Keberlanjutan Pelaksanaan Program PAMSIMAS
Keberlanjutan Pelaksanaan Program PAMSIMAS
Berikut merupakan analisis dari tinjauan aspek sosial, aspek keuangan, aspek
lingkungan, aspek kelembagaan, dan aspek teknis.
1. Aspek Sosial
Sudah sangat terlihat dari penjelasan di awal serta di tabel, bahwa terdapat
kontras berupa dua kategori dalam perbandingan keempat desa ini. Pada Desa
Piji dan Desa Tridadi menunjukkan penerapan aspek sosial yang baik, yaitu
terbukti pada kedua desa tersebut pelayanan sistem penyediaan air minum yang
ada mengalami perkembangan, hal ini dapat dilihat pada penjelasan sebelumnya
bahwa di kedua desa ini, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan atau
pertambahan jumlah sambungan rumah (SR), hal ini menunjukkan bahwa para
masyarakat di kedua desa tersebut menyadari akan pentingnya akses air minum
bagi diri mereka sendiri. Dengan kata lain, mereka mulai menyadari bahwa air
minum merupakan suatu prioritas. Selain itu, dengan adanya peningkatan jumlah
sambungan rumah (SR) menunjukkan bahwa cakupan atau luasan wilayah
pelayanan juga semakin meningkat. Pun juga dapat dilihat bahwa Desa Piji dan
Desa Tridadi memiliki partisipasi masyarakat yang dapat diartikan sustainable,
karena sejak awal pembangunan infrastruktur penyediaan air minum hingga
penyediaan air minum beroperasi hingga sekarang ini partisipasinya tetap
terjaga. Hal itu dapat dilihat dari konsistensi masyarakat dari Desa Piji dan Desa
Tridadi dalam ikut andil memberikan iuran, sumbangan (baik berupa uang,
tenaga, maupun material).
Hal tersebut sangat kontras dengan yang terjadi di Desa Jelok dan Desa
Gintungan. Pelayanan sistem penyediaan air minum di kedua desa ini justru
mengalami degradasi atau penurunan. Parahnya lagi, ada potensi layanan
penyediaan air minum tidak beroperasi lagi atau justru sudah dinyatakan tidak
beroperasi lagi. Bisa jadi karena awareness masyarakat setempat terkait dengan
pentingnya akses air minum bagi diri mereka sendiri masih rendah, sehingga
mereka belum menganggap bahwa air minum merupakan suatu prioritas.
Sehingga hal ini merembet kepada semangat serta antusiasme masyarakat
terhadap penyelenggaraan penyediaan air minum. Adanya kerusakan unit bagi
mereka bukan suatu hal yang urgent, karena mereka masih enggan untuk iuran
untuk melakukan perbaikan unit. Ditambah lagi, masyarakat di desa setempat
tidak menunjukkan partisipasi yang bersifat sustainable, karena terbukti
partisipasi sangat tinggi hanya di awal pembangunan saja, saat pengoperasian
dan sebagainya, justru menunjukkan penurunan partisipasi. Jiwa sosial
nampaknya belum terlihat juga pada masyarakat di kedua desa ini, karena
bukannya bersama-sama mempertahankan penyediaan air minum bersama yang
ada, justru para masyarakat memikirkan dirinya sendiri dengan membangun unit
atau sistem sumber airnya sendiri.
2. Aspek Keuangan
Pengelolaan keuangan bersama menjadi kunci penting dalam berhasil
tidaknya aspek keuangan ini. Kontras dari dua kelompok dari empat desa terjadi
lagi dalam aspek ini. Dalam penyediaan air minum di desa Piji dan Desa Tridadi,
iuran dana yang dilakukan masyarakat setiap bulannya berhasil memenuhi
kebutuhan biaya operasional dan pemeliharaan sistem penyediaan air minum di
desa setempat. Selain itu masyarakat di kedua desa tersebut juga berhasil
menyisakan dana iuran yang terkumpul lalu dialokasikan sebagai dana
cadangan. Dana cadangan ini nantinya nantinya akan menjadi senjata ketika
suatu hal urgent atau hal-hal tak terduga terjadi, misalnya kerusakan pompa
sadap, filter dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di kedua
desa tersebut memiliki komitmen agar penyediaan air minum terus berlangsung.
