Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN SURAH AL QAMAR AYAT 52-53

“Tatkala Catatan Amal Menjadi Saksi Kehidupan di Dunia”


Prof. Dr. H Saufyan Sauri, M.Pd

Disusun oleh : Darmasta Maulana

Ayat 52
‫َﻰ ٍء ﻓَ َﻌﻠُﻮهُ ﻓِﻰ ﱡ‬
‫ٱﻟﺰﺑ ُِﺮ‬ ْ ‫َو ُﻛﻞﱡ ﺷ‬
Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan

Ayat 53
‫ﯿﺮ ﱡﻣ ْﺴﺘَﻄَ ٌﺮ‬
ٍ ِ‫ﯿﺮ َو َﻛﺒ‬ َ ‫َو ُﻛﻞﱡ‬
ٍ ‫ﺻ ِﻐ‬
Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.

Asbabun Nuzul
« Ayat ini turun karena Allah menegaskan kepada orang orang kafir bahwa seluruh amalan
makhluk tercatat oleh malaikat Allah dan tidak satupun yang terlewat. Maka segala yang
mereka perbuat akan dihisab oleh malaikat pencatat amal.
# Kemudian Allah menjelaskan bahwa seluruh dari amalan amalan makhluk, ucapannya,
perbuatannya, dan tindak tanduk dari makhluk telah ditetapkan di Lauhul Mahfudz baik
urusan kecil maupun besar, yang nampak maupun tersembunyi. (Tafsir Al Wajiz)

Kandungan Ayat

1. Segala sesuatu yang telah mereka perbuat kapan dan di mana pun tercatat dengan rinci
oleh malaikat Allah dalam buku buku catatan
2. Segala sesuatu baik yang kecil Maupun yang besar tertulis dengan rinci.

Penjelasan dari Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an


Semua perbuatan makhluk tertulis dalam buku catatan oleh malaikat Allah Subhanahu
wataa’la secara rinci baik yang kecil, besar, bahkan yang dianggap remeh tercatat tanpa
terlewat satupun amalan. Buku catatan ini yang akan menjadi saksi perbuatan makhluk
Ketika di dunia.
Nilai nilai pendidikan

1. Senantiasa belajar menghisab diri atas apa yang telah dilakukan


2. Belajar memperbaiki kesalahan dan tidak mengulanginya serta senantiasa memperbanyak
membaca istighfar
3. Memperbanyak mengingat kematian agar menjadi orang yang cerdas dan senantiasa
banyak berdoa kepada Allah agar kita Husnul khatimah
4. Berpikirlah sebelum bertindak dan takutlah kepada Allah karena Allah Maha Mengawasi
hamba-Nya, malaikat juga senantiasa menyertai makhluk dan menuliskan semua
perbuatan-perbuatannya

Ayat relevan
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
ِ ‫ﺎن ﻋ َِﻦ ا ْﻟﯿَ ِﻤ‬
ِ ‫ﯿﻦ َوﻋ َِﻦ اﻟ ﱢﺸ َﻤ‬
‫ﺎل ﻗَ ِﻌﯿ ٌﺪ‬ ِ َ‫إِ ْذ ﯾَﺘَﻠَﻘﱠﻰ ا ْﻟ ُﻤﺘَﻠَﻘﱢﯿ‬
“(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri”. (QS. Qaf : 17).
‫َﻣﺎ ﯾَ ْﻠﻔِﻆُ ِﻣ ْﻦ ﻗَﻮْ ٍل إِ ﱠﻻ ﻟَ َﺪ ْﯾ ِﮫ َرﻗِﯿﺐٌ َﻋﺘِﯿ ٌﺪ‬
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir”. (QS. Qaf : 18).
Q.S. Qaf ayat 17-18 menceritakan tentang ketika dua orang malaikat mencatat amal
perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada
suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir .
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
(12) َ‫( ﯾَ ْﻌﻠَ ُﻤﻮنَ َﻣﺎ ﺗَ ْﻔ َﻌﻠُﻮن‬11) َ‫( ِﻛ َﺮا ًﻣﺎ ﻛَﺎﺗِﺒِﯿﻦ‬10) َ‫َوإِ ﱠن َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﺤﺎﻓِ ِﻈﯿﻦ‬
10. Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),
11. yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (amal perbuatanmu),
12. mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ibnu Abbas RA berkata: ”Malaikat itu mencatat segala sesuatunya dari perkara yang baik dan
yang buruk yang dikerjakan oleh hamba tersebut sampai pada perkara – perkara yang mubah
yang keluar dari mulutnya? Seperti: makan, minum, pergi, pulang dicatat semuanya tidak ada
yang luput.
Oleh karena itu, sepantasnya kita semakin menjaga apa yang kita ucapkan dan menjaga
tangan dari apa yang dituliskan karena tulisan bagian dari lidah yang tajam, diriwayatkan
oleh Imam Ahmad Rahimahullah dari sahabat yang mulia Bilal ibn Al Harist Al -Muzani RA
beliau berkata, Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam bersabda: “Sungguh seorang hamba
mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya
ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang
hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia
menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilempurkan ke dalam api
neraka” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pembaikan buku amal


