Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN SURAH AL-A’LA AYAT 14-15

“Makna Fitri dan Fitrah Dalam Mengakhiri Saum Ramadhan”


Prof. Dr. H Saufyan Sauri, M.Pd.

Disusun Oleh : Darmasta Maulana

QS.Al-A’la Ayat 14-15


(15) ‫( وذﻛﺮ اﺳﻢ رﺑﮫ ﻓﺼﻠﻰ‬14) ‫ﻗﺪ أﻓﻠﺢ ﻣﻦ ﺗﺰﻛﻰ‬
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) (Al-A’la: 14).
Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat . (Al-A’la: 15)

Asbabun Nuzul
Sebab turunnya Surat Al A’la adalah sebagai berikut :
Dalam suatu riwayat yang dikemukakan bahwa apabila datang Malaikat Jibril, membawa
wahyu kepada Nabi Shalallahu alaihi wa salam, beliau mengulang bacaannya kembali wahyu
itu, sebelum Jibril selesai menyampaikannya karna takut lupa lagi. Berkenaan dengan hal
tersebut, maka Allah menurunkan (QS. Al A’la: 6) sebagai jaminan bahwa Rasulullah
Shalallahu alaihi wa salam. Tidak akan lupa pada wahyu yang telah diturunkan.
QS. Al A’la ayat 44 turun karena Allah menjelaskan dan menegaskan bahwa beruntung orang
orang yang membersihkan diri dengan beriman. Sedangkan QS. Al-A’la ayat 15 turun karena
Allah mengingatkan makhluknya agar senantiasa berdzikir mengingat Allah dan menyembah
Allah dengan ketaatan.

Kandungan Ayat Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

• Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri dengan beriman kepada Allah secara
hakiki, membersihkan duri dari
• Senantiasa mengingat nama tuhannya setiap waktu, baik lapang maupun sempit, lalu dia
menunaikan salat dengan khusyuk dan sempurna sebagai tanda penghambaanya kepada
Allah.
Penjelasan Ayat
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa orang yang disebut dalam ayat adalah orang yang
membersihkan dirinya dari akhlak yang buruk dan mengikuti apa yang diturunkan Allah
kepada Rasul Nya.
Asy-Syaukani juga menafsirkan ayat ini: orang yang membersihkan diri dari syirik seraya
mengimani Allah Shalallahu alaihi wa salam dan mengamalkan syariah Nya.
Secara keseluruhan, ayat ini menurut Ibnu Jarir ath-Thabari mengandung pengertian,
“Sungguh telah berhasil dan memperoleh apa yang dinginkan, orang yang membersihkan diri
dari kekufuran dan maksiat kepada Allah, mengamalkan apa yang diperintahkan Allah dan
menunaikan berbagai kewajiban”

Inti Ayat – Ibnu Katsir


Intinya, orang yang menuai kesuksesan dan kemenangan adalah orang yang membersihkan
diri dari kekuturan, kemusyrikan, dan kemaksiatan: seraya mengimani akidah Islam dan
beramal saleh dengan menaati syariah Nya, menjalankan semua perintah Nya dan menjauhi
semua larangan-Nya, Semua itu dilakukan dengan ikhlas semata mata karena Allah
Subhanahu wataa’la.

Nilai-nilai Pendidikan

• Senantiasa mensucikan diri dari akhlak tercela seperti sifat kikir dan L lain-lain dengan
membangun akhlak terpuji.
• Belajar membiasakan banyak berdzikir mengingat Allah.
• Senantiasa berusaha meningkatkan amal saleh dan ketaatan kepada Allah sebagai wujud
keimanan.
• Banyak bertobat dan tidak mengulangi dosa yang pernah dilakukan.

Makna Fitri
Kata fitri berasal dari kata afthara – yufthiru arab: (Ujlaiy — asi) yang artinya berbuka atau
tidak lagi berpuasa. Disebut idul fitri, karena hari raya ini dimeriahkan bersamaan dengan
keadaan kaum muslimin yang tidak lagi berpuasa ramadan.
Kata Fitri terdapat dalam hadis Abu Hurairah Radiallahu Anhu, Rasulullah Shalallahu alaihi
wa salam. Bersabda:
“Hari mulai berpuasa (tanggal 1 ramadan) adalah hari di mana kalian semua berpuasa. Hari
berbuka (hari raya 1 syawal) adalah hari di mana kalian semua berbuka” (HR. Turmudzi 697,
Abu Daud 2324, dan dishahihkan Al Albani).

Makna Fitrah
Makna fitrah adalah “Kondisi awal penciptaan, dimana manusia diciptakan pada kondisi
tersebut,” (Zadul Masir, 3/422). Ringkasnya, bahwa makna fitrah adalah keadaan suci tanpa
dosa dan kesalahan.
Kata fitrah Allah sebutkan dalam Al-Qur’an,
Hadapkanlah wajahmu dengan Turus kepada agama Allah: (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada Perubahan pada fitrah Allah. (QS.
Ar-Rum: 30).

