Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PRAKTIKUM ANALISIS

INSTRUMEN I
Penetapan Kadar Fe2+ dalam Garam Tunjung secara
Potensiometri

Disusun Oleh :
Kelompok 01/02 (XI-5)
 Azhar Farhan
 Rahmawati
 Farhan Sultan I.
 Widia Dwi Hapsari

SMK-SMAK BOGOR 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bogor, April 2018.

Penyusun.

i
DAFTAR ISI

BAB I.............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .............................................................................................................................................. 2
2.1 Dasar .................................................................................................................................................. 2
2.2 Reaksi ................................................................................................................................................. 2
2.3 Alat Dan Bahan .................................................................................................................................. 2
2.4 Cara Kerja........................................................................................................................................... 3
2.5 Data Pengamatan .............................................................................................................................. 4
2.6 Rumus Perhitungan ........................................................................................................................... 5
2.7 Pembahasan ...................................................................................................................................... 6
BAB III ........................................................................................................................................................... 7
KESIMPULAN & PENUTUP ............................................................................................................................ 7
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………………7
3.2 Penutup ............................................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………………11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap zat memiliki sifat kelarutannya masing-masing. Beberapa zat


dapat dengan mudah larut dalam air, dan ada pula yang kurang larut dalam
air. Suatu zat juga dapat larut jika pada konsentrasi tertentu, namun jika
konsentrasinya ditingkatkan terus menerus, maka akan ditemukan suatu
titik dimana zat itu tidak lagi dapat larut. Biasanya zat yang tidak dapat larut
ini disebut sebagai endapan.
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat
keluar dari larutan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan merupakan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.
Kelarutan zat selain dipengaruhi oleh konsentrasi zat itu sendiri, juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya. Salah satunya ialah pengaruh
suhu, dimana dalam teori kesetimbangan diketahui bahwa perubahan suhu
dapat menggeser suatu kesetimbangan. Zat yang berada dalam
kesetimbangan antara padatan dan ion-ionnya dapat dinaikkan
kelarutannya dengan menggeser kesetimbangannya menuju ke
pembentukan ion-ionnya.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah :


1. Menetapkan kadar Fe2+ dalam garam tunjung secara potensiometri

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar

Potensiometri adalah metode analisis kimia untuk menentukan potensial


listrik dengan menggunakan elektroda, dan alat yang digunakan dalam potensiometri
adalah potensiometer. Besi dalam garam tunjung ( FeSO4. 7H2O) sebagai titrat dapat
dianalisa dengan cara titrasi menggunakan K2Cr2O7 0.1 N sebagai penitar dan reaksi
yang terjadi pada penetapan ini adalah reaksi redoks dengan metode titrasi redoks.

2.2 Reaksi

6FeSO4 + 7H2SO4 + K2Cr2O7 → Fe2(SO4)3(aq) + K2SO4(aq) +


Cr2(SO4)3(aq) + 7H2O(aq)

2.3 Alat Dan Bahan


 Alat :
1. Piala gelas 100, 400 dan 800 ml.
2. Statif.
3. Labu semprot plastic.
4. Pengaduk.
5. Potensiometer
6. Kaca arloji
7. Gelas ukur
8. Autotitrator
9. Buret coklat
10. Corong

2
 Bahan :
1. Air suling.
2. Larutan BaCl2 0,01 N.
3. Larutan Na2SO4 0,01 N.
4. Larutan BaSO4 0,01 N.
5. HCL 4N.
6. AgNO3 0,1 N.
7. Larutan pengkalibrasi 12880 µ/cm.
5. Kertas saring No.42
6. Korek api.

2.4 Cara Kerja

 Cara Kerja penetapan dengan potensiometer :


1. Ditimbang 0,2 gram FeSO4.7H2O
2. Ditambahkan 100 ml H2O dan ditambah 10 ml H2SO4
3. Dititar menggunakan K2Cr2O7 0,1 N secara bertahap
 + 1 ml sebanyak 4 kali
 + 0,5 ml hingga TE
 +1 ml sebanyak 2-3 kali Note: jika larutan berubah warna lanjutkan
saja

 Cara Kerja Penetapan dengan autotitrator :


1. Ditimbang 0,2 gram FeSO4.7H2O
2. Ditambahkan 100 ml H2O dan ditambah 10 ml H2SO4
3. Dititar dengan autotitrator
4. Autotitrator dikembalikan pada kondisi awal

