Laporan Modul 2 - 12517031 - Elkan Jeremy Ishak - Kelompok 5
Laporan Modul 2 - 12517031 - Elkan Jeremy Ishak - Kelompok 5
2. Teori Dasar
Flotasi mineral oksida adalah proses flotasi yang ditujukan untuk mengolah
mineral oksida. Flotasi mineral oksida dan sulfida dibedakan karena ada
perbedaan reagen kimia yang digunakan, terutama kolektor. Pada flotasi
mineral sulfida digunakan kolektor anionik seperti xanthate. Sedangkan pada
flotasi mineral oksida digunakan kolektor kationik seperti amina. Contoh-
contoh mineral oksida yang diproses dengan flotasi adalah korundum,
hematite, dan goethite. Selain itu mineral-mineral silikat juga bisa diproses
dengan menggunakan kolektor kationik. Contoh-contoh kolektor yang dapat
digunakan adalah garam amine primer, garam amine sekunder, garam amine
tersier, garam amonium quartener, dan garam sulfonium. Kemampuan kolektor
kationik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konstanta ionisasi,
kelarutan, ukuran kepala ionik, panjang rantai hidrokarbon, percabangan rantai
hidrokarbon, dan critical micelle concentration.
3. Data Percobaan
• Perhitungan volume air yang ditambahkan
Berat mineral oksida = 200 gram
% solid = 10%
90
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 = 10 × 200 𝑔𝑟 = 1800 𝑔𝑟
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 = 1800 𝑚𝑙
• pH larutan
0.28 𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎𝑂 = = 0.005 𝑚𝑜𝑙
56
Reaksi: 𝐶𝑎𝑂 + 2𝐻2 𝑂 → 𝐶𝑎(𝑂𝐻)2
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎𝑂 = 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 = 0.005 𝑚𝑜𝑙
0.005
[𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 ] = = 0.00005 𝑀
100
Reaksi Disasosiasi Ca(OH)2:𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 → 𝐶𝑎2+ + 2𝑂𝐻 −
[𝑂𝐻 − ] = 0.0001 𝑀
pOH = 4
pH = 10
• Data Analisis
% SiO2 di feed = 6 %
% SiO2 di froth = 42 %
Berat Froth = 7.9 gram (pada pH = 5)
4. Pengolahan Data
• 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑂2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑟𝑜𝑡ℎ = % 𝑆𝑖𝑂2 𝑓𝑟𝑜𝑡ℎ × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑟𝑜𝑡ℎ
= 42% × 7.9 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3.318 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑂2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑟𝑜𝑡ℎ
• % 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑂2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑒𝑒𝑑
3.318
= × 100% = 27.65%
200 × 6%
• 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑂2 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑂2 𝑓𝑒𝑒𝑑 – 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑂2 𝑓𝑟𝑜𝑡ℎ
= 12 − 3.318 = 8.682 𝑔𝑟𝑎𝑚
5. Pembahasan
Point of Zero Charge adalah pH di mana muatan total pada permukaan partikel
bernilai nol, di mana konsep ini pertama kali diperkenalkan dalam studi terkait
flokulasi koloidal untuk menerangkan pH yang memengaruhi fenomena
tersebut. Oksida, ketika mengalami kontak dengan larutan aqueous akan
terhidrasi dan membentuk lapisan tipis gugus hidroksil yang bisa menangkap
dan melepaskan proton, bergantung pada keadaan konsentrasi H+ pada larutan.
Sifat amfoterik ini yang membuat partikel oksida untuk menghasilkan muatan
elektrikal yang positif (menerima proton) atau negatif (melepaskan proton).
Ketika reaksi kesetimbangan pelepasan proton dan penerimaan proton, maka
tidak akan ada muatan pada permukaan, sehingga kondisi ini disebut point of
zero charge.
Fenomena pengaruh pH terjadi di dalam flotasi oksida. Dari plot yang sudah
didapatkan dapat dilihat bahwa semakin tinggi pH maka recovery semakin
menurun. Hal ini dapat dijelaskan melalui fenomena point of zero charge dan
interaksi muatan permukaan terhadap kolektor. Ketika nilai pH bernilai lebih
besar dari pH PZC maka ion-ion H+ sudah memasuki larutan, sehingga
permukaan bermuatan negatif. Dalam hal ini, kita menggunakan kolektor
kationik di mana kolektor tersebut bermuatan negatif. Agar kolektor kationik
ini bisa optimal, permukaan harus bermuatan positif. Dapat dilihat bahwa
kolektor kationik semakin tidak optimal dengan naiknya pH. Namun kasus ini
dapat berbeda pada mineral yang berbeda pula.
