Community Mental Health Nursing
Community Mental Health Nursing
A. Defenisi CMHN
Comunity Mental Health Nursing adalah upaya untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan
mendapatkan pelayanan yang lebih baik.
CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan
paripurna, berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stres dan
dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan.
CMHN merupakan salah satu strategi berupa program peningkatan
pengetahuan dan keterampilan yang diberikan kepada petugas kesehatan melalui
pelatihan dalam rangka upaya membantu masyarakat menyelesaikan masalah
kesehatan jiwa akibat dampak tsunami, gempa maupun bencana lainnya. Pelatihan
yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu Basic, Intermediate dan Advance
Nursing Training.
Sejalan dengan perkembangan ilmu kesehatan jiwa maka perawat CMHN
perlu dibekali pengetahuan dan kemampuan untuk menstimulasi perkembangan
individu di masyarakat maupun mengantisipasi dan mengatasi penyimpangan yang
menyertai perkembangan psikososial individu di masyarakat. Perawat CMHN sebagai
tenaga kesehatan yang bekerja dimasyarakat dan bersama masyarakat harus
mempunyai kemampuan melibatkan peran serta masyarakat terutama tokoh
masyarakat dengan cara melatih para tokoh masyarakat untuk menjadi kader
kesehatan jiwa (Depkes, 2006).
B. Fungsi CMHN
Upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah-masalah
kesehatan jiwa akibat dampak konflik tsunami, gempa maupun bencana lain.
A. DEFINISI
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert,1985,h.35).
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain.
Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu berubah-
ubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran maupun
perilaku seseorang.
Duka cita adalah suatu proses yang ditandai dengan beberapa tahapan atau
bagian dari aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu : (1) menolak (denial);(2)
marah (anger); (3) tawar-menawar (bargaining); (4) depresi(depression); dan (5)
menerima (acceptance) (TLC, 2004)
B. TIPE KEHILANGAN
1. Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
a) Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
b) Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian
dan kebebasannya menjadi menurun.
2. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
a) Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
b) Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara
aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan
C. JENIS-JENIS KEHILANGAN
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
a) Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang
yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu
dari tipe-tipe kehilangan,yang mana harus ditanggung oleh
seseorang.Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang
dicintai.Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau
jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa
dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
b) Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan
tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap
keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam
kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara
atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang
dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi
tubuh.
c) Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau
bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang
dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan
kegunaan benda tersebut.
d) Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat
dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu
periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka
akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
e) Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan
respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang
sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.
D. TAHAP-TAHAP BERDUKA
Teori Kubler-Ross kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969)
adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a) Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak
untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak,
tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum
dilontarkan klien.
b) Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada
setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada
fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan
marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan
merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
c) Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau
jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.
d) Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya
melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e) Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.
E. INTERVENSI
No Perencanaan Rasional
1. Tentukan pada tahap berduka mana pasian terfiksasi. Pengkajian data dasar yang akurat adalah penting untuk
Identifikasi perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap perencanaan keperawatan yang efektif bagi pasien yang
ini. berduka.
2. Bina hubungan saling percaya dengan klien.Perlihatkan sikap Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan
empati dan perhatian kepada klien. dasar terbina hubungan terapeutik.
3. Berikan motivasi dan anjurkan klien mengenali peristiwa Motivasi dan mengenali jenis kehilangan akan membuat klien
kehilangan yang dialaminya, untuk mendiskusikan pikiran dan lebih terbuka mengenai pikiran dan perasaannya.
perasaannya.
4. Dengarkan klien dengan penuh empati. Berikan respon dan Hal ini menunjukkan rasa peduli terhadap perawatan klien,
tidak menghakimi. tetapi tidak terlibat secara emosi. Klien akan merasa aman dan
nyaman saat bercerita kepada perawat.
5. Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang
yang berhubungan dengan setiap tahap. Bantu pasien untuk berhubungan dengan berduka yang normal dapat menolong
mengerti bahwa perasaan seperti rasa sedih dan kesepian mengurangi beberapa perasaan bersedih menyebabkan
terhadap konsep kehilangan dan berduka adalah perasaan yang timbulnya respon-respon ini.
wajar dan dapat diterima selama proses berduka.
6. Anjurkan klien mengidentifikasi cara – cara mengatasi berduka Klien mampu memilih cara mengatasi kedukaan yang dirasa
yang dialaminya. membuat klien nyaman.
7. Libatkan klien dalam aktivitas kelompok sesuai Aktivitas fisik / memberikan suatu metode yang aman dan
dengan aktivitas yang disenanginya. efektif untuk mengeluarkan emosi dan kedukaan yang
terpendam.
8. Anjurkan klien memahami hubungan antara kehilangan yang Mampu menerima baik aspek positif maupun negatif dari
dialami dengan keadaan dirinya serta memanfaatkan faktor konsep kehilangan sebelum proses berduka selesai
pendukung . seluruhnya.
9. Anjurkan kepada keluarga klien menjaga komunikasi dan Selalu menjaga komunikasi dengan anak- anak dan
hubungan interpersonal menjadikan anak- anak sebagai sahabat akan membuat
masing-masing pihak saling mengerti dan memahami situasi
yang dialami.
10. Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan hal Mampu mengurangi ekspresi perasaan sedih.
yang dapat diterima.Menggunakan sentuhan merupakan hal
yang terapeutik dan tepat untuk kebanyakan klien.
11. Dorong pasien untuk menjangkau dukungan spiritual selama Merupakan salah satu metode untuk mengontrol perasaan dan
waktu ini dalam bentuk apapun yang diinginkan untuknya.Kaji memperoleh kenyamanan
kebutukan-kebutuhan spiritual pasien dan bantu sesuai
kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu
DAFTAR PUSTAKA