Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN SURAH AL BAQARAH AYAT 183

“Target Shaum Ramadhan”


Prof. Dr. H Saufyan Sauri, M.Pd.

Disusun oleh : Darmasta Maulana

QS. Al-Baqarah ayat 183


َ‫ﺐ َﻋﻠَﻰ اﻟﱠ ِﺬ ْﯾﻦَ ِﻣ ْﻦ ﻗَ ْﺒﻠِ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَﺘﱠﻘُﻮْ ۙن‬ َ ِ‫ٰﯾٓﺎَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠ ِﺬ ْﯾﻦَ ٰا َﻣﻨُﻮْ ا ُﻛﺘ‬
َ ِ‫ﺐ َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ُﻢ اﻟﺼﱢ ﯿَﺎ ُم َﻛ َﻤﺎ ُﻛﺘ‬
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Asbabun Nuzul
Sebab ayat ini turun dikabarkan oleh hadis Nabi Saw. Yaitu:
Abu Kuraib telah bercerita kepada kami (kepada Ibnu Jarir), dia (Abu Kuraib) berkata:
“Yanus bin Bukair telah bercerita kepada kami (kepada Abu Kuraib), dia (Yanus bin Bukair)
berkata: “Abdurrahman bin “Abdullah bin ‘Utbah telah bercerita kepada kami (kepada Yu
minus bin Bukair), dari ‘Amri bin Murroh, dari “Abdurrahman bin Abi Layla, dari Mu’adz
bin Jabal, dia (muadz bin Jabal) berkata: “Sesungguhnya Rasillullah Sallahualaihi wassalam
datang ke Madinah, kemudian beliau Sallahualaihi wassalam. Puasa hari ‘Asyuro dan tiga
hari di setiap bulan (ayamul bidh).” Kemudian Allah Subhanahu wa taa’la. Menurunkan
kewajiban berpuasa di bulan Ramadan, maka Allah Subhanahu wataa’la menurunkan Surah
al-Baqarah, Ayat: 183-184.

Kandungan Ayat – Aisarut Tafasir


Puasa termasuk syari’at yang maslahatnya sangat besar bagi manusia.
Mendorong umat agar semangat berpuasa, yakni hendaknya mereka berlomba-lomba dengan
generasi sebelum mereka dalam menyempurnakan amalan yang baik.
Orang yang berpuasa melatih dirinya agar merasa diawasi oleh Allah.
Puasa mempersempit ruang gerak setan, di mana ia berjalan melewati tempat peredaran
darah.
Orang yang berpuasa biasanya banyak menjalankan keta’atan dan menjauhi maksiat. Hal ini
termasuk nilai nilai ketakwaan.
Orang akan merasakan pedihnya rasa lapar. Hal ini akan membuatnya ingin bersedekah
karena telah merasakan derita orang-orang fakir dan miskin,

Hikmah Ayat – Tafsir As-Sa’di


Kewajiban untuk berpuasa di bulan Ramadan
Puasa mendidik mukmin untuk semakin bertakwa
Puasa dapat menghapuskan dosa berdasarkan hadis, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan
didasari keimanan dan mengharap pahala dari Allah, akan diampuni dosa dosanya yang telah
latu.”(Muttafaq Alaihi)

Nilai-Nilai Pendidikan dalam ayat di atas

1. Puasa mendidik kejujuran


2. Puasa mendidik kerja keras
3. Puasa mendidik disiplin
4. Puasa mengajarkan kesabaran
5. Puasa mengajarkan rasa syukur
6. Puasa mendidik kesetaraan
7. Puasa mendidik manusia agar senantiasa belajar dan menuntut ilmu pengetahuan
8. Puasa mendidik rasa empati

Makna Bulan Suci


Dalam KBBI kata ‘suci’ bermakna 1.bersih (dalam arti keagamaan, seperti tidak kena najis,
selesai mandi janabat): 2. bebas dari dosa: bebas dari cela: bebas dari noda: maksum: 3-
keramat: 4.murni (tentang hati, batin).
Konsep kata ‘suci’ dalam bahasa Arab dalam pengertian “agung dan sakral” itu ‘al-guds’ atau
‘as-subhan’ atau ‘al-hurum’,
Sedangkan dalam konteks figih digunakan kata ‘thahara’. Kata ‘hurum’ atau ‘haram’ secara
bahasa atau maknawiah dalam bahasa Indonesia disebut ‘suci’ tersebut juga terkadung makna
menjadi “terlarang untuk dilakukan”.

Ihwal Bulan Haram


Ihwal perkara bulan haram Allah Subhanahu wataa’la mewahyukan dalam Al Qur’an tentang
adanya empar “bulan haram” (syahrul hurum), yakni dalam QS. At Taubah: 36 dan QS. Al
Baqarah: 217. Bulan haram (suci) tersebut adalah Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan
Rajab”.
Pada kedua ayat tersebut sama sekali tidak disebutkan bulan Ramadan. Bulan haram (sua)
tersebut adalah Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab Pada kedua ayat tersebut sama
sekal: tidak disebutkan bulan Ramadan. Pada keempat bulan haram atau suci tersebut umat
muslim dilarang untuk berperang. Sedangkan pada bulan Ramadan umat muslim justru
diperbolehkan untuk berperang.

Alasan Ramadan Tidak Termasuk Bulai Suci


Seperti diketahui bersama, penstiwa perang Badar, salah satu perang termasyhur di jaman
Rasulullah Sallahualaihi wassalam. Justru terjadi pada tanggal 17 Ramadan.
Itulah alasannya mengapa Ramadan tidak basa dijuluki sebagai bulan suci. Meski tidak
termasuk tepat jika juluki bulan suci, akan tetapi sesungguhnya ramadan adalah bulan yang
telah diangkat oleh Allah sebagai penghulu atau rajanya bulan (sayyidul shuhur).
Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam: “Penghulu atau raja dari segala
bulan adalah bulan Ramadan dan penghulu atau raja dari segala hari adalah hari Jum’at”
(H.R. Thabrani dan Baihaqi)
Karena kedudukannya sebagai raja dari segala bulan, maka derajat dan empat bulan yang suci
/Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab masih di bawah kedudukan bulan Ramadan .

Julukan Bulan Ramadhan

1. Syahrul Shiam (Bulan diwajibkan untuk berpuasa)


2. Syahrul Mubarak (Bulan berkah)
3. Syahrul Qur’an (Bulan “ diturunkannya Al Quran)
4. Syahrul Muwasah (Bulan peduli dan solidaritas)
5. Syahrut Tarbiyah (Bulan Penggemblengan diri) |
6. Syahrul Muhasabah (Bulan introspeksi)
7. Syahrul Sobri (Bulan kesabaran)
8. Syahrul Qiyam . (Bulan «« menghidupkan malam hari dengan ibadah)
9. Syahrul Jihad (Bulan Perjuangan), dan jutukan kainnya
Pengertian Shaum
Shaum secara bahasa berasal dari kata : Shouman-yasumu artinya menahan diri dari sesuatu.
Sedangkan secara istilah shaum artinya menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan
suami istri, dari Waktu fajar sampai waktu maghrib dengan niat ikhlas karena Allah
Subhanahu Wa Taala. Imam Al Qurthubi di dalam tafsirya menjelaskan Bahwa yang
dimaksud dengan ikhlas adalah semata mata mengharap wajah (ridha) Allah, tidak ada tujuan
lainnya. Di dalam Tafsir Al Jalalain dikatakan bahwa ikhlas artinya bersih dari syirik.

Tujuan Shaum
Tujuan disyari’atkannya shaum Ramadan adalah “agar kalian bertaqwa” Ujung ayat ini
merupakan tujuan shaum yakni mempersiapkan diri untuk menjadi orang yang bertakwa
kepada Allah. Caranya adalah dengan meninggalkan keinginan yang tidak baik, demi
menjalankan perintah-Nya. Dengan demikian mental kita terlatih di dalam menghadapi
godaan nafsu syahwat yang diharamkan, dan kita dapat menahan diri untuk tidak
melakukannya,

Pengertian Takwa
Secara etimologi takwa berasal dari kata waqa - yaqi - wiqoyah yang artinya menjaga diri,
menghindari dan menjauhi. Sedangkan pengertian takwa secara terminologi, takwa adalah
takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan Nya serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa. Takwa terulang
dalam Alquran sebanyak 259 kali dengan makna yang cukup beragam, di antaranya:
memelihara, menghindari, menjauhi, menutupi, dan menyembunyikan. Sedangkan Al-
Muttaqin yang merujuk kepada orang-orang yang bertakwa atau dalam perkataan Ibnu
Abbas, “orang orang yang meyakini (Allah) dengan menjauhkan diri dari perbuatan syirik
dan patuh akan perintah Allah Subhanahu wataa’la.

Karakteristik Orang yang Bertaqwa Berdasarkan Al-Qur’an & Hadist


Menginfakkan hartanya di waktu senang dan susah
Dan Infakkanlah sebagian dari apa yang lelah kamu berikan kepadamu sebelum datang
kematian kepada salah seorang di antara kamu... (QS. Al Munafikun: 10).
Menahan marah
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata: Ada seseorang datang menemui Nabi SAW seraya
berkata: “Wahar Rasulullah, berilah aku wasiat “ Maka Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam
bersabda: Janganlah kamu maruh.” Belau mengulanginya berkali kah, dengan berkata:
“Janganlah kamu marah,” (HR. Bukhari, no 6116).
Memaafkan kesalahan manusia
“dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa
Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (OS. An
Nur: 22)
Bertaubat ketika melakukan dosa
Bertaubat ketika melakukan dosa dan berseg: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dan
Iuhanmu dan kepada surga yang luasn jeluas langu dan bumi yang disediakan untuk orang
orang yang bertakwa (QS imran: 133).

Perjuangan untuk meraih Muttaqin

1) Mukhsin
2) Muttaqin
3) Mu’min
4) Mukhlis
5) Muslim

Kemuliaan Orang Orang yang Muttakin Menurut Imam Al Ghazali


Pertama, Diringankan dan dimudahkan Allah pada saat sakaratul maut.
Kedua, Diberikan keteguhan dalam mempertahankan makrifat dan keimanan kepada Allah.
Keteguhan itu sebagaimana dijanjikan Allah Subhanahu wataa’la. Dalam Al-Qur’an, Allah
meneguhkan (iman) orang orang yang beriman dengan ucapan yan teguh itu dalam kehidupan
di duma dan di akhirat (QS Ibrahim 14:7)
Ketiga, Diberikan kabar gembira. Keridaan, dan rasa aman aman oleh Allah. Sebagaimana
dalam firman Nya, Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih. Dan gembirakanlah
mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadomu, (OS. Fushilat 30).
Keempat, Diselamatkan dari pertanyaan dan fitnah kubur. Orang orang yang takwa seperti
diajari dan dituntun dalam menjawab pertanyaan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.
Kelima, Dilapangkan di dalam kuburnya, diberikan cahaya penerang, dan ditempatkan dalam
salah satu taman surga Allah hingga hari kebangkitan.
Salah satu hadis menyebutkan, usai sang hamba menjawab pertanyaan Munkar Nakir dengan
baik, terdengarlah mruan, “Muka hamparkanlah sebuah taman dari surga untuknya. Berilah
pakuran dari surga untuknya. Bukalah sebuah pintu ke surga untuknya, Maka datanglah
aroma wangi dari surga kepadanya. Dan dilapangkanlah kuburannya sejauh mata
memandang.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan yang lain).
Keenam. Dimuliakan ruhnya oleh Allah.
Ketujuh. Diselamatkan dani huru hara Kiamat, dibangkitkan dan dikumpulkan pada hari
Kiamat dalam keadaan agung nan mulia. Wajah yang bersinar dan bereri seri, seraya
mengenakan pakaian mahkota dan pakaran kebesaran dan dipersiapkan untuk menatap tuhan
mereka, Hal ini sejalan dengan firman-Nya, Wajah-wajah (orang orang mukmin) dan hari itu
berseri - seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat, (QS. Al Qiyamah (75): 22 - 23).
Kedelapan. Diberikan kitab catatan amal dari arah kanan dan depan.
Kesembilan, Diringankan dalam hisab (penghitungan amal), bahkan sebagian diantara
mereka diloloskan tanpa hisab.
Kesepuluh. Diberatkan timbangan amalnya, bahkan sebagian di antara mereka diloloskan
dari timbangan ini.
Kesebelas, Dihadirkan dalam telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan dipersilakan
minum airnya, dimana tidak ada seorang pun yang meneguk air itu kecuah tidak akan merasa
haus lagi selamanya,
Kedua belas, Dimudahkan dan diselamatkan dalam melintasi jembatan alShurath.
Ketiga belas. Diberikan syafaat dari para nabi dan rasul.
Keempat belas, Diberi balasan yang besar, dimasukkan ke dalam surga kenikmatan yang
abadi, dan meraih rida Allah, bahkan bisa berjumpa langsung dengan Nya

