Anda di halaman 1dari 97

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

PERILAKU MELANGGAR PERATURAN LALU LINTAS PADA

PENGENDARA SEPEDA MOTOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Kristianus Nugroho Pudyantoro

049114080

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

i
GBU & Be Positive

iv
Karya in Kupersembahkan Demi Kemuliaan Tuhan yang
Lebih Besar
Dengan dibantu dorongan kekuatan Doa dari
kedua Orang Tua Ku, Kakak – Kakak ku, Ade ku
yang selalu memberi Support Penuh Kepadaku.
“Ad Maiorem Dei Gloriam”

v
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN
PERILAKU MELANGGAR PERATURAN LALU LINTAS

Kristianus Nugroho Pudyantoro

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan emosional dengan
perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif yang
signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Subyek dalam
penelitian ini adalah pengendara sepeda motor yang melakukan pelanggaran lalu lintas di di wilayah
teritorial Kepolisian Resort Sleman dan menjalani Persidangan di PN sebanyak 40 orang. Alat
pengumpul data yang digunakan untuk kecerdasan emosional adalah skala kecerdasan emosional,
sedangkan untuk perilaku melanggar peraturan lalu lintas adalah skala melanggar peraturan lalu
lintas. Melalui hasil uji coba pada skala kecerdasan emosional diperoleh dari 40 item total terdapat 35
item yang sahih dan 5 item yang gugur, sedangkan untuk skala perilaku melanggar peraturan lalu
lintas diperoleh dari 20 item total terdapat 18 item yang sahih dan 2 item yang gugur. Uji reliabilitas
untuk skala kecerdasan emosional diperoleh koefisien reliabilitas Alpha-Cronbach sebesar 0,945 dan
untuk melanggar peraturan lalu lintas diperoleh sebesar 0,883. Metode yang digunakan untuk analisis
data adalah teknik Product Moment Pearson. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa skor korelasi
yang didapat adalah -0,175 pada taraf signifikansi 0,01 dengan probabilitas 0,140 (p < 0,01). Hal
tersebut berarti tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas.
Tingginya kecerdasan emosional tidak berhubungan dengan rendahnya perilaku melanggar peraturan lalu
lintas.

Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Perilaku Melanggar Peraturan Lalu Lintas

vii
CORRELATION BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH
VIOLATING TRAFFIC REGULATIONS

Kristianus Nugroho Pudyantoro

ABSTRACT
This research was aimed to examine relation between emotional intelligence and behavior
violating traffic regulations. A hypothesis proposed was that there is no significant negative relation
between emotional intelligence and behavior violating traffic regulations.The respondents were 40
motorcycle riders who violate traffic in the territory of the Police Resort, Sleman. Data's
collection device for emotional intelligence was emotional intelligence scale while for behavior
violating traffic regulations was violating traffic regulations scale. It was obtained by the result that in
emotional intelligence, from 40 items, there were 35 items valid and 5 items fail, in contrary, on
violating traffic regulations scale, from 20 items, there were 18 items valid and 2 items fail. A
reliability test for emotional intelligence scale, obtamed 0,945 coefficient reliability Alpha-Cronbach
and for behavior violating traffic regulations scale, obtained 0,883.A method was used for analyze the
data was Product Moment Pearson technique. The result showed that the correlation score obtained was
-0,175 at significant of 0,01 for probability 0,140 (p < 0,01). It means there was no significant negative
relation between emotional intelligence and behavior violating traffic regulations. The research result
showed that no significant negative relation between emotional intelligence and behavior violating
traffic regulations. Therefore, the high emotional intelligence were not associated with low
behavior violating traffic regulations.

Keywords : Emotional Intelligence, Behavior Violating Traffic Regulations

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa dan Yesus juru selamatku, atas kasih

dan kekuatan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan

skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma.

2. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah

memberikan masukan, saran, waktu, dan kesabarannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Siswa Widyatmoko, S.Psi selaku dosen penguji.

4. Ibu Henrietta PDADS., S.Psi., M.A selaku dosen penguji dan sekaligus pembimbing

akademik, terima kasih atas bimbingan dan kesabarannya.

5. Kedua orangtuaku A.Y Sardjiman dan V. Sukartinah yang tiada lelah untuk memberi

dukungan terhadap apa yang aku kerjakan selama ini hingga terselesaikan semua

tugas skripsi ini.

6. Kakak - kakakku MM Isti Handayani, Yohanes Dwi P, Kartika, Indro yang telah

memberi dukungan baik secara moril maupun materil.

7. Morina Nadia Endensi yang menjadi penyemangatku dan dengan setia selalu

mendukungku untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman - teman angkatan 2004 yang menjadi teman seperjuangan dan telah membantu

banyak hal.

x
9. Teman-teman Psynema, P2TKP, UK sepakbola, dan yang berasal dari kegiatan

lainnya di psikologi yang telah berdinamika bersamaku selama ini.

10. Mas Muji, Mas Gandung, Mas Doni, Pak Gie dan Mbak Naniek yang telah

membantu di lab dan sekretariat Psikologi, terima kasih telah membantu urusan

administrasi.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… . i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING…………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI…………………………………… iii
HALAMAN MOTTO……………………………………………………….. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….. v
HALAMAN KEASLIAN KARYA…………………………………………. vi
ABSTRAK…………………………………………………………………… vii
ABSTRACT…………………………………………………………………. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………. ix
KATA PENGANTAR………………………………………………………… x
DAFTAR ISI………………………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xvi
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… ........ 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………….. 7
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………... 8
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 9
A. Perilaku Melanggar Peraturan Lalu Lintas.............................................. 9
1. Pengertian perilaku melanggar peraturan lalu lintas............................. 9

xii
2. Aspek – aspek perilaku melanggar peraturan lalu lintas…………… 12
3. Penyebab Terjadinya pelanggaran lalu lintas………………………. 14
B. Kecerdasan Emosional………………………………………………. 15
1. Pengertian kecerdasan emosional..………………………………… 15
2. Aspek-aspek kecerdasan emosi …………………………………… 18
C. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan perilaku melanggar
peraturan lalu lintas…...……………………………………………... 20
D. Skema………………………………………………………………….. 23
E. Hipotesis……………………………………………………………….. 23
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................ 24
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………….. 24
B. Identifikasi Variabel - Variabel Penelitian .…………………………… 24
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian………… …………………... 25
D. Subyek Penelitian ……………………………………………………... 27
E. Metode Pengumpulan Data …………………………………………… 28
1. Alat Pengumpul Data …………………………………………….... 29
2. Alat Ukur…………………………………………………………… 32
F. Metode Analisis Data …………………………………………………. 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………… 35
A. Persiapan Penelitian…………………………………………………..... 35
1. Uji Coba Alat Ukur ………………………………………………….. 35
2. Hasil Uji Coba Alat Ukur………………………………………….... 36
3. Pelaksanaan Penelitian………………………………………………. 37

xiii
B. Analisis Data Penelitian……………………………………………….. 37
1. Data Demografis Subyek…………………………………………… 37
2. Deskripsi Skor Data Variabel penelitian…………………………….. 37
C. Validitas dan Reliabilitas…………………………………………….. .. 40
D. Uji Asumsi …………………………………………………………….. 40
E. Uji Hipotesis ……………………………………………………………. 41
F. Pembahasan …………………………………………………………… 42
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 44
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 44
B. Saran…………………………………………………………………… 44
1. Bagi Pengendara Sepeda Motor……………………………………… 44
2. Bagi Peneliti Lain ……………………………………………………. 45
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 46
LAMPIRAN….……………………………………………………………... .. 50

xiv
Daftar Tabel

Tabel 1 Blue Print Skala Kecerdasan Emosional 31


Tabel 2 Blue Print Skala Melanggar Peraturan Lalu Lintas 33

Tabel 3 Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosional Setelah Uji Coba 37

Tabel 4 Subyek Penelitian Berdasarkan Usia 38

Tabel 5 Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin 38

Tabel 6 Lama Subyek Mengendarai Sepeda Motor 38

Tabel 7 Pengalaman Subyek Kena Tilang Dalam Satu Tahun Terkahir 39

Tabel 8 Deskripsi Statistik Data Penelitian 39

Tabel 9 Hasil Uji Normalitas Sebaran 40

Tabel 10 Hasil Uji Hipotesis 41

xv
Daftar Lampiran

Lampiran 1 Skala I (Kecerdasan Emosional) Uji Coba 50

Lampiran 2 Skala II (Melanggar Peraturan Lalu Lintas) Uji Coba 54

Lampiran 3 Reliabilitas Skala I dan Skala II Uji Coba 59

Lampiran 5 Skala I (Kecerdasan Emosional) Penelitian 65

Lampiran 6 Skala II (Melanggar Peraturan Lalu Lintas) Penelitian 69

Lampiran 7 Reliabilitas Skala I & II Penelitian 74

Lampiran 8 Skor Total 79

Lampiran 9 Uji Normalitas 82

Lampiran 10 Uji Hipotesis 83

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan segenap kegiatan manusia di bidang ekonomi, sosial,

budaya, dan politik semakin meningkat akibat dari hasil pembangunan secara

menyeluruh, terutama pertumbuhan di bidang transportasi jalan raya.

Tumbuhnya perkembangan teknologi yang cukup pesat serta meningkatnya

kemampuan masyarakat untuk memiliki kendaraan bermotor menyebabkan

jumlah kendaraan yang melintasi jalan raya semakin meningkat. Hal ini dapat

mengakibatkan berbagai masalah dalam berlalu lintas.

Masalah perilaku berlalu lintas sudah merupakan suatu fenomena yang

umum terjadi di kota-kota besar di negara-negara yang sedang berkembang.

Persoalan ini sering dikaitkan dengan bertambahnya jumlah penduduk kota

yang mengakibatkan semakin meningkatnya aktivitas dan kepadatan di jalan

raya. Lalu lintas yang beraneka ragam dan pertambahan jumlah kendaraan yang

lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan prasarana jalan mengakibatkan

berbagai masalah lalu lintas, contohnya kemacetan dan kecelakaan.

Padatnya lalu lintas di sekitar kita tanpa didukung oleh sarana yang baik

dan kurangnya kesadaran masyarakat akan disiplin berlalu lintas akan memicu

timbulnya berbagai pelanggaran dan ketidak disiplinan. Setiap hari kita bisa

dengan mudah melihat sendiri pelanggaran-pelanggaran terjadi baik yang kecil

maupun pelanggaran yang dapat membahayakan orang lain.

(http://groups.yahoo.com/group/maludong,2006)

1
2

Kecelakaan lalu lintas masih menjadi masalah serius di negara

berkembang dan negara maju. Angka kematiannya menurut WHO telah

mencapai 1.170.694 orang di seluruh dunia. Jumlah ini setara dengan 2,2% dari

seluruh jumlah kematian di dunia, dan menempati urutan ke sembilan dari

sepuluh penyebab kematian. Meningkatnya populasi manusia dan mobilitas

jumlah kendaraan atau fasilitas transportasi ini menjadi pemicu meningkatnya

angka kecelakaan lalu lintas. (www.google/brawijaya.ac.id,2006) .

Data dari Ditlantas Polri menyebutkan bahwa dari 17.732 kecelakaan

yang terjadi pada tahun 2004, 14.223 kecelakaan di antaranya melibatkan

sepeda motor. Dengan kata lain, pada tahun 2004 setiap hari ada 39 kecelakaan

yang melibatkan sepeda motor. Angka itu didasarkan pada kecelakaan yang

dilaporkan kepada kepolisian. Ada perkiraan angka kecelakaan yang tidak

dilaporkan kepada polisi lebih besar daripada yang dilaporkan. Di Jakarta,

kecelakaan yang melibatkan sepeda motor di jalan raya tidak hanya terjadi

karena hal-hal teknis, misalnya tentang seluk beluk motor, tetapi juga karena

rendahnya disiplin pengendara dalam berlalu lintas. Bergerombol di depan

garis pembatas putih pada lampu pengatur lalu lintas (traffic light), dan

beberapa diantaranya menerobos lampu merah bila kesempatan itu ada. Hal-hal

tersebut menjadi pemandangan sehari-hari di Jakarta. Belum lagi membelok

dimana terdapat rambu-rambu tidak boleh membelok, melawan arus lalu lintas,

melawan arah di jalan satu arah, melintas di trotoar yang disediakan bagi

pejalan kaki, melintas di jalur sepeda yang disediakan di jembatan

penyeberangan, dan menyerobot saat palang perlintasan kereta api ditutup.


3

Selain itu, kendati ada kewajiban untuk menggunakan helm, tetapi dengan

mudahnya ditemui pengendara motor berikut penumpangnya yang tidak

menggunakan helm. Padahal, helm yang berkualitas baik telah terbukti dapat

menyelamatkan nyawa pengendara dan penumpang sepeda motor saat terjadi

kecelakaan atau tabrakan. (http://kompas.com/kompas-cetak,2005). Di

Surabaya, menurut Sudarso (2000) dari catatan yang diperoleh dari Satlantas

Polwiltabes Surabaya diperoleh data bahwa pelanggaran lalu lintas banyak

dilakukan pengendara sepeda motor kemudian disusul kendaraan station wagon

dan truk.

Yogyakarta yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia memiliki

tingkat kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi. Hal ini juga menyebabkan

tingkat pelanggaran yang dilakukan para pengguna jalan juga cenderung tinggi.

Menurut data yang diperoleh dari Dirlantas Polda DIY sehingga dengan bulan

Mei 2009, dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan pelanggaran lalu lintas yang

terjadi berjumlah 29.890 kasus. Pelanggaran yang terjadi paling banyak

dilakukan oleh pengendara sepeda motor atau roda dua yaitu sebanyak 23613

kasus atau sekitar 79,01% dari seluruh kasus pelanggaran. Jenis pelanggaran

yang dilakukan meliputi pelanggaran dalam hal muatan, marka atau rambu lalu

lintas, surat dan perlengkapan kendaraan, helm, dan lain-lain.

Berdasarkan catatan yang ada ternyata pelanggaran lalu lintas terus

mengalami kenaikan sampai 50%, karena itu polisi perlu berusaha

meningkatkan kesadaran masyarakat agar tertib di jalan, demi keselamatan

mereka sendiri (Suara Merdeka, 2004). Data tersebut tentunya belum cukup
4

dijadikan sebagai acuan dalam melihat pelanggaran yang terjadi, karena data

pelanggaran lalu lintas setiap hari terus meningkat. Tidak sedikit pelanggaran

dengan kasus-kasus kecil yang tidak terdaftar.

Menurut Ikhsan, M (2009) kecelakaan lalu lintas pada umumnya terjadi

karena berbagai faktor penyebab, antara lain manusia, kondisi kendaraan,

kondisi jalan, dan kondisi lingkungan. Faktor manusia memegang peranan

yang sangat dominan, karena cukup banyak faktor yang mempengaruhi

perilakunya. Ia menambahkan, faktor manusia menyumbang 80% sampai 90%

terjadinya kecelakaan, sedangkan faktor lainnya hanya berperan 10% sampai

20%. Dari data Ditlantas Polri, ditunjukkan pula mengenai penyebab

kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar diakibatkan oleh faktor manusia

yaitu 89,6%. Sedangkan menurut Abubakar (http://kompas.com/kompas,2004),

sedikitnya 80% kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh kesalahan atau

kelalaian pengendara. Dari pengamatan yang dilakukan peneliti, di Yogyakarta

ditemukan beberapa pelanggaran yang sering dilakukan oleh pengendara sepeda

motor, seperti melanggar traffic light, menyeberang jalan tidak pada zebra

cross, tidak mengenakan helm, dan beberapa pelanggaran lainnya.

Menurut Sudarso (2000) kasus kecelakaan umumnya dipandang

bersumber dari kesalahan pemakai jalan raya sendiri. Pengemudi tidak terampil

membawa kendaraan , laju kecepatan yang melampaui batas, kurang berhati-

hati, kebut-kebutan, dan sejenisnya yang cenderung menimpakan kesalahan

pada faktor kurangnya kesadaran pemakai jalan raya terhadap bahaya berlalu

lintas dan kesadaran hukum yang masih rendah serta kemerosotan etika berlalu
5

lintas sebagai pangkal penyebabnya.

Faktor dari dalam diri pengemudi seperti emosi juga dapat

mempengaruhi terjadinya kecelakaan maupun pelanggaran-pelanggaran

tersebut. Emosi sebagai suatu kondisi dalam diri seseorang yang mencerminkan

reaksi-reaksi tertentu terhadap stimulus yang diterima. Emosi seseorang dapat

mencerminkan apa yang sedang dipikirkan, dirasakan, dan dihayati.

Emosi tidak hanya memberi kontribusi terhadap intelegensi, tetapi juga

keseluruhan kehidupan manusia. Tingginya kemampuan seseorang untuk

mengenali dan memantau emosi pribadi dan orang lain, mampu membedakan

dan menggunakannya sebagai informasi untuk pengarahan pikiran dan tindakan

seseorang, sangat penting bagi penentu kesuksesan hidup seseorang (Goleman,

2001). Dengan kata lain diperlukan suatu kecakapan emosional yang disebut

kecerdasan emosi guna mengendalikan diri dan memberikan arahan untuk

keseluruhan kehidupan seseorang agar tercapai suatu kesuksesan hidup.

Goleman (2001) mengatakan kecerdasan emosi adalah kecakapan

emosional yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan

memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, mampu mengendalikan

impuls dan merasa tidak cepat puas, mampu mengatur suasana hati, dan

mampu mengelola kecemasan agar tidak mengganggu kemampuan berpikir

serta mampu berempati serta berharap.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa kecerdasan emosi ini sangat

mempengaruhi kehidupan seseorang secara keseluruhan termasuk dalam

penyerapan dan penerapan norma-norma lalu lintas, khususnya bagi


6

pengendara sepeda motor. Kecerdasan emosi juga mencakup kemampuan

mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain, dalam hal ini

meliputi rasa tanggung jawab terhadap nyawa diri sendiri maupun orang lain di

jalan raya.

Kecerdasan emosi meliputi kemampuan individu untuk mempunyai

kesadaran diri, mampu mengelola emosi diri, mampu memotivasi diri, empati,

dan membina hubungan sosial. Hal hal tersebut dapat berpengaruh dalam

perilaku berlalu lintas. Individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosi tinggi

akan lebih mampu untuk mengelola emosi, contohnya pada saat terjadi

kemacetan, diperlukan kesabaran dan pengendalian diri agar tidak terpancing

emosi untuk marah ataupun hal-hal lain yang menimbulkan perilaku melanggar

peraturan lalu lintas. Selain itu adanya rasa empati juga ikut berpengaruh dalam

perilaku berlalu lintas. Pada saat berkendara , seseorang tidak hanya

mementingkan kepentingan dan keselamatan nyawanya sendiri, tetapi juga

mementingkan keselamatan orang lain. Menurut Djafairy (2007) masih banyak

pelanggaran-pelanggaran lalu lintas lain. Semua ini terjadi karena memang

masyarakat kita belum bisa diajak disiplin karena tidak adanya rasa empati.

Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan seseorang di jalan raya selain dapat

membahayakan diri sendiri juga dapat membahayakan pengendara lain.

Contohnya pada saat membelok tetapi tidak menyalakan lampu sein dapat

membahayakan pengendara lain yang berada di belakang maupun di depannya

Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan akan mengakibatkan berbagai

kerugian. Kerugian tersebut dapat berupa kerugian harta benda bahkan nyawa.
7

Banyak diantara kita yang mengerti maksud adanya peraturan-peraturan

tersebut tetapi terkadang karena kebutuhan, waktu yang mendesak ataupun hal

lain terkadang peraturan-peraturan tersebut terabaikan.

Jumlah pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas terus meningkat.

Banyak kasus kecelakaan yang diawali oleh pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan oleh pengguna jalan itu sendiri. Masih banyak dari mereka yang

mengabaikan peraturan lalu lintas tersebut, padahal telah banyak kerugian yang

ditimbulkan. Sejauh mana kecerdasan emosi yang dimiliki oleh pengendara

sepeda motor dapat berperan atau mempengaruhi kedisiplinan dan ketaatan

terhadap peraturan lalu lintas, sehingga tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran

yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Memang tidak dapat

dipungkiri peran kecerdasan emosional sangatlah penting dan sangat dibutuhkan

untuk dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada saat mengendarai sepeda

motor. Dengan adanya pengelolaan kecerdasan emosional yang baik, orang akan

lebih dituntut untuk bisa mengendalikan dirinya, mengatur suasana hatinya,

mampu menghargai dirinya dengan segala kelebihan dan kelemahannya

sehingga secara tidak langsung orang yang mempunyai kecerdasan emosional

akan lebih bisa mengatasi rasa cemasnya untuk mematuhi peraturan lalu lintas

ketika mengendarai kendaraan sepeda motor.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku

melanggar peraturan lalu lintas pada pengendara sepeda motor?


8

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas pada

pengendara sepeda motor

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

dalam bidang psikologi mengenai hubungan antara kecerdasan emosional

dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas pada pengendara sepeda motor,

selain itu dapat juga dipergunakan sebagai bahan pembanding bagi penulis lain.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Melanggar Peraturan Lalu Lintas

1. Pengertian perilaku melanggar peraturan lalu lintas

Walgito (2003) menyatakan bahwa perilaku atau aktivitas-aktivitas

adalah pengertian-pengertian yang luas, yaitu meliputi perilaku yang tampak

(overt behavior) dan juga perilaku yang tidak tampak (innert behavior).

Perilaku meliputi aktivitas motorik , aktivitas kognitif, maupun aktivitas

emosional. Pengertiannya bahwa perilaku atau aktivitas-aktivitas itu

merupakan manifestasi kehidupan psikis. Perilaku atau aktivitas yang ada pada

individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai

akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu atau

organisme itu. Perilaku atau aktivitas itu merupakan jawaban atau respon

terhadap stimulus yang mengenainya. Walgito (2003) menyatakan perilaku

akan berpengaruh pada lingkungan dan diri organisme atau individu.

Organisme akan berpengaruh pada lingkungan atau perilaku, demikian pula

lingkungan akan berpengaruh pada perilaku dan person atau organisme.

Menurut Walgito (2003) perilaku pada manusia dapat dibedakan antara

perilaku yang refleksif dan perilaku yang non-refleksif. Perilaku yang refleksif

merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus

yang mengenai organisme tersebut. Misalnya reaksi kedip mata bila kena sinar;

gerak lutut bila kena sentuhan palu; menarik jari bila jari kena api dan

9
10

sebagainya. Dalam perilaku refleksif respons langsung timbul begitu menerima

stimulus. Dengan kata lain begitu stimulus diterima oleh reseptor, begitu

langsung respons timbul melalui afektor, tanpa melalui pusat kesadaran atau

otak.

Lain halnya dengan perilaku yang non-refleksif. Perilaku ini dikendalikan

atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak. Dalam kaitan ini stimulus setelah

diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat syaraf, baru

kemudian terjadi respons melalui afektor. Proses yang terjadi dalam otak atau

pusat kesadaran ini yang disebut proses psikologis. Walgito (2003) mengatakan

perilaku atau aktivitas atas dasar proses psikologis inilah yang disebut aktivitas

atau perilaku psikologis. Pada manusia, perilaku psikologis inilah yang

dominan. Perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, dapat dikendalikan,

karena dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai hasil proses belajar.

Perilaku mendapat pengaruh yang kuat dari motif kepentingan. Bukan

hanya kepentingan yang disadari namun kondisi lingkungan (dari luar) juga

mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku tersebut secara tidak

langsung membentuk tindakan individual. Tindakan secara individual tersebut

baik disadari ataupun tidak terkadang bertentangan dengan peraturan yang

berlaku di masyarakat. Perbuatan individu yang menyalahi aturan atau tidak

melaksanakan aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat berarti orang

tersebut telah melanggar aturan yang berlaku. Tindakan yang timbul dalam

hubungan itu adalah respon spontan (gerak refleks) terhadap kondisi tersebut.

Jadi, perilaku melanggar atau pelanggaran dipengaruhi oleh kondisi yang


11

datang dari luar (lingkungan) dan kepentingan yang disadari (dari dalam) oleh

yang bersangkutan (Ndraha, 2003). Hal ini juga berlaku ketika kita melanggar

peraturan yang berlaku dalam berlalu lintas.

Berdasarkan UU No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

jalan dijelaskan bahwa pelanggaran lalu lintas jalan adalah suatu perbuatan

atau tindakan seseorang yang bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan lalu lintas jalan. Sedangkan tindakan melawan hukum ialah tiap-tiap

perbuatan atau kelalaian yang melanggar hak seseorang atau bertentangan

dengan kewajiban pelaku atau berlawanan dengan kesusilaan dengan ketertiban

yang ada dalam masyarakat.

Adapun peraturan dalam berlalu lintas diatur dalam Undang-undang Lalu

Lintas dan angkutan jalan No.22 Tahun 2009. Ada beberapa aspek penting dari

UU Lalu Lintas yang menjangkau hajat hidup orang banyak, sehingga perlu

dimasyarakatkan sedini mungkin. Perlu diperhatikan juga tentang pendaftaran

kendaraan bermotor, pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan khususnya

masalah Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Bukti Pemilikan Kendaraan

Bermotor (BPKB), dan Surat Izin Mengemudi (SIM). Hal ini dianggap sebagai

sarana pengendalian operasi Kamtibmas. Dengan demikian, melanggar lalu

lintas terjadi dalam perkara tindak pidana yang berkaitan dengan kendaraan

bermotor dapat ditangani lebih cepat oleh instansi yang berwenang. Dalam hal

ini kehadiran Polri sebagai penegak hukum perlu mendapat perhatian. Dalam

perumusan peraturan pelaksanaan diharapkan mampu mencerminkan

keterkaitan dan keterpaduan antar sektor secara transparan. Setidaknya


12

rumusan itu mampu memberi pedoman atau batasan dan arah yang jelas agar

kepentingan masyarakat dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan

dapat dilindungi secara optimal. (Palandeng, Wibowo, dan Pasaribu, 1993).