3
2.5 Data Pengamatan

ml K2Cr2O7 ∆E ∆E/∆v ∆E2/∆v2


0 326,0
1 327,2 1,2
2 328,7 1,5 0,3
3 330,2 1,5 0
4 331,0 0,8 -0,7
4,5 331,9 1,8 1,0
5,0 332,9 2,0 0,2
5,5 334,2 2,6 0,6
6,0 335,2 2,0 -0,6
6,5 336,3 2,2 0,2
7,0 336,9 0,4 -1,8
7,5 338,0 2,2 1,8
8,0 338,7 1,4 -0,8
8,5 340,2 3,0 1,6
9,0 341,2 2,0 -1,0
9,5 341,6 0,8 -1,2
10,0 342,5 1,8 1,0
11,0 342,7 0,4 -1,4
12,0 343,7 2,0 1,6
13,0 343,9 0,4 -1,6

4
2.6 Rumus Perhitungan

 Rumus :

𝑤 1000
 N K2Cr2O7 = x
𝑏𝑠𝑡 𝑚𝑙

𝑉 𝑇𝐸 𝑥 𝑁 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7 𝑥 𝑏𝑠𝑡 𝐹𝑒
 % Fe = x 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝐴𝑟 𝐹𝑒
 % Fe (teoritis) =
𝑀𝑟 𝐹𝑒𝑆𝑂4.7𝐻2𝑂

 Perhitungan :

𝑤 1000
N K2Cr2O7 = x
𝑏𝑠𝑡 𝑚𝑙

𝑤 1000
= x
𝑏𝑠𝑡 𝑚𝑙

=
𝑉 𝑇𝐸 𝑥 𝑁 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7 𝑥 𝑏𝑠𝑡 𝐹𝑒
% Fe = x 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑉 𝑇𝐸 𝑥 𝑁 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7 𝑥 𝑏𝑠𝑡 𝐹𝑒
= x 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝐴𝑟 𝐹𝑒
% Fe (teoritis) = x 100%
278

= 20,14%
5
2.7 Pembahasan

Setiap titrasi dapat dilakukan secara potensiometri dengan bantuan


elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan itu kurva
titrasi grafik potensial terhadap volume penitaran yang ditambahkan mempunyai
kenaikan yang tajam disekitar titik kesetaraan dari grafik. Volume pada titik
ekivalen ditentukan dengan menurunkan garis vertikal dan puncak dengan sumbu
volume. Penambahan H2SO4 untuk mencegah hidrolisis dari FeSO4.7H2O menjadi
Fe(OH)3. Merupakan titrasi redoks dimana titrasi berlangsung antara suatu
oksidator pada buret sebagai penitar K2Cr2O7 0,1 N dan reduktor pada piala gelas
yaitu garam tunjung atau pada reaksi oksidasi reduksi akan terjadi aliran elektron
dari suatu reduksi larutan oksidator.
Potensiometri adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
pengukuran potensial atau voltage dari suatu sel elektrokimia yang terdiri dari
elektroda dan larutan. Larutan tersebut berisi komponen utama yang mempunyai
kemampuan mengion. Dasar metode potensiometri adalah membuat sel elektrik
dari analit suatu larutan sehingga perbedaan potensial sel tersebut berkaitan
dengan konsentrasi larutan. Kelebihan metode potensiometri biasanya lebih
sederhana, voltmeter dan elektrodanya jauh lebih murah daripada instrumen-
instrumen analitik yang paling modern. Potensiometri pada dasarnya bersifat
nondestruktif terhadap sampel, dalam pengertiannya bahwa penyisipan elektroda
tidak mengubah komposisi larutan uji (kecuali untuk sedikit kebocoran elektrolit
dari elektroda acuan) (Khopkar, 1990)
Titrasi Potensiometri adalah bagian dari volumetri, di mana ttik akhir ( TA )
ditentukan dari harga potensial sistem. Pada metode ini tidak memerlukan
indikator, karena fungsi indikator digantikan dengan alat yang secara otomatis
mencatat nilai potensialnya,sehingga TA = TE mekanisme reaksi pada titrasi
potensiometri adalah REDOKS ; dengan Zat yang ditentukan kadarnya berupa
oksidator sedangkan pentietr berupa reduktor atau sebaliknya.

6
BAB III
KESIMPULAN & PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil praktkum kali ini, dapat ditentukan normalitas


K2Cr2O7 sebesar N kadar Fe teoritis 20,14 % dan kadar Fe praktik
sebesar %

3.2 Penutup

Demikianlah isi makalah kami, atas kekurangan dan kesalahan kami


dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Atas keritik teman-teman dan guru pembimbing
praktikum Laboratorium Analisis Instrumen I, kami ucapkan termakasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

 Kartini, Tin. Rohayati, Siti. 2017. Modul Analisis Instrumen I. Bogor. SMK-
SMAK Bogor.
 http://cheamistry.blogspot.co.id/2015/03/potensiometri.html
 http://www.academia.edu/5607235/TITRASI_POTENSIOMETRI

Anda mungkin juga menyukai