Asbabun Nuzul
Sebab ayat ini turun dikabarkan oleh hadis Nabi Saw. Yaitu:
Abu Kuraib telah bercerita kepada kami (kepada Ibnu Jarir), dia (Abu Kuraib) berkata:
“Yanus bin Bukair telah bercerita kepada kami (kepada Abu Kuraib), dia (Yanus bin Bukair)
berkata: “Abdurrahman bin “Abdullah bin ‘Utbah telah bercerita kepada kami (kepada Yu
minus bin Bukair), dari ‘Amri bin Murroh, dari “Abdurrahman bin Abi Layla, dari Mu’adz
bin Jabal, dia (muadz bin Jabal) berkata: “Sesungguhnya Rasillullah Sallahualaihi wassalam
datang ke Madinah, kemudian beliau Sallahualaihi wassalam. Puasa hari ‘Asyuro dan tiga
hari di setiap bulan (ayamul bidh).” Kemudian Allah Subhanahu wa taa’la. Menurunkan
kewajiban berpuasa di bulan Ramadan, maka Allah Subhanahu wataa’la menurunkan Surah
al-Baqarah, Ayat: 183-184.
Tujuan Shaum
Tujuan disyari’atkannya shaum Ramadan adalah “agar kalian bertaqwa” Ujung ayat ini
merupakan tujuan shaum yakni mempersiapkan diri untuk menjadi orang yang bertakwa
kepada Allah. Caranya adalah dengan meninggalkan keinginan yang tidak baik, demi
menjalankan perintah-Nya. Dengan demikian mental kita terlatih di dalam menghadapi
godaan nafsu syahwat yang diharamkan, dan kita dapat menahan diri untuk tidak
melakukannya,
Pengertian Takwa
Secara etimologi takwa berasal dari kata waqa - yaqi - wiqoyah yang artinya menjaga diri,
menghindari dan menjauhi. Sedangkan pengertian takwa secara terminologi, takwa adalah
takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan Nya serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa. Takwa terulang
dalam Alquran sebanyak 259 kali dengan makna yang cukup beragam, di antaranya:
memelihara, menghindari, menjauhi, menutupi, dan menyembunyikan. Sedangkan Al-
Muttaqin yang merujuk kepada orang-orang yang bertakwa atau dalam perkataan Ibnu
Abbas, “orang orang yang meyakini (Allah) dengan menjauhkan diri dari perbuatan syirik
dan patuh akan perintah Allah Subhanahu wataa’la.
1) Mukhsin
2) Muttaqin
3) Mu’min
4) Mukhlis
5) Muslim
Kisah Teladan
Khalifah Utsman paham betul kadar ketakwaan orang di hadapannya. Di mata
masyarakat nama Abdullah ibnu Umar sangat dikenali sebagai sosok yang takwa dari
pengikut perilaku Rasulullah yang amat baik. Khalifah sadar akan ketajaman mata hati orang
orang bertakwa, yang kerap mimentumgkan kehidupan akhirat dari pada dunia.
Dengan berat hati Khalifah menerima keengganan Ibnu Umar menyandang pangkat
hakim. Akan tetapi penerimaan tersebut disertai dengan syarat agar Ihnu Umar berjanji tidak
akan bercerita pada siapapun mengena keputusan itu. Ibnu Umar setuju dan perstiwa itu pun
hanya diketahui oleh mereka berdua, disaksikan oleh Allah, sang pencipta. Dan ia lebih
memilih terus dan terus meningkatkan din dalam ibadah dan ketaatan pada Allah Subhanahu
wa taa’la.
Hari-hari Ibnu Umar nyaris tak terlewatkan qiyamullail yang ia isi dengan salat dan
berdzikir, membaca Al-Qur’an, sering merenungkan makna ayat-ayatNya, baik qauliyah
maupun kauniyah. Membaca ayat ayat peringatan dan keadaan pada yaumul hisab, pastilah
air matanya mengucur, mirip dengan ayahnya yang reaksinya demikian dalam menghayati
ayat ayat tentang kehidupan akhirat.
Bukan hanya dikenal sebagai sosok yang rajin beribadah dan tawadhu. Ibnu Umar
semasa hidupnya dikaruniai umur panjang, lebih dan 80 tahun, orang-orang fakir miskin
mengenalnya sebagai orang yang sangat dermawan. Meski dimudahkan rezekinya oleh Allah
Subhanahu wataa’la, Ibnu Umar tidaklah termasuk orang yang mau memamerkan harta. Ini
bisa disaksikan atas kebiasaan Ibnu Umar mengenakan pakaian sederhana.
Saat itu peradaban Islam kian menuju puncaknya. Harta benda melimpah, istana
istana, masjid masjid, pusat pusat kajian Islam, serta kantong kantong ekonomi tumbuh
dengan pesatnya. Namun, Ibnu Umar tak silau oleh kilatan nikmat dunia. Ia tetap tak pernah
absen melakukan qiyamulail. Lebih-lebih bila Ramadan tiba, Sepanjang hari ia habiskan
waktunya buat mendekatkan diri pada-Nya.
Masa tuanya yang ia saksikan adalah perubahan khasiat zaman di saat kaum Muslimin
diambang puncak kejayaan Bani Umayyah. Harta melimpah ruah, segala keinginan duniawi
mudah didapatkan. Ibnu Umar kian mengencangkan spirit ibadahnya. Ia tak mau terjebak
dengan jabatan dan harta yang menggoyahkan keimanan. Ibnu Umar telah meninggalkan
dunia dengan istiqomah, “Ibnu Umar telah meninggal dunia, dan dalam keutamaan tak
ubahnya ia dengan Umar.
1. Perbuatan yang hanya membatalkan puasa secara dzahir, seperti makan, minum, dan
bersetubuh:
2. Perbuatan yang hanya membatalkan pahala puasa, tapi puasanya tetap sah. Contohnya:
berbohong, berghubah, bermusuhan, menghabiskan waktu untuk hal yang tidak berguna.
Berkaitan dengan hal hal yang membatalkan puasa tersebut, Rasulullah saw,
bersabda.”Banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa (pahala) dari
Puasanya tersebut, kecuali lapar dan dahaga.” (HR Ibnu Majah).