َ ِ‫س ﺑِﺈِ َﻣﺎ ِﻣ ِﮭ ْﻢ ﻓَ َﻤ ْﻦ أُوﺗِ َﻲ ِﻛﺘَﺎﺑَﮫُ ﺑِﯿَ ِﻤﯿﻨِ ِﮫ ﻓَﺄُوﻟَﺌ‬
ْ ‫ﻚ ﯾَ ْﻘ َﺮءُونَ ِﻛﺘَﺎﺑَﮭُ ْﻢ َوﻻ ﯾ‬
‫( َو َﻣ ْﻦ َﻛﺎنَ ﻓِﻲ ھَ ِﺬ ِه أَ ْﻋ َﻤﻰ‬71) ‫ُﻈﻠَ ُﻤﻮنَ ﻓَﺘِﯿﻼ‬ ٍ ‫}ﯾَﻮْ َم ﻧَ ْﺪﻋُﻮا ُﻛ ﱠﻞ أُﻧَﺎ‬
{ (72) ‫ﺿﻞﱡ َﺳﺒِﯿﻼ‬ َ َ‫اﻵﺧ َﺮ ِة أَ ْﻋ َﻤﻰ َوأ‬ِ ‫ﻓَﮭُ َﻮ ﻓِﻲ‬
(Ingatlah) suatu hari (Yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan
barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini akan
membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. Dan barang siapa yang buta
(hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat
dari jalan (yang benar).
Dua golongan penerima
Dua golongan penerima buku catatan amal
• Penerima buku catatan dengan tangan kanannya, mereka adalah orang orang Mukmin.
Penerima buku catatan dengan tangan kirinya atau dari balik punggungnya. Mereka adalah
orang yang tidak beriman dan kafir.

٧:‫ﻓَﺄ َ ﱠﻣﺎ َﻣ ْﻦ أُوْ ﺗِ َﻰ ِﻛ ٰﺘﺒَﮫٗ ﺑِﯿَ ِﻤ ْﯿﻨِ ٖ ۙﮫ ﴿اﻹﻧﺸﻘﺎق‬


fa-ammaa man uutiya kitaabahuu biyamiinih
7. Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya,

٨:‫ﻓَﺴَﻮْ فَ ﯾُ َﺤﺎ َﺳﺐُ ِﺣ َﺴﺎﺑًﺎ ﯾَ ِﺴ ْﯿﺮًا ﴿اﻹﻧﺸﻘﺎق‬


fasaufa yuhaasabu hisaabay yasiiroo
8. maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,

٩:‫َوﯾَ ْﻨﻘَﻠِﺐُ اِ ٰﻟٓﻰ اَ ْھﻠِ ٖﮫ َﻣ ْﺴﺮُوْ رًا ﴿اﻹﻧﺸﻘﺎق‬


wayangqolibu ilaa ahlihii masruuroo
9. dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.
١٠:‫َوأَ ﱠﻣﺎ َﻣ ْﻦ أُوﺗِ َﻰ ِﻛ ٰﺘﺒَﮫٗ َو َر ٓا َء ظَﮭ ِْﺮ ٖ ۙهۦ ﴿اﻹﻧﺸﻘﺎق‬
wa-ammaa man uutiya kitaabahuu waroo-a dzohrih
10. Dan adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang,

١١:‫ﻓَﺴَﻮْ فَ ﯾَ ْﺪ ُﻋﻮْ ﺛُﺒُﻮْ رًا ﴿اﻹﻧﺸﻘﺎق‬


fasaufa yad’uu tsubuuroo
11. maka dia akan berteriak,”Celakalah aku!”

