A 70 year old woman was sent to ER (Emergency Room) by her family 12 hours after falling in the
bathroom. The patient complained of severe pain in her left hip and had difficulty in moving her left leg.
The pain getting worse everytime she slightly changed her position. The injured area had been rubbed
with“ Minyak Tawon” but she did not feel any better. Physical examination showed compos mentis, blood
pressure : 140/90 mmHg, Heart rate 86x per minute, respiratory rate 22x per minute and
axilla’stemperature 36.8 oC. localstatus on hip and left leg : bruised on left hip, swelling, deformity (+)
compared to the right side hip, leg discrepancy (+) 5cm, tenderness to palpation on the left hip. The
patient had limitation of her range of motion. The ER doctor sent the patient forpelvis radiology
examination.Following the result, the patient was referred to orthopaedics specialist to get further
treatment.
a. Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi.
b. Pergeseran fragmen tulang menyebabkan deformitas tulang yang bisa diketahui dengan membandingkan
dengan bagian yang normal.
c. Pemendekan tulang yang disebabkan karena kontraksi otot yang melekat diatas maupun dibawah tempat
fraktur.
d. Pada pemeriksaan palpasi ditemukan adanya krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal kulit (memar) terjadi sebagai akibat kerusakan pembuluh darah,
berasal dr proses seperti vasodilatasi, eksudasi plasma, dan penumpukan leukosit
Komplikasi fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Komplikasi awal
1) Syok hipovolemik akibat dari perdarahan khususnya pada fraktur femur dan fraktur pelvis.
2) Emboli lemak saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah karena tekanan sumsum
tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler dan katekolamin yang dilepaskan memobilisasi asam lemak kedalam
aliran darah. Globula lemak ini bergabung dengan trombosit membentuk emboli yang dapat menyumbat
pembuluh darah kecil yang memasok darah ke otak, paru paru, ginjal dan organ lainnya.
3) Compartment Syndrome masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang
dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh karena penurunan ukuran fasia yang membungkus otot terlalu ketat,
balutan yang terlalu ketat dan peningkatan isi kompartemen karena perdarahan atau edema.
b. Komplikasi lambat
1) Delayed union, malunion, nonunion
Penyatuan terlambat (delayed union) = penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan normal
berhubungan dengan infeksi dan distraksi (tarikan) dari fragmen tulang
Kesalahan bentuk penyatuan (malunion) = Tarikan fragmen tulang juga dapat menyebabkan
Tidak adanya penyatuan (nonunion) = kegagalan penyatuan ujung ujung dari patahan tulang.
2) Nekrosis avaskular tulang bila tulang kekurangan asupan darah dan mati. Tulang yang mati mengalami
kolaps atau diabsorpsi dan diganti dengan tulang yang baru. Sinar-X menunjukkan kehilangan kalsium dan
kolaps struktural.
Harusnya alat fiksasi interna diangkat setelah terjadi penyatuan tulang namun tapi kebanyakan pasien alat
tersebut tidak diangkat sampai menimbulkan gejala nyeri dan penurunan fungsi. Masalah tersebut meliputi
kegagalan mekanis dari pemasangan dan stabilisasi yang tidak memadai, kegagalan material, berkaratnya alat,
respon alergi terhadap logam yang digunakan dan remodeling osteoporotic disekitar alat.
7. Explain about possible factors that can influnce to healing process of fracture!
Fraktur yang salah letak dan berkelompok kecil seringkali menghasilkan cacat; soalnya fragmen
tulang yang pecah dan mati perlu diresorpsi menghambat penyembuhan, memperbesar kalus,
dan memerlukan jangka waktu yang lama untuk remodeling dan mungkin tidak pernah menjadi
normal secara lengkap.
Imobilisasi yang tidak adekuat memungkinkan pergerakan pada tempat fraktur, sehingga unsur
kalus normal tidak terbentuk. Dalam hal ini, penyembuhan terutama terdiri atas jaringan ikat dan
tulang rawan, yang tidak stabil sehingga menghambat penyatuan.
Infeksi (risiko pada fraktur comminuted dan terbuka) merupakan rintangan penyembuhan
fraktur yang serius. Infeksi harus di atasi sebelum terjadi penyatuan tulang dan remodeling.
Kadar kalsium dan fosfor yang inadekuat, defisiensi vitamin, infeksi sistemik, diabetes, atau
insufisiensi vaskular.
Usia dan tulang yg abnormal (contoh: tulang osteoporotik), pemulihan seringkali kurang optimal
tanpa campur tangan ortopedik.
# Fraktur pada anak-anak dan dewasa yang tidak disertai komplikasi, praktis akan terjadi pembentukan
kembali tulang yang sempurna
9. How do the fracture treatment (closed and opened fracture) and dislocation?
Sudut patah
fraktur transversal segmen tulang direposisi dan dikontrol dg bidai gips
fraktur oblik tidak stabil dan sulit diperbaiki
fraktur spiral menimbulkan hy sedikit kerusakan jaringan lunak, cepat sembuh dg imobilisasi
fraktur multiple pada satu tulang
fraktur segmental susah disembuhkan apalagi yg udh ga dpt aliran darah biasannya dg bedah
fraktur beban (kelelahan) biasannya 2 minggu setelahnya akan nyeri karena tjd fraktur tp membaik
setelah imobilisasi/kalo parah dibidai/tongkat
fraktur greenstick tulang akan dpt segera tumbuh dan remodeling ke bentuk fungsi normal
fraktur avulsi ngga ada pengobatan spesifik tp kalo getting worse dibedah
fraktur sendi risiko jadi OA pasca trauma yg progresif kalo ga segera ditangani
a. Reduksi fraktur mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis. Reduksi bisa dilakukan
secara tertutup, terbuka dan traksi tergantung pada sifat fraktur namun prinsip yang mendasarinya tetap sama.
1) Reduksi tertutup
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang kembali keposisinya dengan manipulasi dan
traksi manual
2) Reduksi terbuka
Reduksi terbuka dilakukan pada fraktur yang memerlukan pendekatanbedah dengan menggunakan alat fiksasi
interna dalam bentuk pin, kawat, plat sekrew digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan solid terjadi.
3) Traksi= pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh untuk meminimalisasi spasme otot, mereduksi,
mensejajarkan, serta mengurangi deformitas. Ada traksi kulit dan traksi skelet:
b. Imobilisasi fraktur dpertahankan dlm posisi dan kesejajaran ygbnr smpe tjd penyatuan. Imobilisasi dpt dilakukan
dg fiksai interna (implant logam)atau eksterna (pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu pin dan teknik gips)
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi Latihan otot dilakukan untuk meminimalkan atrofi dan
meningkatkan peredaran darah.
#biru: Robbins, et al, 2007. Buku Ajar Patologi Vol. 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
#hitam: Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
#hijau: http://erepo.unud.ac.id/11105/3/d543e19ec41b66b7030fc0042a04847e.pdf