Salah satu industri yang menerapkan untuk flotasi feldspar di dunia adalah
Esan yang berada di Turki. Perusahaan ini dirintis pada tahun 1978 untuk
menghasilkan bahan baku untuk sektor keramik. Esan menjadi perusahaan
pertama untuk mineral industri dan mineral keramik. Pada tahun 1985, Esan
membangun pengolahan flotasi feldspar pertama di Turki. Saat ini Esan telah
membuka kantor di Ukraina, Italia, China, dan Kosovo. Beberapa produk
mineral dari Esan adalah Alumina Ball, Aluminium Oxide, Barium Carbonate,
White Corundum, Dolomite, Feldspar, Calcite, Bauxite, Casting Wax, dan lain-
lain.
6. Jawaban Pertanyaan
1. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam flotasi mineral oksida:
- Ukuran Partikel
Ukuran partikel yang terlalu besar dapat menyebabkan partikel yang
tidak mampu terangkat oleh gelembung udara yang terbentuk, dan
juga memungkinkan terjadinya endapan pada sel flotasi.
- Persen Padatan
Persen padatan biasa disebut juga % solid yaitu perbandingan antara
padatan dengan cairan. Jika dalam suatu larutan memiliki % solid
yang besar maka tentunya akan sulit untuk melakukan flotasi
dikarenakan viskositas larutan semakin tinggi dan gelembung
semakin sulit terbentuk. Selain itu, membuat proses flotasi menjadi
tidak efektif dikarenakan adanya padatan yang sudah mengendap di
dead zone.
- Derajat Oksidasi
- pH
Reagen tertentu akan optimal dalam pH tertentu. Sangat
memengaruhi tingkat recovery. Selain itu kondisi basa juga dapat
meminimalisir korosi pada tangki. Nilai kritis pH untuk
menghasilkan pemisahan yang optimal bergantung pada sifat alam
dari mineral, jenis kolektor dan dosis yang digunakan, serta
temperatur proses.
- Jumlah Reagen
Jumlah reagen harus disesuaikan sesuai dengan jumlah umpan.
Misal reagen Frother, jika diberikan terlalu banyak maka akan
menghasilkan gelembung yang lebih banyak dan pekat, sehingga
partikel mineral lebih sulit dibebaskan.
- Kecepatan Impeller
Kecepatan yang lambat akan berakibat pada proses pengikatan
antara partikel dan gelembung lebih lama, sedangkan bila terlalu
cepat maka gelembung udara tidak dapat mengikat partikel.
2. Perbedaan cationic collector dan anionic collector:
- Cationic collector adalah kolektor yang bagian kationnya berperan
untuk mengubah sifat permukaan mineral menjadi hidrofobik.
Contohnya adalah amine.
- Anionic collector adalah kolektor yang bagian anionnya berperan
untuk mengubah sifat perumukaan mineral menjadi hidrofobik.
Kolektor anionic dikelompokkan lagi menjadi dua yaitu kolektor
oxhydrl dan kolektor sulfhydryl. Contoh kolektor anionic adalah
natrium oleat dan xantate.
3. Pada permukaan mineral oksida terjadi oksidasi secara tidak terlihat.
Oksidasi ini akan menyebabkan sifat terapung yang semakin menghilang
sehingga sulit diflotasi. Seperti yang sudah dijelaskan pada pertanyaan
sebelumnya bahwa derajat oksidasi memainkan peranan penting di dalam
performa flotasi. Kandungan oksigen pada mineral oksida jauh lebih
banyak daripada mineral sulfida, sehingga derajat oksidasi akan lebih besar.
7. Kesimpulan
- Recovery feldspar pada pH = 5 adalah 27.65%
- Recovery optimal terjadi saat pH = 3, di mana recovery pada pH = 3 adalah
40.95%
8. Saran
Semoga praktikum ini bisa dilaksanakan secara langsung ketika wabah sudah
selesai.
9. Daftar Pustaka
Handayani, Ismi. 2020. Slide Kuliah Konsentrasi Flotasi. Bandung: Institut
Teknologi Bandung
Bulut, G., Ceylan, A., Soylu, B., & Goktepe, F. (2011). Role Of Starch And
Metabisuphite On Pure Pyrite And Pyritic Copper Ore Flotation. Physicochem.
Probl. Miner. Process., 39-48.
http://www.gly.uga.edu/railsback/Fundamentals/8150PointofZeroCharge05Pt1P.p
df
https://en.wikipedia.org/wiki/Point_of_zero_charge
https://www.academia.edu/23237602/The_Point_of_Zero_Charge_of_Oxides
https://www.esan.com.tr/en/about-us/history
Lampiran