Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIK PROGRAM STUDI PROFESI NERS CMHN

OLEH:

Asti Winda Wati, S. Kep

20501006

PRESEPTOR AKADEMIK

Ns. Rina Heryanti, M.Kep

MASA PRAKTIK

13 OKTOBER - 31 OKTOBER 2020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING

(CMHN)

A. Definisi CMHN
CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik dan
paripurna berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stres dan
dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan. Perawat bekerja sama
dengan klien, keluarga dan tim kesehatan lain dalam melakukan tindakan.
Kegiatan CMHN ini merupakan suatu pendekatan asuhan keperawatan jiwa
masyarakat yang dapat di lakukan oleh perawat melalui pelatihan khusus
untuk kesehatan jiwa yang ditempatkan di setiap pelayanan kesehatan dasar
atau puskesmas, bertugas membantu masyarakat menyelesaikan masalah-
masalah kesehatan jiwa akibat dampak tsunami, konflik dan masalah sosial
lainnya. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat
khususnya klien dan keluarga agar mampu mandiri memenuhi kebutuhannya
serta meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat CMHN adalah memberikan
asuhan keperawatan pada klien sehat, resiko dan gangguan jiwa. Keluarga
sebagai bagian dari masyarakat merupakan sumber daya yang memiliki
potensi untuk dilibatkan dalam pelayanan terhadap klien gangguan jiwa,
psikososial maupun klien sehat jiwa. Kegiatan ini dinyatakan sukses dalam
mengatasi masalah kesehatan jiwa masyarakat di Aceh maupun di Kepulauan
Nias, oleh sebab itu program ini diikuti oleh berbagai daerah di Indonesia
(Keliat, Daulima & Farida, 2011).
B. Konsep Community Mental Health Nursing (CMHN)
Konsep utama Community Mental Health Nursing (CMHN) adalah
memberikan perawatan dengan metode yang efektif dalam merespon
kebutuhan kesehatan jiwa perawatan dengan metode yang efektif dalam
merespon kebutuhan kesehatan jiwa individu, keluarga atau kelompok.
Komunitas menjadi dasar pelayanan keperawatan jiwa dengan cara
memberikan perawatan dalam bentuk hubungan terapeutik bersama pasien di
rumah, tempat kerja, rumah singgah, klinik kesehatan jiwa, pusat perawatan
primer, pusat krisis, rumah perawatan atau setting komunitas lainnya.
Fokus utama dalam CMHN adalah pentingnya menjalin kerjasama
dengan keluarga, orang yang bearti bagi pasien dan kerjasama dalam berbagai
setting di komunitas. Tujuan dari CMHN yaitu memberikan pelayanan,
konsultasi dan edukasi, atau memberikan informasi mengenai prinsip-prinsip
kesehatan jiwa kepada para agen komunitas lainnya. Tujuan lainnya adalah
menurunkan angka resiko terjadinya gangguan jiwa dan meningkatkan
penerimaan komunitas terhadap praktek kesehatan jiwa melalui edukasi.
Konsep CMHN yang paling penting adalah pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam kondisi sehta
mental, beresiko gangguan jiwa dan mengalami gangguan jiwa tanpa
melibatkan rumah sakit (Yosep, Iyus, dkk, 2014).