Kisah Teladan
Khalifah Utsman paham betul kadar ketakwaan orang di hadapannya. Di mata
masyarakat nama Abdullah ibnu Umar sangat dikenali sebagai sosok yang takwa dari
pengikut perilaku Rasulullah yang amat baik. Khalifah sadar akan ketajaman mata hati orang
orang bertakwa, yang kerap mimentumgkan kehidupan akhirat dari pada dunia.
Dengan berat hati Khalifah menerima keengganan Ibnu Umar menyandang pangkat
hakim. Akan tetapi penerimaan tersebut disertai dengan syarat agar Ihnu Umar berjanji tidak
akan bercerita pada siapapun mengena keputusan itu. Ibnu Umar setuju dan perstiwa itu pun
hanya diketahui oleh mereka berdua, disaksikan oleh Allah, sang pencipta. Dan ia lebih
memilih terus dan terus meningkatkan din dalam ibadah dan ketaatan pada Allah Subhanahu
wa taa’la.
Hari-hari Ibnu Umar nyaris tak terlewatkan qiyamullail yang ia isi dengan salat dan
berdzikir, membaca Al-Qur’an, sering merenungkan makna ayat-ayatNya, baik qauliyah
maupun kauniyah. Membaca ayat ayat peringatan dan keadaan pada yaumul hisab, pastilah
air matanya mengucur, mirip dengan ayahnya yang reaksinya demikian dalam menghayati
ayat ayat tentang kehidupan akhirat.
Bukan hanya dikenal sebagai sosok yang rajin beribadah dan tawadhu. Ibnu Umar
semasa hidupnya dikaruniai umur panjang, lebih dan 80 tahun, orang-orang fakir miskin
mengenalnya sebagai orang yang sangat dermawan. Meski dimudahkan rezekinya oleh Allah
Subhanahu wataa’la, Ibnu Umar tidaklah termasuk orang yang mau memamerkan harta. Ini
bisa disaksikan atas kebiasaan Ibnu Umar mengenakan pakaian sederhana.
Saat itu peradaban Islam kian menuju puncaknya. Harta benda melimpah, istana
istana, masjid masjid, pusat pusat kajian Islam, serta kantong kantong ekonomi tumbuh
dengan pesatnya. Namun, Ibnu Umar tak silau oleh kilatan nikmat dunia. Ia tetap tak pernah
absen melakukan qiyamulail. Lebih-lebih bila Ramadan tiba, Sepanjang hari ia habiskan
waktunya buat mendekatkan diri pada-Nya.
Masa tuanya yang ia saksikan adalah perubahan khasiat zaman di saat kaum Muslimin
diambang puncak kejayaan Bani Umayyah. Harta melimpah ruah, segala keinginan duniawi
mudah didapatkan. Ibnu Umar kian mengencangkan spirit ibadahnya. Ia tak mau terjebak
dengan jabatan dan harta yang menggoyahkan keimanan. Ibnu Umar telah meninggalkan
dunia dengan istiqomah, “Ibnu Umar telah meninggal dunia, dan dalam keutamaan tak
ubahnya ia dengan Umar.

Meningkatkan Ketakwaan Ibadah dan Amal Saleh Sebagai Penghapus Dosa


Ibadah dan amal amal saleh yang dilakukan di bulan Ramadan merupakan penghapus dosa
dari Ramadhan sebelumnya hingga Ramadan saat ini. Ini salah satu keutamaan Ramadan,
sebagaimana sabda Rasulullah: “Sholat lima waktu, antara shalat Jumat ke Shalat Jumat dan
Ramadhan ke Ramadhan penghapus dosa diantara keduanya, jika dijauhi dosa-dosa besar”
(HR. Muslim)

Target Peningkatan Iman di Bulan Ramadan


Berpuasa (QS. Al-Baqarah : 183 di atas yang telah dijelaskan)
Membaca Al-Qur’an
Allah Taala berfirman : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penyesalan Penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)”
(QS. Al Bagarah :185)
Tidak Meninggalkan Salat Tarawih
“Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni
baginya dosa yang telah lampau” (HR alBukhari, Muslim).
Bersedekah
“Sedekah paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan.” (HR AtTurmudzi dari Anas).
Memperbanyak dzikir
“Jka Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam telah selesai dari witirnya, beliau membaca
‘subhaanal malikil gudduus (sebanyak tiga kali), beliau memanjangkan (mengeraskan) di
akhirnya.” (HR. Nasa’i dan Ibnu Majah)
Shalat lima waktu meningkat dan tepat waktu
Nabi Sallahualaihiwassalam bersabda, “Inti (pokok) segala perkara adalah Islam, tiangnya
(penopangnya) adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah,” (HR. Tirmidzi)
Memperbanyak Amalan Kebaikan
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipat gandakan dengan sepuluh
kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Taala berfirman (yang artinya),
“Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan
membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi
orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagtaan ketika dia
berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mrulut orang yang
berpuasa lehih harum di sisi Allah daripada bau marnyak kasturi”(HR. Bukhari dan Muslim)
Memperbanyak Berdoa
“Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, penumpin
yang adil, dan doa orang yang dishalim” (HR. Tirmidzi: hasan)

Berhati-Hati akan Hal yang Membatalkan Puasa dan Merusak Pahala


Para ulama membagi dua kategori perbuatan-perbuatan 4 yang membatalkan puasa:

1. Perbuatan yang hanya membatalkan puasa secara dzahir, seperti makan, minum, dan
bersetubuh:
2. Perbuatan yang hanya membatalkan pahala puasa, tapi puasanya tetap sah. Contohnya:
berbohong, berghubah, bermusuhan, menghabiskan waktu untuk hal yang tidak berguna.
Berkaitan dengan hal hal yang membatalkan puasa tersebut, Rasulullah saw,
bersabda.”Banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa (pahala) dari
Puasanya tersebut, kecuali lapar dan dahaga.” (HR Ibnu Majah).

Dalil Tentang Merusak Pahala Puasa


Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. Bersabda: ”Puasa itu adalah perisai.
Karenanya, siapa pun di antara kahan yang berpuusa, maka Janganlah berbuat keji dan jahil,
Jika ada orang yang memeranginya atau mencaci dirinya, maka katakanlah, ‘Aku berpuasa,
aku berpuasa” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah menekankan, “Siapa yang tidak meninggalkan
perkataan dusta (tetapi justru) mengamaikannya, maka Allah trdak butuh dari rasa lapar dan
haus yang da tahan (saat puasa)” (H.R. Bukhari 1903).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, disebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw. Bersahda: “Jika
seseorang di antara kamu berpuasa, maka janganlah berkata kotor padu hari itu, dan
janganlah berbuat gaduh. Jika dimarahi oleh sexeorang atau dimusuhinya, hendaklah ia
berkata: ‘saya sedang berpuasa,” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Anda mungkin juga menyukai