Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa

Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016

MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSI

Agung Nugroho, Lia Mareza


PGSD-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto
email: agungnugroho_ump@yahoo.co.id

Abstract: Every citizen has the same right to receive a quality education. A citizen who
had a physical rudiment, emotional, mental, intelectual and social have a right to receive
special education. Education inclusive is the process of education that allows all children
had the opportunity to participate fully in the regular class, without looking at disorder,
race, or other characteristic. This research based on problems that not all villagers on the
state of acquiring education services, especially a citizen who has limitation certain. This
research is directed to find and provide an overview of how the implementation of inclusive
education system that reaches all citizens regardless of the weaknesses and shortcomings
of learners. The research is conducting with qualitative study that have been carried out in
SD Negeri 1 Tanjung Purwokerto as one of a school of inclusion. The results shows that
classroom inclusions in SD Negeri 1 Tanjung Purwokerto using the model of clasical and
individual learning.

Keyword: Model, Learning Strategic, Education Inclusive

Abstrak: Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual
atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pendidikan inklusif adalah proses
pendidikan yang memungkinkan semua anak berkesempatan untuk berpartisipasi secara
penuh dalam kegiatan kelas regular, tanpa memandang kelainan, ras, atau karakteristik
lainnya. Penelitian ini dilatarbelakangi permasalahan bahwa belum semua warga negara
memperoleh layanan pendidikan. Khususnya warga negara yang memiliki keterbatasan-
keterbatasan tertentu. Penelitian ini diarahkan untuk mencari dan memberikan gambaran
bagaimana sistem penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat menjangkau semua warga
negara tanpa memperhatikan kelemahan dan kekurangan peserta didik. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Tanjung Purwokerto
sebagai salah satu sekolah inklusi. Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran
inklusi di SD N 1 Tanjung menggunakan model pembelajaran klasikal dan individual bagi
siswa berkebutuhan khusus.

Kata Kunci : Model, Strategi Pembelajaran, Pendidikan Inklusi

Pendahuluan Undang-undang Dasar 1945 pasal 31


Pendidikan adalah hak asasi yang ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 20
paling mendasar bagi setiap manusia, tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau Nasional bab IV pasal 5 ayat 1
anak berkebutuhan khusus. Dalam dinyatakan bahwa setiap warga negara
145
Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016

mempunyai hak yang sama untuk istimewa”. Ketetapan dalam Undang-


memperoleh pendidikan yang bermutu. undang No. 20 Tahun 2003 tersebut bagi
Warga negara yang memiliki kelainan anak penyandang kelainan sangat berarti
fisik, emosional, mental, intelektual karena memberi landasan yang kuat
dan/atau sosial berhak memperoleh bahwa anak berkelainan perlu
pendidikan khusus. Hal ini menunjukkan memperoleh kesempatan yang sama
bahwa anak yang memiliki hambatan, sebagaimana yang diberikan kepada
kelainan dan/atau memiliki kemampuan anak normal lainnya dalam hal
potensi kecerdasan dan bakat istimewa pendidikan dan pengajaran (Efendi dalam
berhak pula memperoleh kesempatan Anjaryati, 2011). Pemerintah dalam
yang sama dengan anak lainnya (anak upaya pemerataan layanan pendidikan
normal) dalam layanan pendidikan. Hal untuk menuntaskan wajib belajar
tersebut dipertegas dalam UU RI No. 20 pendidikan dasar sembilan tahun yang
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan berkualitas bagi semua anak di
Nasional, maupun dalam Peraturan Indonesia mempunyai makna yang
Mendiknas No. 70 tahun 2009 tentang sangat luas dan strategis. Keputusan
Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
yang Memiliki Kelainan dan Memiliki 002/U/1986 telah dirintis pengembangan
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat sekolah penyelenggaraan pendidikan
Istimewa (Prastiyono, 2013: 117). inklusif yang melayani penuntasan wajib
Amanat hak atas pendidikan bagi belajar bagi peserta didik yang
anak penyandang kelainan atau ketunaan berkebutuhan khusus. Untuk
ditetapkan dalam Undang-undang No. 20 mencerdaskan bangsa yang selaras
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan dengan adanya pesan dari Pendidikan
Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: Untuk Semua (Educational for All)
“Pendidikan khusus (pendidikan luar sekaligus menjadi salah satu usaha
biasa) merupakan pendidikan bagi meningkatkan partisipasi anak-anak
peserta didik yang memiliki tingkat bersekolah (pemerataan kesempatan
kesulitan dalam mengikuti proses pendidikan) termasuk anak berkebutuhan
pembelajaran karena kelainan fisik, khusus (Sukinah dalam Nugroho, 2016).
emosional, mental, dan sosial, dan atau Mialaret (dalam Anjaryati, 2011)
memiliki potensi kecerdasan dan bakat menyatakan bahwa, “Sudah disepakati
146
Model dan Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus…

oleh seluruh masyarakat di dunia tanpa (2000) dan Deklarasi Kongres Anak
memandang perbedaan ras, tingkat Internasional (2004). Deklarasi tersebut
kemodernan dan sosio-kulturalnya, diperkuat lagi dalam Convention on The
bahwa setiap anak harus memiliki hak Rights of The Child yang diselenggarakan
untuk mendapatkan pendidikan”. Dan oleh PBB (1989) dan telah diratifikasi
dalam kaitannya UNESCO merasa oleh pemerintah Indonesia. Selanjutnya
bertanggung jawab dalam hal dalam The World Convention on
konstitusinya untuk mengatur kerja sama Education for All di Jamtien, Thailand
antar bangsa guna memajukan (1990), yang kemudian dikenal dengan
kesamaan kesempatan dalam The Jamtio Declaration, antara lain juga
pendidikan. Berbagai kerumitan memang ditegaskan perlunya memperluas akses
melingkupi pendidikan baik dari segi pendidikan kepada semua anak, remaja,
internal anak itu sendiri, misalnya, dan dewasa, juga memberikan
adanya hambatan fisik dan mental, kesempatan yang sama kepada anak-
maupun dari segi eksternalnya seperti anak perempuan. Deklarasi Jamtien ini
masalah ekonomi keluarga yang pada diperkuat lagi dalam The Salamanca
gilirannya memunculkan kelaparan, Statement and Framework for Action on
kekurangan gizi, dan berbagai Special Needs Education tahun 1994
permasalahan lainnya. Prastiyono (2013) yang secara lebih tegas menuntut agar
menambahkan bahwa pengakuan atas pendidikan bagi anak berkebutuhan
hak pendidikan bagi setiap warga khusus bersifat inklusif, sehingga sistem
negara, juga diperkuat dalam berbagai pendidikan yang memisahkan individu
deklarasi internasional. Pada tahun dan komunitasnya merupakan
1948, seperti Deklarasi Universal Hak pelanggaran hak asasi manusia.
Asasi Manusia (1948), Deklarasi Dunia Pendidikan inklusif adalah suatu
tentang Pendidikan untuk Semua (1990), proses pendidikan yang memungkinkan
Peraturan Estándar PBB tentang semua anak berkesempatan untuk
Persamaan Kesempatan bagi Para berpartisipasi secara penuh dalam
Penyandang Cacat (1993), Pernyataan kegiatan kelas regular, tanpa
Salamanca dan Kerangka Aksi UNESCO memandang kelainan, ras, atau
(1994), Undang-undang Penyandang karakteristik lainnya. Pendidikan inklusif
Kecacatan (1997), Kerangka Aksi Dakar memberikan berbagai kegiatan dan
147
Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016

pengalaman, sehingga semua siswa memiliki kebutuhan khusus sudah


dapat berpartisipasi dan berhasil dalam selayaknya dididik bersama-sama dalam
kelas reguler yang ada di sekolah sebuah keberagaman yang ada di
tetangga atau sekolah terdekat. Dengan dalamnya, pendidikan inklusif diharapkan
demikian kehadiran pendidikan inklusif dapat menjadi salah satu upaya untuk
berpotensi mampu memberikan meningkatkan partisipasi anak
kontribusi yang berarti bagi setiap anak bersekolah (berkebutuhan khusus) dan
dengan segala keragamannya, terutama dalam waktu bersamaan dapat
anak berkebutuhan khusus. Keuntungan meningkatkan mutu pendidikan. Di sini,
dari pendidikan inklusif semua anak mereka tidak semata mengejar
termasuk anak berkebutuhan khusus kemampuan akademik, tetapi lebih dari
dapat saling berinteraksi secara wajar itu, mereka belajar tentang kehidupan itu
sesuai dengan tuntutan kehidupan sendiri.
sehari-hari di masyarakat, dan Sunaryo (2009: 1) menyatakan
kebutuhan pendidikannya dapat bahwa sampai saat ini belum ada angka
terpenuhi sesuai potensinya masing- pasti tentang jumlah anak berkebutuhan
masing. Konsekuensi penyelenggaraan khusus (ABK) di Indonesia. Namun, yang
pendidikan inklusif adalah pihak sekolah pasti jumlah mereka yang belum
dituntut melakukan berbagai perubahan, memperoleh hak pendidikan masih
mulai cara pandang, sikap, sampai pada sangat banyak. Data resmi Direktorat
proses pendidikan yang berorientasi pada PSLB tahun 2007 menyebutkan bahwa
kebutuhan individual tanpa diskriminasi. jumlah ABK yang sudah mengikuti
Adapun filosofi yang mendasari pendidikan formal baru mencapai 24,7%
pendidikan inklusi adalah keyakinan atau 78.689 anak dari populasi anak
bahwa setiap anak, baik karena cacat di Indonesia, yaitu 318.600 anak
gangguan perkembangan fisik/mental (Direktorat PSLB, 2008). Ini artinya
maupun cerdas/bakat istimewa berhak masih terdapat sebanyak 65,3% ABK
untuk memperoleh pendidikan seperti yang masih terseklusi, termarjinalisasikan
layaknya anak-anak “normal” lainnya dan terabaikan hak pendidikan. Bahkan
dalam lingkungan yang sama. Secara angka tersebut diperkirakan dapat jauh
lebih luas, ini bisa diartikan bahwa anak- lebih besar mengingat kecilnya angka
anak yang “normal” maupun yang dinilai prevalensi yang digunakan, yaitu 0,7%
148
Model dan Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus…

dari populasi penduduk serta masih beberapa macam teknik pengumpulan


buruknya sistem pendataan. data. Penelitian ini menggunakan tiga
Penelitian ini dilatarbelakangi teknik pengumpulan data. Teknik
permasalahan bahwa belum semua pengumpulan data yang digunakan yaitu
warga negara memperoleh layanan metode wawancara, metode observasi,
pendidikan. Khususnya warga negara dan metode studi dokumen.
yang memiliki keterbatasan-keterbatasan
tertentu. Oleh karena itu penelitian ini Hasil dan Pembahasan
diarahkan untuk mencari solusi Berdasarkan hasil observasi yang
pemecahan masalah bagaimana sistem dilakukan di SD Negeri 1 Tanjung
penyelenggaraan pendidikan inklusif diketahui bahwa guru sudah melakukan
dapat menjangkau semua warga negara pembelajaran adaptif bagi anak
dengan tanpa memperhatikan kelemahan berkesulitan belajar yaitu pembelajaran
dan kekurangan peserta didik. SD Negeri yang menyesuaikan dengan kondisi
1 Tanjung merupakan salah satu sekolah siswa. Artinya pembelajaran tersebut
inklusi yang yang berada di Purwokerto menyesuaikan dengan kondisi peserta
yang memulai layanan pendidikan inklusif didik itu sendiri, bukan peserta didik
sejak tahun pelajaran 2004/2005 sebagai menyesuaikan dengan pembelajaran,
SD Rintisan SD Inklusif dengan payung yang tentunya penyesuaian tersebut
hukum yaitu Keputusan Bupati Banyumas berkaitan dengan metode strategi,
No. 421/149/2011 dan Permendiknas No. materi, alat/media pembelajaran, dan
70 Tahun 2009. lingkungan belajar. Model pembelajaran
yang dilakukan oleh guru kelas 4 dan 5
Metode yaitu model klasikal dimana siswa normal
Penelitian ini merupakan penelitian dan berkebutuhan khusus mengikuti
kualitatif yang dilaksanakan di SD Negeri pembelajaran dalam satu kelas. Model
1 Tanjung Purwokerto sebagai salah satu kedua yaitu model pembelajaran
sekolah inklusi. Subjek penelitian yaitu individual dimana siswa yang mengalami
kepala sekolah, guru kelas, guru kesulitan belajar/berkebutuhan khusus
pendamping, siswa dan wali murid. mendapatkan tambahan jam belajar yang
Pengumpulan data dalam penelitian biasanya dilaksanakan setelah jam
kualitatif dapat dilakukan dengan pelajaran selesai. Selain itu di SD Negeri
149
Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016

1 Tanjung terdapat guru pendamping perkembangan putra-putrinya.


yang bertugas mendampingi guru kelas Berdasarkan hasil wawancara dengan
ketika di dalam pembelajaran guru kelas orang tua siswa berkebutuhan khusus
tersebut mengalaami kesulitan.Strategi diketahui bahwa mereka sangat
guru dalam mengajar kelas inklusi yaitu menyayangi dan memperhatikan
guru menyampaiakan materi pelajaran perkembangan putra putrinya selama di
yang diselingi dengan sedikit permainan sekolah. Hal ini juga diutarakan oleh
atau games. Hal ini dikarenakan siswa kepala sekolah, guru kelas dan guru
kelas inklusi cenderung memiliki tingkat pendamping bahwa orang tua sangat
konsentrasi yang dibawah rata-rata. perhatian pada putra putrinnya.Hal inilah
Teknik evaluasi yang dilakukan oleh yang memang seharusnya dilakukan para
guru kelas dengan cara mengurangi orang tua yang dikaruniai anak spesial.
kompetensi bagi kelas inklusi serta Dalam hal terapi orang tua bekerjasama
menurunkan tingkat materi bagi siswa. dengan pihak sekolah tentang
Adapun strategi atau metode yang bagaiamana perkembangan anak.
biasa dilakukan guru seperti tanya Berdasarkan hasil penelitian
jawab, diskusi yang dikemas kendala yang dialami SD N 1 Tanjung
menggunakan teknik-teknik yang dimiliki dalam penerapan pendidikan inklusi yaitu
oleh guru kelas itu sendiri dengan sebagai berikut: (1) pendidikan inklusi
menyesuaikan kondisi peserta didiknya saat itu masih menjadi hal yang baru di
begitu juga dengan penataan tempat kabupaten Banyumas; (2) latar belakang
duduk yang dibuat melingkar dan pendidikan para guru yang masih belum
mengelompok. Dalam hal penilaian siswa sesuai kualifikasi karena di SD N 1
kelas inklusi mendapatkan dua buah Tanjung baru ada satu guru yang
buku laporan siswa yaitu laporan nilai memiliki latar belakang psikologi; (3)
(raport) dan buku laporan perkembangan kurikulum bagi siswa yang normal dan
siswa.Selain berkordinasi dengan guru siswa yang spesial terutama dalam hal
pendamping pihak SD 1 Negeri Tanjung standar penilaian/evaluasi; (4) perhatian
juga mengadakan pertemuan rutin dari pemerintah masih kurang terkait
dengan para wali siswa kelas inklusi, pelaksaan pendidikan inklusi baik dari
tujuannya agar pihak orang tua juga ikut segi sarana prasarana dan biaya; (5)
membimbing dan mengarahkan sarana dan prasarana yang masih
150
Model dan Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus…

terbatas untuk sekolah yang berpotensi mampu memberikan


melaksanakan pendidikan inklusi; dan (6) kontribusi yang berarti bagi setiap anak
pelatihan atau workshop terkait dengan segala keragamannya, terutama
pendidikan inklusi bagi guru yang berlatar anak berkebutuhan khusus. Keuntungan
belakang pendidikan diluar psikologi/PLB dari pendidikan inklusif semua anak
masih kurang. termasuk anak berkebutuhan khusus
Temuan tersebut hendaknya dapat saling berinteraksi secara wajar
ditindaklajuti karena setiap warga negara sesuai dengan tuntutan kehidupan
mempunyai hak yang sama untuk sehari-hari di masyarakat, dan
memperoleh pendidikan yang bermutu. kebutuhan pendidikannya dapat
Warga negara yang memiliki kelainan terpenuhi sesuai potensinya masing-
fisik, emosional, mental, intelektual masing. Konsekuensi penyelenggaraan
dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan inklusif adalah pihak sekolah
pendidikan khusus. Hal ini menunjukkan dituntut melakukan berbagai perubahan,
bahwa anak yang memiliki hambatan, mulai cara pandang, sikap, sampai pada
kelainan dan/atau memiliki kemampuan proses pendidikan yang berorientasi pada
potensi kecerdasan dan bakat istimewa kebutuhan individual tanpa diskriminasi.
berhak pula memperoleh kesempatan Selain itu tenaga pengajar/guru harus
yang sama dengan anak lainnya (anak memiliki keahlian dan kualifikasi
normal) dalam layanan pendidikan. pendidikan yang sesuai dengan program
Pendidikan inklusif adalah suatu proses pendidikan inklusi.
pendidikan yang memungkinkan semua Guru merupakan elemen penting
anak berkesempatan untuk berpartisipasi dalam mempengaruhi anak
secara penuh dalam kegiatan kelas berkebutuhan khusus. Seorang guru
regular, tanpa memandang kelainan, ras, harus memiliki sikap terhadap anak-
atau karakteristik lainnya. Pendidikan anak berkebutuhan khusus. Guru
inklusif memberikan berbagai kegiatan memiliki tanggung jawab menciptakan
dan pengalaman, sehingga semua siswa suasana kelas yang dapat menampung
dapat berpartisipasi dan berhasil dalam secara penuh dan menekankan suasana
kelas reguler yang ada di sekolah yang mampu menghargai perbedaan
tetangga atau sekolah terdekat. Dengan individu (Ilahi dalam Asriningtyas 2015:
demikian kehadiran pendidikan inklusif 51). Komponen-komponen dalam
151
Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016

pelaksanaan pendidikan inklusif terdiri diskriminatif diharapkan mampu


dariperencanaan pelaksanaan pendidikan mempraktekkan wacana anti
inklusif yang meliputi modifikasi diskriminasinya secara langsung di
kurikulum, tenaga pendidik, peserta dalam dan di luar kelas, termasuk juga
didik, sarana dan prasarana, di luar sekolah. Dengan melakukan
keuanganatau dana, lingkungan, praktek secara langsung dihadapan
alternatif penempatan; pelaksanaan siswa, maka diharapkan siswa akan
sistem pendidikan inklusif yang meliputi mencontoh dan juga menerapkan sikap
merencanakan kegiatan belajar yang sama dalam kehidupan mereka di
mengajar, melaksanakan kegiatan belajar manyarakat. Ketiga, guru seharusnya
mengajar, membina hubungan antar memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap
pribadi; evaluasi pelaksanaan pendidikan siswa berkebutuhan khusus, terutama
inklusif. ketika melihat adanya diskriminasi yang
Guru mempunyai peran yang berkaitan dengan perbedaan kemampuan
sangat penting dalam membangun sikap ini.
siswa agar selalu menghargai orang Selain peran sentral yang dimainkan
lain, terutama bagi mereka yang berada oleh guru dalam menanamkan sikap anti
dalam kelompok berbeda. Agar peran diskriminasi, ada beberapa hal yang
guru berfungsi secara maksimal, maka harus dilakukan oleh sekolah untuk
diperlukan langkah-langkah berikut ini. mendukung hal tersebut, agar menjadi
Pertama, guru harus memiliki wawasan sekolah inklusif, pertama, adalah adanya
dan pemahaman yang baik tentang undang-undang atau peraturan sekolah
pentingnya sikap anti diskriminatif yang menekankan dan menyatakan
terhadap anak berkebutuhan khusus. bahwa sekolah menerima siswa normal
Dengan wawasan dan pemahaman yang dan siswa yang memiliki kemampuan
cukup, maka guru dapat diharapkan yang berbeda, dan sekolah juga
sebagai motor penggerak utama yang menjamin siswa yang normal maupun
akan membangun kesadaran siswa yang berkebutuhan khusus untuk
untuk tidak melakukan tindakan-tindakan mendapatkan perlindungan dan layanan
yang diskriminatif. Kedua, guru sebagai yang sama sesuai dengan kebutuhan
penggerak utama untuk kesadaran siswa mereka. Hal paling substansial adalah
agar selalu menghindari sikap yang peraturan tersebut adalah melarang
152
Model dan Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus…

tindakan diskriminasi. Kedua, sekolah pendamping jelas (shadow teacher) juga


harus menyediakan kebutuhan- memiliki peranan yang penting dalam
kebutuhan dan pelayanan-pelayanan proses pembelajaran di kelas.
khusus bagi siswa berkebutuhan khusus. Kebutuhan guru pendamping kelas
Seperti guru harus mempunyai (shadow teacher) di sekolah inklusi sudah
keterampilan khusus untuk menangani menjadi kebutuhan yang tidak bisa
siswa berkebutuhan khusus. Kemudian ditawar lagi untuk prioritas terpenuhinya.
menyediakan fasilitas khusus, seperti Hal ini sesuai dengan hasil kajian dari
tempat duduk khusus, tempat parkir Ludlow (dalam Nur’aeni 2014) yang
khusus, jalan khusus dan fasilitas belajar mengemukakan bahwa Sekolah
dan sarana pendukung lainnya, yang pedesaan telah mengalami masalah
dapat mendukung dan memperlancar utama yang berhubungan dengan aspek
aktivitas belajar mereka. Ketiga, sekolah persiapan dari SDM dalam pendidikan
sebaiknya menerapkan kurikulum yang khusus: kurangnya program pelayanan
sesuai dengan kebutuhan siswa yang khusus yang dirancang untuk
normal dan berkebutuhan khusus. mempersiapkan personil untuk program
Kurikulum ini substansinya tidak hanya sekolah inklusi, SDM lebih tepat bila
menekankan bagaimana membuat para dilatih dan kesulitan yang signifikan
siswa mudah memahami mata pelajaran dalam merekrut, mempertahankan dan
yang diajarkan. Akan tetapi juga pelatihan ulang untuk guru pendamping
bertujuan bagaimana agar seluruh siswa, (shadow teacher) dan terapis. Florian
dapat saling memahami, menghormati, (dalam Nur’aeni 2014) juga
dan menghargai satu sama lain. mengemukakan dalam artikelnya bahwa
Keempat, sekolah memberikan pelatihan guru kelas sering melaporkan perasaan
kepada para guru maupun para staf tidak siap untuk pendidikan inklusif.
atau para stakeholder di sekolah, Artikel ini melaporkan beberapa pelajaran
tentang bagaimana cara bersikap dan dari Proyek Praktek Inklusif, reformasi
cara menghadapi siswa difabel dan siswa proyek pendidikan guru yang telah
yang normal di sekolah secara santun mengembangkan pendekatan inovatif
dan manusiawi (Prastiyono, 2013: 117). untuk mempersiapkan guru untuk
Selain guru kelas di dalam pelaksanaan memasuki suatu profesi dimana mereka
pendidikan inklusi keberadaan guru bertanggung jawab terhadap belajar dan
153
Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016

prestasi dari semua siswa di kelas inklusi. khusus dengan anak-anak normal pada
Itu mengidentifikasi beberapa isu penting, umumnya untuk belajar. Oleh sebab itu
yaitu menjelaskan bagaimana menangani inti dari pendidikan inklusi adalah hak
siswa, mempertimbangkan tantangan azasi manusia atas pendidikan. Suatu
pengembangan profesional guru yang konsekuensi logis dari hak ini adalah
muncul dari studi proyek. Pelajaran semua anak mempunyai hak untuk
penting berfokus pada pengembangan menerima pendidikan yang tidak
profesional guru dalam pembentukan mendiskriminasikan dengan kecacatan,
pendekatan kurikuler baru untuk etnis, agama, bahasa, jenis kelamin,
pembahasan pendidikan inklusif. Guru kemampuan dan lain-lain. Salah satu
pendamping (shadow teacher) memiliki hal yang menarik adalah tindakan yang
tugas yaitu membantu anak/peserta dilakukan oleh para orangtua dari anak-
didik untuk; 1) tetap fokus pada pelajaran, anak berkebutuhan khusus ini dalam
2) berpartisipasi secara tepat di kelas, 3) menyekolahkan anak-anaknya yang
memberitahu guru jika anak tidak berkebutuhan khusus. Undang-Undang
memahami materi, 4) bersikap positif tentang pendidikan di Indonesia memang
pada tugas-tugas baru dan control diri, 5) jelas mengamanatkan tidak adanya
berbagi kepentingan khusus dengan diskriminasi bagi seluruh rakyat Indonesia
anak-anak lain, 6) merespon dengan untuk mengenyam pendidikan, namun
tepat terhadap teman-teman dalam pada kenyataannya tidak semudah
situasi sosial, 7) memperoleh informasi membalikkan telapak tangan. Para
dan ketrampilan baru, 8) meningkatkan orangtua dengan anak berkebutuhan
sosialisasi dengan teman sebaya, 9) khusus harus bekerja dan berusaha
mandiri dalam kegiatan kelas. Shadow ekstra untuk dapat menyekolahkan anak-
teacher hendaknya dapat berkolaborasi anaknya. Mendapatkan pendidikan formal
dengan orang tua, guru, staf sekolah dan bukanlah hal yang mudah, karena tidak
profesional lain dalam mendampingi semua sekolah dapat menerima siswa
masing-masing anak berkebutuhan dengan kebutuhan khusus. Disinilah
khusus. terjadi kesenjangan antara das solen dan
Pendidikan inklusi adalah bentuk das sein dalam hal pendidikan untuk
penyelenggaraan pendidikan yang anak-anak berkebutuhan khusus.
menyatukan anak-anak berkebutuhan Semakin banyaknya keberadaan sekolah
154
Model dan Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus…

inklusi akan sangat membantu para pembelajaran inklusi yang dilakukan guru
orang tua yang memiliki anak SD N 1 Tanjung yaitu model klasikal
berkebutuhan khusus dalam hal dimana siswa normal digabung dengan
pendidikan. Meski masih terbatas namun siswa berkebutuhan khusus dalam
keberadaan sekolah inklusif pada Kota menerima pelajaran serta model
Purwokerto menunjukan bahwa saat ini, individual yaitu dengan memberikan
masyarakat mulai terbuka dan dapat bimbingan individual dan jam belajar
menerima perbedaan yang ada tambahan; 2) strategi guru dalam
disekitarnya. Hal ini juga menunjukan pembelajaran inklusi diantaranya
bahwa orang tua dari anak berkebutuhan mengatur posisi tempat duduk serta
khusus mulai memilih menyekolahkan menggunakan metode yang menjadikan
anak-anaknya pada sekolah formal yang siswa aktif di kelas. Guru juga melakukan
umum daripada sekolah luar biasa atau semacam games/permaianan dan juga
sekolah khusus untuk anak berkebutuhan menyanyi agar siswa tidak merasa jenuh;
khusus sperti yang terjadi di SDN 1 dan 3) kendala SD N 1 Tanjung dalam
Tanjung. Memang bukan hal yang mudah pelaksanaan sekolah inklusi diantaranya
dalam menciptakan dan melaksanakan kurangnya tenaga pengajar/guru yang
pendidikan inklusi di Indonesia akan memiliki latar belakang pendidikan
tetapi segala kendala yang dialami di psikologi atau dari PLB serta masih
lapangan hendaknya bisa menjadi terbatasnya sarana prasarana yang
perhatian seluruh aspek masyarakat dimiliki.
terutama pemerintah agar lebih Beberapa saran yang dapat
memperhatikan program pendidikan disampaikan yakni, 1) bagi sekolah agar
inklusi. Karena pada hakekatnya dapat mempertahankan dan
pendidikan bukan milik mereka yang meningkatkan pelaksanaan sekolah
mampu namun pendidikan adalah hak inklusi yang sudah berjalan demi
asasi setiap manusia di dunia. terwujudnya pendidikan yang merata, 2)
bagi orang tua yang memiliki siswa
Simpulan dan Saran berkebutuhan khusus agar lebih
Berdasarkan pembahasan yang memperhatikan perkembangan anak baik
telah dilakukan, maka beberapa simpulan akademik maupun non akademik, serta
dalam penelitian ini adalah 1) model 3) bagi pemerintah agar lebih
155
Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016

memperhatikan program pendidikan 11, No. 1, Hal. 117 – 128.


Pascasarjana – Untag Surabaya.
inklusi. Karena pada hakekatnya
pendidikan bukan milik mereka yang Sunaryo. 2009. Manajemen Pendidikan
Inklusif (Konsep, Kebijakan, dan
mampu namun pendidikan adalah hak
Implementasinya dalam Perspektif
asasi setiap manusia di dunia. Pendidikan Luar Biasa). Makalah.
Bandung: UPI.

Daftar Pustaka
Anjaryati, Fibriana. 2011. Pendidikan
Inklusi Dalam Pembelajaran
Beyondcenters And Circle Times
(Bcct) Di Paud InklusiAhsanu
Amala Yogyakarta. Tesis .
Yogyakarta: UIN Kalijaga.

Asriningtyas, Rosmalina. 2015. Sikap


Guru Terhadap Pelaksanaan
Pendidikan Inklusif di SD Inklusif
Se-Kabupaten Purbalingga Skripsi.
UNY.

Nugroho, A. 2016. Pendidikan special


untuk yang spesial. Prosiding
Seminar Nasional Menjadi Guru
Inspirator “Kenali Dan
Kembangkan Kemampuan
Intelegensi Generasi Emas Untuk
Indonesia Emas. Purwokerto:
UMP.

Nur’aeni, dkk. 2014. Model Program


Pembelajaran Individual Untuk
Peserta Didik Dengan Kesulitan
Belajar Melalui Pelatihan Terapi
Gerak Bagi Shadow Teacher di SD
Inklusi. Prosiding SnaPP 2014
Sosial, Ekonomi, dan
Humaniora.ISSN 2089-
3590/EISSN 2303-2472

Prastiyono. 2013. Implementasi


Kebijakan Pendidikan Inklusif
(Studi di Sekolah Galuh
Handayani Surabaya). DIA, Jurnal
Administrasi Publik Juni 2013, Vol.
156

Anda mungkin juga menyukai