C. Fungsi CMHN
Upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat menyelesaikan
masalah-masalah kesehatan jiwa akibat dampak konflik tsunami, gempa
maupun bencana lain.
Adapun tugas dan fungsi dari perawat/petugas CMHN meliputi :
1. Perencanaan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990 dalam
Keliat et. al, 2006). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu
rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan
itu dilaksanakan dan dimana kegiatan itu dilakukan. Perencanaan yang
matang akan memberi petunjuk dan mempermudah dalam melaksanakan
suatu kegiatan. Tanpa perencanaan kegiatan akan menjadi tidak terarah
sehingga hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diinginkan.
Jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka pendek, menengah dan
panjang. Perencanaan jangka panjang disebut juga perencanaan strategis
yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah
dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun sedangkan perencanaan jangka
pendek dibuat 1 jam sampai dengan satu tahun (Marquia & Houston, 1998
dalam Depkes, 2006).
Kegiatan perencanaan yang akan digunakan dipelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan
kebijakan. Untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan
jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan tahunan dan bulanan.
Perencanaan di pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah
perencanaan kegiatan yang akan dilakukan oleh perawat supervisor,
perawat CMHN di puskesmas dan kader kesehatan jiwa.
Rencana jangka pendek yang diterapkan pada pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas terdiri dari rencana bulanan dan tahunan (Keliat
et.al, 2006).
1) Rencana bulanan perawat CMHN Rencana bulanan adalah kegiatan
yang akan dilaksanankan oleh perawat CMHN dan kader dalam waktu
satu bulan. Rencana bulanan perawat meliputi dua aspek, yaitu:
a. Kegiatan manajerial Contoh kegiatan : supervisi kader,
rapat/pertemuan
b. Kegiatan asuhan keperawatan Asuhan keperawatan pada pasien
dan keluarga, yang terdiri dari :
1. Pendidikan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang sehat,
kelompok yang berisiko masalah psikososial dan kelompok
keluarga pasien gangguan jiwa.
2. Asuhan keperawatan masalah psikososial
3. Asuhan keperawatan risiko masalah psikososial
4. Asuhan keperawatan gangguan jiwa
5. Kegiatan terapi aktifitas kelompok dan rehabilitasi untuk
kelompok pasien yang mengalami gangguan jiwa.
2) Rencana tahunan perawat CMHN Setiap akhir tahun perawat
melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan
sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahun
berikutna. Rencana kegiatan tahunan mencakup :
a. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas berupa kegiatan yang
dilaksanakan dan hasil evaluasi (wilayah kerja puskesmas dan
Desa Siaga Sehat Jiwa).
b. Penyegaran terkait dengan materi pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan untuk memantapkan hal-hal yang
masih rendah.
c. Pengembangan SDM (perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa)
dalam bentuk rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal
dan informal.
2. Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai
suatu tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan untuk
pengkoordinasian aktivitas yang tepat baik vertikal maupun horizontal,
yang bertanggung jawab (Keliat et.al, 2006). Pengorganisasian kegiatan
dan tenaga dalam pelayanan kesehatan jiwa komunitas menggunakan
pendekatan lintas sektoral dan lintas program. Setiap perawat CMHN di
puskesmas bertanggung jawab terhadap sejumlah desa yang menjadi area
binaan. Desa siaga sehat jiwa dipimpin oleh perawat CMHN puskesmas
yang bertanggung jawab terhadap dua desa atau lebih. Tokoh masyarakat
didesa berperan sebagai penasehat atau pelindung kader kesehatan jiwa.
Beberapa kader kesehatan jiwa bertanggung jawab terhadap masing-
masing dusun yang melakukan kegiatan desa siaga sehat jiwa.
Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian desa siaga sehat jiwa adalah :
a. Wilayah kerja puskesmas dibagi dua untuk 2 orang perawat CMHN.
Misalnya ada 20 desa maka masing-masing perawat bertanggung
jawab pada 10 desa.
b. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat menetapkan satu desa
untuk dikembangkan menjadi desa siaga sehat jiwa.
c. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat pada tingkat desa
menetapkan calon kader kesehatan jiwa pada tingkat dusun. Tiap
dusun minimal 2 kader kesehatan jiwa.

Pengelompokkan keluarga pada desa siaga sehat jiwa berdasarkan


asuhan keperawatan yang diberikan yaitu asuhan keperawatan diberikan
kepada keluarga yang sehat, risiko dan gangguan. Keluarga yang sehat
dikelompokkan dalam usia:

1. Keluarga dengan bayi 0-18 bulan


2. Keluarga dengan kanak-kanak 18-36 bulan
3. Keluarga dengan pra sekolah 3-6 tahun
4. Keluarga dengan anak sekolah 6-12 tahun
5. Keluarga dengan remaja 12-18 tahun
6. Keluarga dengan dewasa muda 18-25 tahun
7. Keluarga dengan dewasa 25-65 tahun
8. Keluarga dengan lansia > 65 tahun
3. Pengarahan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen yaitu
pelaksanaan perencanaan kegiatan dalam bentuk tindakan untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pengarahan
pekerjaan diuraikan dengan jelas dalam bentuk tugas yang harus
dilaksanakan. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan diperlukan
iklim kerja yang menyenangkan, pengelolaan waktu secara efisien,
keterampilan komunikasi yang baik, pengelolaan konflik, memfasilitasi
kolaborasi, melaksanakan pendelegasian dan supervisi, melakukan
negosiasi dan advokasi lintas program dan sektor (Keliat et.al, 2006).
Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah menciptakan budaya
motivasi, menerapkan manajemen waktu, melaksanakan pendelegasian,
melaksanakan supervisi dan komunikasi yang efektif, melakukan
manajemen konflik.
1. Manajemen Waktu
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang
dimiliki. Pada desa siaga sehat jiwa manajemen waktu diterapkan
dalam bentuk penerapan rencana kegiatan bulanan untuk perawat
CMHN dan kader kesehatan jiwa masyarakat. Aktivitas manajemen
waktu dievaluasi melalui instrumen evaluasi perencanaan.
2. Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain.
Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi
tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendelegasian dilaksanakan melalui proses :
a. Buat rencana tugas yang perlu diselesaikan
b. Identifikasi kemampuan kader kesehatan jiwa yang akan
melaksanakan tugas
c. Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa
tujuannya
d. Jika kader kesehatan jiwa tidak mampu melaksanakan tugas karena
menghadapi masalah tertentu maka perawat CMHN harus bias
menjadi contoh peran dan menjadi nara sumber untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi
e. Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
3. Supervisi
Supervisi adalah proses memastikan kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Kegiatan supervisi
dilaksanakan untuk menjamin kegiatan pelayanan kesehatan jiwa
sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Fasilitator nasional,
fasilitator provinsi dan dinas kesehatan melakukan supervise satu kali
sebulan terhadap fasilitator lokal, perawat CMHN dan kader kesehatan
jiwa masyarakat, fasilitator lokal dan kepala puskesmas melakukan
supervisi dua kali seminggu terhadap perawat CMHN dan kader
kesehatan jiwa. Sedangkan perawat CMHN melakukan supervisi satu
kali seminggu terhadap kader kesehatan jiwa. Hal yang di supervisi
adalah kemampuan fasilitator local, perawat CMHN dan kader
kesehatan jiwa dalam melaksanakan tugasnya terkait aspek manajerial
dan asuhan keperawatan.
4. Manajemen Konflik
Konflik adalah perbedaan pandangan dan ide antara satu orang
dengan orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari
sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik
mungkin terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu
dibudayakan manajemen konflik. Cara penanganan konflik ada
beberapa macam yaitu bersaing, berkolaborasi, menghindar,
mengakomodasi dan berkompromi. Penanganan konflik yang
diterapkan dalam pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas
adalah dengan cara kolaborasi. Cara ini adalah salah satu bentuk kerja
sama berbagai pihak yang terlibat konflik dalam menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan
persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Untuk itu pembudayaan
kolaborasi antar pihak-pihak terkait menjadi prioritas utama dalam
menyelenggarakan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas.

D. Program CMHN
Membentuk desa siaga sehat jiwa, yaitu:
1. Pendidikan kesehatn jiwa untuk masyarakat sehat
2. Pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial
3. Resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa
4. Terapi aktivitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri
5. Rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri
6. Askep bagi keluarga pasien gangguan jiwa

E. Tujuan CMHN
1. Tujuan umum :
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa bagi masyarakat
sehingga tercapai kesehatan jiwa masyarakat secara optimal.
2. Tujuan khusus :
a) Menjelaskan konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas
b) Menerapkan komunikasi terapeutik dalam memberikan pelayanan /
asuhan keperawatan jiwa
c) Menjelaskan peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa dalam
memberikan pelayanan keperawatan
d) Bekerjasama dengan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan peran dan fungsinya
e) Menerapkan konsep pengorganisasian masyarakat dalam memberikan
pelayanan keperawatan kesehatan jiwa
f) Memberikan asuhan keperawatan pada anak dan remaja dengan
gangguan jiwa : depresi dan perilaku kekerasan
g) Memberikan asuhan keperawatan pada usia dewasa yang gangguan
jiwa dengan masalah : harga diri rendah, perilaku kekerasan, resiko
bunuh diri, isolasi diri, halusinasi, waham dan defisit perawatan diri
h) Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan jiwa :
depresi dan demensia
i) Mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa komunitas
REFERENSI

Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC


Direja Surya, Herman Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Keliat, Daulima. (2011). Buku Ajar CMHN. Jakarta: Salemba Medika
LAPORAN PENDAHULUAN
PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH
A. Anak Usia sekolah
Periode usia sekolah: berlangsung sekitar usia 6 hingga 11 tahun. Pada
periode ini anak-anak belajar tentang lingkungan yang lebih luas dan
menguasai tanggung jawab baru yang menyerupai tanggung jawab orang
dewasa. Keutamaan dari periode ini adalah meningkatnya kemampuan
atletik, partisipasi dalam permainan yang memiliki aturan, proses berpikir
yang lebih logis, penguasaan keterampilan dasar membaca, menulis, dan
berhitung serta kemajuan dalam pemahaman diri, moralitas, dan hubungan
persahabatan.
a. Perkembangan psikososial.
Tinjauan Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi anak pada
usia 6 dan 12 tahun sebagai "industri versus inferioritas”.
1) Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup
teman sekolah dan guru.
2) Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tugas
perkembangan pertama (kepercayaan, otonomi, dan inisiatif) dan saat
ini berfokus pada penguasaan kepandaian (industry)
3) Perasaan industri berkembang dari suatu keinginan untuk pencapaian.
4) Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak realistis
atau perasaan gagal dalam memenuhi standar yang ditetapkan orang
lain untuk anak Ketika anak merasa tidak adekuat, rasa percaya dirinya
akan menurun.
5) Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan aktivitas yang dapat ia
selesaikan.
6) Usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi, dan kerjasama untuk
mencapai tujuan.
7) Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting semakin
meningkat.

b. Rasa takut dan stressor


1. Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-kanak awal
dapat terselesaikan atau berkurang, namun anak dapat
menyembunyikan rasa takutnya untuk menghindari dikatakan sebagai
“pengecut” atau “bayi”.
2. Rasa takut yang sering terjadi :
a. Gagal di sekolah.
b. Gertakan.
c. Guru yang mengintimidasi.
d. Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua.
3. Stresor yang sering terjadi
a. Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih kecil, yaitu
dipermalukan, membuat keputusan, membutuhkan
izin/persetujuan, kesepian, kemandirian, dan lawan jenis.
b. Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih besar yaitu
kematangan seksual, rasa malu, kesehatan, kompetisi, tekanan dari
teman sebaya, dan keinginan untuk menggunakan obat-obatan.
4. Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu mengurangi
rasa takut anak dengan berkomunikasi secara empati dan perhatian
tanpa menjadi overprotektif.
5. Anak perlu mengetahui bahwa orang-orang akan mendengarkan
mereka dan memahami perkataannya.

c. Sosialisasi
1. Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan
kematangaan seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dalam
yang lebih kompleks, membuat keputusan, dan kegiatan yang
memiliki tujuan.
2. Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya,
perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan kemampuannya.
3. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang
baru.
4. Aktivitas kelompok, termasuk tim olahraga, biasanya menghabiskan
banyak waktu dan energi.
B. Asuhan Keperawatan Jiwa Diagnosis Sehat
1. Kesiapan Peningkatan perkembangan Anak
Sekolah
Kesiapan peningkatan perkembangan anak usia sekolah adalah anak
usia 6-12 tahun. Perkembangan kemampuan psikososial anak usia
sekolah adalah kemampuan menghasilkan karya, berinteaksi dan
berprestasi dalam belajar. Jika anak sekolah tidak mampu mencapai
perkembangan maka anak sekolah akan mengalami rendah diri/minder
(Keliet,dkk.,2015)
2. Tanda dan gejala
a. Subjektif:
1) Menyebutkan nama dan jenis kelamin
2) Menjelaskan nama dan fungsi benda
3) Membaca doa
4) Mengucapkan perasaan marah, senang, takut, sedih
5) Menyampaikan pendapat dan keinginan, puas dengan
keberhasilan
6) Menceritakan kebaikan dan mengungkapkan kesalahan
b. Objektif
1) Membaca, menulis, berhitung
2) Mempunyai prestasi akademik
3) Mempunyai teman sebaya
2. Tujuan Asuhan Keperawatan
a. Kognitif , anak mampu:
1) Mengembangkan kecerdasan
2) Memahami nilai-nilai moral
3) Mempelajari pelajaran sekolah
4) Menyelesaikan tugas sekola
5) Beradaptasi
6) Memilih rasa bersahabat dan bersaing
7) Senang berkelompok

b. Psikomotor, anak mampu:


1) Mempertahankan kesehatan fisik
2) Melakukan kegiatan fisik sesuai usianya
3) Melakukan hobi
4) Menyelesaikan kegiatan rumah tangga yang sederhana
c. Afektif, anak mampu:
1) Megekpresikan perasaan
2) Mengungkapkan kesalahan
3) Merasakan bahagia terhadap kebaikan yang pernah dilakukan
4) Merasakan kepuasan terhadap keberhasilan yang dicapai
3. Tindakan Keperawatan pada Anak Sekolah
Tindakan keperawatan ners:
a. Bantu anak mengembangkan kecerdasan: mendiskusikan kelebihan dan
kemampuan anak, menjelaskan dn melatih keterampilan, memberi bacaan
dan permainan yang meningkatkan kemampuan, melibatkan anak dalam
pekerrjaan rumahtangga sederhana, latih anak sesuai dengan pelajaran
disekolah dan kembangkan hobi yang dimiliki anak.
b. Bantu anak mengenal dan menmahami nilai moral: terapkan nilai agama
dan budaya positif pada anak.
c. Latih anak mengembangkan keterampilan sosial: beri waktu untuk anak ,
bermain di luar rumah bersama teman dan kelompoknya, motivasi anak
untuk mengikuti perlombaan untuk belajar bersaing dan bersahabat, latih
anak berinteraksi dengan orang lain.
d. Latih kedesiplinan pada anak, bimbing anak saat menonton televisi,
membaca buku cerita, bermain gadget, dan menilai manfaatnya.
e. Ajarkan kebersihan diri
f. Beri pujian pada setiap pencapaian anak.

Tindakan pada keluarga


Tindakan keperawatan ners: tindakan keperawatan ners pada keluarga
diberikan kepada oarang tua dan pengasuh (care giver) dari anak
sekolah,kegiatannya yaitu:
a. Jelaskan perkembangan yang harus dicapai anak sekolah
b. Latih cara memfasilitasi anak sekolah untuk berkarya, produktif,
kompeten, dan berhasil dalam ujian belajar
c. Ajarkan cara mendorong anak berkarya: mendiskusikan keberhasian, jalan
keluar kegagalan, dampingi dan beri semangat serta pujian
d. Ciptakan suasana keluarga yang mendukung anak berkarya dengan
memberi motivasi positif
e. Latih keluarga mendampingi anak sekolah:
1) Belajae, mengerjakan tugas sekolah dengan gembira dan semangat
2) Memberi tugas rumah tangga yang disukai anak sekolah
3) Memfasiliatasi bermain dengan kelompok sebaya
f. Menyepakati waktu penggunaan smartphone
g. Diskusikan tanda penyimpanan dan cara mengatsi serta pelayanan
kesehatan
Tindaka pada kelompok
1. Tindakan keperawatan ners: edukasi kelompok anak sekolah dan
kelompok oarang tua
2. Tindakan keperawatan spesialis: terapi kelompok terapeuntik anak
sekolah:
1) Sesi 1: Stimulasi perkembangan aspek motorik
2) Sesi 2: Stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa
3) Sesi 3: Stimulasi perkembangan aspek emosional dan kepribadaian
4) Sesi 4: Stimulasi perkembangan aspek moral dan spiritual
5) Sesi 5: Stimulasi perkembangan aspek psikososial
6) Sesi 6: monitoring dan evaluasi pengalaman dan manfaat latihan
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati, F.2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :Salemba Medika
Nasriati, rini. 2014. Kesehatan Jiwa Remaja. Ideal Nursing Journal. Vol II
Keliat, Budi Anna,dkk. 2015. Asuha keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai