Abstract: Every citizen has the same right to receive a quality education. A citizen who
had a physical rudiment, emotional, mental, intelectual and social have a right to receive
special education. Education inclusive is the process of education that allows all children
had the opportunity to participate fully in the regular class, without looking at disorder,
race, or other characteristic. This research based on problems that not all villagers on the
state of acquiring education services, especially a citizen who has limitation certain. This
research is directed to find and provide an overview of how the implementation of inclusive
education system that reaches all citizens regardless of the weaknesses and shortcomings
of learners. The research is conducting with qualitative study that have been carried out in
SD Negeri 1 Tanjung Purwokerto as one of a school of inclusion. The results shows that
classroom inclusions in SD Negeri 1 Tanjung Purwokerto using the model of clasical and
individual learning.
Abstrak: Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual
atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pendidikan inklusif adalah proses
pendidikan yang memungkinkan semua anak berkesempatan untuk berpartisipasi secara
penuh dalam kegiatan kelas regular, tanpa memandang kelainan, ras, atau karakteristik
lainnya. Penelitian ini dilatarbelakangi permasalahan bahwa belum semua warga negara
memperoleh layanan pendidikan. Khususnya warga negara yang memiliki keterbatasan-
keterbatasan tertentu. Penelitian ini diarahkan untuk mencari dan memberikan gambaran
bagaimana sistem penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat menjangkau semua warga
negara tanpa memperhatikan kelemahan dan kekurangan peserta didik. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Tanjung Purwokerto
sebagai salah satu sekolah inklusi. Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran
inklusi di SD N 1 Tanjung menggunakan model pembelajaran klasikal dan individual bagi
siswa berkebutuhan khusus.
oleh seluruh masyarakat di dunia tanpa (2000) dan Deklarasi Kongres Anak
memandang perbedaan ras, tingkat Internasional (2004). Deklarasi tersebut
kemodernan dan sosio-kulturalnya, diperkuat lagi dalam Convention on The
bahwa setiap anak harus memiliki hak Rights of The Child yang diselenggarakan
untuk mendapatkan pendidikan”. Dan oleh PBB (1989) dan telah diratifikasi
dalam kaitannya UNESCO merasa oleh pemerintah Indonesia. Selanjutnya
bertanggung jawab dalam hal dalam The World Convention on
konstitusinya untuk mengatur kerja sama Education for All di Jamtien, Thailand
antar bangsa guna memajukan (1990), yang kemudian dikenal dengan
kesamaan kesempatan dalam The Jamtio Declaration, antara lain juga
pendidikan. Berbagai kerumitan memang ditegaskan perlunya memperluas akses
melingkupi pendidikan baik dari segi pendidikan kepada semua anak, remaja,
internal anak itu sendiri, misalnya, dan dewasa, juga memberikan
adanya hambatan fisik dan mental, kesempatan yang sama kepada anak-
maupun dari segi eksternalnya seperti anak perempuan. Deklarasi Jamtien ini
masalah ekonomi keluarga yang pada diperkuat lagi dalam The Salamanca
gilirannya memunculkan kelaparan, Statement and Framework for Action on
kekurangan gizi, dan berbagai Special Needs Education tahun 1994
permasalahan lainnya. Prastiyono (2013) yang secara lebih tegas menuntut agar
menambahkan bahwa pengakuan atas pendidikan bagi anak berkebutuhan
hak pendidikan bagi setiap warga khusus bersifat inklusif, sehingga sistem
negara, juga diperkuat dalam berbagai pendidikan yang memisahkan individu
deklarasi internasional. Pada tahun dan komunitasnya merupakan
1948, seperti Deklarasi Universal Hak pelanggaran hak asasi manusia.
Asasi Manusia (1948), Deklarasi Dunia Pendidikan inklusif adalah suatu
tentang Pendidikan untuk Semua (1990), proses pendidikan yang memungkinkan
Peraturan Estándar PBB tentang semua anak berkesempatan untuk
Persamaan Kesempatan bagi Para berpartisipasi secara penuh dalam
Penyandang Cacat (1993), Pernyataan kegiatan kelas regular, tanpa
Salamanca dan Kerangka Aksi UNESCO memandang kelainan, ras, atau
(1994), Undang-undang Penyandang karakteristik lainnya. Pendidikan inklusif
Kecacatan (1997), Kerangka Aksi Dakar memberikan berbagai kegiatan dan
147
Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016
prestasi dari semua siswa di kelas inklusi. khusus dengan anak-anak normal pada
Itu mengidentifikasi beberapa isu penting, umumnya untuk belajar. Oleh sebab itu
yaitu menjelaskan bagaimana menangani inti dari pendidikan inklusi adalah hak
siswa, mempertimbangkan tantangan azasi manusia atas pendidikan. Suatu
pengembangan profesional guru yang konsekuensi logis dari hak ini adalah
muncul dari studi proyek. Pelajaran semua anak mempunyai hak untuk
penting berfokus pada pengembangan menerima pendidikan yang tidak
profesional guru dalam pembentukan mendiskriminasikan dengan kecacatan,
pendekatan kurikuler baru untuk etnis, agama, bahasa, jenis kelamin,
pembahasan pendidikan inklusif. Guru kemampuan dan lain-lain. Salah satu
pendamping (shadow teacher) memiliki hal yang menarik adalah tindakan yang
tugas yaitu membantu anak/peserta dilakukan oleh para orangtua dari anak-
didik untuk; 1) tetap fokus pada pelajaran, anak berkebutuhan khusus ini dalam
2) berpartisipasi secara tepat di kelas, 3) menyekolahkan anak-anaknya yang
memberitahu guru jika anak tidak berkebutuhan khusus. Undang-Undang
memahami materi, 4) bersikap positif tentang pendidikan di Indonesia memang
pada tugas-tugas baru dan control diri, 5) jelas mengamanatkan tidak adanya
berbagi kepentingan khusus dengan diskriminasi bagi seluruh rakyat Indonesia
anak-anak lain, 6) merespon dengan untuk mengenyam pendidikan, namun
tepat terhadap teman-teman dalam pada kenyataannya tidak semudah
situasi sosial, 7) memperoleh informasi membalikkan telapak tangan. Para
dan ketrampilan baru, 8) meningkatkan orangtua dengan anak berkebutuhan
sosialisasi dengan teman sebaya, 9) khusus harus bekerja dan berusaha
mandiri dalam kegiatan kelas. Shadow ekstra untuk dapat menyekolahkan anak-
teacher hendaknya dapat berkolaborasi anaknya. Mendapatkan pendidikan formal
dengan orang tua, guru, staf sekolah dan bukanlah hal yang mudah, karena tidak
profesional lain dalam mendampingi semua sekolah dapat menerima siswa
masing-masing anak berkebutuhan dengan kebutuhan khusus. Disinilah
khusus. terjadi kesenjangan antara das solen dan
Pendidikan inklusi adalah bentuk das sein dalam hal pendidikan untuk
penyelenggaraan pendidikan yang anak-anak berkebutuhan khusus.
menyatukan anak-anak berkebutuhan Semakin banyaknya keberadaan sekolah
154
Model dan Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus…
inklusi akan sangat membantu para pembelajaran inklusi yang dilakukan guru
orang tua yang memiliki anak SD N 1 Tanjung yaitu model klasikal
berkebutuhan khusus dalam hal dimana siswa normal digabung dengan
pendidikan. Meski masih terbatas namun siswa berkebutuhan khusus dalam
keberadaan sekolah inklusif pada Kota menerima pelajaran serta model
Purwokerto menunjukan bahwa saat ini, individual yaitu dengan memberikan
masyarakat mulai terbuka dan dapat bimbingan individual dan jam belajar
menerima perbedaan yang ada tambahan; 2) strategi guru dalam
disekitarnya. Hal ini juga menunjukan pembelajaran inklusi diantaranya
bahwa orang tua dari anak berkebutuhan mengatur posisi tempat duduk serta
khusus mulai memilih menyekolahkan menggunakan metode yang menjadikan
anak-anaknya pada sekolah formal yang siswa aktif di kelas. Guru juga melakukan
umum daripada sekolah luar biasa atau semacam games/permaianan dan juga
sekolah khusus untuk anak berkebutuhan menyanyi agar siswa tidak merasa jenuh;
khusus sperti yang terjadi di SDN 1 dan 3) kendala SD N 1 Tanjung dalam
Tanjung. Memang bukan hal yang mudah pelaksanaan sekolah inklusi diantaranya
dalam menciptakan dan melaksanakan kurangnya tenaga pengajar/guru yang
pendidikan inklusi di Indonesia akan memiliki latar belakang pendidikan
tetapi segala kendala yang dialami di psikologi atau dari PLB serta masih
lapangan hendaknya bisa menjadi terbatasnya sarana prasarana yang
perhatian seluruh aspek masyarakat dimiliki.
terutama pemerintah agar lebih Beberapa saran yang dapat
memperhatikan program pendidikan disampaikan yakni, 1) bagi sekolah agar
inklusi. Karena pada hakekatnya dapat mempertahankan dan
pendidikan bukan milik mereka yang meningkatkan pelaksanaan sekolah
mampu namun pendidikan adalah hak inklusi yang sudah berjalan demi
asasi setiap manusia di dunia. terwujudnya pendidikan yang merata, 2)
bagi orang tua yang memiliki siswa
Simpulan dan Saran berkebutuhan khusus agar lebih
Berdasarkan pembahasan yang memperhatikan perkembangan anak baik
telah dilakukan, maka beberapa simpulan akademik maupun non akademik, serta
dalam penelitian ini adalah 1) model 3) bagi pemerintah agar lebih
155
Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016
Daftar Pustaka
Anjaryati, Fibriana. 2011. Pendidikan
Inklusi Dalam Pembelajaran
Beyondcenters And Circle Times
(Bcct) Di Paud InklusiAhsanu
Amala Yogyakarta. Tesis .
Yogyakarta: UIN Kalijaga.