2. Aspek-aspek perilaku melanggar peraturan lalu lintas

Seperti telah dipaparkan di depan bahwa perilaku manusia sebagian

besar ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari. Berkaitan

dengan hal tersebut maka salah satu persoalan ialah bagaimana cara

membentuk perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan. Walgito (2003)

menyatakan cara pembentukan perilaku sebagai berikut.

a. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan. Cara

membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan

terbentuklah perilaku tersebut. Misal anak dibiasakan bangun pagi, atau

menggosok sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu

oleh orang lain, membiasakan diri untuk datang tidak terlambat disekolah

dan sebagainya.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight). Cara ini berdasarkan

atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian.

Dalam belajar yang penting adalah pengertian atau insight.

c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Contoh, kalau orang

bicara bahwa orang tua sebagai contoh anak-anaknya, pemimpin sebagai

panutan yang dipimpinnya, hal tersebut menunjukkan pembentukan

perilaku dengan menggunakan model.


13

Dikatakan oleh Ikhsan, M (2009) melanggar lalu lintas dibedakan

menjadi dua macam, yaitu:

a. Melanggar dalam surat-surat antara lain SIM dan STNK

b. Melanggar dalam perbuatan, antara lain:

1. Melanggar rambu-rambu lalu lintas

2. Melakukan kesalahan saat di perjalanan seperti mengendarai motor

melebihi batas kecepatan maksimal sesuai tanda rambu lalu lintas.

3. Motor tidak sesuai dengan aturan yang berlaku

Pendapat Ikhsan, M (2009) tersebut dapat disimpulkan menjadi aspek-

aspek perilaku berlalu lintas, yaitu tentang :

1. Kelengkapan syarat berkendara

Pengendara tidak membawa SIM dan atau STNK saat mengendarai

sepeda motor

2. Rambu-rambu lalu lintas

Melanggar rambu-rambu lalu lintas

3. Perilaku mengendarai sepeda motor

1) Melakukan kesalahan saat di perjalanan seperti mengendarai motor

melebihi batas kecepatan maksimal sesuai tanda rambu lalu lintas.

2) Motor tidak sesuai dengan aturan yang berlaku

Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan

lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia itu didorong oleh

motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Bentuk-bentuk perilaku

menurut Morgan (Ndraha,2003) dibedakan atas perilaku sebagai upaya


14

memenuhi kepentingan atau guna mencapai sasaran dan perilaku sebagai

respon terhadap lingkungan. Perilaku terbentuk oleh gerak dari dalam dan

berjalan secara sadar. Penggerak dari dalam itu adalah sistem nilai yang

ditambahkan dan atau tertanam, melembaga dan hidup di dalam diri orang yang

bersangkutan. Nilai tertanam dan berarti nilai menjadi keyakinan, pendirian,

atau pegangan. Hal itu terjadi melalui pembuktian pengalaman bahwa nilai.

Dengan mempelajari perilaku, bisa diperoleh pemahaman tentang keyakinan

atau pendirian seseorang, kendatipun perilaku yang sama belum tentu

merupakan cerminan atau aktualisasi pendirian yang sama.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

perilaku melanggar peraturan lalu lintas meliputi aspek-aspek:

1. kelengkapan syarat berkendara

2. rambu-rambu lalu lintas

3. perilaku mengendarai sepeda motor.

3. Penyebab terjadinya pelanggaran peraturan lalu lintas

Walgito (2003) menyatakan bahwa perilaku, lingkungan dan organisme

atau person itu sebenarnya satu dengan yang lain saling pengaruh

mempengaruhi. Perilaku akan berpengaruh pada lingkungan dan diri organisme

atau individu. Setiap organisme akan berpengaruh pada lingkungan atau

perilaku, demikian pula lingkungan akan berpengaruh pada perilaku dan person

atau organisme. Dari formulasi di atas menunjukkan adanya berbagai macam

formulasi mengenai perilaku, namun dapatlah dikemukakan bahwa dalam


15

perilaku organisme itu tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan dan individu

itu sendiri.

Menurut Palupi (2004) hal yang mendorong seseorang melakukan

pelanggaran ada dua, yaitu dari dalam dan dari luar diri individu. Kedua hal

tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Dari dalam misalnya

emosional pengemudi tersebut, sedangkan dari luar dapat juga karena kondisi

jalan yang kurang memadai dengan arus lalu lintas yang padat dan kondisi jalan

yang banyak mengalami kerusakan sehingga mendorong pengemudi kurang

memperhatikan rambu-rambu yang ada. Selain itu faktor kelelahan dan

kejenuhan sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengemudi dalam

mengemudikan kendaraan bermotor secara wajar sebagaimana terdapat pada

UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

Dapat disimpulkan terjadinya perilaku melanggar peraturan lalu lintas

meliputi pribadi individu, kurangnya informasi tentang peraturan lalu lintas,

lingkungan keluarga, nilai moral yang mulai turun dalam diri pengendara dan

aparat lalu lintas, lingkungan luar, serta kelelahan dan kejenuhan.

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Walgito (2003) berpendapat bahwa emosi merupakan reaksi yang

kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya

perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.

Emosional mengakibatkan sering terjadinya perubahan perilaku. Sedangkan


16

Goleman (1997) menganggap emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-

pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian

kecenderungan untuk bertindak. Budiman dan Baradja, (2001) menyatakan

bahwa emosi adalah suatu pengalaman batin yang berfungsi sebagai:

a. Memberi arti pada seluruh perjalanan hidup manusia. Misalnya ada perasaan

menyenangkan, kita tertawa gembira. Sebaliknya ada rasa sedih yang

membuat hati gundah gulana meneteskan air mata. Senang, sedih, takut,

gelisah adalah kekuatan emosi yang memberi arti bagi pengalaman hidup

b. Memberi perlindungan dan kesejahteraan dalam bentuk rasa aman dan

kepuasan hidup. Misalnya emosi takut berguna agar anda bersikap hati-hati

terhadap obyek tertentu, sehingga anda bisa terhindar dari sesuatu yang tidak

diinginkan.

c. Memperkaya dan memberi warna variasi pada kehidupan sehingga dapat

dinikmati. Misalnya emosi sedih dan senang akan datang berselang-seling.

Emosi takut dan emosi berani akan datang bergantian dan lain-lain.

Kecerdasan emosional menurut Goleman (2001) merujuk kepada

kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain,

kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan

baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan

emosional mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling

melengkapi, dengan kecerdasan akademik (academic intelligence), yaitu

kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ. Ditambahkan

juga bahwa kecerdasan emosional menentukan potensi kita untuk mempelajari


17

keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya:

kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati, dan kecakapan dalam

membina hubungan dengan orang lain.

Goleman (2001) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai

kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain,

serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.

Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf (2000), kecerdasan emosional adalah

kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan

kepekaan emosional sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh

yang manusiawi.

Salovey dan Mayer (Sari,2005) berpendapat bahwa kecerdasan emosional

adalah kualitas emosional yang penting bagi keberhasilan, yaitu meliputi

empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah,

kemandirian, menyesuaikan diri, memecahkan masalah antar pribadi,

ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat. Artinya bahwa

kecerdasan emosional merupakan kualitas untuk mengenali emosi pada diri

sendiri kemudian emosi tersebut dikelola dan digunakan untuk memotivasi diri

sendiri dan memberi manfaat dalam hubungannya dengan orang lain sehingga

individu akan dapat membangun hubungan yang produktif dan meraih

keberhasilan secara optimal sekalipun individu tersebut sedang menghadapi

masalah.

Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan

mengenali dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
18

hubungan dengan orang lain, untuk menanggapi dengan tepat, menerapkan

dengan efektif informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan

sehari-hari sehingga individu akan dapat membangun hubungan yang produktif

dan meraih keberhasilan secara optimal.

2. Aspek-aspek kecerdasan emosional

Menurut Goleman (1997) aspek-aspek kecerdasan emosional terdiri atas

dua aspek. Pertama, kecerdasan intra-personal yang mencakup kemampuan

mengendalikan dorongan hati, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan

kemampuan bersikap optimis. Kedua, kecerdasan antar-personal yang meliputi

kemampuan untuk berempati pada orang lain.

Seiring dengan berjalannya waktu Goleman (2002) kembali berpendapat

bahwa orang yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi adalah

orang yang mampu mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan

baik, mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif,

memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan. Cooper dan Sawaf

(1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan

merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan

emosional sebagai sumber energi dan pengaruh pada diri sendiri dan orang lain

serta menanggapi dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam

kehidupan sehari-hari.

Menurut Goleman (2001), dasar kecakapan emosional dan sosial yaitu

sebagai berikut :
19

a. Sadar diri

Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan

menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri.

Selain itu kita menjadi memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan

dan kepercayaan diri yang kuat.

b. Mampu mengatur diri

Menangani emosional kita sedemikian rupa sehingga berdampak

positif kepada pelaksanaan tugas. Peka terhadap kata hati dan sanggup

menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran. Mampu pulih

kembali dari tekanan emosional.

c. Memotivasi diri

Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan

dan menuntun kita menuju sasaran. Membantu kita mengambil inisiatif

dan bertindak sangat efektif serta untuk bertahan menghadapi kegagalan

dan keadaan frustrasi.

d. Memahami perasaan orang

Merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami

perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan

menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

e. Menjalin interaksi sosial

Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang

lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan social, berinteraksi

dengan lancer, menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk


20

mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan

perselisihan, serta untuk bekerjasama dan bekerja dalam tim.

Berdasarkan definisi kecerdasan emosional yang telah dipaparkan dapat

ditarik kesimpulan umum bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan

untuk mengenali emosi diri sendiri serta orang lain, dan menggunakan

kemampuan tersebut untuk mengelola emosinya dan memotivasi diri sendiri

sehingga dapat mengendalikan emosi dalam perilaku dan tindakan seseorang.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui aspek-aspek kecerdasan

emosional, sadar diri (self monitoring/self awareness), mampu mengatur diri

(self regulation/managing emotions), mampu memotivasi diri (self motivation),

memahami perasaan orang (empathy) dan mempertahankan keterampilan

menjalin interaksi sosial (social skill).

C. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar

peraturan lalu lintas pada pengendara sepeda motor

Emosi tidak hanya memberi kontribusi terhadap intelegensi, tetapi juga

keseluruhan kehidupan manusia, sehingga diperlukan suatu kecakapan

emosional yang disebut kecerdasan emosional guna mengendalikan diri dan

memberikan arahan untuk keseluruhan kehidupan seseorang agar tercapai suatu

kesuksesan hidup.

Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi lebih mampu

mengelola gejolak emosional mereka, mampu menjalin hubungan yang akrab

dengan orang lain, dapat mengelola stress, serta mampu mengatasi tantangan
21

dalam hidup mereka. Mereka juga tidak mudah putus asa, tidak mudah tegang,

serta mampu bertahan dalam menghadapi masalah. Selain itu individu yang

cerdas emosinya, secara sosial akan mantap, mudah bergaul, sehingga memiliki

kemampuan yang besar untuk melibatkan diri dengan orang lain.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa kecerdasan emosional ini sangat

mempengaruhi kehidupan seseorang secara keseluruhan mulai dari kehidupan

keluarga, pekerjaan, sampai interaksi lingkungan sosial, termasuk dalam

penyerapan dan penerapan norma-norma lalu lintas. Kecerdasan emosional

juga mencakup kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan

orang lain, dalam hal ini meliputi rasa tanggung jawab terhadap nyawa diri

sendiri maupun orang lain di jalan raya.

Kecerdasan emosional meliputi kemampuan individu untuk mempunyai

kesadaran diri, mampu mengelola emosi diri, mampu memotivasi diri, empati,

dan membina hubungan sosial. Hal hal tersebut dapat berpengaruh dalam

perilaku berlalu lintas. Individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosional

tinggi akan lebih mampu untuk mengelola emosi, contohnya pada saat terjadi

kemacetan, diperlukan kesabaran dan pengendalian diri agar tidak terpancing

emosional untuk marah ataupun hal-hal lain yang menimbulkan perilaku

melanggar peraturan lalu lintas. Selain itu adanya rasa empati juga ikut

berpengaruh dalam perilaku berlalu lintas. Pada saat berkendara, seseorang

tidak hanya mementingkan kepentingan dan keselamatan nyawanya sendiri,

tetapi juga mementingkan keselamatan nyawa pengendara lain. Pengendara juga

harus dapat memahami dan mematuhi peraturan yang ditetapkan pemerintah


22

demi kelancaran lalu lintas bersama. Peran dari dalam diri pengemudi seperti

emosi juga dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan maupun pelanggaran-

pelanggaran tersebut.

Kecelakaan lalu lintas saat sekarang ini masih menjadi masalah serius di

negara berkembang dan negara maju. Angka kematiannya menurut WHO telah

,mencapai 1.170.694 orang di seluruh dunia. Jumlah ini setara dengan 2,2%

dari seluruh jumlah kematian di dunia (www.google/brawijaya.ac.id,2006) .

Sudarso (2000) kasus kecelakaan umumnya dipandang bersumber dari

kesalahan pemakai jalan raya sendiri. Pengemudi tidak terampil membawa

kendaraan, laju kecepatan yang melampaui batas, kurang berhati-hati, kebut-

kebutan, dan sejenisnya yang cenderung menimpakan kesalahan pada faktor

kurangnya kesadaran pemakai jalan raya terhadap bahaya berlalu lintas dan

kesadaran hukum yang masih rendah serta kemerosotan etika berlalu lintas

sebagai pangkal penyebabnya. Kurangnya disiplin berlalu lintas, pada tahap

awal menimbulkan pelanggaran- pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas.

Sikap tidak disiplin atau kurang adanya kesadaran disiplin dalam berlalu

lintas mengakibatkan terjadinya perilaku-perilaku yang menyimpang atau

melanggar peraturan lalu lintas yang diberlakukan. Perilaku melanggar

peraturan lalu lintas adalah suatu sikap seseorang yang bertentangan dengan

peraturan lalu lintas yang diberlakukan atau melakukan kesalahan tidak

mentaati Undang-undang Lalu Lintas No. 22/2009 tentang Lalu Lintas, serta

perbuatan seseorang yang berlawanan dengan ketertiban yang ada dalam

masyarakat.
23

Perilaku melanggar peraturan lalu lintas disebabkan oleh manusia

sebagai faktor utama yang meliputi seluruh pemakai jalan termasuk pengemudi

sebagai orang yang mengemudikan kendaraan seringkali melakukan melanggar

tersebut. Hal ini dapat memberikan dampak negatif seperti kemacetan maupun

kecelakaan yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.

D. Skema
Pengendara Sepeda Motor

Kecerdasan Emosional Baik Kecerdasan Emosional Buruk

Mampu mengelola Tidak mampu mengelola


emosional diri, mampu emosional diri, tidak mampu
memotivasi diri, empati, dan memotivasi diri, empati, dan
membina hubungan sosial membina hubungan sosial

Memahami dan mematuhi Tidak mematuhi &


peraturan lalu lintas mengabaikan peraturan lalu
lintas

Mentaati peraturan lalu Melanggar peraturan lalu


lintas lintas

Skema Hubungan Kecerdasan Emosional


dengan Perilaku Melanggar Peraturan Lalu Lintas

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dapat diajukan

hipotesis, yaitu: “Ada hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan

emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas pada pengendara

sepeda motor”.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian

kuantitatif. Jenis penelitian dilihat dari sudut pandang karakteristiknya

merupakan penelitian korelasional yang bertujuan menyelidiki sejauh mana

variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel

lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2003).

B. IDENTIFIKASI VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi focus penelitian yang

diamati Sugiyono (2005). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Variabel Bebas : Kecerdasan emosional

2. Variabel tergantung : Perilaku melanggar peraturan lalu lintas

Terdiri dari aspek : a. Kelengkapan syarat berkendara


b. Rambu-rambu lalu lintas
c. Perilaku mengendarai sepeda motor

24
25

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional variabel - variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Kecerdasan emosional adalah kemampuan pengendara sepeda motor untuk

menyadari perasaan dan keadaannya saat ini yang sebenarnya, untuk

mengatur atau menangani emosinya selama mengendarai sepeda motor,

untuk memotivasi dirinya dan menjalin relasi yang baik dengan

pengendara lain di jalan raya.

Kecerdasan emosional diungkap melalui skala kecerdasan

emosional yang terdiri dari lima aspek yaitu :

a. Kesadaran diri :

1) Mengetahui apa yang sedang dirasakan saat ini

2) Memiliki kemampuan dan menyadari saat mengambil keputusan

b. Pengaturan diri :

1) Mampu mengontrol emosi dalam diri

2) Mengetahui apa yang harus dilakukan ketika sedang menghadapi

situasi tertentu

c. Motivasi :

1) kemampuan mengambil tindakan untuk diri sendiri

2) Mendorong diri sendiri untuk menjadi lebih baik


26

d. Empati :

1) Memahami kondisi orang lain

2) Mampu mengerti emosi yang sedang terjadi pada orang lain

e. Keterampilan sosial :

1) Mampu beradaptasi dengan orang lain dalam berbagai kondisi

2) Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain

Kecerdasan emosional pengendara sepeda motor nampak dalam

skor total yang dihasilkan dari skala kecerdasan emosional. Semakin tinggi

skor kecerdasan emosional maka semakin tinggi kecerdasan emosional

seseorang dan semakin rendah skor kecerdasan emosional maka semakin

rendah kecerdasan emosional seseorang.

2. Perilaku melanggar peraturan lalu lintas adalah suatu sikap seseorang yang

bertentangan dengan peranturan lalu lintas yang diberlakukan atau

melakukan kesalahan tidak mentaati Undang-undang Lalu Lintas No.

22/2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan, serta perbuatan seseorang

yang berlawanan dengan ketertiban yang ada dalam masyarakat. Perilaku

melanggar peraturan lalu lintas diungkap melalui tiga aspek yaitu:

a. Kelengkapan syarat berkendara

1) Pengendara tidak membawa atau memiliki SIM

2) Pengendara tidak membawa atau memiliki STNK


27

b. Rambu-rambu lalu lintas

1) Melanggar rambu-rambu lalu lintas yang terpasang di jalan raya

2) Mengabaikan rambu-rambu lalu lintas

c. Perilaku mengendarai sepeda motor dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Melakukan kesalahan saat mengendarai motor

Melakukan pelanggaran prosedur keamanan berkendara

2) Motor tidak sesuai dengan aturan yang berlaku

Motor tidak dilengkapi instrumen pendukung untuk keselamatan

seperti lampu sein, spion, dan lain sebagainya

Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek maka semakin tinggi

pula perilaku melanggar yang ditunjukkan. Demikian sebaliknya semakin

rendah skor yang diperoleh subyek penelitian maka semakin rendah pula

perilaku melanggar lalu lintas yang dilakukan subyek.

D. SUBYEK PENELITIAN

Subyek dalam penelitian ini adalah pengendara sepeda motor dengan

karakteristik:

1. Pengendara yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) yang masih

berlaku

2. Mengendarai sepeda motor minimal selama satu tahun.


28

3. Subyek melakukan pelanggaran lalu lintas di wilayah teritorial Kepolisian

Resort Sleman dan menjalani Persidangan di PN Sleman

4. Kendaraan yang digunakan pengendara dilengkapi STNK yang masih

berlaku

Teknik pemilihan subyek yang digunakan adalah teknik purposive

random sampling, yaitu suatu teknik pemilihan sekelompok subyek di

dasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai

sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya (Hadi, 2007).

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

skala, yaitu skala kecerdasan emosi dan skala perilaku melanggar peraturan

lalu lintas. Penggunaan skala pada penelitian ini didasarkan atas karakteristik

skala sebagai alat ukur psikologi yang dikemukakan oleh Azwar (2002) yaitu:

a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung

mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap

indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.

b. Atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-

indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam

bentuk aitem-aitem.

c. Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau

“salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur

dan sungguh-sungguh.
29

Metode yang digunakan dalam skala kecerdasan emosi adalah metode

Summated ratings, dengan menggunakan skala Likert yang terdiri atas empat

kategori jawaban yaitu : “sangat setuju”, ”Setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat

tidak setuju”.

Menurut Hadi (2007) modifikasi skala Likert meniadakan ketegori yang

berada pada titik tengah, dimana sebelumnya dengan lima tingkat yaitu ;

“sangat setuju”, ”Setuju”, “netral”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”.

Hal ini dilakukan karena kategori netral memiliki arti ganda, selain itu adanya

jawaban netral menimbulkan (central tendency effect) yaitu kecenderungan

menjawab ketengah. Serta maksud dari kategorisasi “sangat setuju”, ”Setuju”,

“tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju” untuk melihat kecenderungan

pendapat responden kearah setuju atau kearah ketidaksetujuan.

1. Alat Pengumpul Data

Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yang harus dikumpulkan

yaitu skala kecerdasan emosi dan skala perilaku melanggar peraturan lalu

lintas. Data dari kecerdasan emosi dan perilaku melanggar peraturan lalu

lintas diperoleh dari alat ukur, yaitu :

a. Skala kecerdasan emosi yang digunakan untuk mengetahui kecerdasan

emosi menurut Goleman (1998). Penyusunan skala kecerdasan emosi

menggunakan bentuk pilihan respon yang memperlihatkan tingkat

kesetujuan, dimana subyek menanggapi setiap item pernyataan dan

memilih satu dari empat respon yang tersedia meliputi “sangat setuju”,
30

”Setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”. Pelaksanaan

pengambilan data dilakukan dengan menunggu subyek pada saat mengisi

skala kecerdasan emosi yang diberikan. Cara pemberian skor pada item

pernyataan dalam skala kecerdasan emosi ini dengan didasarkan pada

empat kategori jawaban yaitu :

a. Favourabel

Sangat setuju (SS)=4, Setuju (S)=3, Tidak setuju (TS)=2, dan Sangat

tidak setuju (STS)=1

b. Unfavourabel

Sangat setuju (SS)=1, Setuju (S)=2, Tidak setuju (TS)=3, dan Sangat

tidak setuju (STS)=4.

Kriteria dalam penilaian ini adalah semakin tinggi skor yang

diperoleh, dapat dikatakan subyek memiliki kecerdasan emosi yang semakin

tinggi.
31

Tabel 1
Blue Print Skala Kecerdasan Emosi

Item No.
Aspek Favourabel Unfavourabel Total %
Sadar diri 1,14,20,27 7,17,22,38 8 20%
Mampu mengatur 10,12,26,31 13,16,33,36 8 20%
diri
Mampu 6,25,35,37 9,19,28,30 8 20%
memotivasi diri
Memahami 2,15,21,29 8,24,34,40 8 20%
perasaan orang
menjalin interaksi 3,5,11,18 4,23,32,39 8 20%
sosial
Total 20 20 40 100%

b. Skala Perilaku melanggar peraturan lalu lintas yang dibuat, berpedoman

pada Pendapat Ikhsan (2009). Penyusunan skala perilaku melanggar

peraturan lalu lintas menggunakan bentuk pilihan respon yang

memperlihatkan tingkat intensitas pelanggaran, dimana yang menilai

tingkat perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Pelaksanaan pengambilan

data dilakukan dengan menunggu subyek, pada saat mengisi skala perilaku

melanggar peraturan lalu lintas yang diberikan.

Cara pemberian skor pada item pernyataan dalam skala perilaku

melanggar peraturan lalu lintas ini dengan didasarkan pada kategori

jawaban tertentu, yaitu :

1. SL (selalu) : 3

2. S (Sering) : 2

3. J (jarang) : 1

4. TP (Tidak Pernah) : 0
32

Kriteria dalam penilaian ini adalah semakin tinggi skor yang

diperoleh, dapat dikatakan subyek memiliki perilaku melanggar peraturan

lalu lintas yang semakin tinggi.

Tabel 2
Blue Print Skala Perilaku melanggar peraturan lalu lintas

Aspek Indikator Item No. Total %


Kelengkapan syarat Melanggar Dalam Surat Surat 3,13 2 10%
berkendara Berkendara
Rambu-rambu lalu Melanggar rambu-rambu lalu 2,4,6,8,10,12,1 10 50%
lintas lintas 4, 16,18,20

Perilaku Melakukan kesalahan saat 1,5,9,15 4 20%


mengendarai berkendara
sepeda motor
Kendaraan tidak sesuai 7,11,17,19 4 20%
dengan aturan
Total 20 20 100
%

2. Alat Ukur

Sebelum dilakukan penelitian yang sesungguhnya, terlebih dahulu

dilakukan ujicoba skala untuk memperoleh reliabilitas dan validitas alat ukur.

a. Uji Validitas

Prinsip dasar validitas adalah membandingkan hasil pengukuran

gejala dengan kriterium yang dianggap valid (Hadi, 2000). Validitas alat

ukur pada dasarnya menunjuk pada derajat fungsi mengukurnya suatu alat

ukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap

isi tes dengan analisis rasional atau lewat profesional judgement (Azwar,
33

2005). Profesional judgement dilakukan oleh orang yang lebih ahli didalam

bidangnya, dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Untuk memenuhi

validitas isi, suatu skala harus komprehensif isinya dan hanya memuat isi

yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Oleh karena itu, blue

print skala yang memberikan gambaran mengenai isi skala dan menjadi

acuan serta pedoman untuk berada dalam lingkup yang benar, bila dilakukan

dengan cara yang baik akan mendukung validitas isi skala (Azwar, 2005).

b. Seleksi Aitem

Seleksi aitem dilakukan untuk menguji, apakah tiap butir aitem benar-

benar telah mengungkapkan aspek-aspek yang ingin diselidiki. Seleksi aitem

digunakan untuk mendapatkan aitem-aitem yang valid, sehingga aitem-aitem

tersebut layak digunakan untuk penelitian. Seleksi aitem dilakukan dengan

cara menghitung korelasi antara distribusi skor setiap aitem dengan skor

skala. Pengkorelasian antara skor aitem dengan skor skala akan

menghasilkan korelasi aitem total atau indeks daya beda aitem. Semakin

tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala, berarti

semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara

keseluruhan, maka semakin tinggi daya beda yang dimiliki (Azwar, 2005).

Kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total menggunakan

batasan rix ≥ 0,30. Batasan tersebut digunakan karena item yang koefisien

korelasinya minimal 0,30 memiliki daya diskriminasi yang memuaskan

(Azwar, 2007).
34

F. Metode Analisis Data

Hadi (2007) berpendapat bahwa metode analisis data adalah suatu

metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis hasil penelitian

untuk dijadikan dasar penarikan kesimpulan. Suryabrata (1992)

mengemukakan bahwa analisis data merupakan suatu langkah yang sangat

kritis dalam penelitian. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara kecerdasan emosi dan skala perilaku melanggar peraturan lalu

lintas adalah menggunakan teknik analisis korelasi product moment.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN

1. Uji Coba Alat Ukur

Peneliti melakukan uji coba alat ukur terlebih dahulu sebelum

melakukan penelitian. Uji coba tersebut untuk melihat validitas dan

reliabilitas alat penelitian sebelum digunakan dalam penelitian yang

sesungguhnya.

Alat penelitian yang akan diuji coba adalah skala kecerdasan

emosional. Skala kecerdasan emosional ini berisi 40 item. 40 item tersebut

terdiri atas 8 item aspek Kesadaran Diri, 8 item aspek Pengaturan Diri, 8

item aspek Empati, 8 item aspek Motivasi, dan 8 item aspek Keterampilan

Sosial

Uji coba alat penelitian dilakukan pada tanggal 19 – 23 Maret 2010

di Sleman Yogyakarta. Penyebaran dilakukan di Pengadilan Negri Sleman

Yogyakarta. Alat ukur ini diujicobakan pada kelompok subyek yang

memiliki karakteristik sama dengan kelompok subyek penelitian yang

sesungguhnya. Subyek dalam uji coba alat ukur ini sebanyak 40 orang

pengendara kendaraan bermotor yang melakukan pelanggaran di area

Kepolisian Resor Sleman. Pelanggaran yang dimaksudkan adalah

pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara sepeda motor baik yang

melakukan pelanggaran saat sedang melakukan perjalanan dan

35
36

diberhentikan oleh polisi yang bertugas maupun yang melanggar saat ada

operasi rutin kepolisian mengenai kelengkapan berkendara. Dua macam

klasifikasi ini menurut peneliti sudah mewakili indikator pelanggaran yang

dialami oleh pengendara sepeda motor selain kecelakaan lalu lintas atau

yang sering disebut sebagai lakalantas.

2. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Peneliti menyebar 60 eksemplar pada uji coba yang pertama dan

kembali 55 ekslempar. Namun dari 55 eksemplar yang dibagikan hanya 50

ekslempar yang memenuhi syarat untuk dianalisis. Hasil uji coba dianalisis

dengan menggunakan program SPSS versi 17 for windows.

Jumlah item skala kecerdasan emosional sebayak 40, terdiri dari 8

item untuk aspek pengaturan diri, 8 item untuk aspek kesadaran diri, 8 item

untuk aspek motivasi, 8 item untuk aspek empati dan, 8 item untuk aspek

keterampilan sosial. Dari hasil analisis diperoleh koefisien korelasi item

total (rix) antara 0,177 sampai 0,730. peneliti kemudian melakukan seleksi

dengan memilih item-item yang memiliki daya diskriminasi ≥0,3 dan

memperoleh 35 item yang lolos seleksi dan 5 item yang gugur. Setelah

dipilih, koefisien korelasi item total (rix) bergerak dari 0.363 sampai 0.729.
37

Tabel 3
Spesifikasi Skala Kecerdasan emosional Setelah Uji Coba
No Aspek Kecerdasan No Item Juml
Emosional Favorabel Unfavorabel ah
1 Kesadaran Diri 1*, 14, 20, 27 7, 17, 22, 37 8
2 Pengaturan Diri 10, 12, 26, 31 13, 16, 33, 36* 8

3 Motivasi 6, 25*, 35, 37 9, 19, 28, 30 8


4 Empati 2, 15, 21, 29 8, 24, 34, 40* 8

5 Keterampilan Sosial 3, 5*, 11, 18 4, 23, 32, 39 8

TOTAL 20 20 40
*) item-item yang gugur setelah uji coba

3. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 29 Maret – 12 April 2010 di Pengadilan

Negeri Kabupaten Sleman. Subyek yang dipilih adalah subyek yang sedang

menunggu untuk dilaksanakannya sidang mengenai berbagai jenis

pelanggaran yang dilakukan pengendara sepeda motor atau tertilang

berjumlah 50 orang dan yang dapat dianalisis berjumlah 40 ekslempar.

Metode yang dilakukan dengan menyebar skala pada subyek penelitian

secara langsung dan mengambil hasilnya pada saat itu juga. Skor melakukan

pelanggaran lalu lintas dan kecerdasan emosional didapatkan pada saat yang

sama dari pengisian skala pada subyek secara langsung di lokasi penelitian

secara bersamaan.

B. Analisis Data Penelitian

1. Data Demografis Subyek

Berikut ini adalah data demografis yang ditemukan oleh peneliti dari

subyek penelitian :
38

a. Data Subyek Penelitian Berdasarkan Usia

Dalam menentukan usia subyek, peneliti melihatnya dari data identitas

yang diisi oleh subyek dimana data ini disertakan pada skala penelitian.

Peneliti mengkategorikan berdasarkan rentang usia subyek penelitian

dimana umur subyek paling muda 17 tahun dan paling tua 50 tahun

kemudian peneliti membagi menjadi 5 kelompok

Tabel 4
Subyek Penelitian Berdasarkan usia
Usia Jumlah
17-23 tahun 11
24-30 tahun 14
31-36 tahun 7
37-43 tahun 5
44-50 tahun 3
Total 40

b. Data Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5
Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki - Laki 27
Perempuan 13

c. Data Subyek Penelitian Berdasarkan Pengalaman Mengendarai Sepeda

Motor

Tabel 6
Lama Subyek Mengendarai Sepeda Motor
Lama Berkendara Jumlah
1-2 tahun 3
2-3 tahun 5
3-4 tahun 8
4-5 tahun 24
39

d. Data Subyek Penelitian Berdasarkan Pengalaman Kena Tilang dalam

Satu Tahun Terakhir

Tabel 7
Pengalaman Subyek Kena Tilang dalam Satu Tahun Terakhir
Pengalaman Kena Tilang Jumlah
1-2 kali 27
2-3 kali 8
3-4 kali 3
Lebih dari 4 kali 2

2. Deskripsi Skor Data Variabel Penelitian

Skor data penelitian yang diperoleh menujukkan bahwa skor total

minimal untuk variabel Kecerdasan Emosional sebesar 49 dan skor total

maksimal sebesar 129. Skor rata – rata yang diperoleh sebesar 86,88.

Sedangkan Standar Deviasi skor total dari skala kecerdasan emosional sebesar

22,953.

Selanjutnya untuk skor data variabel perilaku melanggar peraturan lalu

lintas didapatkan skor total minimal sebesar 22 dan maksimal 57. Rerata skor

variabel melanggar peraturan lalu lintas sebesar 32,48. Standar Deviasi

variabel melanggar peraturan lalu lintas sebesar 8,311.

Tabel 8
Deskripsi Statistik Data Penelitian
Skor Empirik
Skala
Xmin Xmax Mean (µ) SD (σ)

KE 49 129 86,88 22,953


MPLL 22 57 32,48 8,311
• KE = Kecerdasan Emosional
• MPLL = Melanggar Peraturan Lalu Lintas
40

C. Validitas dan Reliabilitas

Validitas alat ukur penelitian yang digunakan adalah validitas isi yang

menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam alat ukur mencakup

keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur. Adapun validitas isi ini

diperoleh melalui analisis rasional dan professional judgement yang dilakukan

oleh peneliti dan dosen pembimbing peneliti selama proses bimbingan skripsi.

Estimasi reliabilitas skala kecerdasan emosionalonalonl menggunakan

tehnik Alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows,

diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.945, yang berarti skala ini reliabel.

D. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis

dengan menggunakan analisis korelasi. Uji asumsi meliputi uji normalitas. Uji

normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran variabel bebas dan

variabel tergantung dalam penelitian ini normal atau tidak. Uji normalitas ini

dilakukan dengan menggunakan tehnik Sample Kolmogorov-Smirnov Test

dalam program SPSS for Windows versi 17. hasilnya dapat dilihat dalam tabel

berikut :

Tabel 9
Hasil Uji Normalitas Sebaran

Kecerdasan emosional Melanggar Peraturan Lalu lintas


Kolmogorov-Smirnov Z 0.745 0.867
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.636 0.440
41

Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan bahwa distribusi sebaran

variabel kecerdasan emosional dan variabel perilaku melanggar peraturan lalu

lintas terdistribusi normal karena signifikansi kedua variabel lebih besar

daripada 0.05 (p>0.05).

E. Uji Hipotesis

Analisis data menggunakan tehnik korelasi produc moment Pearson

dalam program SPSS for Windows versi 17. Hasil analisis menunjukkan

koefisien korelasi untuk variabel kecerdasan emosional dan variabel perilaku

melanggar peraturan lalu lintas adalah -0,175 dengan taraf signifikansi 0.05

(p>0.05). Analisis data ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan negatif

yang signifikan antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel perilaku

melanggar peraturan lalu lintas. Sehingga hipotesis yang diajukan dimana

terdapat hubungan yang bersifat negatif antara kecerdasan emosional dengan

perilaku melanggar peraturan lalu lintas tidak terbukti. Hal ini ditunjukkan

dengan signifikansi dari korelasi sebesar 0,140 yang dapat diartikan bahwa

hasilnya tidak signifikan dimana p > 0,05.

Tabel 10
Hasil Uji Hipotesis

Korelasi (r)
Perilaku
Perilaku melanggar Kelengkapan Rambu – rambu mengendarai
peraturan lalu lintas syarat berkendara lalu lintas sepeda motor

Kecerdasan Emosional -0.175 -0.221 -0.170 -0.116

Signifikansi (p) 0.140 0.085 0.147 0.237


*signifikansi 1 ekor
42

Selain itu hasil perhitungan uji korelasi antara kecerdasan emosional

dengan aspek kelengkapan syarat berkendara , aspek rambu – rambu lalu

lintas dan aspek perilaku mengendarai sepeda motor juga tidak menunjukkan

adanya hubungan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang diperoleh

menunjukkan p>0,05.

F. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tidak menunjukkan bahwa

ketika seseorang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, maka orang

tersebut melakukan pelanggaran lalu lintas yang rendah. Begitu pula sebaliknya

dimana seseorang yang tidak memiliki kecerdasan emosional yang tinggi,

belum tentu melakukan pelanggaran lalu lintas yang cenderung tinggi.

Berdasarkan teori kecerdasan emosional yang dipakai dalam penelitian kali ini

menggunakan teori Goleman (2001), dimana didalamnya terdapat lima buah

aspek yang digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional. Aspek tersebut

terdiri dari aspek kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan

ketrampilan sosial. Variabel penelitian ini harapannya dapat melihat tingkat

kecerdasan emosional seseorang melalui setiap aspek yang ada. Jika dikaitkan

dengan teori yang diajukan untuk mengungkap perilaku melanggar peraturan

lalu lintas dimana terdapat aspek kelengkapan syarat berkendara, rambu lalu

lintas, dan perilaku mengendarai sepeda motor.

Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengendara sepeda motor

berasal dari berbagai macam faktor yaitu faktor dari dalam dan dari luar
43

individu seperti yang diungkapkan oleh Palupi (2004). Hal-hal dari luar

individu yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran tersebut antara lain

kondisi jalan yang kurang mendukung dengan arus lalu lintas yang padat dan

kondisi jalan yang banyak mengalami kerusakan. Hal tersebut mendorong

pengendara sepeda motor kurang memperhatikan rambu-rambu yang ada.

Selain itu faktor kelelahan dan kejenuhan sangat berpengaruh terhadap

kemampuan pengendara dalam mengendarai sepeda motor dengan baik dan

mentaati peraturan lalu lintas yang berlaku.

Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya pelanggaran lalu lintas tidak

hanya berasal dari dalam diri individu itu sendiri namun juga dari luar atau

lingkungan individu tersebut. Selain itu kurangnya informasi mengenai

peraturan lalu lintas, lingkungan dimana individu itu tinggal, nilai moral dari

pengendara dan aparat lalu lintas, serta kondisi di jalan yang tidak mendukung

seperti kemacetan juga ikut mempengaruhi pelanggaran yang dilakukan oleh

pengendara sepeda motor. Oleh karena itu faktor dari luar individu juga turut

menjadi penyebab terjadinya pelanggaran lalu lintas yang terjadi.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah tidak terdapat

hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan

perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Selain itu juga tidak terdapat

hubungan negatif yang signifikan antara kecedasan emosional dengan aspek

perilaku melanggar kelengkapan syarat berkendara, melanggar rambu-rambu

lalu lintas dan perilaku mengendarai sepeda motor.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap pengendara sepeda motor yang

melakukan pelanggaran ketika mengendarai sepeda motor tidak berhubungan

dengan tingkat kecerdasan emosional pengendara sepeda motor. Pengendara

sepeda motor yang memiliki kecerdasan emosional tinggi belum tentu tidak

melakukan pelanggaran lalu lintas. Sebaliknya pengendara sepeda motor yang

memiliki tingkat kecerdasan emosional rendah juga belum tentu berpeluang

melakukan pelanggaran lalu lintas.

B. SARAN

1. Bagi Pengendara Sepeda Motor

Pengendara sepeda motor dalam berkendara diharapkan untuk tidak

hanya mengandalkan kemampuan kecerdasan emosional saja namun juga

berusaha untuk menyelaraskan pengetahuan mengenai UU No.22 tahun

44
45

2009 tentang Lalu Lintas sehingga tidak melakukan pelanggaran peraturan

lalu lintas. Selain itu sikap disiplin berlalu-lintas dapat

ditumbuhkembangkan sebagai upaya perilaku seluruh masyarakat

pengguna jalan yang berasal dari kesadaran dari setiap individu.

2. Bagi Peneliti lain

Peneliti lain dapat mengontrol variabel-variabel lain yang akan

mempengaruhi perilaku melanggar peraturan lalu lintas seperti tingkat usia,

jenis kelamin, cara mendapatkan SIM, jumlah subyek. Selain itu juga

disarankan untuk memperbanyak subyek penelitian sehingga bisa lebih

kaya akan data. Desain penelitian juga perlu disempurnakan dengan

menambahkan observasi berkendara pada subyek penelitian sehingga

diperoleh data primer dan data sekunder dari subyek penelitian.

Harapannya dapat ditemukan hubungan atau deskripsi yang tepat dari

penelitian yang dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, I.2004. http://kompas.com. Diakses 9 januari 2010

Azwar, S. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S.(2007). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 1. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

______ . 2002. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

______ . 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

______ . 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bandura,A.1977.Social Learning Theory. Prentice Hall,Inc.:Engelwood Cliffs


New Jersey.

Budiman, A dan Baradja. 2001. Mental Sehat Hidup Nikmat Mental Sakit Hidup
Pahit. Jakarta: Studio Press.

Cooper,R.K dan Sawaf,A.2000. Executive EQ (Kecerdasan emosi dalam


Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Darmawan. 2002. Taat Berlalu Lintas. http://kompas.com/kompas,2002. Diakses


11 november 2009

Djafairy,2007. http://suarapembaca.detik.com/. Diakses 30 november 2009

Fachrurrozy.1996.Keselamatan lalu lintas (traffic safety).Hand Out (tidak


diterbitkan). Yogyakarta:Magister Sistem Teknik Transportasi. Universitas
Gadjah Mada

Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia.

Goleman,D.1996. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional) Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama.

Goleman,D.1998. Working with Emotional Intelligence. Great Britain :


Bloomsbury Publishing.

Goleman,D.2001. Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama.

Hadi, S. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset

. 2007. Metodologi Research III. Yogyakarta: Andi Offset

46
47

Hadi, S. dan Pamardiningsih, Y. 2000. Manual SPS Paket Midi. Yogyakarta:


Universitas Gadjah Mada.

Agustian, A.G. 2001. ESQ Emotional Spiritual Quotient (rahasia sukses


membangun kecerdasan emosi dan spiritual). Jakarta : Arga Wijaya
Persada

Ikhsan, M. 2009. Lalu Lintas dan Permasalahannya (tidak diterbitkan).


Yogyakarta:Magister Sistem Teknik Transportasi. Universitas Gadjah
Mada

Indrajit.2007. http://kompas.com/kompas/

Jamaris, M. 2005. Perkembangan dan Pengembangan Anak. Jakarta: Universitas


Negeri Jakarta.

Ndraha, T. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka cipta.

Nuryoto, Sartini. 1995. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: UGM

Palandeng, Robert, Wibowo, dan Pasaribu. 1993. Undang-Undang lalu Lintas


Dan Angkutan Jalan, Aneka Pandangan dan Opini. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Palupi,M E.2004. Hubungan antara kematangan emosi dengan kecenderungan


perilaku melanggar peraturan lalu lintas pada pengemudi bus antar kota.
Skripsi (tidak diterbitkan). Surabaya:Fakultas Psikologi Universitas 17
Agustus 1945 Surabaya

Sari,M.Y.2005. Kecerdasan Emosional dan kecenderungan Psikopatik Pada


remaja delinkuen di Lembaga pemasyarakatan. Anima, Indonesian
Psychological Journal. Vol.20, No.2,139-148

Sternberg, R. J. (1996). Successful intelligence. New York: Simon & Schuster.


New York : Dutton

Sudarso.2000.Perilaku Berlalu lintas Remaja di Perkotaan. Jurnal Masyarakat,


Kebudayaan, dan Politik, Th 13, 45-58

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Penerbit CV Alfabeta

Suryabrata, S. 1992. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali

Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum .Bandung : PT Refika Aditama.

www.google/brawijaya.ac.id, 2006
48

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/metode_riset_bisnis/bagian2_desain_
penelitian
LAMPIRAN

49
Kepada Yth : Pengendara Sepeda Motor

Dengan Hormat

Ditengah kesibukan anda menjalankan aktivitas anda, perkenankanlah


saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi
pernyataan dalam skala yang akan saya lampirkan berikut ini.

Bantuan anda dalam penelitian ini sangat saya butuhkan dalam


penyusunan tugas akhir saya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Guna
mencapai maksud tersebut, saya sangat mengharapkan kesediaan anda untuk
membaca dan mengisi lengkap setiap pernyataan sesuai dengan perasaan,
keadaan dan pikiran anda saat ini, tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Semua
jawaban yang anda berikan adalah benar, tidak ada jawaban yang salah apabila
sesuai dengan keadaan yang sedang anda alami.

Perlu anda ketahui bahwa jawaban anda tidak ada hubungannya dengan
nama baik, status dan kepentingan apapun yang berkaitan dengan anda. Karena
semua identitas yang anda berikan dan jawaban anda akan saya jamin
kerahasiaannya. Saya harap jangan sampai ada pernyataan yang terlewati atau
tidak terjawab, karena angket yang tidak lengkap akan terbuang sia-sia. Atas
bantuan dan kerjasama anda, saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya

Kristianus Nugroho Pudyantoro

Mahasiswa Fak. Psikologi – Univ. Sanata Dharma,Yk

50
SKALA I

PETUNJUK UMUM
1. Angket ini terdiri atas 40 pernyataan
2. Jawablah semua pernyataan yang diberikan dengan cermat dan tanpa
terlewati

Untuk itu silahkan tuliskan identitas anda pada kolom dibawah ini :

Nama (boleh inisial saja)


Usia Tahun
Jenis Kelamin Laki-laki/Perempuan *
* = Coret Salah Satu

PETUNJUK PENGISIAN

1. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda saat
ini. Dengan menuliskan jawaban pada kolom sebelah kiri pernyataan
dengan ketentuan :
SS : Bila anda Sangat Setuju
S : Bila anda Setuju
TS : Bila anda Tidak Setuju
STS : Bila anda Tidak Sangat Setuju

2. Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang anda pilih
Contoh :

No Pernyataan SS S TS STS
40 Saya jarang berkumpul bersama X
teman teman saya
3. Apabila Anda hendak mengganti jawaban yang salah maka coretlah tanda
silang (X) dengan tanda sama dengan (=), kemudian pilihlah jawaban
yang lebih sesuai dengan keadaan anda saat ini.

Contoh :
No Pernyataan SS S TS STS
40 Saya jarang berkumpul bersama X X
teman teman saya
4. Berikanlah pendapat anda pada semua pernyataan dan periksa kembali
agar tidak ada pernyataan yang terlewati.

51
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mengetahui apa yang saya rasakan pada saat ini
2 Saya mengerti apa yang orang lain rasakan, ketika
menghadapi permasalahan berat
3 Saya mudah mendapatkan kepercayaan dari orang
lain
4 Saya tidak senang berelasi dengan orang lain
5 Saya cepat menyesuaikan diri bila keadaan
berubah.
6 Saya yakin akan menjadi orang sukses di kelak
kemudian hari
7 Saya tidak mengerti apa yang saya rasakan
8 Saya tidak peduli bagaimana ekspresi orang lain
ketika saya sedang bicara
9 Saya lebih sering dipengaruhi perasaan takut gagal
dari pada pengharapan untuk sukses
10 saya berusaha memenuhi setiap keinginan saya
11 Walaupun berbicara dengan orang yang baru saya
kenal, saya tetap tenang dan tidak canggung
12 Saya tetap tenang bahkan dalam situasi yang
terkadang membuat orang lain marah
13 Saya sulit menahan keinginan yang muncul secara
tiba-tiba
14 saya tahu apa yang harus saya lakukan ketika
menghadapi masalah
15 Saya mengerti bahwa setiap orang memiliki
keinginan yang berbeda-beda
16 Saya membutuhkan waktu yang lama untuk
meredam kemarahan saya
17 Saya sulit memahami perasaan yang saya alami
18 Saya berusaha menghibur orang yang sedang sedih
dengan berbagai cara agar ia gembira
19 Saya mudah frustasi bila menghadapi tekanan yang

52
saya rasa berat
20 Saya menyadari apa yang saya rasakan saat ini
21 Saya dapat memahami ketakutan seseorang ketika
menghadapi masalah besar.
22 Ketika saya sedih saya tidak tahu apa yang membuat
saya sedih.
23 Saya hanya diam ketika topik pembicaraan berubah
menjadi tidak menarik lagi.
24 Saya tidak tahu apa yang orang lain butuhkan ketika
ia sedang sedih
25 Saya tidak pernah menyerah menghadapi
kesulitan karena pasti ada jalan keluarnya.
26 Saya mengerti apa yang harus saya lakukan ketika
sedang sedih
27 Saya mampu mengekpresikan perasaan saya dengan
tepat.
28 Saya sering merasa melakukan pekerjaan yang sia-
sia dan membuang waktu.
29 Saya mengetahui ketika perasaan seseorang berubah
secara tiba-tiba.
30 Saya mengakhiri usaha saya ketika mengalami
kegagalan.
31 Saya memikirkan apa yang saya inginkan sebelum
bertindak.
32 Saya merasa panik bila berhadapan dengan orang
yang mudah marah.
33 Saya merasa sulit mengatasi kesedihan yang saya
rasakan.
34 Saya tidak tahu perasaan orang lain terhadap saya.
35 Saya berusaha memaksimalkan kemampuan saya
dan tidak takut gagal.
36 Saya selalu bersenang-senang karena saya pikir
kesempatan tidak akan datang dua kali.

53
37 Saya selalu tekun melaksanakan tugas kendati
banyak rintangan.
38 Ketika menghadapi masalah, saya bingung apa yang
harus saya lakukan.
39 Saya merasa sulit mengembangkan topik
pembicaraan dengan orang lain.
40 Saya merasa sulit memahami arti dari gerak-gerik
seseorang.

54
SKALA II

Kepada Yth : Pengendara Sepeda Motor

Dengan Hormat

Ditengah kesibukan anda menjalankan aktivitas anda, perkenankanlah


saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi
pernyataan dalam skala yang akan saya lampirkan berikut ini.

Bantuan anda dalam penelitian ini sangat saya butuhkan dalam


penyusunan tugas akhir saya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Guna
mencapai maksud tersebut, saya sangat mengharapkan kesediaan anda untuk
membaca dan mengisi lengkap setiap pernyataan sesuai dengan perasaan,
keadaan dan pikiran anda saat ini, tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Semua
jawaban yang anda berikan adalah benar, tidak ada jawaban yang salah apabila
sesuai dengan keadaan yang sedang anda alami.

Perlu anda ketahui bahwa jawaban anda tidak ada hubungannya dengan nama
baik, status dan kepentingan apapun yang berkaitan dengan anda. Karena semua
identitas yang anda berikan dan jawaban anda akan saya jamin kerahasiaannya.
Saya harap jangan sampai ada pernyataan yang terlewati atau tidak terjawab,
karena angket yang tidak lengkap akan terbuang sia-sia. Atas bantuan dan
kerjasama anda, saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya

Kristianus Nugroho Pudyantoro

Mahasiswa Fak. Psikologi – Univ. Sanata Dharma,Yk

55
PETUNJUK UMUM
Jawablah semua pernyataan yang diberikan dengan cermat dan tanpa terlewati

Untuk itu silahkan tuliskan identitas anda pada kolom dibawah ini :

Nama (boleh inisial saja)


Usia Tahun
Jenis Kelamin Laki-laki/Perempuan *
* = Coret Salah Satu

1. Berapa lama anda mengendarai sepeda motor

a. 1 – 2 tahun

b. 2 – 3 tahun

c. 3 – 4 tahun

d. Lebih dari 4 tahun

2. Berapa kali anda kena tilang dalam satu tahun terakhir

a. 1 – 2 kali

b. 2 – 3 kali

c. 3 – 4 kali

d. Lebih dari 4 kali

3. Pada saat apa anda terkena tilang

a. Operasi Rutin Kepolisian

1. 1 – 2 kali

2. 2 – 3 kali

3. 3 – 4 kali

4. Lebih dari 4 kali

b. Diberhentikan polisi saat mengendarai sepeda motor

1. 1 – 2 kali

2. 2 – 3 kali

3. 3 – 4 kali

4. Lebih dari 4 kali

56
PETUNJUK PENGISIAN

1. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda saat
ini. Dengan menuliskan memberikan tanda centang atau checkmark (√)
dari setiap pernyataan yang ada :
SL (selalu) : jika selalu dilakukan setiap mengendarai sepeda motor
S (Sering) : jika dilakukan sebanyak 3-4 kali dari 6 kali naik motor
J (jarang) : jika dilakukan 1-2 kali dari 6 kali naik motor
TP (tidak pernah) : jika tidak pernah melakukan saat naik motor

2. Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang anda pilih
Contoh :

No Pernyataan SL S J TP
24 Salah satu rem sepeda motor tidak X
berfungsi

3. Apabila Anda hendak mengganti jawaban yang salah maka coretlah tanda
silang (X) dengan tanda sama dengan (=), kemudian pilihlah jawaban yang
lebih sesuai dengan keadaan anda saat ini.

Contoh :
No Pernyataan SL S J TP
24 Salah satu rem sepeda motor tidak X X
berfungsi
4. Berikanlah pendapat anda pada semua pernyataan dan periksa kembali
agar tidak ada pernyataan yang terlewati.

57
No Pernyataan SL S J TP
1 Melakukan percakapan dengan pengendara lain saat
berkendara (bersebelahan dua motor - jejer)

2 Melanggar Rambu Dilarang Masuk

3 Tidak membawa STNK saat mengendarai sepeda motor

4 Melanggar Rambu Dilarang Parkir

5 Menerobos Lampu Merah saat di perempatan

6 Melanggar Rambu Dilarang Membelok ke


kiri

7 Sepeda motor tidak dilengkapi alat isyarat suara (klakson)

8 Melanggar Rambu Dilarang Membalik


(memutar)

9 Tidak mengenakan helm saat mengendarai sepeda motor

10 Melanggar Batas Kecepatan Maksimal


yang ditentukan

11 Sepeda motor tidak dilengkapi stop lamp (lampu rem)

12 Melanggar Rambu Wajib Berhenti

13 Tidak membawa SIM saat mengendarai sepeda motor

58
No Pernyataan SL S J TP
14 Melanggar Rambu Dilarang Berhenti

15 Menggunakan HP saat naik motor (telepon dan atau sms)

16 Tidak menyalakan lampu saat siang hari

17 Sepeda motor tidak dilengkapi lampu utama

18 Melanggar Marka Jalan Tidak putus -


putus

19 Sepeda motor tidak dilengkapi lampu sein

20 Melanggar Rambu Dilarang Mendahului


Kendaraan Lain

59
Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.940 .941 40

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

item1 2.38 .952 40

item2 1.88 1.181 40

item3 2.23 1.097 40

item4 2.23 1.097 40

item5 2.28 1.109 40

item6 2.10 1.172 40

item7 2.45 1.061 40

item8 2.23 1.097 40

item9 2.83 1.196 40

item10 2.38 1.030 40

item11 3.05 1.108 40

item12 2.98 1.230 40

item13 2.38 1.030 40

item14 2.98 1.230 40

item15 2.48 1.012 40

item16 2.90 1.105 40

item17 2.45 1.061 40

item18 2.23 1.097 40

item19 2.83 1.196 40

60
Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 40 100.0

item20 2.38 1.030 40

item21 3.05 1.108 40

item22 3.05 1.108 40


item23 2.38 1.030
40

item24 2.38 1.030 40

item25 2.93 1.141 40

item26 1.88 1.181 40

item27 1.88 1.181 40

item28 2.23 1.097 40

item29 2.68 1.118 40

item30 2.10 1.172 40

item31 2.45 1.061 40

item32 2.23 1.097 40

item33 2.83 1.196 40

item34 2.38 1.030 40

item35 3.05 1.108 40

item36 2.28 1.109 40

item37 2.23 1.097 40

item38 2.83 1.196 40

item39 2.38 1.030 40

item40 2.93 1.141 40

Summary Item Statistics

Maximum /
Mean Minimum Maximum Range Minimum Variance N of Items

Item Means 2.491 1.875 3.050 1.175 1.627 .125 40

Item-Total Statistics

61
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted

item1 97.27 584.102 .177 . .941

item2 97.77 570.589 .375 . .940

item3 97.42 558.815 .639 . .938

item4 97.42 558.815 .639 . .938

item5 97.37 576.446 .291 . .941

item6 97.55 562.151 .533 . .939

item7 97.20 555.497 .730 . .937

item8 97.42 558.815 .639 . .938

item9 96.82 556.199 .630 . .938


item10 97.27 565.179 .550 . .939

item11 96.60 566.656 .479 . .939

item12 96.67 570.481 .360 . .940

item13 97.27 565.179 .550 . .939

item14 96.67 570.481 .360 . .940

item15 97.17 557.687 .720 . .937

item16 96.75 572.603 .366 . .940

item17 97.20 555.497 .730 . .937

item18 97.42 558.815 .639 . .938

item19 96.82 556.199 .630 . .938

item20 97.27 565.179 .550 . .939

item21 96.60 566.656 .479 . .939

item22 96.60 566.656 .479 . .939

item23 97.27 565.179 .550 . .939

item24 97.27 565.179 .550 . .939

item25 96.72 578.307 .247 . .941

item26 97.77 570.589 .375 . .940

item27 97.77 570.589 .375 . .940

item28 97.42 558.815 .639 . .938

item29 96.97 562.435 .556 . .939

item30 97.55 562.151 .533 . .939

item31 97.20 555.497 .730 . .937

62
item32 97.42 558.815 .639 . .938

item33 96.82 556.199 .630 . .938

item34 97.27 565.179 .550 . .939

item35 96.60 566.656 .479 . .939


item36 97.37 576.446 .291 . .941

item37 97.42 558.815 .639 . .938

item38 96.82 556.199 .630 . .938

item39 97.27 565.179 .550 . .939

item40 96.72 578.307 .247 . .941

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

99.65 593.156 24.355 40

63
Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0

Excludeda 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.871 .892 20

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

item1 1.50 .877 40

item2 1.45 .639 40

item3 1.65 .736 40

item4 1.70 .723 40

item5 1.70 .608 40

item6 1.58 .549 40

item7 1.55 .677 40

item8 1.93 .694 40

item9 1.98 .733 40

item10 2.48 1.109 40

item11 1.68 .730 40

item12 2.50 .877 40

item13 2.70 .939 40

item14 2.48 .877 40

item15 2.48 1.377 40

item16 1.20 .464 40

item17 1.33 .829 40

item18 1.30 .823 40

item19 1.43 .813 40

item20 1.08 .267 40

64
Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range Maximum / Minimum Variance N of Items

Item Means 1.783 1.075 2.700 1.625 2.512 .242 20

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted

item1 34.15 72.336 .052 . .880

item2 34.20 68.985 .423 . .866

item3 34.00 66.462 .573 . .861

item4 33.95 65.331 .686 . .858

item5 33.95 67.536 .598 . .862

item6 34.07 68.071 .607 . .862

item7 34.10 67.579 .524 . .863

item8 33.73 67.179 .546 . .862

item9 33.68 64.738 .729 . .856

item10 33.18 62.353 .588 . .860

item11 33.98 70.384 .242 . .872

item12 33.15 64.541 .608 . .859

item13 32.95 68.100 .316 . .871

item14 33.18 67.892 .361 . .869

item15 33.18 64.148 .355 . .876

item16 34.45 68.100 .726 . .861

item17 34.32 66.840 .469 . .865

item18 34.35 65.156 .605 . .859

item19 34.23 65.153 .614 . .859

item20 34.57 71.635 .480 . .868

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

35.65 73.874 8.595 20

65
Kepada Yth : Pengendara Sepeda Motor

Dengan Hormat

Ditengah kesibukan anda menjalankan aktivitas anda, perkenankanlah


saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi
pernyataan dalam skala yang akan saya lampirkan berikut ini.

Bantuan anda dalam penelitian ini sangat saya butuhkan dalam


penyusunan tugas akhir saya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Guna
mencapai maksud tersebut, saya sangat mengharapkan kesediaan anda untuk
membaca dan mengisi lengkap setiap pernyataan sesuai dengan perasaan,
keadaan dan pikiran anda saat ini, tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Semua
jawaban yang anda berikan adalah benar, tidak ada jawaban yang salah apabila
sesuai dengan keadaan yang sedang anda alami.

Perlu anda ketahui bahwa jawaban anda tidak ada hubungannya dengan
nama baik, status dan kepentingan apapun yang berkaitan dengan anda. Karena
semua identitas yang anda berikan dan jawaban anda akan saya jamin
kerahasiaannya. Saya harap jangan sampai ada pernyataan yang terlewati atau
tidak terjawab, karena angket yang tidak lengkap akan terbuang sia-sia. Atas
bantuan dan kerjasama anda, saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya

Kristianus Nugroho Pudyantoro

Mahasiswa Fak. Psikologi – Univ. Sanata Dharma,Yk

66
SKALA I

PETUNJUK UMUM
1. Angket ini terdiri atas 40 pernyataan
2. Jawablah semua pernyataan yang diberikan dengan cermat dan tanpa
terlewati

Untuk itu silahkan tuliskan identitas anda pada kolom dibawah ini :

Nama (boleh inisial saja)


Usia Tahun
Jenis Kelamin Laki-laki/Perempuan *
* = Coret Salah Satu

PETUNJUK PENGISIAN

1. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda saat
ini. Dengan menuliskan jawaban pada kolom sebelah kiri pernyataan
dengan ketentuan :
SS : Bila anda Sangat Setuju
S : Bila anda Setuju
TS : Bila anda Tidak Setuju
STS : Bila anda Tidak Sangat Setuju

2. Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang anda pilih
Contoh :

No Pernyataan SS S TS STS
40 Saya jarang berkumpul bersama X
teman teman saya
3. Apabila Anda hendak mengganti jawaban yang salah maka coretlah tanda
silang (X) dengan tanda sama dengan (=), kemudian pilihlah jawaban
yang lebih sesuai dengan keadaan anda saat ini.

Contoh :
No Pernyataan SS S TS STS
40 Saya jarang berkumpul bersama X X
teman teman saya
4. Berikanlah pendapat anda pada semua pernyataan dan periksa kembali
agar tidak ada pernyataan yang terlewati.

67
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mengerti apa yang orang lain rasakan, ketika
menghadapi permasalahan berat
2 Saya mudah mendapatkan kepercayaan dari orang
lain
3 Saya tidak senang berelasi dengan orang lain
4 Saya yakin akan menjadi orang sukses di kelak
kemudian hari
5 Saya tidak mengerti apa yang saya rasakan
6 Saya tidak peduli bagaimana ekspresi orang lain
ketika saya sedang bicara
7 Saya lebih sering dipengaruhi perasaan takut gagal
dari pada pengharapan untuk sukses
8 saya berusaha memenuhi setiap keinginan saya
9 Walaupun berbicara dengan orang yang baru saya
kenal, saya tetap tenang dan tidak canggung
10 Saya tetap tenang bahkan dalam situasi yang
terkadang membuat orang lain marah
11 Saya sulit menahan keinginan yang muncul secara
tiba-tiba
12 saya tahu apa yang harus saya lakukan ketika
menghadapi masalah
13 Saya mengerti bahwa setiap orang memiliki
keinginan yang berbeda-beda
14 Saya membutuhkan waktu yang lama untuk
meredam kemarahan saya
15 Saya sulit memahami perasaan yang saya alami
16 Saya berusaha menghibur orang yang sedang sedih
dengan berbagai cara agar ia gembira
17 Saya mudah frustasi bila menghadapi tekanan yang
saya rasa berat
18 Saya menyadari apa yang saya rasakan saat ini
19 Saya dapat memahami ketakutan seseorang ketika
menghadapi masalah besar.

68
No Pernyataan SS S TS STS
20 Ketika saya sedih saya tidak tahu apa yang membuat
saya sedih.
21 Saya hanya diam ketika topik pembicaraan berubah
menjadi tidak menarik lagi.
22 Saya tidak tahu apa yang orang lain butuhkan ketika
ia sedang sedih
23 Saya tidak pernah menyerah menghadapi
kesulitan karena pasti ada jalan keluarnya.
24 Saya mampu mengekpresikan perasaan saya dengan
tepat.
25 Saya sering merasa melakukan pekerjaan yang sia-
sia dan membuang waktu.
26 Saya mengetahui ketika perasaan seseorang berubah
secara tiba-tiba.
27 Saya mengakhiri usaha saya ketika mengalami
kegagalan.
28 Saya memikirkan apa yang saya inginkan sebelum
bertindak.
29 Saya merasa panik bila berhadapan dengan orang
yang mudah marah.
30 Saya merasa sulit mengatasi kesedihan yang saya
rasakan.
31 Saya tidak tahu perasaan orang lain terhadap saya.
32 Saya berusaha memaksimalkan kemampuan saya
dan tidak takut gagal.
33 Saya selalu tekun melaksanakan tugas kendati
banyak rintangan.
34 Ketika menghadapi masalah, saya bingung apa yang
harus saya lakukan.
35 Saya merasa sulit mengembangkan topik
pembicaraan dengan orang lain.

69
SKALA II

Kepada Yth : Pengendara Sepeda Motor

Dengan Hormat

Ditengah kesibukan anda menjalankan aktivitas anda, perkenankanlah


saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi
pernyataan dalam skala yang akan saya lampirkan berikut ini.

Bantuan anda dalam penelitian ini sangat saya butuhkan dalam


penyusunan tugas akhir saya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Guna
mencapai maksud tersebut, saya sangat mengharapkan kesediaan anda untuk
membaca dan mengisi lengkap setiap pernyataan sesuai dengan perasaan,
keadaan dan pikiran anda saat ini, tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Semua
jawaban yang anda berikan adalah benar, tidak ada jawaban yang salah apabila
sesuai dengan keadaan yang sedang anda alami.

Perlu anda ketahui bahwa jawaban anda tidak ada hubungannya dengan nama
baik, status dan kepentingan apapun yang berkaitan dengan anda. Karena semua
identitas yang anda berikan dan jawaban anda akan saya jamin kerahasiaannya.
Saya harap jangan sampai ada pernyataan yang terlewati atau tidak terjawab,
karena angket yang tidak lengkap akan terbuang sia-sia. Atas bantuan dan
kerjasama anda, saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya

Kristianus Nugroho Pudyantoro

Mahasiswa Fak. Psikologi – Univ. Sanata Dharma,Yk

70
PETUNJUK UMUM
Jawablah semua pernyataan yang diberikan dengan cermat dan tanpa terlewati

Untuk itu silahkan tuliskan identitas anda pada kolom dibawah ini :

Nama (boleh inisial saja)


Usia Tahun
Jenis Kelamin Laki-laki/Perempuan *
* = Coret Salah Satu

1. Berapa lama anda mengendarai sepeda motor

a. 1 – 2 tahun

b. 2 – 3 tahun

c. 3 – 4 tahun

d. Lebih dari 4 tahun

2. Berapa kali anda kena tilang dalam satu tahun terakhir

a. 1 – 2 kali

b. 2 – 3 kali

c. 3 – 4 kali

d. Lebih dari 4 kali

3. Pada saat apa anda terkena tilang

a. Operasi Rutin Kepolisian

1. 1 – 2 kali

2. 2 – 3 kali

3. 3 – 4 kali

4. Lebih dari 4 kali

b. Diberhentikan polisi saat mengendarai sepeda motor

1. 1 – 2 kali

2. 2 – 3 kali

3. 3 – 4 kali

4. Lebih dari 4 kali

71
PETUNJUK PENGISIAN

1. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda saat
ini. Dengan menuliskan memberikan tanda centang atau checkmark (√)
dari setiap pernyataan yang ada :
SL (selalu) : jika selalu dilakukan setiap mengendarai sepeda motor
S (Sering) : jika dilakukan sebanyak 3-4 kali dari 6 kali naik motor
J (jarang) : jika dilakukan 1-2 kali dari 6 kali naik motor
TP (tidak pernah) : jika tidak pernah melakukan saat naik motor

2. Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang anda pilih
Contoh :

No Pernyataan SL S J TP
24 Salah satu rem sepeda motor tidak X
berfungsi

3. Apabila Anda hendak mengganti jawaban yang salah maka coretlah tanda
silang (X) dengan tanda sama dengan (=), kemudian pilihlah jawaban yang
lebih sesuai dengan keadaan anda saat ini.

Contoh :
No Pernyataan SL S J TP
24 Salah satu rem sepeda motor tidak X X
berfungsi
4. Berikanlah pendapat anda pada semua pernyataan dan periksa kembali
agar tidak ada pernyataan yang terlewati.

72
No Pernyataan SL S J TP
Melanggar Rambu Dilarang Masuk
1

Tidak membawa STNK saat mengendarai sepeda motor


2
Melanggar Rambu Dilarang Parkir
3

4 Menerobos Lampu Merah saat di perempatan

Melanggar Rambu Dilarang


5
Membelok ke kiri

6 Sepeda motor tidak dilengkapi alat isyarat suara


(klakson)

Melanggar Rambu Dilarang Membalik


7
(memutar)

8 Tidak mengenakan helm saat mengendarai sepeda motor

Melanggar Batas Kecepatan Maksimal


9
yang ditentukan

10 Melanggar Rambu Wajib Berhenti

Tidak membawa SIM saat mengendarai sepeda motor


11
Melanggar Rambu Dilarang Berhenti
12

73
No Pernyataan SL S J TP
Menggunakan HP saat naik motor (telepon dan atau
13
sms)
Tidak menyalakan lampu saat siang
14
hari

15 Sepeda motor tidak dilengkapi lampu utama

16 Melanggar Marka Jalan Tidak putus -


putus

17 Sepeda motor tidak dilengkapi lampu sein

Melanggar Rambu Dilarang


18
Mendahului Kendaraan Lain

74
Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha
Based on Standardized
Cronbach's Alpha Items N of Items

.945 .946 35

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

item2 1.88 1.181 40

item3 2.23 1.097 40

item4 2.23 1.097 40

item6 2.10 1.172 40

item7 2.45 1.061 40

item8 2.23 1.097 40

item9 2.83 1.196 40

item10 2.38 1.030 40

item11 3.05 1.108 40

item12 2.98 1.230 40

item13 2.38 1.030 40

item14 2.98 1.230 40

item15 2.48 1.012 40

item16 2.90 1.105 40

item17 2.45 1.061 40

item18 2.23 1.097 40

item19 2.83 1.196 40

item20 2.38 1.030 40

item21 3.05 1.108 40

75
item22 3.05 1.108 40

item23 2.38 1.030 40

item24 2.38 1.030 40

item26 1.88 1.181 40

item27 1.88 1.181 40

item28 2.23 1.097 40

item29 2.68 1.118 40

item30 2.10 1.172 40

item31 2.45 1.061 40

item32 2.23 1.097 40

item33 2.83 1.196 40

item34 2.38 1.030 40

item35 3.05 1.108 40

item37 2.23 1.097 40

item38 2.83 1.196 40

item39 2.38 1.030 40

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range Maximum / Minimum Variance N of Items

Item Means 2.482 1.875 3.050 1.175 1.627 .129 35

Item-Total Statistics

Squared
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item-Total Multiple Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Correlation Correlation Item Deleted

item2 85.00 505.744 .371 . .945

item3 84.65 494.233 .643 . .943

item4 84.65 494.233 .643 . .943

item6 84.78 499.615 .493 . .944

item7 84.43 491.430 .729 . .942

item8 84.65 494.233 .643 . .943

item9 84.05 491.279 .644 . .942

item10 84.50 501.026 .537 . .943

item11 83.83 499.789 .521 . .944

item12 83.90 503.682 .392 . .945

76
item13 84.50 501.026 .537 . .943

item14 83.90 503.682 .392 . .945

item15 84.40 493.836 .710 . .942

item16 83.98 507.563 .363 . .945

item17 84.43 491.430 .729 . .942

item18 84.65 494.233 .643 . .943

item19 84.05 491.279 .644 . .942

item20 84.50 501.026 .537 . .943

item21 83.83 499.789 .521 . .944

item22 83.83 499.789 .521 . .944

item23 84.50 501.026 .537 . .943

item24 84.50 501.026 .537 . .943

item26 85.00 505.744 .371 . .945

item27 85.00 505.744 .371 . .945

item28 84.65 494.233 .643 . .943

item29 84.20 498.113 .550 . .943

item30 84.78 499.615 .493 . .944

item31 84.43 491.430 .729 . .942

item32 84.65 494.233 .643 . .943

item33 84.05 491.279 .644 . .942

item34 84.50 501.026 .537 . .943

item35 83.83 499.789 .521 . .944

item37 84.65 494.233 .643 . .943

item38 84.05 491.279 .644 . .942

item39 84.50 501.026 .537 . .943

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

86.88 526.830 22.953 35

77
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha
Based on
Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items

.883 .902 18

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

item2 1.45 .639 40

item3 1.65 .736 40

item4 1.70 .723 40

item5 1.70 .608 40

item6 1.58 .549 40

item7 1.55 .677 40

item8 1.93 .694 40

item9 1.98 .733 40

item10 2.48 1.109 40

item12 2.50 .877 40

item13 2.70 .939 40

item14 2.48 .877 40

item15 2.48 1.377 40

item16 1.20 .464 40

item17 1.33 .829 40

item18 1.30 .823 40

item19 1.43 .813 40

item20 1.08 .267 40

Summary Item Statistics

Maximum /
Mean Minimum Maximum Range Minimum Variance N of Items

Item Means 1.804 1.075 2.700 1.625 2.512 .264 18

78
Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted

item2 31.03 64.589 .397 .541 .880

item3 30.83 61.738 .588 .542 .874

item4 30.78 60.846 .683 .873 .871

item5 30.78 62.897 .603 .768 .875

item6 30.90 63.836 .562 .772 .876

item7 30.93 63.610 .463 .764 .878

item8 30.55 62.459 .559 .599 .875

item9 30.50 60.359 .718 .823 .870

item10 30.00 57.487 .616 .817 .873

item12 29.98 59.820 .626 .730 .872

item13 29.78 62.846 .359 .660 .883

item14 30.00 63.231 .364 .594 .883

item15 30.00 59.897 .342 .578 .893

item16 31.28 63.538 .719 .908 .874

item17 31.15 61.977 .492 .752 .877

item18 31.18 60.251 .638 .773 .872

item19 31.05 60.408 .634 .612 .872

item20 31.40 66.913 .479 .865 .881

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

32.48 69.076 8.311 18

79
NPar Tests kolmogorov smirnov
Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

totalKE 40 86.88 22.953 49 129

totalMPLL 40 14.48 8.311 4 39

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

totalKE totalMPLL

N 40 40
a,,b
Normal Parameters Mean 86.88 14.48

Std. Deviation 22.953 8.311

Most Extreme Differences Absolute .118 .137

Positive .118 .137

Negative -.098 -.104

Kolmogorov-Smirnov Z .745 .867

Asymp. Sig. (2-tailed) .636 .440

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Graph

80
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

totalKE 86.88 22.953 40

totalMPLL 14.48 8.311 40

MPLL1 2.35 1.350 40

MPLL2 7.68 4.565 40

MPLL3 4.45 3.242 40

Correlations

totalKE totalMPLL MPLL1 MPLL2 MPLL3

totalKE Pearson Correlation 1 -.175 -.221 -.170 -.116

Sig. (1-tailed) .140 .085 .147 .237

N 40 40 40 40 40
** ** **
totalMPLL Pearson Correlation -.175 1 .668 .965 .926

Sig. (1-tailed) .140 .000 .000 .000

N 40 40 40 40 40
** ** **
MPLL1 Pearson Correlation -.221 .668 1 .568 .496

Sig. (1-tailed) .085 .000 .000 .001

N 40 40 40 40 40
** **
MPLL2 Pearson Correlation -.170 .965 .568 1 .830**

Sig. (1-tailed) .147 .000 .000 .000

N 40 40 40 40 40
** ** **
MPLL3 Pearson Correlation -.116 .926 .496 .830 1

Sig. (1-tailed) .237 .000 .001 .000

N 40 40 40 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

81

Anda mungkin juga menyukai