Hal ini merupakan suatu hal yang baik untuk menjaga keberlanjutan pengelolaan
penyediaan air minum.
Lain halnya dengan yang terjadi di Desa Jelok dan Desa Gintungan. Di Desa
Jilok, tidak dilaksanakan iuran terkait dengan pengelolaan penyediaan air minum.
Hal ini pastinya akan berimbas pada tidak maksimalnya upaya pemeliharaan
serta operasional sistem penyediaan air minum yang mana telah terbangun.
Masyarakat di Desa Jelok tersebut tidak memiliki dana cadangan ketika terjadi
suatu hal di tengah jalan saat pengoperasian unit-unit sistem penyediaan air
minum. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Jelok tidak memperhatikan
aspek pengelolaan keuangan secara baik serta antusiasme masyarakat untuk
menjaga keberlangsungan sistem penyediaan air minum ini juga termasuk
rendah. Sedikit berbeda dengan Desa Jilok, Desa Gintungan ini juga mengalami
masalah pada sumber keuangan, namun penyebabnya bukan karena
masyarakat yang tidak melaksanakan iuran, namun karena penurunan jumlah
pelanggan atau sambungan rumah (SR) yang mana berimbas pada menurunnya
jumlah iuran yang terkumpul. Adanya permasalahan minimnya dana ini pastinya
akan berimbas pada semakin beratnya beban pelanggan yang bertahan untuk
mendapatkan akses penyediaan air minum ini. Lalu pada akhirnya, sistem
penyediaan air minum di Desai Gintungan ini dinyatakan berhenti beroperasi
pada tahun 2017 karena sudah tidak mampu mengatasi biaya operasional dan
memperbaiki kerusakan alat ataupun unit.
3. Aspek Lingkungan
Pada aspek lingkungan ini, dilihat beberapa unsur, diantaranya kuantitas air,
kualitas air, serta upaya perlindungan sumber air. Dari unsur kuantitas air dalam
penyediaan air minum, Desa Piji dan Desa Tridadi sudah tergolong baik,
kuantitas air tersebut sudah mencukupi kebutuhan masyarakat setempat (seluruh
wilayah) akan air minum. Sedangkan dari unur kualitas airnya, Desa Piji dan
Desa Tridadi ini sudah memenuhi standar yang diberikan Dinas Kesehatan
Kabupaten Puroworejo. Hal ini pula didukung dengan upaya masyarakat Desa
Piji dan Desa Tridadi dalam menjaga kelestarian atau keberadaan sumber air
yang mana unsur ini juga masuk dalam aspek lingkungan dan sangat erat
kaitannya dengan keberlanjutan penyediaan air minum di Desa Piji dan Desa
Tridadi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di kedua desa tersebut
menyadari pentingnya menjaga suistanable penyediaan air minum itu tergantung
bagaimana mereka memperlakukan sumberdaya air yang ada.
Terkait dengan unsur kuantitas dan kualitas air, pada dasarnya Desa Jelok
dan Desa Gintungan tidak berbeda dengan Desa Piji dan Desa Tridadi. Dari segi
unsur kuantitas air, sebenarnya sudah cukup mencukupi kebutuhan akan air
minum masyarakat setempat. Pun juga dari unsur kualitasnya, juga sudah
memenuhi kualitas yang disyaratkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Purworejo. Namun sayangnya, masyarakat di Desa Gintungan dan Desa Jelok
ini belum memiliki kesadaran yang tinggi terkait upaya perlindungan sumber daya
air, hal ini lah yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tidak
berlanjutnya pengelolaan penyediaan air minum di Desa Jelok dan Desa
Gintungan. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan apapun kita kepada air akan
memiliki timbal balik yang setimpal. Apabila kita memperlakukan air secara baik
dengan menjaga, merawat, serta melindungi, pasti air juga akan selalu
memenuhi kebutuhan kita. Namun apabila kita acuh terhadap keberadaannya, air
akan tidak memenuhi kebutuhan kita.
4. Aspek Kelembagaan
Aspek ini merupakan aspek yang penting, karena dalam kelembagaan ini
terdapat sebuah sistem berupa distribusi kerja, pelaksanaan aturan-aturan, dan
sebagainya. Dengan adanya aspek ini tentunya membuat pengelolaan
penyediaan air minum bisa leibih sistematis dan terorganisir, dan yang pasti
harusnya dengan adanya aspek ini keadilan akan akses air minum bagi
masyarakat bisa didapatkan. Di Desa Piji dan Desa Tridadi menunjukkan bahwa
lembaga pengelola sistem penyediaan air minum yang terbentuk (BP-SPAM)
memiliki kinerja yang baik. Hal ini diperkuat dengan adanya aturan dan sanksi
yang jelas dalam pengelolaan sistem penyediaan air minum membuat mudah
dalam pengelolaan walaupun penerapannya di Desa Tridadi belum optimal.
Berbeda dengan yang terjadi pada aspek kelembagaan pengelola SPAM di
Desa Jelok dan Desa Gintungan. Pada kedua desa ini kelembagaan pengelola
yang terbentuk tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dalam pengelolaan
operasional dan pemeliharaan SPAM desa hanya sebagian pengurus saja yang
aktif dan pada akhirnya vakum karena SPAM sudah tidak berfungsi lagi. Belum
adanya aturan yang jelas mengatur pengelolaan SPAM desa membuat pengelola
kesulitan dalam menjalankan sistem penyediaan air minum desa. Bisa jadi
kelembagaan yang tidak terurus di kedua des aini yang menyebabkan tidak
berlanjutnya sistem penyediaan air minum di kedua desa tersebut.
5. Aspek Teknis
Aspek teknis juga merupakan aspek yang penting dalam keberlanjutan
sistem penyediaan air minum. Aspek inilah yang memastikan suatu unit atau alat
ataupun komponen pada proses penyediaan air minum ini berjalan dengan baik
atau tidak. Di Desa Piji dan Desa Tridadi, unit-unit yang kaitannya dengan SPAM
baik itu unit produksi maupun unit distribusi masih berfungsi dengan baik.
Masyarakat menyadari akan pentingnya memastikan keberfungsian unit-unit agar
mereka tetap bisa mendapatkan akses air minum dengan baik. Hasil yang
diberikan berupa air minum yang tercukupi dengan adanya pengelolaan teknis
yang baik pastinya akan membuat masyarakat selalu bersedia Ketika harus
membayar iuran untuk biaya operasional serta perawatan sistem penyediaan air
minum di desa setempat.
Berbeda dengan yang terjadi di Desa Jelok dan Desa Gintungan. Di kedua
desa ini tidak menunjukkan gelagat untuk menjaga aspek teknis dalam
pengelolaan penyediaan air minum. Hal ini terbukti dengan sebagian sumur
komunal saja yang berfungsi untuk SPAM, selaiun itu beberapa unit lain serta
jaringan perpipaan sudah rusak. Hal ini tidak diikuti dengan kesadaran
masyarakat untuk berbenah agar Kembali merasakan akses air minum, justru hal
ini menyebabkan masyarakat enggan untuk mengatasi, karena jumlah pelanggan
yang menurun menyebabkan iuran untuk operasional serta perbaikan menjadi
mahal. Hingga pada titik ini, menyebabkan sistem penyediaan air minum di Desa
Gintungan tidak berlanjut lagi atau bisa dikatakan berhenti beroperasi.
Dari penjelasan bagaimana penerapan aspek-aspek tersebut di masing-masing desa
dapat kita ketahui bahwasanya aspek sosial, keuangan, lingkungan, kelembagaan, serta
teknis ini apabila terlaksana dengan baik di dalam pengelolaan sistem penyediaan air
minum, pastinya akan mengalami keberlanjutan. Hal ini terbukti denga apa yang terjadi di
Desa Piji dan Desa Tridadi yang mana hingga sekarang sistem penyediaan air minum masih
berlanjut dan terus berkembang. Sedangkan desa yang tidak menerapkan aspek-aspek
tersebut justru mengalami kemunduran dalam hal pengelolaan sistem penyediaan air
minum, dan menyebabkan penyediaan air minum tersebut tidak mengalami keberlanjutan.