Makna Idul Fitri


Dalam kamus Al Mu’jam Al Wasith mengatakan bahwa ied adalah suatu perkara penting
atau sakit yang berulang, bisa juga sesuatu yang berulang tersebut adalah sesuatu yang
dirindukan dan semacamnya.
Ied juga berarti setiap hari yang terdapat perayaan di dalamnya. Sedangkan fithri berasal dari
kata ‘afthara’ yang berarti memutuskan puasa karena melakukan pembatalnya.
Jadi fithri di sini dimaksudkan dengan hari setelah Ramadan, di mana tidak berpuasa lagi. Hal
ini berbeda dengan kata fithrah (fitrah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang dalam
bahasa Arab bermakna sifat asli atau watak asli, atau bermakna pula tabr’at selamat yang
belum tercampur ‘aib (Lihat Al Mu’jam Al Wasith, hal. 727 728).

Penjelasan terlahir kembali dalam keadaan suci


Para ulama mengatakan kepada sebagian saudaranya kutika melaksanakan salat ied di tanah
lapang, “Harum suatu kaum telah kembah dalam keadaan sebagaimana ihu mereka
melahirkan mereka.” (Dibawakan oleh Ibnu Rajab Al Hambali dalam Lathoif AI Ma’arif, hal.
373 374).
Perkataan ini seakan akan membenarkan yang dimaksud kembah suci. Namun bukan karena
kita sekedar berjumpa dengan Idul Fithri, lalu kita kembali suci. Perkataan am dimunculkan
oleh Ibnu Rajab Al Hambali karena begiu banyaknya pengampunan di bulan Ramadan dani
amalan yang kita lakukan. Mula dari amalan puasa, salat malam (salat tarawih),
menghidupkan larlatul qodar, juga permohonan maaf yang kita minta pada Allah Itulah yang
menyebabkan seolah-olah kita keluar dari bulan Ramadan seperti bayi yang baru lahir.
Tetapi tentu saja perkataan di atas bukan ditujukan pada orang yang tidak salat atau salatnya
bolong bolong di bulan Ramadan, bukan bagi orang yang tidak puasa, bukan bagi orang yang
malas salat tarawih, bukan bagi orang yang malas menghidupkan lalatul qodar atau enggan
mencari permintaan maaf atas dosa di hari- hari terakhir Ramadan

Sucikan Diri dari Menyamakan Allah dengan Makhluknya


Di antara hal yang perlu kita sucikan dari Allah adalah menyamakan Allah dengan makhluk.
Memang benar bahwasanya beberapa sifat Allah sama dengan sifat-sifat makhluk dalam
penamaan, Akan tetapi meskipun namanya sama tapi hakikatnya berbeda. Allah berfirman
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (OS. Asy Syura : 1)

Kebahagiaan Orang yang Berpuasa Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam bersabda :


“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilpat gandakan dengan sepuluh
kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lpat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk Ku. Aku sendiri yang akan
membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena Ku. Bagi
orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia
berbuka dan kebahagiaan keuka berjumpa dengan Rabhnya, Sungguh bau mulut orang yang
berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Momen Puasa Sebagai Ajang Peningkatan Amal dan Penghapusan Dosa


Ibadah dan amal amal saleh yang dilakukan di bulan Ramadan merupakan penghapus dosa
dari Ramadan sebelumnya hingga Ramadan saat ini. Ini salah satu keutamaan Ramadan,
sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam :
“Salat lima waktu, antara salat jumat ke salat jumat dan Ramadan ke Ramadan penghapus
dosa di antara keduanya, jika dijauhi dosa-dosa besar” (HR. Muslim).

Lantas bagaimana dosa besar bisa digugurkan?


Caranya adalah dengan bertaubat secara khusus, memohon ampun kepada Allah atas dosa
tersebut. Sebagaimana Allah telah tunjukkan hal ini dalam Al-Qur’an
Jika kamu menjauhi dosa dasa besar di antara dosa dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan kevalahanmu (dosa dosumu yang kecil) dan
Karni masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS. Annisa: 31).
Cara atau Usaha Mencapai Keuntungan Berdasarkan Ayat di atas
Pertama yaitu man tazakka Makna dari kata tersebut setidaknya memiliki dua makna yaitu

• Menurut Tafsir Al Qutrubi dimaknai dengan makna “orang yang berzakat, spesifik
dengan makna “Zakat fitrah”.
• Menurut Tafsir Ibnu Katsir kata tersebut dimaknai dengan “Tazkiyatun Nafsi” yaitu
mensucikan diri/jiwa. Dalam kitab tersebut yang disebut mensuukan diri itu yaitu
“membersihkan/ menjauhi diri dari segala akhlak atau sifat buruk, serta mengikuti segala
apa yang diturunkan oleh Allah Shalallahu alaihi wa salam kepada Rasul-Nya.”

Kedua, cara mencapai keberuntung itu wa dzakaros ma rabbihi fashalla dari Ayat ini
setidaknya memiliki dua Penafsiran, yaitu :

• Merupakan keberlanjutan dari tafsir Al Qurtubi yang telah dijelaskan diatas, yang mana
makna dari wadzakarosmarabbihi mengandung arti senantiasa menyebut nama Allah
SWT salah satunya bertakbir di malam idul Fitri. Sedangkan kata fashalla mengandung
makna “mengerjakan sholat Sunnah Idul fitri pada pagi hari.”
• Kata ajaaa na) wadzakarosmarabbihi menurut Tafsir Ibnu Katsir, dimaknai dengan
“senantiasa mengerjakan salat lima waktu pada sesuai waktunya, dibarengi dengan
mengharap keridaan Allah Subhanahuwa ta'ala dan tentunya dengan mengerjakan apa
yang diperintahkannya yaitu syari’atnya.

Menjadi orang yang sukses dan beruntung, maka kita harus menempuh jalan yang telah
disebut sebelumnya di: dalam Qs Al-Ala yaitu :

• Menjadi Orang yang Sukses dan Beruntung


• Orang yang mengeluarkan zakat, baik zakat mal maupun zakat fitrah.
• Orang yang meramakan malam idul fitri dengan bertakbir sepanjang malam
• Orang yang melaksanakan salat Sunnah idul fitri
• Orang yang senantisa mensucikan din dari segala akhlak dan sifat 4 keburukan dan
mengikuti apa yang diperintahkan Allah Subhanahu wataa’la dan Rasulnya.
• Orang yang senantiasa menjaga salatnya dengan melaksanakan sesuai waktunya dengan
tidak melalaikannya dibarengi dengan mengharap Rida Allah Shalallahu alaihi wa salam
Perilaku Orang yang Merugi
Sikap menjadikan dunia sebagai prioritas utama dan akhirat belakangan adalah perilaku
orang yang merugi. Justru kita harus menjadikan duma sebagai sarana (bukan tujuan) untuk
mencapai kebahagiaan hakiki. Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu alaihi wa salam
“Seandainya dunia di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk, maka Dia Tidak memberi
minum sedikit pun darinya kepada orang kafir.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah ).

Kemenangan yang Hakiki ,


Allah Subhanahu wata ala berfirman.
Barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia
telah beruntung” (QS. Ali “Imran :185).
Dari hadis di atas mengungkapkan bahwa kemenangan yang paling dinanti-nantikan adalah
ketika pertama kali menginjakkan kaki di dalam surga. Imam Ahmad bin Hanbal pernah
ditanya: “Kapan kita bisa beristirahat wahai imam’. Imam Ahmad berkata: “Sampai kita
menginjakkan kaki pertama ke dalam surga”, hidup di dunia ini penuh dengan cobaan, penuh
dengan ujian ditambah lagi dengan beban syariat yang harus dikerjakan dan larangan yang
harus dijauhi, kapan kita berhenti dari semuanya yaitu sampai kita menginjakkan kaki

Pasca Ramadan Terbit Bulan Syawwal


Bulan yang luar biasa dan sebagai bulan pertama dari bulan-bulan Haji. Bulan disyariatkan
berpuasa selama enam hari, sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab
Sahih Muslim dari Abi Ayyub al Anshari, bahwa Rasulullah Saw. Bersabda:
Barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu menyambungnya dengan enam hari di bulan Syawal,
maka dia seperti berpuasa sepanjang tahun.“ (HR. Muslim: m64 )

Keutamaan Puasa Syawwal


Hadis juga menyebutkan keutamaan puasa Syawwal, yang disebutkan seperti melaksanakan
ibadah tersebut terus menerus tanpa henti,
Abu Ayyub al Ansari (semoga Allah Subhanahu wataa’la rida atasnya) melaporkan
Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam Berkata, “Dia yang berpuasa selama Ramadan dan
Melanjutkannya dengan enam hari puasa saat bulan Syawal akan seperti melakukan puasa
terus menerus,” (HR. Muslim).
Doa agar Selamat dari Dunia yang Fana
Ya Allah, Janganlah Fngkau jadikan musibah yang menimpa kami dalam urusan agama kami,
dan jangan pula Engkau jadikan (harta dan kemewahan) dunia sebagai cita cita kami yg
paling besar, dan tujuan utama Dari ilmu yg kamu muliki.” (H.R. al Tirmidzi, 5/528 No.
3502, al Nasa’i dalam al Sunan al Kubra 6/106, al-Hakim 1/1528 dan Ibn al Sunni dalam
Amal al Yaum wa alLailah No. 445).

Doa Agar Amal Kebaikan Kita Diterima Termasuk Puasa


Ya Allah, terimalah amal dari kami. Sesungguhaya Engkau Dzat Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengerahui," Qs. Al Baqarah: 127).

Anda mungkin juga menyukai