Anda di halaman 1dari 3

KAJIAN SURAH ADZ-DZARIYAT AYAT 49

“Musibah, Muhasabah, dan Mahabbah”


Prof. Dr. H Saufyan Sauri, M.Pd.

Disusun Oleh : Darmasta Maulana

Q.S. Adz-Dzariyat Ayat 49

َ‫َو ِﻣ ْﻦ ُﻛﻞﱢ َﺷ ْﻲ ٍء َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ َزوْ َﺟﯿ ِْﻦ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ َﺬ ﱠﻛﺮُوْ ن‬

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat


kebesaran Allah.”

Asbabun Nuzul (Tafsir Al-Wajiz)


Ayat ini turun karena Allah hendak menjelaskan dan menegaskan kebesaran-Nya yang telah
menciptakan secara berpasang-pasangan menjadi dua jenis, ada lelaki dan perempuan. Dan
Allah mengingatkan akan nikmat-nikmat Allah yang dikaruniakan kepada manusia
berdasarkan takdir dan hikmah-Nya yang menjadikan bertahannya berbagai jenis hewan agar
para manusia bisa mengembangkan dan merawatnya sehingga akan didapatkan berbagai
macam manfaat.

Kandungan Ayat - Tafsir Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir


Allah menciptakan semua jenis makhluk dalam dua kategori dan jenis, yaitu laki-laki dan
perempuan agar manusia mengingat dan mengetahui kekuasaan Allah. Sesungguhnya tidak
ada satupun yang menyerupai-Nya dan Allah yang Maha Pencipta segala sesuatu, maka kita
harus bertauhid kepada-Nya.

Nilai-nilai Pendidikan
1. Mendidik menjadi insan yang senantiasa berdzikir mengingat Allah
2. Meningkatkan tauhid kepada Allah
3. Menjaga, mengembangkan, dan merawat anugerah Allah
4. Meningkatkan muhasabah dan mahabbah atas kebesaran Allah menjadikan berpasang-
pasangan.
Makna Musibah
ü Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), musibah diartikan dengan kejadian
menyedihkan yang menimpa, malapetaka, atau bencana.
ü Dalam beberapa kamus bahasa Arab, musibah diartikan sebagai sesuatu yang
kedatangannya tidak disukai oleh manusia. Hal ini sebagaimana hadis Rasulullah Saw.
dalam kitab Jami’ Sahih al-Bukhari, “Barang siapa yang dikehendaki Allah SWT untuk
mendapat kebaikan, maka dia akan ditimpa musibah. Yakni diuji dengan berbagai
bencana, supaya Allah SWT memberikan pahala kepadanya.
ü Musibah adalah perihal yang turunnya atau kehadirannya pada manusia tidak disukai).
Imam Baidawi, dalam tafsirnya Anwar at-Tanzil wa Asror at-Ta’wil mengatakan bahwa
musibah adalah semua kemalangan yang dibenci dan menimpa umat manusia.

Cara Menyikapi Musibah Menurut Al-Qur’an dan Hadis


1. Pertama, iman dan rida terhadap ketentuan Allah.
2. Kedua, sabar menghadapi musibah.
3. Ketiga, mengetahui hikmah di balik musibah.
4. Keempat, tetap berikhtiar.
5. Kelima, memperbanyak berdoa dan berdzikir.
6. Keenam, bertaubat.
7. Ketujuh, tetap istikamah pada Islam.
Makna Mahabbah
ü Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang secara harfiah berarti
mencintai secara mendalam.
ü Dalam mu’jam al-falsafi, Jamil Shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari al-
baghd, yakni benci, lawan dari cinta. Al-mahabbah dapat pula berarti al-wadud yakni
yang sangat kasih atau penyayang.
ü Firman Allah SWT, “Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran 3 : 31).

Cara Menggapai Cinta Allah


ü Pertama, dengan melaksanakan amalan sunnah
ü Kedua, berdzikir mengingat Allah
ü Ketiga, Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari apapun
Imam Ibnu Qayyim menyebut ada sepuluh tahapan menuju cinta Allah, yakni :
1. Membaca al-Qur’an dengan merenungi dan memahami maknanya
2. Mendekatkan diri dengan mengerjakan ibadah yang sunnah setelah mengerjakan ibadah
wajib
3. Terus menerus mengingat Allah dengan hati serta lisan dan amalan
4. Lebih mendahulukan kecintaan pada Allah dari pada diri sendiri
5. Mengenal dan merenungi kebesaran nama dan sifat Allah
6. Memperhatikan nikmat dan karunia Allah yang telah diterima
7. Menghadirkan hati secara kesuluruhan tatkala melakukan ketaatan kepada Allah
8. Menyendiri dengan Allah pada sepertiga malam
9. Duduk bersama orang-orang yang mencintai Allah dan para shiddiqin
10. Menjauhi segala sebab yang dapat menghalangi antara dirinya dan Allah

Makna Muhasabah
q Muhasabah memiliki arti introspeksi diri sendiri dengan menghitung atau mengevaluasi
diri dengan amal-amal perbuatan yang pernah dilakukan di masa lalu.
q Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, muhasabah diri identik dengan istilah
introspeksi, koreksi diri atau memawas diri dengan melihat perbuatan, sikap, kelemahan,
kesalahan yang terkait dengan diri sendiri.
q Sementara Rasulullah Saw. juga bersabda mengenai muhasabah diri, “Dari Syadad
bin Aus r.a, dari Rasulullah Saw., bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah
yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah
kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya
serta berangan-angan terhadap Allah SWT” (HR. Imam Turmudzi)

Anjuran Muhasabah
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka
lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 18-19)

Anda mungkin juga menyukai