١٢:‫ﱠوﯾَﺼْ ٰﻠﻰ َﺳ ِﻌ ْﯿﺮ ًۗا ﴿اﻹﻧﺸﻘﺎق‬


wayashlaa sa’iiroo
12. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala

Sengsaranya orang yang mendapat buku catatan dengan tangan kirinya


Dalam Tafsir Ibnu Katsir di Jelaskan : Dan inilah berita tentang orang orang yang sengsara,
jika salah seorang diantara mereka diberi buku catatan amalnya dalam persidangan kelak dari
sebelah kirinya, Pada saat itu yang ada hanyalah penyesalan yang tiada terhingga . Maka dia
berkata “Wahai alangkah baik kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku ini, Dan aku tidak
mengetahui apa hisab terhadap diriku”, Dia tidak dapat menerima kenyataan yg amat buruk
terhadap dirinya.

Kesaksian Penghisaban Buku Amal


Rasulullah bersabda dalam riwayat Ibnu Umar, “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah mendekati seorang mukmin, lulu meletakkan padanya sinar dan
menutupinya (dari pandangan orang lain), lalu (Allah) berseru: “Tahukah engkau dosa ini?
Tahukah engkau dosa itu?’ Mukmin tersebut menjawab, ‘Ya, wahai Rabb ku,” hingga bila
selesai meyampaikan semua dosa dosanya dan mukmin tersebut melihat dirinya telah binasa,
Allah berfirman ,Aku telah rahasiakan (menutupi) dosa itu di dunia, dan Aku sekarang
mengampunimu,’ lalu ia diberi kitab kebaikannya. Sedangkan orang kafir dan munafik, maka
Allah berfirman: Orang orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka. Ingatlah,
kutukan Allah (ditimpakan) atas orang orang yang zhalim”, (HR. Bukhari)
Pelaksanaan Hisab Buku Amal
Pelaksanaan hisab dilakukan dalam satu waktu, dan Allah Subhanahu wataa’la yang akan
melakukannya, kemudian diberikan kitab yang telah ditulis malaikat agar dibaca dan
diketahui oleh setiap orang, Firman Allah Subhanahu wata’ala,
QS. Al-Kahf Ayat 49
‫ﺼٮﮭَ ۚﺎ‬ ٓ ‫ﺻ ِﻐ ْﯿ َﺮةً و َﱠﻻ ﻛَﺒِ ْﯿ َﺮةً اِ ﱠ‬
ٰ ْ‫ﻻ اَﺣ‬ ِ ‫ﺎل ٰھ َﺬا ْاﻟ ِﻜ ٰﺘ‬
َ ‫ﺐ َﻻ ﯾُﻐَﺎ ِد ُر‬ ِ ‫ﺿ َﻊ ْاﻟ ِﻜ ٰﺘﺐُ ﻓَﺘَ َﺮى ْاﻟ ُﻤﺠْ ِﺮ ِﻣ ْﯿﻦَ ُﻣ ْﺸﻔِﻘِ ْﯿﻦَ ِﻣ ﱠﻤﺎ ﻓِ ْﯿ ِﮫ َوﯾَﻘُﻮْ ﻟُﻮْ نَ ٰﯾ َﻮ ْﯾﻠَﺘَﻨَﺎ َﻣ‬
ِ ‫َو ُو‬
‫ﻚ اَ َﺣﺪًا‬َ ‫ﻈﻠِ ُﻢ َرﺑﱡ‬ْ َ‫ﺎﺿﺮ ًۗا َو َﻻ ﯾ‬ِ ‫َو َو َﺟ ُﺪوْ ا َﻣﺎ َﻋ ِﻤﻠُﻮْ ا َﺣ‬

Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa
ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Betapa celaka
kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan
tercatat semuanya,” dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis).
Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun.

Hikmah dicatatnya amal perbuatan Membuktikan keadilan Allah Subhanahu wataa’la


Karena di hari kiamat kelak, manusia akan diminta untuk membaca catatan amalnya sendiri,
menghisab dirinya, dan mengakui segala dosanya. Allah Subhanahu wataa’la berfirman:
QS. Al-Isra’ Ayat 14
‫ﻚ َﺣ ِﺴ ْﯿﺒ ًۗﺎ‬ َ ۗ َ‫اِ ْﻗ َﺮ ْأ ِﻛﺘَﺎﺑ‬
َ ‫ﻚ ﻛ َٰﻔﻰ ﺑِﻨَ ْﻔ ِﺴ‬
َ ‫ﻚ ا ْﻟﯿَﻮْ َم َﻋﻠَ ْﯿ‬

“Bacalah kitabmu, cukuplah dn sendiri pada waktu ini si sebagai penghisab terhadapmu.” (Qs
al Isra”: 14).
Karena itulah, betapa rugi orang orang yang menjadikan dunia adalah tujuan hidupnya. Ali
bin Abi Thalib berkata, “Setiap kenikmatan selain surga hanyalah tipuan, dan setiap musibah
selain neraka hanyalah peringatan.”
Lima pertanyaan yang kelak ditanyakan pada hari kiamat
Di dalam kitab Tafsir Surah Yasin, Syekh Hamami Zadah menuliskan tentang lima
pertanyaan yang kelak ditanyakan pada hari kiamat:
» Pertama, untuk hal apa umurmu dihabiskan?
» Kedua, untuk hal apa masa mudamu digunakan?
« Ketiga, dari mana kamu mendapatkan harta?
« Keempat, untuk apa harta itu dibelanjakan?
» Kelima, apa yang kamu perbuat dengan ilmumu?
Hadis-hadis tentang anjuran hisab di dunia
Dalam hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas (RA), Rasulullah Saw. Bersabda, “Kita
adalah umat terakhir (di dunia), tapi yang pertama dihisab (di akhirat).” Seorang sahabat
bertanya, “Di manakah urnat umat yang lainnya dan nabi mereka?” Rasulullah Saw.
Menjawab, “Kita adalah yang terakhir dan yang pertama.” (HR. Ibn Majah)
Nabi Shalallahu alaihi wa salam. Mewanti wanti, “Hisablah diri kalian sebelum kalian
dihisab oleh Allah SWT kelak. Bersiaplah menghadapi hari perhitungan yang amat dahsyat.
Sesungguhnya, hisab pada hari kiamat akan terasa ringan bagi orang yang selalu menghisab
dirinya ketika di dunia.” (HR. Tirmidzi).
Nabi Saw. Bersabda, “Seorang hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi
dirinya sebagaimana dia mengoreksi temannya.” (HR. Tirmidzi).

Menghisab Diri
Menghisab Diri merupakan upaya mengelola hati dan mengendalikan diri
Nabi shalallahu alaihi wa salam Bersabda, “Orang yang paling bijak adalah orang yang selalu
mengendalikan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian.” (HR.
Tirmidzi).
Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata: Hisab menjadi ringan bagi orang yang menghisah
dirinya di dunia, Dan hisab menjadi herat pada hari kiamat bagi orang yang melakukan
urusan tanpa muhasabah.” (Hilyatul Auliya 2/157)
Orang yang menghisab diri adalah orang yang takut terhadap pengendalian Allah Subhanahu
wataa’la yang tidak bisa di bantah
Allah Subhanahu wataa’la berfirman, “Dan adapun orang yang takut berdiri di hadapan Allah
kelak dan menahan hawa nafsunya maka surga adalah tempat tinggalnya.” (OS. Al-
Nazi’at/79: 40 41). Inilah pahala bagi orang yang menghisab dirinya.

Kisah Teladan (Berhati hati dalam perbuatan)


Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam. Pernah semalaman tidak dapat tidur
kerana khawatir memikirkan sebutir kurma yang terlanjur dimakan di suatu tempat. Pasalnya,
Baginda Shalallahu alaihi wa salam. Berfikir bahwa kurma itu mungkin sebahagian daripada
kurma scdekah yang disediakan untuk fakir miskin. Itulah yang menjadi beban pikiran
Baginda Rasullah Saw. Semalaman.
Diriwayatkan pula, pada zaman Khalifah Utsman bin Affan RA, scorang Anyar sedang salat
di tengah-tengah kebunnya. Lalu pandangannya tertuju pada buah buahan masak ranum yang
bergantungan di dahan-dahan pepohonan. Selesai salat, ia merasakan sangat menyesal. Ia lalu
segera mewakafkan kebun miliknya itu demi “menebus” kesalahannya (Imam Malik, dalam
kitabnya Al Muwaththa).
Hal di atas menandakan kehatian hatian dan tidak mau sedikitpun mengambil hak orang lain.
Rasulullah Saw. Dan para sahabat senantiasa menghisab diri dan menjaga amalan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai