus I
dan Siklus II
Ketuntasan Ket
No Siklus
T % B %
1  Awal 13 43,33 17 56,67  
2  Siklus I 22 73,33 8 26,67  
58

3  Siklus II 30 100,00 0 0,00  


Untuk lebih jelasnya peningkatan keaktifan belajar dapat dilihat
pada gambar diagram batang berikut ini :

100 100

80
73,33
60 56,67 Studi Awal
43,33 Siklus I
40
30 26,67 Siklus II
22
20 13 17
8
0 0 0
T untas Persentase Belum T untas Persentase

Gambar 4.6 Diagram Batang Peningkatan Keaktifan Belajar pada


Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan keaktifan


siswa menunjukkan perolehan pada kondisi awal hanya 13 siswa atau
43,33%, naik menjadi 22 siswa atau 73,33% pada siklus pertama, dan
100% atau 30 siswa pada siklus kedua, serta peningkatan prestasi belajar
siswa dari rata-rata pada kondisi awal hanya 67,00, naik menjadi 77,00
pada siklus pertama, dan 87,00 pada siklus kedua, dengan tingkat
ketuntasan belajar sebanyak 7 siswa (23,33%) pada kondisi awal, 56,67%
atau 17 siswa pada siklus pertama, 27 siswa atau 90% pada siklus kedua,
sehingga pada siklus kedua ini dapat disimpulkan bahwa semua indikator
dan kriteria keberhasilan telah tercapai pada siklus kedua sehingga proses
perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan
siklus kedua.
C. Pembahasan
Permasalahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti pada materi pernikahan dalam Islam yang menjadi fokus pada
penelitian ini adalah upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa
melalui penerapan metode Jigsaw Learning. Hamalik (Azhar Arsyad, 2009:
15) mengemukakan bahwa pemakaian metode, model dan media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan
59

dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan


belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
sangat membantu proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran pada saat itu. Menurut Asri C. Budiningsih (2005:4) anak belajar
dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan dan memberi makna
pada pengetahuan tersebut. Dalam hal ini Gagne dan Briggs (R. Ibrahim dan
Nana Syaodih S, 1992: 78) menekankan pentingnya metode, model dan
media pembelajaran sebagai alat untuk merangsang proses belajar mengajar.
Variasi penggunaan metode, model dan media pembelajaran dalam
pembelajaran dapat meningkatkan minat dan perhatian siswa, sehingga
mempengaruhi keaktifan dan prestasi belajar siswa. Penerapan variasi
metode, model dan media pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa
dan membuat siswa menjadi lebih kritis. Dengan demikian prestasi belajar
yang dicapai akan tahan lama diingat siswa sehingga prestasi prestasi belajar
meningkat.
Penelitian tindakan kelas dengan dua siklus ini dilakukan untuk
mengetahui manfaat penerapan model pembelajaran Small Group
Discussion dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada materi pernikahan dalam
Islam pada siswa kelas XII SMAN ................... tahun pelajaran 2016/2017.
Pemberian tindakan dilaksanakan sebanyak dua siklus. Masing-masing siklus
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Tindakan yang dilakukan adalah
penerapan metode Jigsaw Learning untuk meningkatkan keaktifan dan
prestasi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada
materi pernikahan dalam Islam.
Berdasarkan penjelasan pada hasil penelitian di atas pada siklus I
dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan variasi model pembelajaran
menggunakan metode Jigsaw Learning dapat memberikan peningkatan
keaktifan dan prestasi belajar siswa. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang
disusun telah memaksimalkan upaya penerapan variasi model pembelajaran
60

menggunakan metode Jigsaw Learning. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya


belum maksimal dan hasil yang diperoleh belum sesuai harapan. Dalam
pemberian tindakan guru masih kurang percaya diri sehingga penerapan
variasi media pembelajaran menggunakan metode Jigsaw Learning masih
kurang maksimal. Model yang digunakan belum merangsang siswa untuk
senang dalam belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan senang
berdiskusi. Keaktifan belajar siswa pada siklus I belum sesuai dengan
indikator yang diharapkan. Beberapa siswa masih memiliki keaktifan belajar
yang cukup. Hal ini terjadi karena beberapa siswa saja yang aktif dalam
pembelajaran sedangkan siswa yang lain cenderung masih pasif, misalnya
dalam anggota kelompok hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan soal
LKS sedangkan siswa yang lain membicarakan hal-hal yang tidak ada
hubungannya dengan pembelajaran. Secara garis besar, pelaksanaan
pembelajaran dengan penerapan metode Jigsaw Learning pada siklus I belum
dilaksanakan maksimal.
Dengan demikian diadakan siklus II untuk memperbaiki proses
pembelajaran pada siklus I. Pada siklus II dapat diketahui bahwa
pembelajaran dengan penerapan variasi model pembelajaran metode Jigsaw
Learning memberikan peningkatan yang cukup berarti dibandingkan dengan
siklus I. Pada siklus II siswa sudah mulai berani mengemukakan pendapat
dan pertanyaan kepada guru. Guru juga sudah tidak lagi merasa canggung
dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran metode
Jigsaw Learning. Guru senantiasa memotivasi siswa dan mendorong siswa
untuk mengajukan pertanyaan. Model pembelajaran ini pada siklus II dapat
meningkatkan keaktifan siswa untuk senang dalam mengikuti pembelajaran,
dan memacau siswa untuk aktif berdiskusi. Keaktifan siswa dalam
pembelajaran pada siklus II juga mengalami peningkatan. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan meningkat dibandingkan pada
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.
Dari hasil analisis data yang diperoleh dari kondisi awal, siklus I,dan
siklus II setelah diterapkannya metode Jigsaw Learning menunjukkan
61

peningkatan keaktifan siswa menunjukkan perolehan pada kondisi awal


hanya 13 siswa atau 43,33%, naik menjadi 22 siswa atau 73,33% pada siklus
pertama, dan 100% atau 30 siswa pada siklus kedua, serta peningkatan
prestasi belajar siswa dari rata-rata pada kondisi awal hanya 67,00, naik
menjadi 77,00 pada siklus pertama, dan 87,00 pada siklus kedua, dengan
tingkat ketuntasan belajar sebanyak 7 siswa (23,33%) pada kondisi awal,
56,67% atau 17 siswa pada siklus pertama, 27 siswa atau 90% pada siklus
kedua.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran metode Jigsaw Learning terbukti dapat meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti materi pernikahan dalam Islam siswa kelas XII
SMAN ................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Anda mungkin juga menyukai