Anda di halaman 1dari 7

BAB VII

PENENTUAN KADAR LAUT SAMPLE FORMASI


DALAM LARUTAN ASAM

7.1.TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan reaktivitas formasi dengan asam, dengan menghitung terlebih
dahulu besarnya daya larut asam terhadap sample batuan (acid solubility).
2. Memberikan stimulasi terhadap reservoir.
3. Agar dapat mengetahui kadar larutan sampel pada saat pengasaman pada
larutan asam.

7.2.TEORI DASAR
Sebelum dilakukan stimulasi dengan pengasaman, terlebih dahulu
harus direncanakan dengan tepat data – data laboratorium yang diperoleh
dari sampel formasi, fluida reservoir dan fluida stimulasi. Informasi yang
diperoleh dari laboratorium tersebut dapat digunakan engineer untuk
merencanakan operasi stimulasi dengan tepat, dan pada gilirannya dapat
diperoleh penambahan produktivitas formasi sesuai dengan yang
diharapkan. Salah satu informasi yang diperlukan adalah daya larut asam
terhadap sample batuan (acid solubility).
Metode ini menggunakan teknik gravimetric untuk menentukan
reaktivitas formasi dengan asam. Batuan karbonat (mineral limestone)
biasanya larut dalam HCl, sedangkan silikat (mineral clay) larut dalam mud
acid. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi minyak pada batuan
resevoir carbonat adalah dengan cara pengasaman atau memompakan adam
(HCl) kedalam reservoir. Batuan reservoir yang bisa diasamkan dengan HCl
adalah : Limestone, Dolomit dan Dolomit Limestone.
Semua asam memiliki satu persamaan. Asam akan terpecah menjadi
ion positif dan anion hidrogen ketika acid larut dalam air. Ion hidrogen akan
bereaksi dengan batuan calcerous menjadi air dan CO2. Asam yang dipakai
di industri minyak dapat dapat inorganik (mineral) yaitu chlorida dan asam
flourida, atau organik asam acetic (asetat) dan asam formic (format). Pada
abad yang lalu pernah digunakan asam sulfat sesaat setelah orang sukses
dengan injeksi asam chlorida pertama dan tentu saja mengalami kegagalan
malah formasi jadi rusak.
Dalam industri mineral adalah yang paling banyak digunakan.
Bermacam-macam asam puder (sulfamic dan chloroacetic) atau hibrida
(campuran) asam acetic-HCL dan formie-HCL juga telah dipakai dalam
industri terutama untuk meredam keaktifan asam HCL. Semua asam diatas
kecuali kombinasi HCL-HF yang dipakai untuk batuan pasir (sandstone)
hanya dipakai pada batuan karbonat (limestone/dolomite). Jenis asam yang
sering digunakan dalam acidizing antara lain:
1. Organic acid, HCH3Cos dan HCO2H
2. Hydrochloric acid, HF
3. Hydrofluoric acid, HCL

Adapun syarat-syarat utama agar asam dapat digunakan dalam opeasi


acidizing (pengasaman) ini adalah:
1. Tidak terlampau reaktif terhadap peralatan logam.
2. Segi keselamatan penanganannya harus dapat menunjukkan indikas atau
jaminan keberhasilan proyek acidizing ini.
3. Harus dapat bereaksi/melarutkan karbonat atau mineral endapan lainnya
sehingga membentuk soluble product atau hsil-hasil yang dapat larut.

Pada prinsipnya stimulasi dengan pengasaman dapat dibedakan menjadi


2(dua) kelompok yaitu;
 Pengasaman pada perlatan produksi yaitu; tubing dan flowline.
 Pengasaman pada formasi produktif yaitu; perforasi dan lapisan.

Stimulasi merupakan suatu metoda workover yang berhubungan


dengan adanya perubahan sifat formasi, dengan cara menambahkan unsur-
unsur tertentu atau material lain ke dalam reservoir atau formasi untuk
memperbaikinya. Prinsip penerapan metoda ini adalah dengan memperbesar
harga ko atau dengan menurunkan harga μo, sehingga harga PI-nya
meningkat dibanding sebelum metoda ini diterapkan.
Batuan karbonat adalah semua batuan yang terdiri dari garam
karbonat. Batuan karbonat mempunyai keistimewaan dalam cara
pembentukannya yaitu hanya dari larutan, praktis tidak ada sebagai detritus
daratan. Organisme sangat berperan dalam pembentukan batuan karbonat,
yaitu sebagai penghasil unsur CaCo3. Organisme pembentuk batuan
karbonat dapat terdiri dari Koral, Ganggang, Molluska, Bryozoa,
Echinodermata, Brachiopoda, Ostracoda, Porifera dan beberapa jenis
organisme lainnya. Batuan karbonat merupakan batuan reservoir yang
sangat penting di dalam industri perminyakan. Dari 75% daratan yang
dibawahi oleh batuan sedimen, seperlimanya merupakan batuan karbonat.
Batuan karbonat dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu terumbu,
dolomit, gamping klastik dan gamping afanitik.
Sifat-sifat fisik pada batuan karbonat ini berbeda dengan batuan
reservoir lainnya. Untuk mengetahui sifat-sifat fisik batuan karbonat dapat
dilakukan dengan metode test asam, metode noda kimia, metode residu tak
terlarut, metode etsa dan metode analisis sayatan tipis. Dengan metode
analisis etsa analisa yang dilakukan meliputi konstitusi utama, jenis
kerangka/butir, konstitusi detritus, masa dasar, hubungan butir dengan masa
dasar, besar butir, pemilahan, keadaan butir, susunan butir, indeks energi
dan nama batuan. Hal ini akan mempengaruhi porositas, permeabilitas,
tekanan kapiler, wettabilitas, saturasi dan kompresibilitas batuan.
7.3.ALAT DAN BAHAN
7.3.1Alat
1. Mortal dan pastle
2. Oven
3. Erlenmeyer
4. Kertas Saring
5. Soxhelet Aparatus
6. ASTM 100 Mesh

Gambar 7.1.
Erlenmeyer

Gambar 7.2.
Kertas saring

Gambar 7.3.
Soxhelet Aparatus
7.3.2Bahan yang digunakan
1. Core (Batu Gamping dan Batu pasir)
2. HCI 15% atau mud acid (15%HCI + 3%HF)
3. Larutan indicator methyl orange (1 gram methyl orange)
dilarutkan dalam 1 liter aquades atau air suling

7.4.PROSEDUR PERCOBAAN
1. Core diekstraksi terlebih dahulu dengan toluene / benzene pada Soxhlet
Aparatus. Kemudian keringkan dalam oven pada suhu 1050 C (2200 F).
2. Hancurkan sampel kering pada mortal hingga dapat lolos pada ASTM
100 Mesh.
3. Ambil sampel yang telah dihancurkan 20 gram dan masukkan pada
erlenmeyer 500 ml, kemudian masukkan 150 ml HCl 15% dan
digoyangkan hingga CO2 terbebaskan semua.
4. Setelah reaksi selesai, tuangkan sampel residu plus larutan dalam
erlenmeyer pada kertas saring. Bilas sisa – sisa sampel dengan Aquades
sedemikian rupa hingga air filtrate setelah ditetesi larutan methyl orange
tidak nampak reaksi asam (sampai warna kemerah – merahan).
5. Keringkan residu dalam oven kira – kira selama ½ jam dengan suhu
1050C (2200F), kemudian dinginkan dan akhirnya ditimbang.
6. Hitung kelarutan sebagai % berat dari material yang larut dalam HCl
15%.

W −w
× 100 %
Solubility % berat = W
Dimana:
W = berat sampel, gram
W = berat residu, gram
7.5.HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
 Berat Sampel Pasir
Berat sampel pasir sebelum pengasaman = 13,9 gr
Berat sampel pasir setelah pengasaman = 13,9 gr
W −w
× 100%
% Berat Solubility Pasir = W
=

13,9gr − 13,9gr
× 100%
13,9gr
= 0%

 Berat Sampel Karbonat


Berat sampel karbonat sebelum pengasaman = 37,7 gr
Berat sampel karbonat setelah pengasaman = 34,6 gr
W −w
× 100%
% Berat Solubility Karbonat = W
=

37,7gr − 34 ,6 gr
× 100%
37,7gr
= 8,2 %

7.6.PEMBAHASAN
Dari hasil perhitungan data – data yang telah diberikan, diketahui
bahwa % berat solubility pasir bernilai 0%, sedangkan % berat solubility
karbonat bernilai 8,2 %. Hal ini terjadi karena pada batuan pasir, ketika
sebelum pengasaman dan setelah pengasaman, berat sampel tidak berubah
(tetap), sedangkan pada batuan karbonat, berat sampel sebelum dan setelah
pengasaman mengalami perubahan. Berat batuan pasir sebelum pengasaman
adalah 13,9gr dan setelah pengasaman berat batuan pasir tetap 13,9gr, tidak
mengalami penambahan berat. Berat batuan karbonat berkurang dari 37,7 gr
menjadi 34,6gr. Ini berarti bahwa residu hasil pemanasan suatu sampel dapat
mempengaruhi besar kecilnya persentase berat solubility yang dihasikan.
Apabila residu hasil pemanasan suatu sample semakin besar, maka
persentase solubility yang dihasilkan batuan akan semakin kecil.

7.7.KESIMPULAN
Dari data yang telah diberikan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Persentase berat solubility pada sampel batu karbonat lebih besar
dibanding dengan sampel batu pasir.
2. Semakin besar residu hasil pemanasan suatu sample formasi, maka
semakin kecil persentase solubility yang dihasilkan oleh sample formasi
tersebut dan sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai