Anda di halaman 1dari 3

PENGOBATAN TBC Penyakit TBC

Uji Tuberkulin dan


Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak Klasifikasi TBC
menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak
Pengobatan TBC
menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan
bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 Obat TBC
mg/kgbb/hari. Pertanyaan Sekitar TB

1. Pencegahan (profilaksis) primer


Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). Situs Terkait
INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-).
Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) TBCIndonesia.or.id
atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada. Meprofarm.com
2. Pencegahan (profilaksis) sekunder Kabar Medicastore
Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada
gejala sakit TBC.
Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.
Untuk keterangan lebih lan
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu : dapat menghubungi:
o Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, PT. MEPROFARM
Pirazinamid. Pharmaceutical Industr
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih Jl. Soekarno-Hatta 789,
dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan Bandung 40294
obat-obat ini.   Tel : (022) 7805588
o Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Fax : (022) 7805577
E-mail:
Kapreomisin dan Kanamisin.
mpf@bdg.centrin.net.id
http: //www.meprofarm.co
Dosis obat antituberkulosis (OAT)
  
Obat Dosis harian Dosis 2x/minggu Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari)
15-40 (maks. 900 15-40 (maks. 900
INH 5-15 (maks 300 mg)
mg) mg)
10-20 (maks. 600 10-20 (maks. 600 15-20 (maks. 600
Rifampisin
mg) mg) mg)
Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)
Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)
Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)
Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami
perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng
direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti
Indonesia � WHO joint Evaluation dan National Tuberkulosis Program in
Indonesia pada April 1994. Dalam program ini, prioritas ditujukan pada
peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan obat yang rasional untuk
memutuskan rantai penularan serta mencegah meluasnya resistensi kuman
TBC di masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien
dalam menelan obat setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan.

Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali


diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas
dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001,
98% dari populasi penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas.
Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan langsung menelan obat jangka
pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari.

Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS
dengan cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi
alat pemantau dan indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari
beberapa wilayah, identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit
mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk kasus
BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak pasien
yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan pengobatan,
dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.

Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya


implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten
terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat
MDR (Multi-drugs Resistant). Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain
selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat fluorokuinolon seperti
siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat
ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan).

Pengobatan TBC pada orang dewasa

 Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum
obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
o Penderita baru TBC paru BTA positif.
o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
 Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
o Penderita kambuh.
o Penderita gagal terapi.
o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
 Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.

Pengobatan TBC pada anak

Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan,
yaitu:

1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama,


kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7
bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap
INH).
2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2
bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali
seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada
resistensi terhadap INH).

Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan


bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15
mg/kgbb.

Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:

TB tidak berat
  INH : 5 mg/kgbb/hari
  Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari
TB berat (milier dan meningitis TBC)
  INH : 10 mg/kgbb/hari
  Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
Dosis
  : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
prednison

www.medicastore.com

Anda mungkin juga menyukai