Anda di halaman 1dari 18

Rossy J.H. Abdulgani, S.Kep. Ners., MMRS.

, CH, CHT
 Seorang hipnoterapis tidak bisa melakukan
„pukul rata‟ bahwa semua kasus bisa
terselesaikan dengan hipnoterapi, ia harus
menyadari koridor dan ruang gerak
hipnoterapi dalam penanganan kasus-
kasusnya.
 Jika ternyata ia menangani klien yang
mengidap psikosomatis maka ia harus
memahami alasan jelas mengapa klien harus
menjalani hipnoterapi dan bukan terapi
medis biasa, salah satunya dengan cara
meminta surat rujukan dari dokter yang
menanganinya.
 Jika Anda seorang hipnoterapis yang
berpraktek dengan ijin Dinas Kesehatan tidak
jarang dokter pun tidak akan segan untuk
merekomendasikan pasiennya untuk Anda
tangani.
 Ada kalanya menolak memfasilitasi sesi
terapi pada klien jika di sesi wawancara
menemukan fenomena bahwa klien datang
bukan karena keinginan sendiri, dalam hal ini
tidak ada alasan untuk menggunakan
hipnoterapi karena hipnoterapi baru berjalan
efektif jika klien memiliki kesadaran yang
kuat untuk berubah
• Memiliki pengetahuan yang luas
1.

• Memiliki kemampuan komunikasi yang


2. baik

• Memiliki sikap yang baik


3.
• Bersedia dengan sukarela
1.

• Memiliki kemampuan untuk fokus


2.

• Memahami komunikasi verbal


3.
 Kondisi Psikologis (Kejiwaan) Client
 Tingkat ke aktifan berfikir
 Suasana dan kondisi Lingkungan
 Keterampilan seorang terapis
 Waktu
 Tingkat kepercayaan klien terhadap seorang
terapis
 IjinDinas Kesehatan setempat merupakan
salah satu aspek penguat legalitas layanan
hipnoterapi.
 Dari segi etiket, seorang hipnoterapis tidak
boleh mengumbar rahasia kliennya
 Berkomitmen untuk menjaga apa pun yang
terjadi selama sesi terapi tetap rahasia.
 Dalam sesi hipnoterapi tidak boleh ada orang
lain selain klien dan terapis di satu ruangan
yang sama
 seorang terapis harus membuat situasi
kantor/prakteknya kondusif dan sesuai
norma yang berlaku, terutama dalam
memfasilitasi terapi pada lawan jenis
 Bahaya terbesar dari hipnoterapi adalah jika
terapis tidak menguasai teknik yang tepat
untuk memfasilitasi terapi dengan aman
sebagaimana disebutkan di poin sebelumnya.
 Contohnya saja, seorang terapis panik ketika
kliennya mengalami abreaksi lalu di sela
kepanikannya ia malah membangunkan klien
karena tidak tahu harus berbuat apa, dalam hal
ini klien terbangun dalam kondisi emosi
memuncak dan tidak stabil, sesuatu yang tidak
diinginkan sangat mungkin terjadi.
 Masih ada lagi, yaitu jika berkaitan dengan parts
therapy dimana bagian-bagian dalam pikiran
klien dipanggil, terapis yang lupa menyatukan
kembali bagian-bagian itu akan membuat klien
merasa linglung atau merasa ganjil karena seolah
ada bagian yang tidak terhubung dengan baik
dalam dirinya
 Kelelahan fisik jika melalui sesi terapi yang
cukup berat, meski selama sesi hipnoterapi
klien tidak bergerak aktif, otak klien dipacu
untuk menelusuri berbagai program dan
ingatan masa lalu, jika dalam prosesnya hal
ini berlangsung lama dikhawatirkan klien
mengalami kelelahan berlebih, jika hal ini
terjadi idealnya terapis membiarkan klien
menenangkan diri sejenak sampai ia tenang
dan cukup kuat kembali untuk beraktifitas.
 Abreaksi atau luapan emosi yang dalam
psikologi dikenal sebagai katarsis, dalam sesi
hipnoterapi, terutama penelusuran akar
masalah, kebanyakan klien akan sampai di
suatu masa dan kejadian yang memancing
emosinya. Dalam hal ini klien bisa menangis,
berteriak, marah-marah dan banyak lagi,
seorang tim terapis saya sempat mengalami
dipukul di bagian tangannya ketika klien
mengalami abreaksi.
 Kesalahan semantik, biasa terjadi jika
hipnoterapis yang menangani klien tidak
memahami pentingnya penyusunan sebuah
semantik sehingga mengeluarkan sugesti yang
berakibat tidak ekologis, misalnya “Mulai hari ini
Anda menjadi pribadi yang berani dalam apa pun
yang Anda lakukan.”
 Dalam kondisi hipnoterapi, penerimaan pikiran
bawah sadar sangat kuat sehingga bisa saja ia
malah menjadi terlalu berani dalam situasi apa
pun dan bertindak sembrono tanpa
memperdulikan keselamatannya. Maka
kemampuan merangkai sugesti sangat penting
untuk dipahami seorang terapis.
 Kembali kepada tujuan keamanan, seorang
hipnoterapis harus memiliki kepekaan
tentang pengaruh dari hipnoterapi pada klien
yang ditanganinya.
 Jangan sampai sesi hipnoterapi yang
difasilitasinya menimbulkan gangguan yang
lebih parah pada diri klien, apalagi jika
ternyata terapis yang bersangkutan tidak
mendapatkan pelatihan dengan standar
kompetensi yang memadai.
 Salah satu pencegahan dan pantangan yang
harus diwaspadai adalah jika klien memiliki masalah
dengan kondisi fisik yang dikhawatirkan akan
terganggu jika menjalani sesi hipnoterapi, misalnya
kelelahan berlebih. Bisa juga juga klien mengidap
sakit jantung, asma atau epilepsi yang bisa kumat
jika terkena tekanan emosional berlebih.

 Ketika menangani seorang yang mengidap sakit


jantung beberapa waktu lalu karena ia mengalami
kecemasan tanpa sebab, kami tidak berani
menggunakan model terapi yang memicu emosional,
sehingga yang kami lakukan hanya memfasilitasi sesi
relaksasi dan memasukkan sugesti yang
menenangkan.

Anda mungkin juga menyukai